Anda di halaman 1dari 11

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

RENCANA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)

1.0 PERATURAN UMUM

1.1 Seluruh karyawan dan pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus
memahami dan mematuhi kaedah, dan peraturan keselamatan kerja.
1.2 Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
1.3 Pengaturan lalu lintas di lokasi kerja :
• Hanya yang mempunyai Surat Ijin Mengemudi dan Mengoperasikan Alat berat
yang diijinkan mengemudikan kendaraan di lokasi proyek.
• Kendaraan hanya boleh diparkir pada tempat-tempat yang disediakan, bukan
disembarang tempat pada lokasi proyek.
• Dalam memarkir kendaraannya, pengemudi harus memastikan bahwa kendaraan
tidak bergerak saat ditinggalkan.
• Kendaraan harus dijalankan sesuai dengan batas kecepatan yang diijinkan.
1.4 Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan tanggap akan
bahaya kebakaran yang mungkin timbul.
1.5 Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan harus peduli dan tanggap untuk
menjaga kerapian dan kebersihan pada lokasi masing-masing.
1.6 Pada lokasi-lokasi yang berbahaya harus dipasang tanda-tanda peringatan adanya
bahaya.
1.7 Jalan kerja yang memadai dan aman harus disediakan sebagai sarana keluar masuk
pekerja dan inspeksi.
1.8 Setiap proyek harus mendaftarkan dan mengikuti program Jamsostek.
1.9 Manajemen Proyek atau Penanggung Jawab K 3 harus menetapkan sanksi ayau
hukuman terhadap pelanggaran peraturan K 3.
1.10 Harus tersedia data lamat dan telepon instansi-instansi yang terkait seperti Rumah
Sakit/Puskesmas terdekat, Kepolisian, Dinas Kebakaran, Depnaker,
Asuransi/Jamsostek yang mudah dibaca oleh semua orang.
1.11 Untuk Proyek dengan kondisi khusus yang tidak tercakup dalam peraturan atau IK ini,
maka Manajemen Proyek harus menetapkan peraturan K 3 sesuai dengan kondisi
Proyek.
2.0 PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH

2.1 Semua pekerja, karyawan dan tamu, harus menggunaka topi pengaman (helm) dan
sepatu pengaman saat berada di lokasi kerja.
2.2 Sabuk Pengaman dan Tali Penyelamat harus dikenakan saat bekerja pada ketinggian
diatas 2 meter.
2.3 Pakai seragam dan tanda pengenal.
2.4 Pelindung badan (Body Protector) jika hal tersebut diperlukan (untuk tukang las
diwajibkan).
2.5 Menggunakan Pelampung/Life Jacket untuk pekerjaan diatas air.
Sarung tangan harus dipakai sewaktu memegang barang atau benda keras yang dapat
mengakibatkan luka-luka pada tangan (untuk tukang las diwajibkan).
2.6 Alat pelindung pernapasan harus dipakai sewaktu berada pada lokasi yang penuh debu,
atau material lain yang membahayakan pernapasan.
2.7 Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja yang bising.

3.0 TANGGA, PERANCAH, DAN BEKERJA DI TEMPAT KETINGGIAN

3.1 Tangga
• Tangga harus dibuat dari material atau bahan
yang kuat dan tahan terhadap cuaca (misalnya kayu kelas
II, pipa besi , dll).
• Harus dipasang railling untuk pegangan.
Setiap anak tangga harus kuat.
Apabila tangga terlalu tinggi dapat dibuat
bordes ditengah.

TANGGA HARUS TERBUAT DARI MATERIAL


YANG KUAT
• Jangan meletakan tangga diatas materia/peralatan untuk tujuan menambah
ketinggian.
• Jangan meletakkan material pada jalan kerja.
• Kemiringan tangga harus diatur sedemikian rupa sehingga aman untuk digunakan.
GUNAKAN SABUK PENGAMAN BILA BEKERJA DI KETINGGIAN

3.2 Perancah
• Rancangan penyangga beban atau
perancah untuk sarana bekerja harus didukung
dengan analisa perhitungan.
• Perancah dibuat dari bahan-bahan yang
kuat (dolken, scafolding, pipa, profil baja)
tergantung hasil perhitungan.
• Dasar perancah harus cukup kuat untuk
menahan beban, kalau diperlukan dibuat landasan kayu atau cor beton.
• Harus dibuat pengaku (braching) untuk menahan gaya kesamping atau
goyangan.
• Sebelum perancah memikul beban, harus dicek dahulu keseluruhan dari
perancah terpasang sesuai rancangan.

• Tangga naik keatas perancah harus disediakan.


• Secara berkala sebelum digunakan harus diperiksa untuk menjamin bahwa
perancah aman digunakan (ditetapkan oleh MP).
Petugas yang melakukan inspeksi harus mengetahui prinsip-prinsip pemasangan perancah
yang aman.

PEMERIKSAAN PERANCAH

3.3 Bekerja di Tempat Ketinggian


Yang dimaksud bekerja di tempat ketinggian adalah bekerja di lokasi dimana terdapat
perbedaan ketinggian dengan lokasi sekitarnya
yang
dimungkinkan
terjadinya
bahaya
kecelakaan kerja.

• Pekerja yang melakukan pekerjaan ditempat ketinggian


haruslah dipastikan dalam keadaan sehat, tidak takut berada
di tempat ketinggian, menggunakan pelindung tubuh yang
memadai sesuai aspek keselamatan kerja.
• Tepi suatu tempat ketinggian haruslah dipasang railling pengaman. Tipe dan jenis bahan
disesuaikan dengan kondisi pekerjaan dari lingkungan, tetapi harus dipastikan mudah
terlihat jelas, cukup kuat, harus dipelihara, dan dalam kondisi yang baik.
• Lubang-lubang dengan ukuran lebih besar kaki sampai badan manusia harus ditutup
dengan bahan yang kuat dan apabila lebih besar dari itu harus dipasang railling pengaman.
• Apabila pekerja membawa peralatan dan bahan-bahan kecil, maka harus membawa
kantong atau wadah tempat peralatan dan bahan-bahan material kecil dengan tujuan alat
atau bahan tidak mudah jatuh.
• Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam keadaan bahan terpasang mudah
terlepas. Peralatan dan bahan kecil dipastikan tersimpan rapi ditempatnya.

TEPI SUATU TEMPAT KETINGGIAN DIPASANG RAILING


• Apabila dipandang perlu bekerja ditempat ketinggian dengan lokasi yang padat maka
perlu dipasang jaring pengaman (safety Net).
• Instalasi penangkal petir sementara dipasang pada tempat yang tertinggi dari lokasi
bekerja, apabila dipastikan lokasi tempat bekerja tersebut belum terliput oleh sistem
penangkal petir yang ada.
• Harus dipastikan adanya lokasi dan sarana yang memadai untuk mengkaitkan sabuk
pengaman sehingga berfungsi sebagaimana mestinya.
• Penumpukan sementara material dtempatkan cukup jauh dari tepi dan disusun
sedemikian rupa sehingga tidak mudah berpindah walau tidak dipindahkan.
• Tempat berpijak untuk bekerja, dudukan alat dan bahan dipastikan kuas dan aman.

4.0 PENGGALIAN, PONDASI DAN PARIT

• Sebelum melakukan pekerjaan penggalian tanah dan pembuatan parit ataupun pondasi,
terlebih dahulu harus dipastikan kondisi kestabilan tanah dan lingkungan disekitar
tempat tersebut.
• Sebelum melakukan penggalian, harus dipastikan tidak terdapat instalasi kabel, gas,
air, atau instalasi lain pada lokasi galian. Apabila ada, harus dikoordinasikan dengan
pihak terkait, agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan aman.
• Pagar pengaman dan Rambu Peringatan mesti dipasang disepanjang parit atau
disekeliling lubang dan galian yang ada.
• Tanah galian tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan pinggir galian. Jarak
minimum yang aman adalah sedikitnya 1.5 meter dari pinggir galian.
• Operator peralatan galian harus memahami daerah galian tersebut dan
mengoperasikannya sesuai dengan instruksi kerja.
Peralatan galian diparkir pada tempat yang aman dan rata.

PENGGALIAN TANAH DAN PEMBUATAN PARIt

6.0 PENGELASAN, PEMOTONGAN DAN GERINDA

• Pekerjaan pengelasan konstruksi dan instalasi harus dilaksanakan oleh


orang yang mempunyai sertifikat juru las sesuai dengan kelas untuk
pekerjaan las yang sedang dilaksanakan.
• Pekerja harus dilengkapi kaca mata pelindung khusus, sarung tangan
dan pelindung kepala sebelum melalukan pengelasan, pemotongan atau
gerinda.
• Pengelasan, pemotongan dan gerinda tidak boleh dikerjakan didaerah
yang mudah terbakar, apabila terpaksa dilakukan harus mendapat ijin
dari petugas yang bertanggung jawab untuk itu.
• Pengelasan atau pemotongan yang memakai tabung gas harus dicek
dahulu apakah tabung gas tersebut bocor atau tidak. Hal ini dapat dicek
dari bau gas.
• Alat pemadam kebakaran harus tersedia dekat dengan tempat kerja.
• Alat-alat yang menggunakanaliran listrik, apabila pekerjaan ditinggal,
kabel-kabel harus dicabut dari stop kontak.
• Penempatan alat-alat harus dalam posisi stabil, sehingga tidak bergeser
atau terguling sewaktu operasi.

PEKERJAAN PENGELASAN HARUS MELENGKAPI DENGAN ALAT PENDUKUNG

7.0 ALAT-ALAT ANGKAT DAN PENGOPERASIAN ALAT-ALAT BERAT

Umum
• Hanya orang yang memiliki Surat Ijin Mengoperasikan Peralatan (SIM
– P) yang boleh mengopersaikan alat berat.

OPERATOR
HARUS MEMPUNYAI
SURAT IJIN

MENGOPERASIKAN ALAT
• Operator dilarang keras memakai obat-obatan terlarang atau minuman
berakhohol yang dapat mengurangi kesadaran sewaktu mengoperasikan
alat berat.
• Operator harus mengetahui kapasitas alat berat yang dioperasikan.
Untuk mengoperasikan alat berat yang bertype lain harus dipelajari
dahulu karakteristiknya.
Sebelum mengoperasikan alat berat terlebih dahulu harus diperiksa .
Jika ada yang harus diperbaiki segera lakukan perbaikan.
• Pastikan bahwa peralatan keselamatan kerja berada pada posisinya dan
dalam kondisi siap pakai.
• Jangan mengisi bahan bakar dalam keadaan mesin hidup.
• Perhatikan daerah-daerah yang bermuatan listrik (electric line) sebelum
mengoperasikan alat, pastikan daerah amannya.
7.1 Crane
• Tabel kapasitas muat, kecepatan operasi yang disarankan, peringatan
bahaya khusus dan informasi penting lainnya harus dipasang dengan
jelas pada semua crane dan peralatan sejenis.
• Operator harus dibantu minimal dengan seorang pemandu yang
ditugaskan. Operator hanya menerima isyarat dari pemandu, tetapi
dalam keadaan darurat sinyal “STOP / BERHENTI” dapat diberikan
oleh siapa saja.
• Hanya sinyal dengan standar saja yang diakui (sinyal ini sudah berlaku
umum dan standar) kecuali operator terhalang pandangannya boleh
menggunakan isyarat lainnya.
• Daerah yang berada dalam radius putaran semua crane harus diberi
penghalang (barrier) untuk mencegah pekerja terkena oleh muatan
berat.
• Dilarang menaiki kait (hook) atau muatan yang diam maupun yang
sedang diangkat.
• Alat pemadam api yang berukuran sekurang-kurangnya 5 BC harus
ditempatkan didalam kubin setiap alat.
• Pada semua kait (hook) dari suatu crane harus dipasang kancing
pengaman (safety latches).
• Setiap line kabel diatas kepala harus dianggap bertenaga (bermuatan
listrik) kecuali jika yang berwenang pada bagian kelistrikan
mengatakan bahwa kabel itu tidak bertenaga.
• Operator crane mobil harus senantiasa menggunakan kaki penahan
(outrigger) sewaktu melakukan operasi pengangkatan.
• Semua crane mobil harus juga dilengkapi dengan boom stop (tangkai
penahan) dan cut-out outomatic (penyetop otomatis), yang harus dijaga
agar selalu dalam kondisi yang baik untuk dipakai.
• Jika menjalankan hydroulic crane jagalah agar lengan (jib) dalam posisi
bawah.
• Ukuran dan kapasitas kekuatan sling harus diperhitungkan terhadap
beban yang diangkut, dan harus dipastikan berfungsi dengan benar.
• Apabila mengikat suatu muatan dengan sling, atau membantu
melakukan pekerjaan ini, tempatkan sling pada tempatnya yang benar,
dan waktu mulai mengangkat itu denganmenggunakan sling jagalah
jangan sampai tangan dan jari jari anda terjepit.
• Jika melepas sling dan kait tunggu sampai muatan diam dan bebas lepas
dari sling.

MENGGUNAKAN TALI PENARIK APABILA BEKERJA DALAM RUANG YANG


TERBATAS

• Jika bekerja dalam ruang terbatas atau dalam keadaan berangin cukup
kencang pakailah tali penarik (tag line) untuk mengendalikan muatan
yang sedang diangkat.
• Sebelum mengangkat muatan, pastikan bahwa tidak ada benda lepas
yang terletak pada muatan.
Hal Khusus untuk Tower Crane
• Lakukan perawatan secara rutin pada brake, rope, dan cek dengan teliti
kabel-kabel arus.
• Posisi Tower Crane (TC) pada permukaan dengan level yang datar dan
dijaga apabila ada pekerjaan saluran/galian dekat TC tidak
membahayakan kedudukan/posisi TC.
• Pastikan lintasan rel (rail track) bebas dari kemungkinan/gocangan yang
kuat.
• Posisikan dengan benar travelling limit switch dan buffer (penahan).
• Cek kekencangan klem rel sebelum operasi.
• Jangan memodifikasi setting alat atau memindah alat keselamatan.
• Cek pengaturan beban dan sambungan limit switch.
• Jangan menarik beban pada posisi miring.
• Jangan menggunakan slewing atau trolley untuk menggeser beban atau
mendorong.
• Dilarang menaikkan beban yang tertanam.
• Cek kekuatan section terhadap puntiran dan kekuatan jib terhadap
lengkung.
• Jika jangkauan tidak terlihat, minta bantuan helper atau pemandu untuk
mengarahkan.
• Setiap selesai operasi, naikkan hook keatas sampai pangkal, gerakkan
trolley ke pangkal dan pindahkan crane ke posisi parkir (jika
diperlukan), dan jib diusahakan diarahkan searah dengan arah angin.
• Untuk TC dengan rel, maka setiap selesai operasi kencangkan rel ke
relnya.
• Matikan sumber listrik.

7.2 Excavator
• Kenali area dan kondisi tanah sebelum memulai pengoperasian alat.
• Pastikan sebelum masuk/keluar kabin, posisi kabin searah dengan
undercarriage.
• Sebelum dioperasikan perikasalah dan pastikan tidak ada orang lain
disekitar area, dan beri tanda (bunyikan klakson) jika ada seseorang
yang harus menghindar.
• Duduklah dalam kabin dan stel tempat duduk (jika ada recleaning seat)
dengan ukuran badan anda, sehingga anda merasa nyaman dalam
mengoperasikan alat.
Stater mesin excavator harus dari dalam kabin, jangan melakukannya
diluar.
Jika mengoperasikan alat dalam area tertutup, pastikan ada ventilasi
udara yang cukup.
• Jika perlu tempatkan pagar pembatas (barrier) pada areal kerja untuk lebih
memudahkan.

MELIHAT KONDISI TANAH DENGAN ADANYA KEMUNGKINAN LONGSOR


• Pada waktu penggalihan, perhatikan posisi excavator terhadap longsoran tanah
dari samping, longsoran tanah yang dapat menenggelamkan alat.
• Jangan melakukan loading pada saat tidak dalam posisi datar.
• Beri tanda yang mudah dikenali untuk daerah yang terdapat timbunan utilitas
(gas, telepon, air dsb).
• Jika alat tidak sedang beroperasi, pilihlah tanah yang datar (jika mungkin)
fungsikan rem, rendahkan bucket sampai menyentuh tanah dan matikan mesin.

8.0 PERKAKAS TANGAN (HAND TOOL)


• Perkakas tangan disini adalah semua alat kerja yang dioperasikan
langsung dengan tangan seperti perkakas tangan elektris (electric hand
tools), perkakas tangan tekanan udara (pneumatic hand tools), perkakas
tangan berbahan peledak (explotion hand tools) dan perkakas tangan
manual.
• Dipastikan bahwa pengguanaan perkakas tangan oleh orang yang
berkompeten.
• Pemakai harus menggunakan pelindung sesuai dengan pekerjaan.
• Pemakaian perkakas tangan harus sesuai dengan instruksi kerja dari alat
tersebut.
• Semua perkakas tangan harus tersimpan rapi, benar pada tempatnya,
dan dijaga dalam kondisi aman.
• Perawatan dan pemeliharaan perkakas harus dilakukan secara
sistematis. Semua perkakas harus sudah dibersihkan dari kotoran-
kotoran atau karatan dan diinspeksi secara teratur dan bila rusak harus
diberi tanda segera diperbaiki atau diganti.

9.0 ALAT KENDARAAN BERMOTOR.

• Semua operator wajib memeriksa kendaraannyasetiap hari sebelum


melakukan pekerjaan.
• Semua operator harus yang berpengalaman dan mempunyai wewenang
mengoperasikan kendaraan dan ijin mengemudi khusus.
• Tidak seorang dibenarkan menumpang kendaraan kecuali diberikan
tempat duduk yang aman.
• Setiap pengemudi harus mematuhi batas kecepatan maksimum yang
berlaku.
• Setiap pengemudi harus memetuhi undang-undang lalu lintas angkutan
yang berlaku.

10. TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN, SAKIT DAN MENINGGAL

• Sarana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Terdapat kotak P3K yang memadai dan tersedia pada tempat-tempat yang
mudah terjangkau.
Terdapat personil yang ditunjuk sebgai petugas K3.
Tersedia kendaraan yang selalu siap untuk mengangkut orang yang cedera ke
rumah sakit.
Laporan kecelakaan kerja harus segera dilaporkan kepada perugas K3 secepat
mungkin.
Proyek harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan, bisa berupa sarana
pelayanan kesehatan yang dikelolo sendiri atau bekerja sama dengan pusat
kesehatan masyarakat yang berada disekitar lokasi proyek.
PERTOLONGAN
PERTAMA PADA
KECELAKAAN

• Pena
ngan
an Jika Pekerja Mengalami Kecelakaan
Petugas K3 segera memeriksa dan memberikan pertolongan pertama.
Petugas K3 segera menentukan apakah korban perlu dibawa ke Puskesmas atau
tidak.
Apabila perlu Petugas K3 membawa korban ke puskesmas untuk perawatan
lebih lanjut.
Petugas K3 membuat laporan kecelakaan dan diserahkan ke Manager Proyek.
Laporan untuk pihak luar (Jamsostek/Asuransi)
• Penanganan Jika Pekerja Jatuh Sakit
Petugas K3 segera memeriksa dan memberikan pengobatan atas gejala awal.
Petugas K3 segera menentukan apakah pasien perlu dibawa ke Puskesmas atau
tida, istirahat di lokasi atau di rumah.
Petugas K3 membawa pasien ke Puskesmas untuk pengobatan lebih lanjut.
Ada Laporan Pekerja Sakit di lokasi kerja.
• Penanganan Jika Pekerja Meninggal
Untuk pekerja meninggal karena kecelakaan kerja, petugas K3 segera
memberikan kabar kepada keluarga korban, membuat dan mengirim laporan ke
lembaga asuransi (JAMSOSTEK, dll), Depnaker dan Polisi, waktu dan format
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Selanjutnya petugas K3 bekerja
sama dengan bagian Administrasi membuat dan mengirim laporan kecelakaan
intern dan evaluasi kerja Pimpinan Tertinggi di PPU.
Untuk pekerja meninggal karena sakit dilokasi kerja, petugas K3 segera
mengadakan pertemuan dengan bagian Administrasi membuat laporan dan

petunjuk yang perlu untuk menindalanjuti kejadian tersebut. Selanjutnya


laporan tersebut dikirim ke Pimpinan Tertinggi di PPU.

11. KEBERSIHAN DAN KERAPIAN (HOUSE KEEPING)

• Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang


tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan
penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Semua tempat kerja harus mempunyai vantilasi yang cukup sehingga
dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya.
• Kebersihan dan kerapian ditempat kerja harus dijaga sehingga bahan-
bahan yang berserakan, sampah, bahan bangunan, alat-alat kerja tidak
merintangi atau menimbulkan kecelakaan.
Semua areal sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang dilantai yang
terbuka, atap-atap yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka,
semua galian dan lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar
atau tutup pengaman yang kuat.
• Diusahakan setiap selesai pekerjaan melakukan kebersihan di daerah
kerja.

15. PEKERJAAN DENGAN LALU LINTAS JALAN PADAT


• Sebelum melewati areal proyek dipasang “Papan Nama Proye” di jalan
yang menuju ke arah lokasi sekitar + 500 m dari lokasi proyek.
• Kurang lebih 200 m dipasang rambu “Awas ada Proyek”, “Harap Hati-
hati” dan batas kecepatan yang diperbolehkan.

MEMBUAT RAMBU-RAMBU DI JALAN DAN TERLIHAT DENGAN JELAS


• Pada lokasi berlangsungnya proyek, harus dipasang pagar yang
mengelilingi seluruh lokasi proyek dengan warna zebra kuning hitam atau sesuai denga
peraturan yang berlaku.
• Bila lalu lintas satu arah dipasang rambu “Jalan satu arah”.
• Tempatkan gardu pengendali di kedua ujung jalan yang mengalami
penyempitan disertai petugas pengatur yang dilengkapi dengan light hand atau bendera
serta alat komunikasi dengan Warning Light pada ujung atap pos.
• Dipasang Rambu Peringatan seperti bila ada tikungan : 200 meter dari
tikungan dipasang rambu “Awas Tikungan”.
• Dipasang Rambu Petunjuk Kondisi Jalan yang memberitahukan kondisi
jalan yang akan dilalui. Misalnya jalan berliku, jalan sempit, jalan menanjak menurun,
jalan bergelombang, jalan licin, bahaya tanah longsor, adanya tumpahan material dan
kendaraan proyek, jalur lalu lintas kendaraan proyek atau alat berat dan lain-lainnya.
• Dipasang rambu larangan seperti “selain Kendaraan Proyek Dilarang
Masuk”.
Dipasang rambu anjuran seperti “ Kendaraan Harap Pelan-pelan
Harus dipasang lampu penerangan di sepanjang jalan yang mendekati proyek untuk
keamanan dimalam hari.

16. KONDISI MALAM HARI DAN TEMPAT GELAP

16.1 Kondisi Malam Hari dan Tempat Gelap


• Pada lokasi, jalan, alat pendukung kerja utama, dan rambu-rambu
peringatan harus dipasang lampu dengan tingkat penerangan yang memadai.
• Dalam keadaan darurat boleh
menggunakan lampu yang berasap seperti petromak.
• Lampu ditempatkan pada tempat yang aman.
• Lampu-lampu tidak boleh berkedip-kedip (kurang watt).
• Jaringan listrik dan lampu dipasang semi permanen dan kuat.
• Bekerja didalam terowongan atau tempat gelap yang tidak dilengkapi
dengan penerangan, pekerja harus melengkapi dengan lampu dikepala.
Petugas yang mengatur mobil atau alat yang bergerak dilengkapi dengan lampu
tangan.

16.2 Persiapan
• Persiapan instalasi penerangan dilakukan pada waktu kondisi terang.
• Pemasangan alat-alat penerangan dan jaringan listrik harus aman.
• Mesin pembangkit listrikbeserta cadangannya, jaringan listrik dan lampu harus di
uji coba sebelum digunakan.
• Harus disediakan lampu cadangan.
• Diperiksa segala sesuatunya sehingga dapat aman bekerja.
16.3 Saat Bekerja
• Diwajibkan pekerja melapor sebelum dan sesudah bekerja.
• Dilarang bekerja di tempat gelap (tidak ada penerangan).
• Pekerja dilarang memberi tanda atau isyarat dengan lampu kecuali
petugas atau dalam kondisi darurat.
• Mobil-mobil atau alat-alat yang bergerak untuk bekerja harus
menyalakan lampu perlengkapannya.
• Barang-barang yang memungkinkan menghambat kerja harus
disingkirkan.

17. BEKERJA DIATAS PERMUKAAN AIR DALAM

• memakai Life atau Safety Jacket.


• Terdapat Ring Buoy dalam jumlah yang memadai dan tersedia pada tempat-
tempat yang mudah dijangkau.
• Terdapat sarana pengangkutan diatas air yang selalu siap untuk kondisi darurat.
• Terdapat sirine untuk tanda bahaya kecelakaan air.
• Untuk tempat-tempat kerja yang rawan kecelakaanair dilengkapi dengan tanda-
tanda bahaya, pengaman, dan peneranganyang cukup.

18. TINJAUAN PELAKSANAAN K3

• Penanggung jawab funsi K3 di proyek, harus melakukan Inspeksi pelaksanaan K3


secara berkala sesuai dengan form lampiran IK ini.
• Manajemen proyek harus melakukan tinjauan manajemen atau rapat koordinasi
manajemen, termasuk membahas hasil Inspeksi K3 dan langkah-langkah yang
harus ditindak lanjuti. Rapat dihadiri oleh Ketua, Sekretaris, Anggota P2K3 dan
lain-lain sesuatu dengan Pedoman K3.

19. RAMBU – RAMBU PERINGATAN


• Rambu-rambu peringatan disini adalah tulisan dan gambar atau simbol
yang memuat peraturan-peraturan, peringatan, larangan maupun himbauan.
• Rambu-rambu harus mudah dibaca pada jarak pandang yang cukup dan
dipahami (komunitatif) oleh semua kalangan yang terlibat dalam proyek.
• Jenis Rambu, bahan pembentuk, tipe dan ukuran tulasan, bahasa, jenis
simbol yang digunakan atau gambar, dan warna disesuaikan dengan kondisi
proyek, pekerjaan dan kebutuhannya, kecuali rambu-rambu yang sudah baku di
jalan raya.
• Contoh rambu-rambu :
• Peraturan-peraturan seperti : wajib menggunakan helm dan sepatu
pengaman, buang sampah pada tempatnya.
• Rambu Peringatan seperti : Awas Lubang, Hati-hati Lantai Licin.
• Rambu Larangan seperti : Dilarang masuk, Dilarang Parkir.

Himbauan seperti : Poster-poster K3.
• Identifikasi seperti : Pelayanan P3K, Bak Sampah, Toilet, Petunjuk
Lokasi.

Anda mungkin juga menyukai