Oleh :
Nur Aji, S. Farm., Apt
NPM. 5413220025
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah dengan judul Sediaan Sabun
Cair Antiseptik Untuk Bayi Dengan Zat Aktif Dari Bahan Alam.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Formulasi Kosmetika II : Prof. Dr.Hj. Teti Indrawati, MS. Apt, dan bapak Dr.
rer. nat. Deni Rahmat, Apt, yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang
juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan karya ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada institusi dan
masyarakat dari hasil karya ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini
dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...
Hal.
i
ii
BAB I PENDAHULUAN...
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Latar Belakang..
Rumusan Masalah.
Manfaat Makalah..
Tujuan Makalah
1
2
2
3
2.1.
4
4
4
4
5
5
7
7
8
11
14
16
17
20
22
23
24
24
24
ii
27
27
BAB IV PENUTUP.....
4.1.
4.2.
Kesimpulan...
Saran.
DAFTAR PUSTAKA..
iii
29
37
37
37
38
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.1.1. Epidermis
Epidermis dikenal juga dengan kulit ari, yaitu lapisan kulit paling. Lapisan
ini bertanggung jawab terhadap interaksi dan komunikasi kulit dengan dunia luar dan
melindungi lapisan kulit di bawahnya. 2
2.1.2. Dermis,
Dermis adalah lapisan kulit
dibawah
epidermis.
Lapisan
ini
bertanggungjawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu lapisan dermis
juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis. 2
Dermis terdiri dari dua lapisan 3:
a. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
2.1.3.
berikut: protein 27%; lemak 2%; garam mineral 0,5%; air dan bahan bahan larut
air 70,5%. Protein terpenting dalam kulit adalah albumin, globulin, musin, elastin,
kolagen, dan keratin. Secara kasar 40 persen dari bahan- bahan yang larut air terdiri
dari asam- asam amino bebas.
2.1.4. Kelenjar Sebasea dan Sebum 3
Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau
trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel
rambut yang mengandung banyak lipid, pada orang yang jenis kulit berminyak maka
sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya
tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga
terjadi pembengkakan. Kelenjar sebasea ini juga dapat berfungsi untuk proses difusi
(pemindahan) kandungan bahan dalam suatu produk kelapisan lebih dalam (pada
gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna kuning dan disebelah
kanannya terdapat kelenjar keringat).3
2.1.5. Kelenjar Keringat dan Perspirasi 3
Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu3:
Sebagai buffer, yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam
Natrium)..
Urea.....................
Laktat (sebagai garam natrium)...
Asam laktat, asam urokanat, glukosamin, kreatinin
Natrium....
Kalium.
Kalsium....
Fosfat- fosfat....
Klorida.
Sitrat, format, serta residu lain yang belum diketahui susunannya.
40 %
12 %
7%
12 %
12 %
5%
4%
1,5 %
0,5 %
6%
0,5 %
3 lapisan ( Epidermis, Dermis dan jaringan subkutan ) 4. pH kulit yang normal adalah
asam, (pH <5), terlihat pada anak-anak dan orang dewasa, memiliki kualitas
pelindung terhadap beberapa mikroorganisme. Saat lahir, bayi baru lahir cukup bulan
memiliki permukaan kulit yang lebih tinggi dengan pH rata-rata 6.34. Dalam waktu
4 hari pH turun dengan rata-rata dari 4,95. Mandi dan perawatan kulit lainnya
mengubah pH kulit; dan itu mungkin memakan waktu satu jam atau lebih lama untuk
menumbuhkan mantel asam setelah mandi dengan sabun alkali16. Mantel asam ini
adalah fungsi dari proses kimia dan biologis pada permukaan kulit. Pada bayi pH
kulit bayi lebih tinggi, kulit lebih tipis, dan sekresi keringat dan sebum sedikit.
Akibatnya, bayi lebih rentan terhadap infeksi kulit daripada anak yang lebih besar
dan orang dewasa. Selanjutnya, karena pelekatan yang longgar antara dermis dan
epidermis, kulit bayi dan anak anak cenderung mudah melepuh.4
Ada 10-20 lapisan stratum comeum pada orang dewasa dan bayi cukup
bulan, yang memberikan kontrol penguapan panas dan transepidermal water loss
(TEWL). Bayi prematur memiliki lapisan lebih sedikit dari stratum comeum; kurang
dari 30 minggu usia kehamilan mereka mungkin hanya 2-3 lapisan dan ekstrimnya
bayi prematur kurang dari 24 minggu usia kehamilan mungkin hampir tidak ada
stratum korneum16.
2.3.
Sabun
Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidro-filik (polar). Proses
yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi. Ada 2 jenis sabun
yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair. Sabun padat dibedakan
atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan.5
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan
sifat dan jenis sabun. Zat- zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.
7
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 C18. Jika
: < C 12
7
: Iritasi pada kulit & > C20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran).
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan
impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk
membuat sabun. Lemak dan
merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti
asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari
gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung
ester dari gliserol asam oleat. 7
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik.
Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.7
2.3.1. Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun7
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan
rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah
menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan
komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam lemak
yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan.
Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai
yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan
sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan di atas, faktor ekonomis,
dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas. 7
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih
rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga
sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur
tinggi. 7
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun
harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi
produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lainlain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan
sabun di antaranya :
a.
Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan
dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA,
bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik
biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan
kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat
adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA
dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas
b.
40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengan nama grease.
Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam
lemak tak jenuh seperti oleat (60 - 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat
(35 - 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi
parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang
c.
d.
bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang
sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna
kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan
(kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi,
terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang
menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam
lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
e.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit
diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam
lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak
tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah dari pada
f.
minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah
minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit
dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
g.
h.
baku.
Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan
i.
j.
kulit.
Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat
sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak
kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling
melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat
yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur
sabun.
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan
soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat)
merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak
dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
10
11
Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini
ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk
mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik.
Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau
maupun orange. 8
f. Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang
peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya,
walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah
memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk
sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9.
Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke
mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum
untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum
ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di
masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya,
produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma
dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang
menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya
yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang
12
dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang ditjinkan
dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.
Sabun mandi merupakan garam logam alkali (biasanya
natrium atau alkali) dari asam lemak. Sabun dibuat dengan cara
mencampurkan larutan NaOH atau KOH dengan minyak atau
13
menggerombol
membentuk
misel
setelah
melewati
14
2.5.
yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan
atau tanpa bahan tambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan
selaput lendir.6
Sabun bayi tidak jauh berbeda dari sabun biasa, tetapi mereka relatif
kemurnian tinggi. Kulit bayi yang lembut dan sensitif. Oleh karena itu minyak yang
15
digunakan untuk membuat sabun bayi harus bersih dan diputihkan. Tidak ada
pigmen yang diijinkan dalam sabun bayi dan aroma bahan tambahan harus minimal.
Alkali bebas yang terdapat dalam sabun bayi tidak boleh melebihi 0,05 persen sabun
biasa mungkin mengandung damar dan logam pengotor seperti nikel..9
Sabun bayi adalah sediaan kosmetika bayi yang berguna untuk menjaga
kehalusan, kelembutan, serta kesegaran kulit bayi. Pada umumnya sabun bayi
mempunyai pH 10, dibuat secara dicetak dan berbentuk putih keras, mengandung
banyak lemak dan merupakan sabun lunak sehingga tidak mengiritasi kulit.6
Karena biasanya sabun yang tidak pedih dimata ini diperuntukkan bagi bayi,
maka kandungan kalium yang sedikit itu masih cukup untuk membersihkan kotoran
pada tubuh bayi tentunya.
Berikut persyaratan sabun mandi bayi yang dipersyaratkan dalam SNl 164768-1998 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Syarat mutu sabun mandi bayi.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.6.
Jenis Uji
Kadar air
Asam lemak jenuh
Alkali bebas dihitung sebagai
NaOH
atau KOH
Asam Lemak bebas dan/ atau
lemak netral
Minyak mineral
Cemaran mikroba
Angka lempeng total
Staphylococcus
Pseudomonas
Candida albicans
Satuan
%
%
%
%
Koloni/g
Koloni/g
Koloni/g
Koloni/g
Koloni/g
Persyaratan
Maks. 14
Min. 76
Maks. 0,06
Maks. 0,08
Maks. 2,5
Negatip
Maks. 5 x 102
Negatip
Negatip
Negatip
Negatip
Evaluasi Sabun
1. Keadaan
Periksa isi contoh secara visual terhadap bentuk, bau dan warna. Jumlah
2. Bahan Aktif
Timbang l0 g contoh, masukan kedalam gelas piala kemudian tambahkan
50 ml air suling, beberapa tetes larutan penunjuk metil jingga dan asam
klorida l0 % sampai semua lemak dibebaskan yang ditunjukkan dengan
timbulnya warna merah. Masukkan larutan dalam corong pemisah. Bila
16
Keterangan :
W : bobot contoh, g
Untuk bahan dasar deterjen : 0,28 g natrium laurilsulfat (yang
sebalumnya dipanaskand alam lemari pengering pada suhu 105 0C selama
60 menit) Dimasukkan labu takar 250 ml, encerkan dengan air suling
sampai tanda garis dan kocok sampai homogen.
Molaritas larutan natrium lauril sulfat :
17
6. Stabilitas busa
Timbang contoh sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung ulir. Tambahkan 9 ml aquadest kedalamnya, kemudian kocok
selama 1 menit. Hitung tinggi busa setelah pengocokkan, diamkan selama
1 jam dan hitung tinggi busa akhir setelah didiamkan.
Stabilitas busa = Tinggi busa akhir x 100 %
Tinggi busa awal
7. Daya bersih
Kain bersih ukuran 10 x 10 cm. Timbang mentega sebanyak 1 gram
kemudian oleskan secara merata pada seluruh permukaan kain.
Tempatkan air sabun sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian diukur
kekeruhannya ( A turbidimetri). Masukkan kain yang telah diolesi
mentega ke dalam gelas piala yang telah berisi air sabun tersebut dan
diamkan selama 10 menit. Air yang telah didiamkan tersebut diukur
kekeruhannya ( B turbidimetri).
Daya bersih = B-A
8. Uji organoleptik
Uji organoleptik yang dilaku-kan merupakan uji tingkat kesukaan
atau hedonik. Panelis yang diminta penilaiannya adalah panelis tidak
terlatih. Uji dilakukan terhadap warna/transparansi, tekstur, kesan kesat,
dan aroma. Skala penilaian yang digunakan adalah 1-5 dengan jumlah
panelis 30 orang.
18
2.7.
Metode Pembuatan Sabun
Metode pembuatan sabun padat ada tiga yaitu :
a. Cara dingin/ Cold proses, Minyak dan lemak dicampur dengan Lye
(kaustik dan air), kemudian diaduk sampai terjadi saponifikasi. Lama
pengadukan 30 menit dengan kecepatan 500 1500 rpm. Dalam waktu 3
jam sabun akan mengeras. Dibutuhkan waktu dua minggu agar proses
saponifikasi sempurna.
Cetakan sabun terbuat dari silikon atau berbagai jenis plastik banyak
tersedia secara komersial , walaupun banyak juga pembuat sabun yang
menggunakan kotak kardus dilapisi dengan plastik. Sabun dapat dibuat
dalam bentuk persegi panjang yang dipotong menjadi batangan.
Proses pemurnian sabun melibatkan penghilangan natrium klorida,
natrium hidroksida, gliserol dan beberapa kotoran. Komponen-komponen
ini dikeluarkan dengan cara merebus dadih sabun mentah di air dan
kembali dicurahkan dengan garam.Sebagian besar air yang kemudian
hilang dari sabun.
Minyak dan
lemak
Lye
Saponifikasi
Base soap
Gambar 2.1. Pembuatan sabun metode dingin.
b. Dalam metode pemanasan, alkali dan lemak direbus bersama-sama pada
80-100 C sampai terjadi saponifikasi, yang sebelumnya adanya
termometer modern, ditentukan oleh rasa (rasa menyengat khas lye
menghilang setelah tersapinifikasi sempurna) atau oleh mata; mata
berpengalaman dapat mengetahui bahwa tahap gel dan saponifikasi penuh
telah terjadi. Pemula dapat menemukan informasi ini melalui percobaan.
Hal ini sangat dianjurkan untuk tidak merasai sabun Anda . Lye, jika
19
Lye
Saponifikasi
Larutan dan
pencampuran
Molding
Coloring, parfum,
cutting, stamping n
packaging
Chip soap
20
( % w/w)
73,265
15,602
6,177
1,248
0,132
0,733
0,633
0,044
0,292
Kandungan kimia
oleic acid
linoleic acid
palmitic acid
stearic acid
lauric acid
myristic acid
palmitoleic acid
margaroleic acid
Fenolat
21
10
11
12
13
2.9.
Aldehid
Chlorofil
Riboflavin
Keton
0,942
0,910
0,022
Chamomile Oil13
22
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bahan
Minyak zaitun
Minyak kelapa
KOH
K2CO3
Vitamin E
Na CMC
Larutan asam sitrat 0,1 M
Avocado Seed Oil
Chamomile oil
Methyl paraben
Propyl Paraben
Aquadestilata
Jumlah
Fungsi
85 g
36 g
28 g
5g
10 ml
1g
21,67 ml
10 %
0,1 %
0,15%
0,05
Ad 100 ml
Basis Sabun
Basis sabun
Basa sabun
Basa sabun
Antioksidan
Pengental
Sequistering agent
Zat Aktif
Zat Aktif
Pengawet
Pengawet
Pelarut
langsung.
Minyak kelapa Pemerian
larutan
minyak
agak
kental
berwarna
jernih
neutralea,
Medium
Chain
Triglycerides.
Fungsi
23
diethyl ether.
K2CO3
Physical
state
and
appearance:
Solid.
(Powdered
solid.
Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak
seperti minyak, lemak, 24ristal, aseton, eter dan sebagainya.
Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak
terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di
udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila
Na CMC
Serbuk/granul;
Kelarutan
Mudah
24
Oil
Propyl
Paraben
Serbuk hablur putih, Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut
dalam 3,5 bagian etanol(95%)P, dalam 3 bagian aseton P, dalam
140 bagian gliserol P, dandalam 40 bagian minyak lemak, muda
larut dalam larutan alkali, Titik didih: 95oC 98oC, Bobot jenis:
180,21 g/molh.Stabilitas: Lebih mudah terurai dengan adanya udara
Aquadestilata
dari luar.
Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat anorganik
( mineral ) dibuat dengan penukar ion yang cocok. Pemerian
25
26
BAB III
PEMBAHASAN
F1
30 ml
KOH
16 ml
Na- CMC
1g
Jumlah
F2
F3
Fx
Fungsi
Karakteristik Bahan
Basis Sabun
Basa Sabun
1g
Pengental
27
Asam Stearat
BHA
0,5 g
Sequestering agent
1g
Antioksidan
28
6
ad 100
Minyak zaitun
85 g
85 g
Basis Sabun
Minyak kelapa
36 g
36 g
Basis sabun
KOH
28g
28 g
Basa sabun
29
5g
5g
Basa sabun
Aquadestilata
2527
Ad
Pelarut
100
Sepimax
zenTM
18 g
Pengental
Crosspolymer-6)
Serbuk Chlerlla
5g
pyrenoidosa
Minyak Lavender
5 ml
Fragrance
Vitamin E
10 ml
(Polyacrylate
10 ml
Antioksidan
30
7g
0,5 g
Viskolam SMC-20
Larutan asam sitrat 0,1
0,3 g
21,67
0,3 g
21,67
ml
ml
Basis/ Pengental
Sequistering agent
65 ml
Buffer
Acnibio
0,0125
Pengawet
(Isothiazolone)
AC
31
Ol. Rosae
5 gtt
Fragrance
Aquadestilata
Ad
Pelarut
100 ml
10 %
Zat Aktif
Chamomile oil
0,1 %
Zat Aktif
32
Karakteristik
a
F117
F2 5
F3 18
gram.
Karakteristik sabun hasil formulasi yaitu warna hijau, aroma rose, pH
F4
digunakan adalah minyak kelapa dengan KOH dengan karakteristik dapat dilihat
pada tabel 3.2. pada formula ini sebagai pembersih digunakan sabun campuran asam
lemak dan basa, namun ada satu hal yang tidak boleh terlupakana bahwa pada
formula ini semua bahan sabun cair terpenuhi kecuali pengawet. Walaupun surfaktan
sendiri dan zat aktif memiliki daya anti bakteri tetapi untuk sediaan berair sebaiknya
digunakan pengawet.
Pada formula 2 sama halnya seperti formula 1 walaupun sudah memenuhi
kriteria untuk sabun cair tetapi dalam formulanya tidak ditambahkan pengawet dan
tidak dilakukan uji iritasi.
Untuk formula 3 formulanya sudah dilakukan pengujian iritasi pada
punggung kelinci dan hasilnya aman untuk di gunakan.
Pada formula ke empat adalah rancangan formula penulis dimana penulis
menggunakan campuran basis sabun padat olive oil, coconut oil, yang mengacu pada
formula 3 karena sudah dilakukan pengujian iritasi dan aman, selain itu pada formula
ini ditambahkan nipagin nipasol sebagai pengawet. Alasan pemilihan basis yaitu
dipilih senyawa lemak dengan asam lemak yang panjang seperti coconut oil dan oliv
oil. Karena semakin panjang rantai C pada asam lemaknya maka sifat mengiritasi
pada kulit semakin berkurang. Selain itu pada formula ke empat ini penulis
33
tambahkan zat aktif bahan alam yaitu minyak biji alpukat yang berperan sebagai
pelembab dan Chamomile oil sebagai anti bakteri.
BAB IV
34
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sabun biasa dengan sabun bayi sangatlah berbeda formulanya terutama
dalam hal sifat dan kemurnian dari sabun bayi. Sabun bayi tidak boleh meng
iritasimata dan mukosa, sedangkan pada sabun biasa masih bias ditoleransi.
Dari hasil penelaahan formula sabun bayi bahwa sabun bayi tidak perlu terlalu
berbusa namun dapat membersihkan kotoran begitu pula dengan perkiraan
karakteristik pada formula F4 dikarenakan kandumgan lemak yang cukup tinggi
dan penambahan zat aktif Avocado seed oil dan Chamomile oil maka sabun tidak
akan terlalu berbusa.
4.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya diharapka agar formula yang
penulis susun agar dapat diformulasikan dan di uji karakteristik serta afikasinya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
35
Sabun
Mandi
Bayi,
SNl
16-4768-1998.
Tersedia
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2016-4768-1998.PDF.
F,
Sabun
[Makalah].
Tersedia
:
http://fairuzjuwel.blogspot.com/2012/06/makalah-sabun.html . Diakses pada [15 Mei
2014 ]
8. Iin, D. Pembuatan Sabun Transparan (Makalah). Diakses pada [15 Mei 2014].
9. ________.Belajar
Membuat
Sabun
.Tersedia
http://belajarbuatsabun.wordpress.com/. Diakses pada [15 Mei 2014].
10. Janardhanan,
K.
R.
Soaps
and
Detergents.
Tersedia
:
http://www.vigyanprasar.gov.in/chemistry_application_2011/briefs/soaps_and_de
tergents.pdf. Diakses pada [ 16 Mei 2014].
11. _________.
Natural
Baby
Bath
With
Vit
E.
Tersedia
http://www.botaneco.ca/Documents/Formulations_NOV2013/Natural_B
aby_Bath_Shea_Oil_VitaminE_011_093.pdf. Diakses pada [16 Mei 2014].
36
16. Lund, carolin et. al. Neonatal Skin Care: The Scientific Basis for Practice.
Tersedia : http://sonhs.umkc.edu/documents/nnp/neonatalskincare.pdf. Diakses
pada [6 Juni 2014].
17. Hambali, Eliza.et al Kajian Pengaruh Penambahan Lidah Buaya Terhadap mutu
Sabun Transparanran. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 14.2 Hal. 74-79.
18. A.P Handayani, HC. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji
Alpukat (Perseae Americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun Padat Transparan.
Fak. Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN, Jakarta 2009.
19. Widioko, SA. Proses Ekstraksi Kontinyu Lawan Arah Dengan Simulasi Batch
Tiga Tahap : Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut N-Hexane
Dan Iso Propil Alkohol. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro. 2010.
20. Raymond,c Rowe, et al.Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth
edition.Pharmaceutical Press. 2009.
21. ________. Bureu of Indian Standard .Spesification for Baby Toilet Soap.2011.
37