Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang lebih kurang 81.000
kilometer, Indonesia harus memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan garis pantai
secara benar. Pengelolan garis pantai secara benar akan meningkatkan potensi
ekonomi dan lingkungan sepanjang pantai, sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk kepentingan masyarakat dan permasalahan perubahan garis pantai
seperti erosi/abrasi atau akresi dapat dikurangi.
Dalam Coastal Engineering Manual (USACE, 2000) telah diberikan beberapa contoh
pengelolan terhadap permasalahan garis pantai yang secara ringkas ditunjukkan dalam
Gambar 1 berikut:
a. Kondisi eksisting
b. Adaptasi / Penyesuaian
c. Proteksi / Perlindungan
d. Reklamasi / Pengurugan
e. Migrasi / Mundur
Apabila kesemua upaya diatas tidak dimungkinkan terjadi, tidak ada pilihan lain
bahwa daerah yang berada di sepanjang garis pantai terpaska dibiarkan menurut
kondisi apa adanya dan tidak diakukan upaya-upaya penanggulanan permasalahan
pantai. Tentu saja hal ini hanya bisa dimungkinkan pada daerah-daerah pantai yang
tidak berpenghuni dan tidak memiliki nilai ekonomis. Sebaliknya untuk daerah-daerah
pantai yang padat dan memiliki nilai ekonomi dan lingkungan yang tinggi, upaya-
upaya penanggulangan permasalahan garis pantai sangat perlu diperhatikan.
4. Abstention (Dibiarkan)
Dalam beberapa hal, berbagai upaya diatas tidak perlu dilakukan karena pantai
tersebut tidak berpenghuni atau bisa jadi karena upaya-upaya penganggulangan yang
dilakukan sangat mahal biaya investasinya, sehingga tidak sebanding dengan nilai
ekonomis daerah yang dilindungi.
5. Adaptation (Penyesuaian)
Untuk daerah-daerah yang padat dihuni, persepsi bahwa proses pantai sebagai proses
statis perlu dikembangkan menjadi persepsi pantai sebagai proses dinamis, sehingga
masyarakat lebih bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Upaya penyesuaian /
adaptasi ini tidak mencegah atau memodifikasi proses erosi/akresi yang terjadi,
namun lebih ditekankan pada upaya-upaya sosialisasi kepada masyarakat untuk bisa
menerima konsekuensi tinggal disepanjang pantai serta menerima kondisi yang ada
(gambar 1b). Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menerapkan tataguna lahan,
pembatasan ijin bangunan, relokasi bangunan dan pembatasan jarak relokasi
bangunan tersebut (gambar 1e).
Perumusan Masalah
Maksud dan Tujuan Proyek
Kondisi Lokasi
- Hidrodinamika
- Geologi
- Ekonomis
- Lingkungan
- Sosial / Politik
Dari konsultasi yang dilakukan baru bisa diputuskan jenis bangunan yang akan
digunakan untuk pelindung pantai serta dilanjutkan dengan pembuatan Detail
Engineering Design (DED) untuk keperluan implementasi di lapangan.
Beberapa hal yang perlu diperjelas dalam proses tersebut diatas adalah berapa lama
bangunan tersebut diharapkan bisa bertahan, bagaimana kinerja bangunan yang
diharapkan oleh masyarakat, skenario penggunaan lahan di masa yang akan datang,
dampak lingkungan yang ditimbulkan, dampak bangunan terhadap sistem angkutan
sedimen, dan sebagainya.
Referensi: