Anda di halaman 1dari 25

BAB I

ILUSTRASI KASUS
I.

II.

Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
:
Anamnesis
Secara autoanamnesis pada tanggal 21 Oktober 2013 di Poliklinik Mata RSMM
Bogor
a. Keluhan Utama
Kelopak mata bawah terasa lebih lengket sejak seminggu yang lalu.
b. Keluhan Tambahan
Kaca mata pasien sering
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan, berumur 11 tahun datang dengan keluhan matanya buram bila
melihat sejauh sejak 1 tahun yang lalu. Pandangan buram terjadi perlahan lahan
makin lama makin buram. Hal ini semakin diperberat ketika pasien duduk dibangku
belakang, huruf terlihat berbayang. Pasien sering membaca sambil tiduran. Sekarang
pasien seringkali merasa pusing saat melakukan kebiasaan itu.
Pasien tidak mengalami mata merah, nyeri pada daerah mata, gatal ataupun mudah
silau serta tidak banyak kotoran. Pasien mengaku belum pernah menggunakan
kacamata.
d. Riwayat Penyajit Dahulu
Riwayat alergi obat obatan dan makanan , trauma, operasi mata sebelumnya
disangkal pasien. Tidak ada riwayat memakai kacamata sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dalam keluarganya.

III.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi

: Tidak tampak sakit


: Compos mentis
:: 84x/menit

Suhu
Pernafasan
Kepala
Mata
THT
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Mulut
Leher

: Afebris
: 22x/menit
: Normosefali
: lihat status oftalmologi
: Normotia, sekret -/-, serumen -/: Deviasi septum (-), sekret -/: Faring tidak hiperemis
: lidah kotor (-), tonsil tidak hiperemis T1-T1
: Pembesaran KGB(-), tiroid tidak teraba membesar, trakea

lurus ditengah
Thoraks
Jantung
Paru paru
Abdomen

: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)


: Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
: Supel, Bising usus (+), Nyeri tekan (-)

Atas
Bawah

: akral hangat, edema (-)


: akral hangat, edema (-)

Ekstremitas

IV.

Status Oftalmologi
OD

Visus

OS

0,3

0,3

Orthoforia

Orthoforia

Kedudukan Bola Mata


Posisis

Palpebra
Edema
Luka Robek
Benjolan

Konjungtiva

Warna Jernih
Injeksi
Pigmen
Penebalan
Benda asing
Sekret
Edema

+
-

+
-

+
+

+
+

Normal
Normal

Normal
Normal

Coklat
+

Coklat
+

Bulat
3 mm
Isokor
+
+

Bulat
3 mm
Isokor
+
+

Jernih

Jernih

Kornea
Jernih
Benda asing
Infiltrat
sikatriks
Arkus senilis

Camera Oculi Anterior


Isi
Volume

Iris
Warna
Kripta

Pupil
Bentuk
Ukuran
Isokoria
RCL
RCTL

Lensa
Kejernihan

Pergerakan Bola Mata

Bebas ke segala arah

Bebas ke segala arah

Pemeriksaan Penunjang
Dengan menggunakan kartu snellen dengan koreksi ditemukan

V.

Resume
Seorang pasien perempuan 11 tahun datang ke poliklinik mata RSMM dengan

keluhan mata buram apabila melihat jauh sejak setaun yang lalu. Tidak ada keluhan mata
merah, silau, kotoran mata, ataupun nyeri pada mata. Pasien tidak pernah mengalami hal ini
sebelumnya.
Pemeriksaan fisik : status generalis dalam batas normal
Oculus Dexter
0,3

VISUS

Oculus Sinister
0,3

Jernih
Isi normal, Volume normal
Coklat, Kripta (+)
Bulat, central, regular,

KORNEA
COA
IRIS
PUPIL

Jernih
Isi normal, Volume normal
Coklat, Kripta (+)
Bulat, central, regular,

d: 3mm, RCL/RCTL +
Jernih

LENSA

d: 3mm, RCL/RCTL +
Jernih

VI.

Diagnosis

Myopia-Astigmatisme ODS
VII.

Terapi

Non Farmakologis

Memakai kacamata yang sesuai hasil koreksi


Edukasi
- Menjelaskan tentang penyakitnya, jelaskan bahwa hal itu bisa dibantu dengan
memakai kacamata

Kecocokan kacamata yang sekarang diresepkan sewaktu waktu karena


pertambahan usia dan perubahan struktur bola mata, sehingga harus tetap

kontrol mata setiap 6 bulan sekali


Menjelaskan bahwa tidak boleh membaca sambil tiduran atau membaca
ditempat yang kurang penerangan.

Farmakologis : Vitamin dan nutrisi mata


Protagenta eye drop 4 tetes/hari
Optima 2x1

VIII.

Prognosis

Ad Vitam

: Ad bonam

Ad Sanationam

: Dubia ad bonam

Ad Visam

: Dubia ad bonam

ODS

BAB II
PENDAHULUAN

Dry

eyes

merupakan

suatu

keadaan

dimana

terjadi

ketidaknyamanan dalam pengelihatan penderita yang disebabkan karena


kekurangan kelembaban, lubrikasi dan agen dalam mata. Saat ini, dry
eyes lebih sering terjadi dibandingkan pada masa-masa lampau. Hal ini
dapat distimulasi oleh berbagai aspek lingkungan seperti udara yang
dapat mengiritasi mata dan lapisan air mata menjadi kering.
Penderita dry eyes sering merasakan ketidaknyamanan dalam mata
sehingga mereka sering mengeluhkan perasaan seperti iritasi, tandatanda inflamasi sering merasa ada benda asing di mata. Penderita dengan
Dry eyes kronis didiagnosis oleh dokter jika keluhan dry eyes terjadi
berulang sehingga menurunkan jumlah air mata yang menyebabkan
gejala bertahan dalam periode yang lama. Penderita dry eyes sering
dijumpai pada mereka yang sering menggunakan komputer dalam jangka
panjang.
Penggunaan komputer dewasa ini telah demikian luas di segala
bidang, baik di perkantoran maupun bagian dari kehidupan pribadi
seseorang. Hampir semua petugas administrasi menggunakan komputer
dalam pekerjaan sehari-hari. Penggunaan komputer tidak terlepas dari
hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan.
Gangguan

kesehatan

pada

pengguna

komputer

antara

lain

kelelahan mata karena terus menerus memandang monitor atau video


display terminal (VDT). Kumpulan gejala kelelahan pada mata ini disebut
Computer Vision Syndrome (CVS). Gejala-gejala yang termasuk dalam CVS

ini antara lain penglihatan kabur, dry eye, nyeri kepala, sakit pada leher,
bahu dan punggung. Sedangkan sindrom dry eye adalah gangguan
defisiensi air mata baik kuantitas maupun kualitas. Selain penggunaan
VDT, faktor risiko sindrom dry eye pada pekerja adalah faktor pekerja dan
lingkungan kerja. Faktor pekerja meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan
membaca dan kelainan refraksi, sedangkan faktor lingkungan kerja
meliputi suhu, kelembaban, penerangan, tinggi meja, tinggi kursi dan
jarak mata ke monitor.

BAB II
ISI

2.1 Anatomis lapisan air mata


Lapisan air mata melapisi permukaan okuler normal. Pada dasarnya,
lapisan air mata terdiri dari 3 lapisan yang terdiri dari:
a. Lapisan tipis superfisial (0.11um) diproduksi oleh kelenjar meibomian dan
fungsi

utamanya

adalah

menahan

evaporasi

air

mata

dan

mempertahankan penyebaran air mata


b. Lapisan tengah, lapisan tebal (lapisan aqueous, 7um) diproduksi oleh
kelenjar lakrimalis utama ( untuk refleks menangis), seperti halnya
kelenjar lakrimalis asesoris dari kelenjar Krause dan Wolfring.
c. Lapisan terdalam, lapisan musin hidrofilik diproduksi oleh sel-sel goblet
konjunctiva dan epitel permukaan okuler dan berhubungan dengan
permukaan okuler melalui ikatan jaringan longgar dengan glikokalik dari
epitel konjunctiva. Adanya musin yang bersifat hidrofilik membuat lapisan
aqueous menyebar ke epitel kornea.

Gambar 1. Lapisan air mata


Lapisan lemak yang diproduksi oleh kelenjar meibomian berperan
sebagai surfaktant, sama seperti lapisan aqueous (mempertahankan
terjadinya evaporasi dari lapisan aqueous) dan juga sebagai pelindung
permukaan mata. Selain itu, lapisan lemak dapat berperan sebagai barier
melawan partikel asing dan dapat juga berperan sebagai antimikroba.
Kelenjar ini bersifat holokrin dan kelenjar dapat mensekresi lipid polar
(interaksi aquaous-lipid) dan lipid nonpolar (interaksi permukaan air mataudara) yang merupakan materi berisi protein. Semua lapisan tersebut
diikat menjadi satu dengan ikatan ion, ikatan hidrogen dan tekanan van
der Waal.
Sekresi

dari

lapisan

air

mata

bersifat

neuronal

sumber

parasimpatik, simpatik dan persarafan sensoris), hormonal ( reseptor


androgen dan estrogen) dan regulasi vaskuler. Terjadinya evaporasi
kebanyakan disebabkan karena disfungsi kelenjar meibomian.
Komponen lapisan aqueous diproduksi oleh kelenjar lakrimalis.
Komponen ini meliputi sekitar 60 persen protein, elektrolit dan air. Jumlah
lisozim cukup banyak (20-40% dari total protein) dan juga merupakan
protein basa di dalam air mata. Enzim ini bersifat glikolitik yang mampu
memecahkan

dinding

sel

bakteri.

Laktoferin

berperan

sebagai

antibakterial dan antioksidan dan epidermal growth faktor (EGF) yang


berperan

dalam

mempertahankan

permukaan

okuler

normal

dan

mencetuskan proses penyembuhan kornea. Selain itu pada lapisan air


mata

juga

ditemukan

adanya

komponen

albumin,

transferin,

immunoglobulin A (IgA), immunoglobulin M (IgM) dan immunoglobulin G


(IgG).

Defisiensi lapisan aqueous merupakan penyebab utama dari dry eye


dan ini disebabkan karena insufisiensi produksi air mata. Sekresi kelenjar
lakrimalis dikontrol oleh refleks neuralis dengan lengkung reflek saraf
aferen ( serat saraf sensoris trigeminal) di kornea dan konjunctiva yang
kemudian melewati pons( nukleus salivatorius superior), kemudian dari
pons keluar jalur serat eferen, saraf intermedius yang akan menuju
ganglion

pterigopalatina

dan

post

ganglionik

simpatetik

parasimpatetik yang kemudian berakhir di kelenjar lakrimalis.


Keratoconjunctivitis sicca (KCS) merupakan penyakit

dan
pada

permukaan okuler. KCS dibagi menjadi sindroma Sjogren yang dapat atau
tanpa berkaitan dengan KCS. Pasien dengan defisiensi lapisan air mata
aqueous memiliki gejala Sjogren sindrom jika keluhan disertai dengan
xerostomia dan atau penyakit jaringan ikat. Pasien dengan Sindroma
sjogren

biasanya

menderita

penyakit

autoimun

sistemik

dan

bermanifestasi dengan ditemukannya serum autoantibodi dan defisiensi


cukup berat dari lapisan aqueous dan penyakit lapisan okuler. Kebanyakan
pasien tersebut berjenis kelamin perempuan, teridentifikasi sebagai
penyakit jaringan ikat okuler. Pasien dengan Sindroma sjogren primer
jarang

mengalami

disfungsi

imunitas

sistemik

namun

tetap

memperlihatkan kelainan klinis pada okuler. Sindroma sjogren (SS)


sekunder dikenal dengan penyakit Keratokonjuntivis sicca (KCS) yang
berkaitan

dengan

penyakit

jaringan

ikat

yang

dapat

didiagnosis,

kebanyakan menderita artritis reumatoid tetapi dapat juga mengalami SLE


dan sklerosis sistemik.
Keratokonjuntivitis

non-SS

sering

ditemukan

pada

wanita

postmenopause, wanita hamil, wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi


oral, atau pada wanita dengan terapi hormon pengganti terutama pil
estrogen. Penanda dari terjadinya KCS adalah penurunan jumlah hormon
androgen, serta terjadinya penurunan fungsi ovarium pada wanita
postmenopause atau terjadi peningkatan kadar hormon seks binding
globulin

pada

wanita

hamil

dan

menggunakan pil. Androgen

juga

pengontrolan
dipercaya

kehamilan

dengan

berpengaruh terhadap

kelenjar lakrimalis dan meibomian. Selain itu andregen juga berpotensi

sebagai anti inflamasi melalui aktivitas produksi dari Transforming growth


factor beta (TGF-beta), penekanan infiltrasi limfositik.
Lipokalin ( lapisan air mata yang berisi prealbumin spesifik)
ditemukan pada lapisan mukus merupakan lapisan lemak yang mengikat
protein yang diproduksi oleh kelenjar lakrimalis yang menurunkan
tegangan permukaan air mata normal. Lipokalin ini menjaga kestabilan
lapisan air mata dan juga menjelaskan terjadinya peningkatan tegangan
permukaan air mata yang sering terlihat pada sindroma dry eyes yang
ditandai dengan defisiensi kelenjar lakrimalis. Defisiensi lipocalin dapat
memicu presipitasi lapisan air mata dan membentuk kumpulan mukus
yang terlihat pada penderita dry eyes yang bergejala.
Glikokalik dari epitel kornea meliputi musin transmembran MUC1,
MUC2, MUC 16. Membran musin tersebut berinteraksi dengan musin
soluble, sekresi, gel-forming yang diproduksi oleh sel goblet (MUC5AC)
dan juga oleh MUC2. Kelenjar lakrimalis juga menghasilkan MUC7 yang
menempel pada lapisan air mata.
Musin yang soluble bergerak bebas pada lapisan air mata ( sebuah
proses yang difasilitasi dengan pengikatan dan repulsi elektrostatik secara
tekanan negatif dari musin transmembran), berfungsi sebagai protein
pembersih

mengangkut

kotoran

mata,

debris

dan

patogen),

mempertahankan kadar air mata karena musin yang bersifat hidrofilik dan
sebagai mekanisme pertahanan terhadap molekul yang disebabkan
karena kelenjar lakrimalis. Musin transmembran mencegah penempelan
patogen dan juga dapat sebagai pelumas mata. Menurut penelitian
terbaru, musin bercampur dengan lapisan air mata ( sifat hidrofilik), larut
dalam air, dan bergerak bebas pada lapisan.
Defisiensi musin (disebabkan karena kerusakan sel goblet atau
epitel glikokalik) seperti ditemukan pada Stevens-Johnson syndrome atau
sesudah luka bakar karena kimiawi dapat memicu permukaan kornea
menjadi kering dengan terjadinya kerusakan sel epitel dan produksi
aqueous berkurang.
Ciri histopatologik pada sindrom dry eye termasuk timbulnya bintikbintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen,
hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non

goblet, peningkatan stratifikasi sel dan penambahan keratinisasi. Ciri


paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputusnya meniskus air
mata di tepian palpebra inferior.
Benang-benang mukus kental kekuning-kuningan kadang-kadang
terlihat dalam forniks konjungtiva inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak
tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan
hiperemik. Epitel kornea terlihat
bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel epitel konjungtiva dan
kornea yang rusak terpulas dengan Rose Bengal 1%, dan defek epitel
kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lanjut akan terlihat satu
ujung pada setiap filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lain
bergerak bebas.

SISTEM SEKRESI AIR MATA


Sistem lakrimalis meliputi struktur-struktur yang terlibat dalam
produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar
yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Volume
terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di
fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Selain kelenjar air mata
utama

terdapat

kelenjar

lakrimal

tambahan.

Meskipun

hanya

sepersepuluh dari massa utama, namun mempunyai


peran yang penting.
Komponen lipid air mata disekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis di
tepian palpebra. Sekresi lipid ini dipengaruhi oleh serabut saraf kolinergik
yang berisi kolinesterase dan agonis kolinergik seperti pilokarpin. Selain
itu sekresi kelenjar dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron
yang dapat meningkatkan sekresi, sementara hormon antiandrogen dan
estrogen akan menekan sekresi kelenjar lipid. Refleks mengedip juga
memegang peran penting dalam sekresi oleh kelenjar Meibom dan Zeis.
Mengedip menyebabkan lipid
mengalir ke lapisan air mata.

Komponen akuos air mata disekresi oleh kelenjar utama, kelenjar


Krause dan Wolfring. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar
utama namun tidak mempunyai sistem saluran. Mekanisme sekresi akuos
dipersarafi oleh saraf kranial V. Stimulasi reseptor saraf V yang terdapat di
kornea dan
mukosa

nasal memacu

sekresi

air mata

oleh kelenjar

lakrimalis.

Kurangnya sekresi air mata oleh kelenjar lakrima dan sindrom dry eye
dapat disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan yang berefek pada
sistem otonom.
Komponen musin lapisan air mata disekresi oleh sel Goblet
konjungtiva dan sel epitel permukaan. Mekanisme pengaturan sekresi
musin oleh sel ini tidak diketahui. Hilangnya sel Goblet berakibat
mengeringnya kornea meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal.
SISTEM EKSKRESI AIR MATA
Selain sistem sekresi, kelenjar air mata juga terdiri dari komponen
ekskresi. Komponen ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus
lakrimalis dan duktus lakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip
risleting mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas
kornea dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi di sisi medial
palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan
yang sesuai dengan jumlah yang diuapkan. Oleh
sebab itu hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi.

Gambar 2. Anatomi air mata + sistem sekresi dan eksresi air mata

2.2 Dry eyes


Dry eye merupakan penyakit multifaktorial pada kelenjar air mata
dan

permukaan

okuler

yang

menghasilkan

gejala-gejala

ketidaknyamanan, gangguan pengelihatan, air mata yang tidak stabil


sehingga berpotensi untuk menimbulkan kerusakan pada permukaan
okuler. Dry eye sering disertai dengan peningkatan osmolaritas dari air
mata dan peradangan dari permukaan okuler.

Gambar 3. Dry eye sindrome

2.3 Patofisiologi
Keratokonjuntivitis (KCS) pada sindroma Sjogren (SS) dipredisposisi
oleh kelainan genetik yang terlihat adanya prevalensi dari HLA-B8 yang
meningkat. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya prose inflamasi
kronis dengan akibatnya terjadi produksi autoantibodi yang meliputi
produksi

antibodi

antinuklear,

faktor

reumatoid,

fodrin

(protein

sitoskeletal), reseptor muskarinik M3, antibodi spesifik SS ( seperti anti


RO, anti-LA, pelepasan sitokin peradangan dan infiltrasi limfositik fokal
terutama sel limfosit T CD4+ namun terkadang juga sel B) dari kelenjar
lakrimalis dan salivatorius dengan degenerasi glandular dan induksi
apoptosis pada kelenjar lakrimalis dan konjuncita. Keadaan ini dapat
menimbulkan disfungsi kelenjar lakrimalis, penurunan produksi air mata,
penurunan respon terhadap stimulasi saraf dan berkurangnya refleks
menangis. Infiltrasi sel limfosit T aktif pada konjuntiva juga sering
dilaporkan pada KCS non SS.
Reseptor androgen dan estrogen terdapat di dalam kelenjar
lakrimalis dan meibomian. SS sering ditemukan pada wanita post
menopause. Pada wanita menopause, terjadi penurunan hormon seks
yang beredar ( seperti estrogen, androgen) dan juga mempengaruhi
fungsi dari sekresi kelenjar lakrimalis. 40 tahun yang lalu, penelitian
mengenai defisiensi estrogen dan atau progesteron sering berkaitan
dengan insidensi KCS dan menopause.
Disfungsi kelenjar meibomian, defisiensi hormon androgen akan
berakibat kehilangan lapisan lipid terutama trigliserida, kolesterol, asam
lemak esensia monosaturasi (MUFA seperti asam oleat), dan lipid polar
( seperti phosphatidiletanolamin, sfingomielin). Kehilangan polaritas
lemak

(pada

mencetuskan

hubungan
terjadinya

antara

lapisan

kehilangan

air

aqueous-air
mata

atau

mata)

akan

evaporasi

dan

penurunan asam lemak tidak jenuh yang akan meningkatkan produksi


meibum, memicu penebalan serta sekresi air mata yang bersifat viskos
sehingga dapat mengobstruksi duktus dan menyebabkan stagnasi dari
sekresi. Pasien dengan terapi antiandrogenik pada penyakit prostat juga

dapat meningkatkan viskositas sekret kelenjar meibom, menurunkan


waktu kecepatan penyerapan air mata dan meningkatkan jumlah debris.
Sitokin proinflamasi juga dapat menimbulkan destruksi seluler,
meliputi interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), interleukin 8 (IL-8), TGF
beta, TNF alpha. IL-1 beta dan TNF-alfa juga ditemukan pada air mata dari
KCS dimana dapat menimbulkan pelepasan opioid yang akan mengikat
reseptor opioid pada membran neural dan menghambat pelepasan
neurotransmiter melalui NF-K beta. IL-2 juga dapat mengikat reseptor
opioid delta dan menghambat produksi cAMP dan fungsi neuronal.
Kehilangan fungsi neuronal akan menurunkan tegangan neuronal normal,
yang dapat memicu isolasi sensoris dari kelenjar lakrimalis dan atrofi
kelenjar lakrimalis secara bertahap.
Neurotransmiter proinflamasi seperti substansi P dan kalsitonin gen
related peptide (CGRP) dilepaskan dan dapat mengaktivasi sel limfosit
lokal. Substansi P juga berperan melalui pelepasan sinyal lewat jalur NF-AT
dan NFKb yang memicu ekspresi ICAM-1 dan VCAM-1, adesi molekul yang
mempromosi munculnya limfosit dan kemotaksis limfosit ke daerah
inflamasi. Siklosporin A merupakan reseptor sel natural killer (NK)-1 dan
NK-2 yang dapat menurunkan regulasi molekul sinyal yang dapat
digunakan untuk mengatasi defisiensi lapisan aqueous air mata dan
disfungsi kelenjar meibomian. Proses tersebut juga dapat meningkatkan
jumlah sel goblet dan menurunkan jumlah sel inflamasi dan sitokin di
dalam konjuntiva.
Sitokin-sitokin tersebut dapat menghambat fungsi neural yang
dapat mengkonversi hormon androgen menjadi estrogen yang merupakan
hasil dari disfungsi kelenjar meibomian. Peningkatan rata-rata apoptosis
juga terlihat pada sel konjunktiva dan sel lakrimalis asiner yang mungkin
disebabkan karena kaskade sitokin. Elevasi enzim pemecah jaringan yaitu
matriks metalloproteinase (MMPs) juga ditemukan pada sel epitel.
Gen yang berperan dalam produksi musin yaitu MUC1-MUC 17 akan
memperlihatkan fungsi sekresi dari sel goblet, musin yang soluble dan
tampak adanya hidrasi dan stabilitas dari lapisan air mata yang terganggu
pada penderita sindroma dry eyes. Kebanyakan MUC 5AC berperan
dominan dalam lapisan mukus air mata. Adanya defek gen musin makan

akan memicu perkembangan sindroma dry eyes. Sindroma StevenJohnson, defisiensi vitamin A akan memicu kekeringan pada mata atau
keratinisasi dari epitel okuler dan bahkan dapat menimbulkan kehilangan
sel goblet. Musin juga menurun pada penyakit tersebut dan terjadi
penurunan ekspresi gen musin, translasi dan terjadi perubahan proses
post-translasi.
Produksi protein air mata normal seperti lisosim, laktoferin, lipocalin,
fosfolipase A2 juga menurun pada KCS.
2.4 Frekuensi
Sindroma dry eye biasanya terjadi pada pasien usia lebih dari 40
tahun dan merupakan penyakit mata yang cukup sering terjadi, yaitu
sekitar 10-30% populasi. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada sekitar 3.23
juta wanita dan 1.68 juta pria yang berusia 50 tahun keatas yang
menderita sindroma dry eyes.
Frekuensi sindroma dry eyes di beberapa negara hampir serupa
dengan frekuensi di Amerika Serikat.
2.5 Mortalitas dan Morbiditas
Dry eyes juga dapat menimbulkan kornea yang steril atau terjadi
ulserasi kornea terinfeksi terutama pada pasien Sindroma Sjogren. Sifat
ulkus kornea pada dry eyes cukup khas yaitu berbentuk oval atau sirkular
dengan diameter kurang dari 3 mm dan berlokasi pada kornea sentral
atau parasentral. Terkadang dapat terjadi perforasi kornea. Pada kasus
tertentu dapat menimbulkan kebutaan akibat ulkus kornea terinfeksi.
Komplikasi lainnya berupa defek epitel puntata (PED), neovaskularisasi
kornea dan jaringan parut kornea.
Mortalitas dan morbiditas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan
suku bangsa. Kebanyakan sindroma dry eyes terjadi pada wanita. KCS
dengan SS ditemukan pada 1-2% populasi dan mengenai hampir 90%
wanita. Sedangkan diagnosis dry eyes sering ditemukan pada penderita
ras hispanik dan asia kaukasia.
2.6 Pemeriksaan klinis

a. anamnesis
perlu dilakukan pemeriksan riwayat penyakit untuk menegakkan
diagnosis sindroma dry-eyes seperti ada tidaknya:
Iritasi okuler dengan gejala klinis seperti rasa kering , rasa terbakar, gatal,
nyeri , rasa adanya benda asing pada mata, fotofobia, pandangan
berkabut. Biasanya gejala tersebut dicetuskan pada lingkungan berasap
atau kering, aktivitas panas indoor, membaca lama, pemakaian komputer
jangka panjang.
Pada KCS, gejala-gejala akan semakin memburuk setiap harinya dengan
penggunaan mata yang lebih memanjang dan paparan lingkungan. Pasien
dengan disfungsi kelenjar meibomian kadang mengeluh mata merah pada
kelopak

mata

dan

konjuntiva

tetapi

pasien-pasien

tersebut

memperlihatkan perburukan gejala terutama pada pagi hari.


Terkadang, pasien mengeluh sekret air mata yang berlebihan, hal ini
disebabkan karena reflek menangis mata yang meningkat karena
permukaan kornea yang mengering
Pemakaian obat-obatan sistemik, karena dapat menurunkan produksi air
mata seperti antihistamin, beta bloker dan kontrasepsi oral.
Riwayat penyakit dahulu berupa kelainan jaringan ikat, artritis reumatoid,

atau abnormalitas tiroid. Terkadang pasien juga mengeluh mulut kering


b. Pemeriksaan fisik
gejala dari sindroma dry eyes meliputi:
Dilatasi vaskuler konjuntiva bulbi
Penurunan meniskus air mata
Permukaan kornea yang ireguler
Penurunan absorbsi air mata
Keratopati epitel kornea punctata
Kornea berfilamen
Peningkatan debris pada lapisan air mata
Keratitis puntata superfisialis
Sekret mukus
Pada kasus berat, ulkus kornea
Gejala-gejala dry eyes tidak berhubungan dengan tanda-tanda dry
eyes. Pada kasus berat, juga ditemukan defek epitel atau infiltrasi kornea
steril atau ulkus kornea. Keratitis sekunder juga dapat terjadi. Baik
perforasi kornea karena steril atau infeksi dapat terjadi.
c.Pemeriksaan diagnostik.
Tes Schimer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan


memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whartman No. 41) ke dalam
cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal
dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur lima menit
setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa
anestesi dianggap abnormal.

Gambar 4. Tes Schimmer

Tes Break-up Time


Tes ini berguna untuk menilai stabilitas air mata dan komponen lipid
dalam cairan air mata; diukur dengan meletakkan secarik kertas
berfluorescein

di

konjungtiva

bulbi

dan

meminta

penderita

untuk

berkedip. Lapisan air


mata kemudian diperiksa dengan bantuan filter cobalt pada slitlamp,
sementara penderita diminta tidak berkedip. Selang waktu sampai
munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapis fluorescein kornea
adalah break-up time. Biasanya lebih dari 15 detik. Selang waktu akan
memendek pada mata dengan defisiensi lipid pada airmata.
Tes Ferning Mata
Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti komponen musin air
mata ; dilakukan dengan mengeringkan kerokan lapisan air mata di atas
kaca obyek bersih.
Sitologi
Impresi Adalah cara menghitung densitas sel Goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel Goblet paling tinggi di
kuadran infra nasal.
Pemulasan Fluorescein
Dilakukan dengan secarik kertas kering fluorescein untuk melihat derajat
basahnya air mata dan melihat meniskus air mata. Fluorescein akan
memulas daerah yang tidak tertutup oleh epitel selain defek mikroskopik
pada epitel
kornea.
Pemulasan Rose Bengal
Rose Bengal lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarna ini akan memulas
semua sel epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang mengering
dari kornea dan konjungtiva.

Pengujian kadar lisozim air mata


Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya
dengan cara spektrofotometri.
Osmolalitas air mata
Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis
sicca dan pemakai lensa kontak; diduga sebagai akibat berkurangnya
sensitifitas

kornea.

Laporan-laporan

penelitian

menyebutkan

bahwa

hiperosmolalitas adalah tes yang paling spesifik bagi keratokonjungtivitis


sicca, karena dapat ditemukan pada pasien dengan tes Schirmer normal
dan pemulasan Rose Bengal normal.
Laktoferin
Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
hiposekresi kelenjar lakrimalis
Untuk mengukur kuantitas komponen akuos dalam air mata dapat
dilakukan tes Schirmer. Tes Schirmer merupakan indikator tidak langsung
untuk menilai produksi air mata. Berkurangnya komponen akuos dalam air
mata mengakibatkan air mata tidak stabil. Ketidakstabilan air mata pada
dry eyes.disebabkan kerusakan epitel permukaan bola mata sehingga
mukus yang dihasilkan tidak normal yang berakibat pada proses
penguapan air mata. Salah satu pemeriksaan untuk menilai stabilitas
lapisan air mata adalah dengan pemeriksaan break up time (BUT)

2.7 Penyebab
Internasional Dry Eye Workshop (DEWS) mengembangkan 3 bagian
klasifikasi dari dry eye, berdasarkan etiologi, mekanisme dan

a.

o
o

derajat

keparahan penyakit.
Sistem klasifikasi dibuat berdasarkan etiopatogenesis menurut DEWS:
Defisiensi produksi aqueous
Dry eyes dengan Sindroma sjogren (primer, sekunder)
Dry eyes tanpa sindroma sjogren
Defisiensi kelenjar lakrimalis
Obstruksi duktus kelenjar lakrimalis

o
o

Refleks hiposekresi
Obat-obatan sistemik
Evaporatif
Penyebab intriksi ( disfungsi kelenjar meibomian, kelainan lengkungan

kelopak mata, rata-rata kebutraan, aksi obat ( contoh accutan)


o Penyebab ekstrinsik ( defisiensi vitamin A, obat-obatan topikal, pemakaian
kontak lensa,penyakit permukaan okuler seperti alergi).
b. Berdasarkan defisiensi produksi aqueous dapat diklasifikasikan menjadi:
Sindroma non-sjogren
o Defisiensi primer kelenjar lakrimalis primer ( idiopatik, age related dry
eye), kongenital alkrima, disautonomia famili
o Defisiensi kelenjar lakrimalis sekunder ( infiltrasi kelenjar lakrimalis,
sarkoidosis, limfoma, AIDS, graft disease, amiloidosis, hemokromatosis,
infeksi kelenjar lakrimalis, sindroma limfadenopati, HIV difus, trakoma,
defisiensi

vitamin

A,

ablasi

kelenjar

lakrimalis,

denervasi

kelenjar

lakrimalis.
o Penyakit obstruksi lakrimalis ( trakoma, pemfigoid okuler, eritema
multiformis dan SSJ, luka bakar kimiawi+ termal, imbalan endokrin,
fibrosis post radiasi)
o Obat-obatan antihistamin, beta bloker, fenotiazin, atropin, kontrasepsi
oral, ansiolitik, agen antiparkinson, diuretik, antikolinergik, antiaritmia,
topikal pada tetes mata, anestesi topikal, isotretinoin
o Hiposekresi refleks ( keratitis neurotropik, pembedahan kornea, keratitis
herpes simplek, agen topikal, obat sistemik (beta bloker, atropin),
pemakaian kontak lens kronis, diabetes, penuaan, toksisitas trikloretilen,
kerusakan saraf kranial, neuromatosis multipel.
Sindroma Sjogren
o Primer ( tidak berkaitan dengan penyakit jaringan ikat/ connetive tissue
disease (CTD)
o Sekunder (berkaitan dengan CTD) artritis reumatoid, SLE, skleredema,
sirosis biliaris primer, nefritis interstitial, polimiositis+ dermatomiositis,
poliarteritis nodosa, tiroiditis hasimoto, penumonitis limfositik interstitial,
ITP, hipergammaglobulinemia, granulomatosis wegener.
Klasifikasi berdasarkan kehilangan evaporasi, dibagi menjadi:
a. Penyebab intrinsik
Penyakit kelenjar meibomian (penurunan jumlah, replacement, disfungsi)

Penurunan pengelihatan akibat bekerja terlalu lama dengan komputer,

gangguan ekstrapiramidal seperti penyakit parkinson


Kelainan kelengkungan kelopak mata akibat eksposure

ekssoptalmus), paralisis kelopak mata, ektropion, koloboma kelopak.


Aksi obat ( akutan)

(proptosis,

b.penyebab ekstrinsik
Defisiensi vitamin A
Obat-obatan topikal
Pemakaian kronis kontak lensa
Penyakit permukaan okuler

2.8 Penatalaksanaan

Sindroma dry eye sangat kompleks penyebabnya dan diatasi


berdasarkan penyebabnya, tetapi sementara mencari penyebabnya dapat
juga diatasi terlebih dahulu keluhan lainnya seperti kering, gatal dan rasa
terbakar.
Tujuan utama dari pengobatan sindrom dry eye adalah penggantian
cairan mata. Terapi yang saat ini dianut adalah air mata buatan sebagai
pelumas air mata sedangkan salep berguna sebagai pelumas jangka
panjang terutama saat tidur. Terapi tambahan dapat dilakukan dengan
memakai pelembab, kacamata pelembab atau kacamata
berenang.
Untuk menjaga agar air mata tidak terdrainase dengan cepat dapat
digunakan punctal plug, dengan demikian mata akan lebih terasa lembab,
tidak kering, tidak gatal, tidak seperti terbakar.

Gambar 5. Plug punctal

Salmon merupakan sumber asam lemak omega 3 yang dapat


mengurangi resiko dry eyes. Sardine, herring dan minyak ikan dapat
dicoba untuk dijadikan suplemen sehari.
Jika menggunakan kontak lens, jangan sembarangan memakai
kontak lensa karena tidak semua tetes mata cocok digunakan untuk
kontak lensa. Untuk memberi tetes mata, maka sebaiknya kontak lensa
dilepaskan dahulu dari mata dan biarkan 15 menit tanpa kontak lensa.
Jika permasalahan timbul akibat lingkungan, maka dapat digunakan
kacamata hitam ketika beraktivitas di luar ruangan untuk mengurangi
paparan sinar matahari, angin dan debu.
Silicon plug yang dimasukkan ke dalam kelenjar lakrimalis pada
ujung mata dapat menjaga air mata terdrainase lebih lambat sehingga
menjaga kelembaban mata. Alat ini dikenal dengan istilah lakrimal plug
dan diletakkan tanpa nyeri oleh spesialis mata. Untuk sebagian orang
silicon plug terasa tidak nyaman di mata maka saat ini dapat juga
dilakukan puncta kauterisasi.
Dapat

juga

mengkonsumsi

obat-obatan

seperti

restasis,

kortikosteroid topikal, tetrasiklin oral, doksisiklin. Obat restasis memiliki


efek

dalam

memproduksi

cairan

air

mata

sehingga

mata

dapat

menghasilkan air mata alami sehingga dapat mengurangi kekeringan


pada mata yang disebabkan oleh proses penuaan atau agen yang
menyebabkan produksi menurun. Tindakan pembedahan dilakukan jika
terdapat kelainan anatomis dari bulu mata.

BAB III
KESIMPULAN

1. Dry eye merupakan penyakit multifaktorial pada kelenjar air mata dan
permukaan okuler yang menghasilkan gejala-gejala ketidaknyamanan,
gangguan pengelihatan.
2. Karena bersifat multifaktorial, maka penyebab dry eyes sangat bervariasi
dan penanganannya disesuaikan dengan causanya.
3. Deteksi dini dry eyes diperlukan karena keluhan dry eyes ini sangat
mengganggu pengelihatan kita.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overwiew,

22

Juli

2010
2. http//www.mayoclinic.com/health/dry-

eyes/DS00463/DSECTION=causes, 22 juli 2010


3. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000426.htm,

22

2010
4. http://www.eyecaresource.com/conditions/dry-eyes/, 22 juli 2010
5. Nenjah
Roestijawati, 2007. Sindroma Dry eye pada

juli

VDT.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/154_11_Sindromadryeye.pdf/154_1
1_sindromadryeye.html, 22 Juli 2010
6. http://www.allaboutvision.com/conditions/dryeye.htm, 22 Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai