I.1
PENDAHULUAN
Teori Dasar
Pasteurisasi merupakan proses termal dengan suhu sedang (mild heat
treatment) yang diberikan pada produk pangan, biasanya di bawah suhu 100C.
Tujuan pasteurisasai adalah membunuh mikroba vegetatif tertentu, terutama
patogen dam inaktivasi enzim. Daya simpan produk pangan yang diawetkan
dengan pasteurisasi beragam, mulai dai beberapa hari seperti susu sampai
beberapa bulan seperti jus buah. Pengawetan produk pangan terjadi akibat
inaktivasi enzim dan destruksi mikroba yang peka terhadp panas, seperti bakteri
bukan pembentuk spora, kapang, dan khamir. Metode pengawetan ini mempunyai
pengaruh terhadap perubahan karakteristik sensoris dan nutrisi produk yang
minimum.
Berhubung proses pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme
vegetatif dan hamoir semua bakteri pembentuk spora, produk hasil pasteurisasi
harus dikemas atau disimpan pada suhu rendah dengan penambahan pengawet,
pengemasan atmosfer termodifikasi (MAP = Modified Atmosphere Packaging),
pengaturah pH, atau pengaturan aktivitas air untuk meminimumkan pertumbuhan
mikroba.
Kecukupan panas yang digunakan yang digunakan pada proses
pasteurisasi dan daya simpan produk terutama dipengaruhi oleh pH produk
pangan. Pada produk pangan dengan kemasan rendah (pH>4,5) tujuan utamanya
adalah mendestruksi bakteri patogen. Adapun untuk produk pangan dengan
kemasan tinggi (pH<4,5), destruksi mikroba pembusuk dan enzim iasanya lebih
penting.
Pasteurisasi produk pangan yang dikemas dengan baik mempunyai pH
rendah (seperti buah-buahn) atau produk dengan pH mengalami penurunan akibat
pngolahan (seperti acar), mirip dengan pengalengan. Proses termal yang diberikan
lebih menyerupai pasteurisasi karena suhu yang digunakan adalah suhu sedang.
Oleh karena suhu yang digunakan adalah suhu sedang, sifat sensori dan
nilai gizi produk hampir tidak berubah. Suhu yang digunakan dan lama proses
bergantung pada jenis produk, seperti dapat dilihat dilihat pada Tabel 1. Umur
simpan produk dipengaruhi oleh jenis produk, nilai pH, resistensi mikroba dan
enzim, kepekaan produk, serta suhu dan metode pasteurisasi yang digunakan.
Pada produk yang bersifat heterogen seperti makanan siap saji, kondisi
pertumbuhan mikroba untuk setiap bagian produk dapat bervariasi dan
kemungkinan tidak terdistiribusi merata pada seluruh produk. Oleh karena itu,
untuk produk semacam ini kecukupan pemanasan suhu dipastikan untuk setiap
bagian produk dengan mempertimbangkan penetrasi panas pada bagian dalam
produk. Pada proses pasteurisasi terhadap produk semacam ini efek terhadap
pemanasan biasanya dikaji pada bagian prduk yang menerima panas paling
rendah.
Tabel 1. Tujuan dan Kondisi Pasteurisasi Beberapa Jenis Produk
Produk Pangan
Jus buah
Tujuan Pasteurisasi
Inaktivasi enzim (pektinesterase
dan poligalakturonase)
Bir
Kondisi Pasteurisasi
65C selama 30 menit
77C selama 1 menit
88C selama 15 detik
65-68C selama 20 detik
(dalam botol)
72-75C selama 1-4
menit, tekanan 900-
Susu
Telur cair
Es krim
seftenburg
Destruksi patogen
1000kPa
63C selama 30 menit
71,5C selama 15 detik
64,4C selama 2,5 menit
60C selama 3,5 menit
65C selama 30 menit
71C selama 10 menit
80C selama 15 detik
bakteri.
Kontaminasi
produk
serelah
pengolahan
dapat
pasteurisasi susu didasarkan pada D60 dan reduksi 12 siklus log mikroba C.
burnetii, sedangkan untuk telur cair diperlukan reduksi 9D untuk bakteri S.
seftenberg. Komponen produk pangan yang lain, seperti cita rasa, warna, dan
vitamin juga mempunyai nila D dan dapat diperhitungkan untuk mendapatkan
retensi komponen-komponen tersebut yang tinggi pada proses pasteurisasi.
Metode dan Peralatan Pasteurisasi
Metode pasteurisasi dirancang supaya produk dapat mencapai suhu dan
lama proses yang disyaratkan. Metodenya terbagi dua,yaitu batch dan suhu tinggi
waktu pendek (HTST, high temperature short time). Metode lain yang digunakan
secara terbatas adalah panas tinggi waktu pendek (HHST, high heat short time).
Penggunaan HTST dapat mempertahankan nutrisi dan kualitas sensoris
produk pangan. Sebagai contoh, pada proses pengolahan susu, pasteurisasai
dengan suhu rendah dan waktu lama (LTLT, low temperature long time)
menyebabkan kerusakan vitamin yang lebih tinggi dibandingkan HTST. LTLT
biasa dilakuakn dengan pemanasan suhu 63C selama 30 menit. Saat ini, LTLT
jarang digunakan. Pengunaan suhu dapat lebih tinggi dan waktu proses dapat lebih
pendek (misal 88C selama 1 detik, 94C selama 0,1 detik, atau 100C selama
0,01 detikuntuk susu). Metode ini disebut juga flash pasteurization atau ultra
pasteurization.
Untuk mendapatkan kecepatan destruksi mikroba yang tinggi dan untuk
menjaga cita rasa tidak berubah, proses pasteurisasi dilakukan pada suhu yang
sedikit lebih tinggi dan waktu yang sedikit lebih lama.
Proses pasteurisasi yang banyak digunakan saat ini adalah proses HTST
dengan menggunakan plat penukar panas (PHE = Plate Heat Exchanger).
Penggunaaan HTST mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. Proses lebih dapat dikontrol
2. Lebih sedikit penstabil yang dibutuhkan, misalnya untuk campuran es
krim
3. Menghemat waktu dan tempat
4. Meningkatkan kapasitas
Pasteurisasai sistem batch yang sederhana terdiri dari penangas air air
tempat kerat dari produk dalam kemasan dipanaskan selama waktu tertentu sesuai
kebutuhan. Air dingin kemudian dipompakan untuk mendinginkan produk.
Pasturisasi sistem batch dapat dilakukan dengan dua metode. Metode lain adalah
mirip dengan HTST dengan memodifikasi sistem regenerasi dan pemanas
Tujuan
1. Mengetahui cara pengawetan dengan menggunakan suhu tinggi, yaitu
balnsing, pasteurisasi dan sterilisasi.
2. Menerapkan konsep penggunaan suhu tinggi dalam kehidupan sehari-hari.