Menenamkan nilai nilai PHBS dan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat 2
Peserta didik sehat 2
Prestasi belajar lebih baik 2
Mutu pendidikan meningkat 2
Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga Program
Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut: 1
1. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang meliputi aspek: 1
a) Pemberian pengetahuan dan keterampilan
b) Tentang prinsip-prinsip hidup sehat.
c) Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat
d) Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat
e) agar dapat diimplementasikan dalam
f) kehidupan sehari-hari.
2. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk: 1
a) pelayanan kesehatan;
b) pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik
c) pengobatan ringan dan P3K;
d) pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS);
e) penyuluhan kesehatan;
f) pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;
g) pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;
h) Rujukan kesehatan ke Puskesmas;
i) Pemeriksaan berkala.
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental, sosial mampu
lingkungan yang meliputi: 1
a) Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan,
kerinda-ngan, dan kekeluargaan )
b) pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;
c) pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik, pegawai
sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).
Kegiatan Harian Petugas UKS Di Luar Gedung : 1
Kegiatan Ekstrakurikuler
1.
Kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur) yang
dilakukan di sekolah ataupun diluar sekolah bertujuan untuk memperluas
pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Wisata siswa;
Kemah (Persami);
Ceramah, diskusi;
Lomba-lomba;
Bimbingan hidup sehat;
Apotik hidup;
Kebun sekolah;
Kerja bakti;
Majalah dinding;
Pramuka;
Piket sekolah.
iv. Rujukan kasus-kasus penyakit mata tertentu kepada dokter ahli mata yang
berkunjung ke puskesmas.
2. Peran serta masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat atau kader dalam UKM-PK dasar, yaitu
membatu dan membimbing kader dalam :
a.
Menyusun rencana kegiatan UKM-PK dasar dimasyarakat, dalam rangka
menumbuhkan kemandirian masyarakat untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan mata yang ada
b.
Memantau kegiatan kader, membandingkan dengan rencana yang disusun
c.
oleh kader
Mengenal masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan yang
Kegiatan-kegiatannya meliputi :
a. Penggalian sumber daya masyarakat
Adalah kegiatan penggerakan masyarakat agar berperan serta dalam
mengembangkan potensi yang ada untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
olahraga.
b. Pembentukan kelompok olahraga
Adalah kegiatan masyarakat yang telah memahami manfaat kesehatan
olahraga, sehingga menjadi kebutuhan masyarakat untuk melakukan olahraga
dalam kelompok olahraga.
c. Sarasehan kesehatan olahraga
Adalah pertemuan untuk mendengarkan pendapat dan saran-saran para ahli
mengenai kesehatan olahraga, sehingga masyarakat paham tentang pentingnya
kegiatan olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran
Jasmani.
d. Gerakan budaya berolahraga
Adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat seperti olahraga rutin, lomba
pada hari-hari tertentu, dll.
e. Gerakan kesehatan olahraga di sekolah.
Adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah agar siswa paham dan mau
menerapkan kebiasaan berolahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kebugaran Jasmani.
f. Pameran kesehatan olahraga
Adalah kegiatan yang menampilkan hasil-hasil pembangunan di bidang
kesehatan olahraga agar masyarakat dapat emmahami manfaat kesehatan
olahraga dan mau berperan serta.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
a. Skrining kesehatan
Adalah awal pemilahan individu melalui pemeriksaan status kesehatan, untuk
Membedakan individu sehat dan sakit.
b. Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani
Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani meliputi komponen:
a) Daya tahan jantung-paru
Dilakukan dengan metode antara lain:
Tes lari/jalan 2,4 km
Tes lari/jalan 1,6 km
Tes lari/jalan 12 menit
Tes naik turun bangku
Tes ergometer sepeda.
b) Daya tahan otot
Dilakukan dengan metode antara lain:
Sit up 1 menit
Push up 1 menit
c) Kekuatan otot
Dilakukan dengan metode antara lain:
Handgrip dynamometer
Back-leg dynamometer
Push-pull dynamometer
d) Fleksibilitas
Dilakukan dengan metode antara lain : bangku fleksibilitas
e) Komposisi tubuh
Dilakukan dengan metode antara lain:
Indeks masa tubuh / IMT
Tes skinfold
Pengukuran tingkat kebugaran Jasmani dilakukan untuk menentukan Kondisi
kebugaran Jasmani, dan hasilnya dijadikan pedoman dalam menentukan dosis
latihan
c. Pemberian dosis latihan
Secara keseluruhan pemberian dosis latihan berpedoman pada prinsip-prinsip
latihan yang berkaitan dengan :
a) Tujuan latihan olahraga harus jelas, misal ; untuk menurunkan/menaikkan
berat badan, meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
b) Frekuensi latihan olahraga : minimal dilakukan 3-5 kali per minggui, hari
pertama latihan, hari kedua istirahat, hari ketiga latihan, dst.
c) Intensitas latihan olahraga : dilakukan dengan mengukur denyut nadi agar
sesuai dengan tujuan latihan olahraga.
d) Lama/durasi latihan olahraga : lamanya disesuaikan dengan Kondisi tubuh
dan tujuan yang ingin dicapai.
e) Jenis latihan olahraga : pemilihan jenis olahraga harus sesuai dengan
tujuannya.
f) Perlengkapan dan peralatan olahraga
Baju olahraga ; terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
Sepatu; harus sesuai dengan ukuran kaki dan jenis olahraga yang
dilakukan.
Alat pelindung terhadap panas
Alat olahraga sesuai dengan individu tersebut (barbell, raket tennis,
dll)
g) Pemantauan gizi dalam latihan olahraga: jumlah kalori, komposisi menu
dan cara pengolahan harus disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Evaluasi latihan
Dilakukan untuk menilai perkembangan tingkat kebugaran Jasmani setelah
menjalani program latihan minimal 12 minggu.
e. Pencegahan dan penanggulangan cedera olahraga
Merupakan suatu upaya pencegahan, penanggulangan dan pemilihan cedera
akibat berolahraga.
f. Rujukan kesehatan olahraga
kepada
pengalaman,
ketrampilan
turun
temurun,
dan/atau
Tradisional
di
Indonesia.
Jakarta
DEPKES
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/3133)
MELIPUTI:
Klasifikasi pengobatan tradisional:
1. Pengobat tradisional keterampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat urut,
patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis, chiropractor,
dan pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
2. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan Indonesia
(Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist, dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis.
3. Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri dari pengobat tradisional dengan
pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha.
4. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga dalam
(prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis.(Keputusan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 1076/menkes/sk/vii/2003 tentang penyelenggaraan
pengobatan tradisional menteri kesehatan republik indonesia, pasal 1)
Klasifikasi obat tradisional
1. Jamu (Empirical bused herbal medicine) adalah obat tradisional yang digunakan
berdasarkan pengalaman dan tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis.
2. Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine) adalah obat tradisional
yang sudah dilakukan pembuktian ilmiah berupa penelitian penelitian praklinik.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) adalah sediaan obat yang telah
dibuktikan keamanannya dan khasiatnya pada manusia.
(Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Seni. Jakarta : Rineka Cipta hal.330-349)
D. PELAKSANAAN
KEGIATAN
UPAYA
PENGOBATAN
TRADISIONAL
PUSKESMAS
1.
2.
3.
4.
Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan
dan atau prosedur yang telah ditetapkan (contoh pengobatan, penanggulangan kasus
gawat darurat, dll)
Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di gedung Puskesmas
(kenyamanan, keamanan dll)
Dokumentasi keperawatan
Kegiatan di luar gedung Puskesmas
a. Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu dalam
konteks keluarga).
Dokumentasi keperawatan
b. Asuhan keperawatan keluarga
Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan di
masyarakat.
Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga).
Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care).
Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat pasien
dengan pengobatan jangka panjang.
Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan di rumah.
Dokumentasi keperawatan.
c. Asuhan keperawatan kelompok khusus
Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di kelompok
Pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan
Pelayanan keperawatan langsung (direct care) pada penghuni yang memerlukan
keperawatan
Memotivasi pembentukan, membimbing, dan memantau kader-kader kesehatan
sesuai jenis kelompoknya
Dokumentasi keperawatan
d. Asuhan keperawatan masyarakat di daerah binaan
D. Pelaksanaan kegiatan
Mengkaji ulang Rencana Pelaksanaan Kegiatan (POA) yang telah disusun.
Menyusun jadwal kegiatan bulanan setiap perawat dan petugas kesehatan lain yang
terlibat dalam kegiatan Perkesmas.
C. Tujuan
1. Umum:
Meningkatkan mutu derajat kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal melalui
peningkatan mutu upaya kesehatan lingkungan dan pelestarian lingkungan yg dinamis serta
meingkatkan peran serta masy dlm upaya kesehatan lingkungan
2. Khusus :
Merubah, mengendalikan/ menghilangkan semua unsur fisik & lingkungan di masy yg dapat
memberi pengaruh jelek thd kualitas kesehatan
D. Kegiatan Pokok
1. Meningkatkan mutut Penyediaan Air Bersih (PAB)
Kegiatannya meliputi:
- Pengaturan dan pembakuan kualitas air
- Pengawasan kualitas air
- Perbaikan kualitas air
- Pembinaan pemakai air
- Kegiatan pendukung seperti pembinaan dan pengembangan tenaga kerja, penyediaan
dan pengembangan peralatan teknis dan pengelolaannya
2. Menaingkatkan mutu pembuangan kotoran
Pembuangan sampah
Pembuangan kotoran hewan
Pembuangan air limbah
Pembuangan kotoran manusia
3. Sanitasi tempat2 umum (STTU)
Sasarannya :
Sarana pariwisata: hotel, kolam renag, tempat rekreasi
Sarana perhubungan: terminal, pelabuhan, stasiun, tempat pelayanan pos
Sarana komersial: salon kecantikan< panti pijat, pasar, tempat usaha.
Sarana sosial: masjid, geraja, sekolah
Pelaksanaannya berupa pengawasan dan pemeriksaan
Surat ijin HO
Penyediaan air bersih
Pembuangan kotoran (sampah, spal, jamban)
Pencahayaan dan ventilasi
Lantai, dinding, langit-langit
Kebersihan halaman dan tempat parkir
P3K dan pemadam kebakaran
Toilet
Kamarganti pakaian dan karyawan
E.
F.
Sumber Dana
Untuk mendukung tercapainya cakupan program kesehatan lingkungan dibutuhkan dana,
adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, BLN (Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya
masyarakat. Besarnya dana yang dibutuhkan sangat berbeda dimasing-masing puskesmas,
tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja puskesmas
(Depkes RI, 2000).
G. Keberhasilan Program
Keberhasilan program kesehatan lingkungan ini dapat ditunjukan dengan :
Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan,
persentase keluarga menggunakan air bersih, persentasi keluarga menggunakan jamban
yang memenuhi syarat kesehatan dan persentase tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan minuman yang sehat.
Penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, DBD,diare,
penyakit kulit, malaria.
Terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sector
diwilayah kerja puskesmas
d. Masyarakat luas
D. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan paripurna bagi usia lanjut meliputi pencegahan, pengobatan,
peningkatan, dan pemulihan. Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas
secara khusus ialah :
- penyuluhan
- deteksi & diagnosa dini
- proteksi & tindakan khusus
- pemulihan
Kegiatan :
a. Pelayanan kesehatan usia lanjut :
1. Peningkatan : melalui penyuluhan tentang kesehatan & pemeliharaan
kebersihan diri, menu makanan dengan gizi seimbang & kesegaran
jasmani
2. Upaya pencegahan : melalui pemeriksaan berkala, senam, penyuluhan
tentang alat bantu
3. Upaya pengobatan :
- pelayanan kesehatan dasar
- pelayanan kesehatan spesialistik melalui rujukan
4. Upaya pemulihan :
- fisioterapi
- mengembalikan percaya diri
b. Peningkatan peran serta masyarakat
c. Pencatatan & pelaporan
E. indikator
Pelayanan Medis :
Skrining kesehatan pada 30 % usia lanjut.
Skrining kesehatan 100 % usia lanjut di Panti Wreda.
Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.
Upaya kesehatan jiwa di Puskesmas adalah upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan di
tingkat Puskesmas secara khusus atau terintegrasi dengan kegiatan pokok Puskesmas
lainnya, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dengan dukungan peran
serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas yang ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat dan diutamakan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah, khususnya kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok
lainnya, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang
dapat mengganggu kesehatan jiwa. Upaya kesehatan jiwa terdiri atas preventif, promotif,
kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa dan masalah psikososial.
Sumber : UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. Balai pelatihan kesehatan salaman
Magelang. 2000
a) Tujuan Umum
Terciptanya derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi seluruh masyarakat.
b) Tujuan Khusus
Menurunkan dan mempertahankan angka-angka gangguan jiwa :
Psikosis : 1,44 4,6 per 1000 penduduk
Ansietas : 2,00 5,0 % dari populasi
Depresi : kurang dari 1 % dari populasi
Retardasi mental kurang dari 1,25 per 1000 penduduk
Epilepsi kurang dari 0,26 per 1000 penduduk
Kegiatan pokok :
Kegiatan pokok kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di Puskesmas :
Pelayanan kesehatan jiwa
Peran serta masyarakat
Pemeriksaan Laboratorium
Pengobatan
Pelaksanaan Kegiatan
Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa terintegrasi dengan upaya kesehatan pokok lainnya misalnya
Pengobatan, KIA, Perkesmas, Usila, PKM dan sebagainya. Kegiatan terintegrasi dapat
berupa kegiatan : penyuluhan, pemeriksaan, pengobatan, penemuan penderita, rujukan,
dsb.
Kegiatan khusus untuk menentukan diagnosis gangguan jiwa harus dilakukan langkahlangkah sebagai berikut :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan
Peran serta masyarakat
Masyarakat harus dilibatkan secara aktif sejak awal dalam penemuan penderita,
penyuluhan terhadap keluarga penderita agar mau membawa penderita berobat ke
Puskesmas/Rumah sakit, dan penyuluhan terhadap masyarakat agar mau menerima secara
wajar terhadap penderita yang pulang dari tempat perawatan serta bersama keluarga
menjaga agar tidak kambuh kembali.
Pengembangan
Hambatan
Upaya Kesehatan Jiwa bukan sebagai program prioritas di Puskesmas.
Kesiapan semua unsur di Puskesmas dalam masalah kesehatan jiwa.
Peran serta masyarakat dalam masalah kesehatan jiwa.
Sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas
Untuk data kesehatan jiwa dikumpulkan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas digunakan formulir laporan LB-1 : Laporan Bulanan mengenai Data
Kesakitan. Laporan Bulanan LB-1 dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya. Kode penyakit : F 00 F 99 Penyakit
Gangguan Jiwa dan Perilaku.