Uretritis go
Disusun oleh:
Mei 2015
PENDAHULUAN
Menurut WHO, uretritis gonokokus dan non gonokokus merupakan masalah
kesehatan lingkungan yang sangat penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama
malalui hubungan seksual dengan partner yang terinfeksi. Penyakit ini juga dapat
menular melalui cairan tubuh yang terinfeksi sehingga ibu dapat menularkan
infeksi ini ke bayinya selama persalinan. Penyakit ini dapat mengenai pria dan
wanita, serta lebih mudah menyebar pada individu yang memiliki banyak partner
seksual (Talhari, et al., 1997).
Gonore adalah infeksi menular seksual pada epitel dan umunya
bermanifestasi sebagai cervicitis, uretritis, proctitis, dan conjungtivitis. Bila tidak
diterapi, infeksi ini dapat menimbulkan komplikasi lokal seperti endometritis,
salpingitis, TOA, bartolinitis, peritonitis, dan perihepatitis pada pasien wanita,
periuretritis dan epididimitis pada pasien pria, dan oftalmia neonatorum pada
neonatus.
Gonokokemia
diseminata
merupakan
kejadian
jarang
yang
bermanifestasi sebagai lesi kulit, tenosinovitis, arthritis, dan pada kasus jarang
endokarditis atau meningitis.
Gonore terutama mengenai pasien muda, kulit berwarna, tidak menikah,
penduduk kota dengan tingkat pendidikan rendah. Jumlah kasus yang diilaporkan
mungkin hanya mewakili setengah dari jumlah kasus sebenarnya, hal ini
disebabkan kurangnya pelaporan, diterapi sendri, dan terapi nonspesifik tanpa
diagnose yang ditegakkan secara laboratorium. Jumlah kasus gonore yang
dilaporkan di AS meningkat dari 250.000 pada awal 1960 menjadi 1,01 juta pada
1978. Puncak insiden gonore terjadi pada 1975 dengan 468 kasus / 100.000
populasi di AS. Puncak insiden ini dipengaruhi oleh interaksi beberapa variabel,
termasuk peningkatan akurasi diagnosis, perubahan pola penggunaan kontrasepsi
dan perubahan perilaku seksual.
Insiden gonore lebih tinggi pada negara berkembang daripada negara maju.
Insiden infeksi menular seksual di negara berkembang sulit ditentukan secara
tepat karena terbatasnya pendataan dan criteria diagnosis yang bervariasi.
Identifikasi Kasus
I. IDENTITAS PASIEN
Pasien
Nama
Tn. A
Umur
17 th
Pendidikan
SMP
Pekerjaan
Pelajar
Agama
Islam
Suku
Banjar
Alamat
Sungai Tiung
No.CM
Masuk RS
10 Maret 2015
Keluar RS
10 Maret 2015
03.15 WITA
Ruangan
IGD
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
keluhan nyeri dan panas saat buang air kecil sejak dua jam sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan nyeri saat buang air kecil sudah dirasakan pasien sejak tiga hari
sebelumnya. pasien juga mengaku adanya nanah kental berwarna kuning kehijauan.
Pasien mengatakan sebelumnya pasien sempat berhubungan seks dengan pekerja seks
komersil. Adanya panas badan disangkal. Pasien mengaku sudah coba meminum
ampisilin namun keluhan tidak berkurang bahkan pasien merasa nanah yang keluar
semakin banyak.
C. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien mengaku pernah mengalami keluhan serupa sekitar dua bulan
yang lalu. Pasien mencoba minum antibiotik dan keluhan hilang tanpa pasien berobat
ke dokter.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tensi
: 110/60 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 21 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Kepala
Cor
Abdomen
Ekremitas
-/Genilitalia
: Bentuk dan ukuran dalam batas normal, pus (+), OUE eritema
(+) edema ()
Susp. Uretritis GO
V. RENCANA PENGELOLAAN
Diskusi
Diagnosa uretritis gonore ditegakan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik.
a.
Pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri saat buang air kecil. Pasien
mengaku bahwa ini ketiga kalinya pasien mengalami keluhan serupa.
Sebelumnya pasien mengalami keluarnya sekret berwarna keputihan
seperti nanah dari penisnya. Tidak terasa nyeri. Pasien mengaku telah
melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersil sekitar empat
hari yang lalu tanpa menggunakan kondom. Sebelumnya pasien sudah
coba minum ampisilin (seperti sebelumnya saat pasien mengalami
keluhan serupa sekitar dua bulan lalu) namun keluhan tidak berkurang.
b.
tidak
dapat
menerima
terapi
quinolones
dapat
diberikan
terapi
spectinomycin.
Sekiranya gejala masih menetap, kultur terhadap kuman N. gonorrhoeaeharus
dilakukan dan sekiranya didapatkan kuman gonococcus yang lain, harus dilakukan
uji sensitifitas antimikrobial.
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yang cepat terhadap
pengobatan dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan
lengkap. Pasien harus menghentikan kontak seksual sampai pengobatan selesai.
Penjelasan pada pasien mengenai sumber penyakit dan kemungkinan untuk
tertular kembali serta komplikasinya dapat menurukan angka kekambuhan.
Edukasi mengenai penggunaan kondom, pendidikan moral, agama, dan seks.
DAFTAR PUSTAKA
1. Garcia AL, Madkan VK, Tyring SK. Gonorrhea and Other Venereal Disease. In: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fizpatrick's Dermatology in General Medicine.
7th ed. New York: Mc Graw Hill; 2008. p. 2032-2038
2. Daili SF. Gonore. In: Sjaiful Fahmi Daili WI, Farida Zubier, editor. Infeksi Menular
Seksual. Jakarta: FKUI; 2006. p. 65-71.
3. Bignell C; IUSTI/WHO. 2009 European (IUSTI/WHO) guideline on the diagnosis
and treatment of gonorrhoea in adults. Int J STD AIDS. 2009 Jul;20(7):453-7
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Penanganan
Infeksi Menular Seksual
5. Bignell C, Garley J. Azithromycin in the treatment of infection with Neisseria
gonorrhoeae. Sex Transm Infect. 2010 Nov;86(6):422-426. Review
6. Massari V, Dorlans Y, Flahault A: Persistent increase in the incidence of acute male
urethritis diagnosed in general practices in France. Br J Gen Pract 2006, 56:110-114