Anda di halaman 1dari 28

Upaya Kesehatan Pengembangan

1. Upaya Kesehatan Sekolah


Upaya kesehatan sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan
mulai dari TK , SD, SMP sampai SMA/SMK/MA. 1
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 79
menyatakan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta
didik belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi
Sumber Daya Manusia yang berkualitas. 1
Tujuan UKS
1.
2.
3.
4.

Menenamkan nilai nilai PHBS dan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat 2
Peserta didik sehat 2
Prestasi belajar lebih baik 2
Mutu pendidikan meningkat 2

Pelaksanaan Upaya Kesehatan Sekolah


1. Melalui sekolah (UKS), dilaksanakan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
dengan pendidikan menengah, termasuk sekolah agama dan TK, serta SLB. 3
2. Di luar sekolah, melalui kelompok-kelompok khusus ( kelompok dasa wisma),
organisasi pemuda ( karang taruna), lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya. 3
Sasaran
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi: 1
1. Sasaran Primer
: peserta didik
2. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar tutor, komite sekolah/orang tua pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan.
3. Sasaran Tertier : Lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai pada
sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan
perguruan agama beserta lingkungannya.

Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS

Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga Program
Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut: 1
1. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang meliputi aspek: 1
a) Pemberian pengetahuan dan keterampilan
b) Tentang prinsip-prinsip hidup sehat.
c) Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat
d) Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat
e) agar dapat diimplementasikan dalam
f) kehidupan sehari-hari.
2. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk: 1
a) pelayanan kesehatan;
b) pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik
c) pengobatan ringan dan P3K;
d) pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS);
e) penyuluhan kesehatan;
f) pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;
g) pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;
h) Rujukan kesehatan ke Puskesmas;
i) Pemeriksaan berkala.
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental, sosial mampu
lingkungan yang meliputi: 1
a) Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan,
kerinda-ngan, dan kekeluargaan )
b) pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;
c) pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik, pegawai
sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).
Kegiatan Harian Petugas UKS Di Luar Gedung : 1
Kegiatan Ekstrakurikuler
1.

Kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur) yang
dilakukan di sekolah ataupun diluar sekolah bertujuan untuk memperluas
pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.

2. Mencakup kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan, pelayanan


kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
3. Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara lain; 1

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Wisata siswa;
Kemah (Persami);
Ceramah, diskusi;
Lomba-lomba;
Bimbingan hidup sehat;
Apotik hidup;
Kebun sekolah;
Kerja bakti;
Majalah dinding;
Pramuka;
Piket sekolah.

Hambatan pelaksanan program kegiatan UKS 2


1. Sebagian besar sekolah di Indonesia belum memiliki

a. Sumber air bersih yang memadai


b. Sanitasi yang memenuhi syarat
c. Kantin yang sehat
2. Penelitian UNESCO di seluruh negara berkembang menunjukkan hasil yang
mengkhawatirkan mengenai anak-anak yang terganggu masa sekolah atau
kemampuan belajarnya karena diare akibat infeksi cacing usus, sebagai akibat
lingkungan yang kotor
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Permasalahan Mendasar Dalam Pembinaan Dan Pengembangan UKS 2


Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang diharapkan.
Adanya berbagai masalah kesehatan anak usia sekolah.
Masalah sumber daya manusia.
Terbatasnya sarana dan prasarana UKS
Pencatatan dan pelaporan yang masih/kurang terpenuhi
Masih belum optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait dalam menangani
UKS.

Hambatan Utama Yg saling terkait Dalam Upaya Peningkatan Program UKS : 2


1. Pemahaman dan penerimaan program UKS yg belum memadai
2. Kolaborasi antar pihak2 yg terkait belum optimal
3. Belum adanya VISI yang jelas tentang apa yang dapat dicapai degan Program UKS
dan tidak adanya kemampuan untuk membuat perencanaan yang strategis untuk
mencapai VISI.

Indikator Keberhasilan Pembinaan 3


1. Dilihat dari peserta didik :
a) Sehat, tidak sakit-sakitan dan bebas narkotika
b) Absensi sakit menurun
c) Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan golongan usia
d) Murid TK dan sekolah dasar/madrasah telah mendapatkan imunisasi ulangan.
2. Dilihat dari lingkungan sekolah :
a) Semua ruangan dan kamar mandi, jamban, dan pekarangan bersih
b) Tidak ada sampah
c) Ada sumber air bersih
Standar Pelayanan Kesehatan di TK/SD 3
Peningkatan kesehatan :
1. Memberikan keteladanan di sekolah, meliputi :
a. Warung sekolah yang memenuhi persyaratan
b. Kebersihan lingkungan sekolah yang memenuhi persyaratan (pengelolaan
sampah, saluran air, kebersihan jamban dan kamar mandi)
c. Tidak ada tempat pembiakan binatang penyebar penyakit
2. membina kebersihan perorangan peserta didik
3. membina peran serta peserta didik pelayanan kesehatan, dalam bentuk kader
kesehatan sekolah (dokter kecil).
4. Pencegahan
5. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I
6. Pemeriksaan kesehatan periodik
7. Imunisasi ulangan kelas I dan VI
8. Pengawasan keadaan air
9. Peyembuhan dan pemulihan
10. Pengobatan ringan dan perawatan/P3K
11. Rujukan medik

12. Penanganan kasus anemia gizi


13. Penatalaksanaan
14. Pertemuan komunikasi terpadu antar kegiatan pokok puskesmas, dalam rangka :
a. Perencanaan program pelayanan UKS
b. Pemantauan dan evaluasi
c. Pertemuan antara puskesmas dan sekolah
15. Pembinaan teknis dan pengawasan ke sekolah
16. Pencatatan dan pelaporan
2. Upaya Kesehatan Mata Dan Pencegahan Kebutaan (Ukm/Pk)
A. Definisi
Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) adalah upaya
kesehatan dasar dibidang UKM/PK (Upaya Kesehatan Mata / Penanggulangan
Kebutaan) yang dilaksanakan di tingkat puskesmas. Upaya tersebut dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan di dukung oleh peran serta aktif
masyarakat, baik di dalam maupun diluar gedung puskesmas yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
B. TUJUAN
1. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan mata masyarakat secara optimal
2. Khusus
a. Meningkatkan kesadaran , sikap perilaku masyarakat dalam pemeliharaan
dirinya dibidang kesehatan mata dan pencegahan kebutaan
b. Menurunnya prevalensi kesakitan mata dan kebutaan sehingga tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan refraksi sehingga masyarakat yang
mengalami gangguan fungsi pengelihatan dapat terlayani
C. KEGIATAN POKOK
1. Pelayanan kesehatan mata
i. Mendekatkan pelayanan profesional kepada masyarakat. Kegiatan diluar
gedung mengacu pada upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative
ii. Penjaringan kasus-kasus penyakit mata dan kebutaan serta gangguan fungsi
penglihatan yang berkunjung ke puskesmas.
iii. Penanganan kasus-kasus mata oleh tenaga perawatan yang telah dilatih oleh
dokter puskesmas.

iv. Rujukan kasus-kasus penyakit mata tertentu kepada dokter ahli mata yang
berkunjung ke puskesmas.
2. Peran serta masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat atau kader dalam UKM-PK dasar, yaitu
membatu dan membimbing kader dalam :
a.
Menyusun rencana kegiatan UKM-PK dasar dimasyarakat, dalam rangka
menumbuhkan kemandirian masyarakat untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan mata yang ada
b.
Memantau kegiatan kader, membandingkan dengan rencana yang disusun
c.

oleh kader
Mengenal masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan yang

dilaksanakan oleh kader di masyarakat


d.
Memecahkan masalah dan hambatan yang dihadapi
e.
Pelaksanaan kegiatan tingkat lanjut
3. Pengembangan UKM/PK Dasar di Puskesmas
Sesuai dengan bobot permasalahan maka prioritasnya ditujukan kepada
Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna ( PKKP) yang meliputi :
a. Upaya menunda terjadinya kebutaan oleh katarak dengan operasi katarak
masal
b. Pelayanan terhadap penyakit mata sederhana (blefaritis, kalazion, hordeolum,
konjungtifitis, keratitis, pterigium)
c. Pelayanan refraksi untuk meningkatkan mutu penglihatan masyarakat
d. Rujukan, ditujukan kepada penyakit mata yang mudah didiagnosis tetapi
perlu dirujuk pada pelayanan kesehatan tingkat sekunder, seperti
endoftalmitis
Untuk mendukung pengembangan UKM/PK Dasar di Puskesmas dilaksanakan
berbagai kegiatan seperti :
a. Pelatihan bagi dokter, perawat dan kader
b. Pengadaan peralatan kesehatan mata dan obat-obatan
c. Pelayanan kesehatan mata mulai dari penyuluhan kesehatan mata,
perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan tepat, pembatasan cacat
mata, rehabilitasi medik dan social
3. UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA.
A. Definisi upaya kesehatan olahraga
Upaya kesehatan olahraga adalah salah satu upaya kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktivitas fisik dan
atau olahraga.

(Depkes, Petunjuk Upaya Kesehatan Olahraga di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI .


2010 hal: 7-28)
Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik
dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan atau olah
raga merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat
meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya.
(panduan kesehatan olahraga bagi petugas kesehatan)
B. Pelaksanaan upaya kesehatan olahraga
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Olahraga Dilaksanakan diberbagai institusi pelayanan
kesehatan seperti:
1. Puskesmas
2. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM)
3. Rumah sakit
4. Institusi kesehatan lain ( pemerintah / swasta )
Kesehatan olahraga diperlukan untuk tercapainya derajat kesehatan dan kebugaran
jasmani masyarakat yang optimal dengan melakukan olahraga atau latihan fisik secara
baik, benar, terukur, dan teratur serta berkesinambungan sebagai modal penting dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja sumber daya manusia.
C. Ruang lingkup kesehatan olahraga
Kesehatan olahraga meliputi pelayanan kesehatan pada kegiatan olahraga dan
pemanfaatan olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran Jasmani
yang diselenggarakan secara terpadu dan menyeluruh melalui pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative.
1. Pendekatan promotif diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan daya
tahan tubuh terhadap penyakit;
2. Pendekatan preventif diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit atau
penyulit akibat kurang gerak serta memperlambat penuaan;
3. Pendekatan kuratif diharapkan dapat memberikan alternatif untuk upaya
penyembuhan penyakit (exercise is medicine);
4. Pendekatan rehabilitative diharapkan dapat memulihkan gangguan fungsi tubuh
aibat penyakit dan kecacatan.
D. Sasaran upaya kesehatan olahraga
Sasaran yang ingin dicapai upaya kesehatan olahraga adalah:
1. Meningkatnya kemampuan Manajemen penyelenggaraan dan pengembangan
upaya kesehatan olahraga;
2. Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan olahraga masyarakat;
3. Terbentuknya balai kesehatan olahraga masyarakat di propinsi/kabupaten/kota;
4. Meningkatnya jumlah puskesmas d an rumah sakit yang mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan olahraga;
5. Mendorong terbentuknya upaya pelayanan kesehatan olahraga yang dilaksanakan
di institusi pelayanan Pemerintah dan swasta;

6. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kesehatan


olahraga;
7. Meningkatnya jejaring kemitraan dalam pengembangan kesehatan olahraga;
8. Meningkatnya budaya masyarakat untuk melakukan latihan fisik/olahraga secara
baik, benar, terukur dan teratur.
E. Manajemen upaya kesehatan olahraga di puskesmas
Untuk terselenggaranya upaya kesehatan olahraga di puskesmas, perlu ditunjang
dengan manajemen kesehatan olahraga dengan Manajemen yang baik. manajemen
kesehatan olahraga di puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematis untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien di bidang
kesehatan olahraga.
Ada tiga fungsi Manajemen kesehatan olahraga di puskesmas yaitu:
1. Perencanaan
Merupakan suatu proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi
masalah dan kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan olahraga pada wilayah
kerja puskesmas.
2. Pelaksanaan dan pengendalian
Merupakan suatu proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas.
3. Pengawasan dan pertanggungjawaban.
Merupakan suatu proses untuk memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan upaya kesehatan olahraga.
Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.
F. KEGIATAN KESEHATAN OLAHRAGA
Dalam menjalankan kegiatan kesehatan olahraga, puskesmas berpedoman kepada tiga
fungsi puskesmas, yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Kegiatan-kegiatannya meliputi:
a. Pengembangan jejaring kemitraan
Adalah kegiatan yang melibatkan instansi/institusi Pemerintah, swasta, dan
masyarakat dalam memecahkan permasalahan dan mengembangkan upaya
kesehatan olahraga sesuai bidangnya.
b. Advokasi kesehatan olahraga
Adalah upaya memberikan pemahaman kepada penentu atau pembuat
kebijakan yang diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan olahraga.
c. Survei kesehatan olahraga
Adalah upaya untuk mendapatan data dasar kesehatan olahraga yang dapat
dipergunakan dalam merencanakan dan mengembangkan kebijakan upaya
kesehatan olahraga.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Kegiatan-kegiatannya meliputi :
a. Penggalian sumber daya masyarakat
Adalah kegiatan penggerakan masyarakat agar berperan serta dalam
mengembangkan potensi yang ada untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
olahraga.
b. Pembentukan kelompok olahraga
Adalah kegiatan masyarakat yang telah memahami manfaat kesehatan
olahraga, sehingga menjadi kebutuhan masyarakat untuk melakukan olahraga
dalam kelompok olahraga.
c. Sarasehan kesehatan olahraga
Adalah pertemuan untuk mendengarkan pendapat dan saran-saran para ahli
mengenai kesehatan olahraga, sehingga masyarakat paham tentang pentingnya
kegiatan olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran
Jasmani.
d. Gerakan budaya berolahraga
Adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat seperti olahraga rutin, lomba
pada hari-hari tertentu, dll.
e. Gerakan kesehatan olahraga di sekolah.
Adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah agar siswa paham dan mau
menerapkan kebiasaan berolahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kebugaran Jasmani.
f. Pameran kesehatan olahraga
Adalah kegiatan yang menampilkan hasil-hasil pembangunan di bidang
kesehatan olahraga agar masyarakat dapat emmahami manfaat kesehatan
olahraga dan mau berperan serta.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
a. Skrining kesehatan
Adalah awal pemilahan individu melalui pemeriksaan status kesehatan, untuk
Membedakan individu sehat dan sakit.
b. Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani
Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani meliputi komponen:
a) Daya tahan jantung-paru
Dilakukan dengan metode antara lain:
Tes lari/jalan 2,4 km
Tes lari/jalan 1,6 km
Tes lari/jalan 12 menit
Tes naik turun bangku
Tes ergometer sepeda.
b) Daya tahan otot
Dilakukan dengan metode antara lain:
Sit up 1 menit
Push up 1 menit
c) Kekuatan otot
Dilakukan dengan metode antara lain:

Handgrip dynamometer
Back-leg dynamometer
Push-pull dynamometer
d) Fleksibilitas
Dilakukan dengan metode antara lain : bangku fleksibilitas
e) Komposisi tubuh
Dilakukan dengan metode antara lain:
Indeks masa tubuh / IMT
Tes skinfold
Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani dilakukan untuk menentukan Kondisi
kebugaran Jasmani, dan hasilnya dijadikan pedoman dalam menentukan dosis
latihan
c. Pemberian dosis latihan
Secara keseluruhan pemberian dosis latihan berpedoman pada prinsip-prinsip
latihan yang berkaitan dengan :
a) Tujuan latihan olahraga harus jelas, misal ; untuk menurunkan/menaikkan
berat badan, meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
b) Frekuensi latihan olahraga : minimal dilakukan 3-5 kali per minggui, hari
pertama latihan, hari kedua istirahat, hari ketiga latihan, dst.
c) Intensitas latihan olahraga : dilakukan dengan mengukur denyut nadi agar
sesuai dengan tujuan latihan olahraga.
d) Lama/durasi latihan olahraga : lamanya disesuaikan dengan Kondisi tubuh
dan tujuan yang ingin dicapai.
e) Jenis latihan olahraga : pemilihan jenis olahraga harus sesuai dengan
tujuannya.
f) Perlengkapan dan peralatan olahraga
Baju olahraga ; terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
Sepatu; harus sesuai dengan ukuran kaki dan jenis olahraga yang
dilakukan.
Alat pelindung terhadap panas
Alat olahraga sesuai dengan individu tersebut (barbell, raket tennis,
dll)
g) Pemantauan gizi dalam latihan olahraga: jumlah kalori, komposisi menu
dan cara pengolahan harus disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Evaluasi latihan
Dilakukan untuk menilai perkembangan tingkat kebugaran Jasmani setelah
menjalani program latihan minimal 12 minggu.
e. Pencegahan dan penanggulangan cedera olahraga
Merupakan suatu upaya pencegahan, penanggulangan dan pemilihan cedera
akibat berolahraga.
f. Rujukan kesehatan olahraga

Dilaksanakan sesuai dengan sistem yang ada.


g. Bimbingan teknis dan Pengawasan terhadap upaya kesehatan pada kelompokkelompok olahraga di masyarakat, dilakukan sesuai dengan standar/pedoman
yang ada.
h. Penyuluhan
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu,
keluarga, masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan olahraga agar:
a) Mengerti/paham tentang kesehatan olahraga
b) Mau dan mampu melaksanakan olahraga untuk kesehatan
c) Berperan serta dalam mengembangkan upaya kesehatan olahraga
Penyuluhan dapat dilakukan di:
a) Dalam puskesmas melalui keteladanan, media, penyuluhan individu dan
kelompok.
b) Luar puskesmas melalui kelompok sasaran primer, sekunder dan tertier.
G. SUMBER DAYA UPAYA KESEHATAN OLAHRAGA
Untuk mendukung terselenggaranya upaya kesehatan olahraga di puskesmas
diperlukan sumber daya sebagai berikut:
1. Tenaga :
Untuk ketenagaan perlu memperhatikan :
a. Jenis ketenagaan
b. Kompetensi tenaga
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan olahraga, petugas puskesmas berfungsi
sebagai provider, fasilitator dan motivator, serta bermitra dengan kelompok peduli
olahraga di masyarakat.
2. Tempat
upaya kesehatan olahraga dilaksanakan di dalam atau di luar gedung puskesmas
dalam wilayah kerjanya.
3. Peralatan
Tersedianya peralatan yang mudah didapat dan tepat guna serta sesuai dengan
situasi dan Kondisi setempat.
4. Pembiayaan
Sumber biaya dapat berasal dari: swadaya, masyarakat, donator, sponsor, PLN,
APBD, APBN, dll.
5. Pedoma dan standarisasi
Untuk penyelenggaraan upaya kesehatan olahraga diperlukan pedoman-pedoman,
petunjuk teknis, standarisasi, dll.
H. Indikator pengembangan upaya kesehatan olahraga
Indikator yang mudah didapat dari hasil pengembangan upaya kesehatan olahraga
adalah:

1. Frekuensi penyuluhan kesehatan olahraga


2. Presentase kelompok olahraga yang dibina
3. Jumlah orang yang mendapat pelayanan kesehatan olahraga

4. UPAYA PENGOBATAN TRADISIONAL


A. DEFINISI PENGOBATAN TRADISIONAL
1. Pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang
mengacu

kepada

pengalaman,

ketrampilan

turun

temurun,

dan/atau

pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam


masyarakat.
2. Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan hewan, mineral , sedian
galenik (campuran tumbuhan dan hewan), atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. .
(Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 1076/menkes/sk/vii/2003
tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional menteri kesehatan republik
indonesia, pasal 1)

B. DASAR HUKUM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang
kesehatan terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan
tradisional yaitu pada pasal 1, 48, 59, 60 dan 61. Pada pasal 1 butir 16 yang
disebutkan bahwa Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam pasal 48 juga disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional
merupakan salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam pasal 59 disebutkan
bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan
Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan.
Dalam pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh jenis Pelayanan Kesehatan

Tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat dipertanggungjawabkan


manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama.
Dalam pasal 60 dan 61 disebutkan bahwa orang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan masyarakat
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya. (DirJen Bina Gizi dan KIA. 2011. Mengenal Pelayanan
Kesehatan

Tradisional

di

Indonesia.

Jakarta

DEPKES

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/3133)

C. KLASIFIKASI PENGOBATAN TRADISIONAL

DAN OBAT TRADISIONAL,

MELIPUTI:
Klasifikasi pengobatan tradisional:
1. Pengobat tradisional keterampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat urut,
patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis, chiropractor,
dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
2. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan Indonesia
(Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist, dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
3. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional dengan
pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha.
4. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga dalam
(prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis.(Keputusan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 1076/menkes/sk/vii/2003 tentang penyelenggaraan
pengobatan tradisional menteri kesehatan republik indonesia, pasal 1)
Klasifikasi obat tradisional
1. Jamu (Empirical bused herbal medicine) adalah obat tradisional yang digunakan
berdasarkan pengalaman dan tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis.
2. Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine) adalah obat tradisional
yang sudah dilakukan pembuktian ilmiah berupa penelitian penelitian praklinik.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) adalah sediaan obat yang telah
dibuktikan keamanannya dan khasiatnya pada manusia.
(Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Seni. Jakarta : Rineka Cipta hal.330-349)
D. PELAKSANAAN

KEGIATAN

UPAYA

PENGOBATAN

TRADISIONAL

PUSKESMAS
1.

Melakukan pendataan jenis pengobatan tradisional di wilayahnya

2.

Melakukan seleksi terhadap pengobatan tradisional tertentu yang dapat


diikutsertakan dan menjadi bagian dari program pelayanan kesehatan primer.

3.

Melatih dan mengikutsertakan pengobat tradisional yang mempunyai sifat


komunikator, figur sebagai TOMA dan yang memiliki misi kemanusiaan di bidang
kesehatan dalam upaya penyuluhan kesehatan masyarakat tentang hidup sehat.

4.

Memelihara dan mengembangkan warisan

budaya, melalui pembinaan dan

pengembangan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) serta penyuluhan tentang higiene


pembuatan jamu gendong.
(Bapelkes.2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan kerja di Puskesmas. Magelang :
Salaman)

5. UPAYA PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT


A. Merupakan upaya kesehatan penunjang yang terintegrasi dalam semua upaya kesehatan
Puskesmas termasuk dalam upaya kesehatan wajib (Promosi kesehatan, Kesehatan
lingkungan, KIA/KB, P2M, Gizi dan Pengobatan) tetapi dapat juga sebagai upaya kesehatan
pengembangan yang wajib dilakukan pada daerah tertentu.
B. Kegiatan yang dilakukan oleh upaya perawatan kesehatan masyarakat.
Kegiatan dalam gedung Puskesmas
Asuhan keperawatan terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap
Penemuan kasus baru (deteksi dini) pada pasien rawat jalan
Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Pemantauan keteraturan berobat
Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain di Puskesmas
Pemberian nasehat (konseling) keperawatan

Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan
dan atau prosedur yang telah ditetapkan (contoh pengobatan, penanggulangan kasus
gawat darurat, dll)
Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di gedung Puskesmas
(kenyamanan, keamanan dll)
Dokumentasi keperawatan
Kegiatan di luar gedung Puskesmas
a. Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu dalam
konteks keluarga).

Penemuan suspek/kasus kontak serumah

Penyuluhan/Pendidikan kesehatan pada individu dan keluarganya

Pemantauan keteraturan berobat sesuai program pengobatan

Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana

Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung


(indirect care)

Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan

Dokumentasi keperawatan
b. Asuhan keperawatan keluarga
Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan di
masyarakat.
Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga).
Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care).
Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat pasien
dengan pengobatan jangka panjang.
Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan di rumah.
Dokumentasi keperawatan.
c. Asuhan keperawatan kelompok khusus
Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di kelompok
Pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan
Pelayanan keperawatan langsung (direct care) pada penghuni yang memerlukan
keperawatan
Memotivasi pembentukan, membimbing, dan memantau kader-kader kesehatan
sesuai jenis kelompoknya
Dokumentasi keperawatan
d. Asuhan keperawatan masyarakat di daerah binaan

Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah dengan masalah


kesehatan spesifik.
Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan memotivasi masyarakat untuk
membentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat.
Memotivasi pembentukan, mengembangkan dan memantau kader-kader kesehatan di
masyarakat.
Ikut serta melaksanakan dan memonitor kegiatan PHBS.
Dokumentasi keperawatan.
C. Perencanaan
Adapun dalam perencanaan yang dilakukan oleh upaya perawatan kesehatan masyarakat
dibagi menjadi 3, yaitu:
Menyusun usulan kegiatan.
Pengajuan usulan kegiatan.
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan.

D. Pelaksanaan kegiatan
Mengkaji ulang Rencana Pelaksanaan Kegiatan (POA) yang telah disusun.
Menyusun jadwal kegiatan bulanan setiap perawat dan petugas kesehatan lain yang
terlibat dalam kegiatan Perkesmas.

Melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan standar/ pedoman/ prosedur tetap


(protap).
Menyepakati indikator kinerja klinik perawat.
E. HAMBATAN DAN MASALAH
Upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun Puskesmas telah
ada di setiap kecamatan yang rata-rata ditunjang oleh tiga Puskesmas Pembantu.
Munculnya penyakit-penyakit (emerging diseases) seperti HIV/AIDS, SARS,
Chickungunya, dan meningkatnya kembali penyakit menular (re-emerging diseases)
seperti TBC, malaria, serta penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah
jugaterjadi peningkatan.
Masih terbatasnya sumber daya manusia
F. INDIKATOR KEBERHASILAN
a. Indikator masukan (input)
Jumlah perawat Puskesmas sudah mendapat pelatihan teknis Perkesmas serta
penatalaksanaanprogam prioritas.
Jumlah Kit untuk pelaksanaan Perkesmas (PHN Kit) minimal 1 kit untuk setiap desa.
Tersedia sarana transportasi (R-2) untuk ke kunjungan keluarga/ kelompok/
masyarakat.
Tersedia dana operasional untuk pembinaan/ asuhan keperawatan.
Tersedia standar/ pedoman/ SOP pelaksanaan kegiatan Perkesmas.
Tersedia dukungan administrasi (Buku Register, Family folder, Formulir Askep,
Formulir Laporan, dll)
Tersedianya ruangan khusus untuk asuhan keperawatan di Puskesmas.
b. Indikator Proses
Ada Rencana Usulan Kegiatan Perkesmas terintegrasi dengan Rencana Kegiatan
Puskesmas.
Ada Rencana Pelaksanaan Kegiatan Perkesmas (POA).
Ada Rencana Asuhan Keperawatan setiap klien (individu, keluarga, kelompok,
masyarakat).
Adanya dukungan dan ada kegiatan bimbingan yang dilakukan Kepala Puskesmas.
Ada kegiatan bimbingan teknis Perkesmas oleh Perawat Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Puskesmas.
Ada kegiatan koordinasi deengan lintas progam terkait petugas kesehatan lain.
Ada laporan tertulis hasil pemantauan dan penilaian dan rencana tindak lanjut.
Ada rencana peningkatan pendiddikan/ pelatihan perawat secara berkelanjutan.
c. Indikator Luaran (output)

% suspek/kasus prioritas puskesmas ( contoh TB Paru) yang ditemukan secara dini.


% pasien kasus yang mendapat pelayanan tindak lanjut keperawatan di rumah.
% keluarga miskin dengan masalah kesehatan yang dibina.
% kelompok khusus dibina (panti, rutan lapas/ rumah tahanan dan lembaga
pemasyarakatan, dll).
% pasien rawat inap Puskesmas dilakukan asuhan keperawatan.
% desa atau daerah yang dibina.

Besarnya % setiap Puskesmas ditetapkan oleh masing-masing Kabupaten/ Kota.


Indikator luaran ini merupakan indikator antara, untuk mendukung tercapainya Standart
Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten / Kota.
G. INDIKATOR DAMPAK
Mampu mengenal masalah kesehatannya.
Mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi kesehatannya.
Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang memerlukan
bantuan keperawatan.
Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang upaya peningkatan kesehatan.
Mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada.

6. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


A. Definisi Upaya Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula
(Soekidjo, 2007).
B. B. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
1. Menurut WHO
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor
e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g.Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesling dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan


q. epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
r. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
2. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3)
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan Limbah padat/sampah
c. Pengamanan Limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
C.

C. Tujuan

1. Umum:
Meningkatkan mutu derajat kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal melalui
peningkatan mutu upaya kesehatan lingkungan dan pelestarian lingkungan yg dinamis serta
meingkatkan peran serta masy dlm upaya kesehatan lingkungan
2. Khusus :
Merubah, mengendalikan/ menghilangkan semua unsur fisik & lingkungan di masy yg dapat
memberi pengaruh jelek thd kualitas kesehatan
D. Kegiatan Pokok
1. Meningkatkan mutut Penyediaan Air Bersih (PAB)
Kegiatannya meliputi:
- Pengaturan dan pembakuan kualitas air
- Pengawasan kualitas air
- Perbaikan kualitas air
- Pembinaan pemakai air
- Kegiatan pendukung seperti pembinaan dan pengembangan tenaga kerja, penyediaan
dan pengembangan peralatan teknis dan pengelolaannya
2. Menaingkatkan mutu pembuangan kotoran
Pembuangan sampah
Pembuangan kotoran hewan
Pembuangan air limbah
Pembuangan kotoran manusia
3. Sanitasi tempat2 umum (STTU)
Sasarannya :
Sarana pariwisata: hotel, kolam renag, tempat rekreasi
Sarana perhubungan: terminal, pelabuhan, stasiun, tempat pelayanan pos
Sarana komersial: salon kecantikan< panti pijat, pasar, tempat usaha.
Sarana sosial: masjid, geraja, sekolah
Pelaksanaannya berupa pengawasan dan pemeriksaan

Surat ijin HO
Penyediaan air bersih
Pembuangan kotoran (sampah, spal, jamban)
Pencahayaan dan ventilasi
Lantai, dinding, langit-langit
Kebersihan halaman dan tempat parkir
P3K dan pemadam kebakaran
Toilet
Kamarganti pakaian dan karyawan

4. Tempat pembuatan & penjualan makanan/ minuman (TP2M)


Pelaksanaannya meliputi pengawasan da pemeriksaan:
Lokasi dan bangunan
Pengolahan
Penyimpanan
Pengangkutan
Penggolongan konsumen
Pengusaha, penanggungjawab dan tenaga
Ijin HO
5. Tempat penympanana, Penjualan Pestisida (TP3)
Kegiatannya berupa pengawasan dan pemeriksaan:
Tempat penyimpanan dan penjualan
Kelengkapan alat2 proteksi
Surat ijin
6. Pengawasan vektor penyakit dan tikus
7. Perumahan Sehat
Kegiataannya meliputi pengawasan dan pemeriksaan:
1) Ketersediaan air bersih
2) Pembuangan kotoran dan limbah
3) Kelayakan bangunan
4) Kecukupan pencahayaan dan ventilasi
Dimana indikator keberhasilannya adalah:
persentase rumah sehat
persentase keluarga yang memiliki akses air bersih dan air minum
jamban sehat
saluran pembuangan air limbah
tempat pembuangan sampah serta Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan
(TTUPM)
(Dinkes Dumai,2008)
8. Penyuluhan

E.

Sumber Daya Upaya Kesehatan Lingkungan


1. Tenaga Pelaksana
Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program kesehatan lingkungan
adalah terdiri dari tenaga inti dibidang kesehatan lingkungan seperti sanitarian atau
diploma III kesehatan lingkungan. Disamping itu dalam pelaksanaan program kesehatan
lingkungan ini juga dibutuhkan tenaga pendukung yang telah ditunjuk oleh pimpinan
puskesmas dalam pelaksanaan program.
2. Sarana dan Prasarana
Ruangan sebagai tempat petugas kesehatan lingkungan melakukan kegiatan-kegiatan
penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi, pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi
dasar dan penyimpanan peralatan kerja.
Peralatan-peralatan kesehatan lingkungan berupa alat-alat peraga penyuluhan,
cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas lingkungan (air,
tanah dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan serta alat transportasi untuk mendukung kegiatan program
kesehatan lingkungan yang dilaksanakan.
Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan program
kesehatan lingkungan antara lain berupa maket, media cetak, sound system, media
elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.

F.

Sumber Dana
Untuk mendukung tercapainya cakupan program kesehatan lingkungan dibutuhkan dana,
adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, BLN (Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya
masyarakat. Besarnya dana yang dibutuhkan sangat berbeda dimasing-masing puskesmas,
tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja puskesmas
(Depkes RI, 2000).

G. Keberhasilan Program
Keberhasilan program kesehatan lingkungan ini dapat ditunjukan dengan :
Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan,
persentase keluarga menggunakan air bersih, persentasi keluarga menggunakan jamban
yang memenuhi syarat kesehatan dan persentase tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan minuman yang sehat.
Penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, DBD,diare,
penyakit kulit, malaria.
Terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sector
diwilayah kerja puskesmas

7. Upaya Kesehatan Usia Lanjut


A. Definisi Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan para usia lanjut yang
dilaksanakan dari tingkat Puskesmas.
B. Tujuan Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang
bahagia & berdaya guna dalam kehidupan keluarga & masyarakat dalam
mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.
Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan & partisipasi masyarakat dalam menghayati &
mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara optimal
b. Meningkatkan kesadaran usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya
c. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut
d. Meningkatkan jenis & mutu pelayanan kesehatan usia lanjut
C. Sasaran Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Sasaran langsung :
a. Kelompok usia 45 54 tahun ( menjelang lansia )
b. Kelompok usia 55 64 tahun ( masa parsenium )
c. Kelompok usia > / 65 tahun ( masa senescens ) & kelompok usia lanjut dengan
resti [resiko tinggi], yaitu umur 70 tahun keatas, hidup sendiri, terpencil,
menderita penyakit berat, cacad.
Sasaran tidak langsung :
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Organisasi sosial yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut
c. Institusi pelayanan kesehatan & non kesehatan yang berkaitan
dengan pelayanan dasar & pelayanan rujukan

d. Masyarakat luas
D. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan paripurna bagi usia lanjut meliputi pencegahan, pengobatan,
peningkatan, dan pemulihan. Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas
secara khusus ialah :
- penyuluhan
- deteksi & diagnosa dini
- proteksi & tindakan khusus
- pemulihan
Kegiatan :
a. Pelayanan kesehatan usia lanjut :
1. Peningkatan : melalui penyuluhan tentang kesehatan & pemeliharaan
kebersihan diri, menu makanan dengan gizi seimbang & kesegaran
jasmani
2. Upaya pencegahan : melalui pemeriksaan berkala, senam, penyuluhan
tentang alat bantu
3. Upaya pengobatan :
- pelayanan kesehatan dasar
- pelayanan kesehatan spesialistik melalui rujukan
4. Upaya pemulihan :
- fisioterapi
- mengembalikan percaya diri
b. Peningkatan peran serta masyarakat
c. Pencatatan & pelaporan
E. indikator
Pelayanan Medis :
Skrining kesehatan pada 30 % usia lanjut.
Skrining kesehatan 100 % usia lanjut di Panti Wreda.

30 % Puskesmas melaksanakan konseling usia lanjut.


Kegiatan Non Medis :
70 % puskesmas membina kelompok usia lanjut.
50 % desa mempunyai kelompok usia lanjut.
50 % kelompok usia lanjut melaksnakan senam usila.
F. Kendala :

Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan


lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari-harinya.

Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.

Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan


lansia untuk datang ke posyandu.

Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.1

8. Upaya Kesehatan Jiwa

Upaya kesehatan jiwa di Puskesmas adalah upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan di
tingkat Puskesmas secara khusus atau terintegrasi dengan kegiatan pokok Puskesmas
lainnya, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dengan dukungan peran
serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas yang ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat dan diutamakan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah, khususnya kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok
lainnya, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang
dapat mengganggu kesehatan jiwa. Upaya kesehatan jiwa terdiri atas preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa dan masalah psikososial.
Sumber : UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. Balai pelatihan kesehatan salaman
Magelang. 2000
a) Tujuan Umum
Terciptanya derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi seluruh masyarakat.
b) Tujuan Khusus
Menurunkan dan mempertahankan angka-angka gangguan jiwa :
Psikosis : 1,44 4,6 per 1000 penduduk
Ansietas : 2,00 5,0 % dari populasi
Depresi : kurang dari 1 % dari populasi
Retardasi mental kurang dari 1,25 per 1000 penduduk
Epilepsi kurang dari 0,26 per 1000 penduduk

Kegiatan pokok :
Kegiatan pokok kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di Puskesmas :
Pelayanan kesehatan jiwa
Peran serta masyarakat
Pemeriksaan Laboratorium
Pengobatan
Pelaksanaan Kegiatan
Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa terintegrasi dengan upaya kesehatan pokok lainnya misalnya
Pengobatan, KIA, Perkesmas, Usila, PKM dan sebagainya. Kegiatan terintegrasi dapat
berupa kegiatan : penyuluhan, pemeriksaan, pengobatan, penemuan penderita, rujukan,
dsb.
Kegiatan khusus untuk menentukan diagnosis gangguan jiwa harus dilakukan langkahlangkah sebagai berikut :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan
Peran serta masyarakat
Masyarakat harus dilibatkan secara aktif sejak awal dalam penemuan penderita,
penyuluhan terhadap keluarga penderita agar mau membawa penderita berobat ke
Puskesmas/Rumah sakit, dan penyuluhan terhadap masyarakat agar mau menerima secara
wajar terhadap penderita yang pulang dari tempat perawatan serta bersama keluarga
menjaga agar tidak kambuh kembali.

Pengembangan

Pengembangan upaya kesehatan jiwa di Puskesmas adalah suatu upaya dengan


memanfaatkan data yang ada di SP2TP, penelitian dan survei. Upaya ini digunakan untuk
mengembangkan peran serta masyarakat dan pelayanan di bidang kesehatan jiwa. Hal ini
dilakukan melalui Lokakarya Mini Puskesmas dan Stratifikasi Puskesmas serta
perencanaan tingkat Puskesmas, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan jiwa
masyarakat yang optimal.

Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kesehatan jiwa secara terpadu, direkam dan dilaporkan dalam
SP2TP.

Hambatan
Upaya Kesehatan Jiwa bukan sebagai program prioritas di Puskesmas.
Kesiapan semua unsur di Puskesmas dalam masalah kesehatan jiwa.
Peran serta masyarakat dalam masalah kesehatan jiwa.
Sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas
Untuk data kesehatan jiwa dikumpulkan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas digunakan formulir laporan LB-1 : Laporan Bulanan mengenai Data
Kesakitan. Laporan Bulanan LB-1 dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya. Kode penyakit : F 00 F 99 Penyakit
Gangguan Jiwa dan Perilaku.

Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. Balai pelatihan kesehatan salaman


Magelang. 2000

Kepemimpinan dalam penyusunan program pendidikan ilmu kedokteran jiwa di fakultas


kedokteran universitas muhammadiyah yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai