Disusun Oleh :
Ardi Rizal Hidayat
01.209.5834
Pembimbing :
dr. Dina Permatasari, Sp.THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
STATUS PASIEN
II.1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
: Tn.A
: 28 tahun
: Laki-laki
: Ngaliyan
: Penjaga Tol
II.2.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: disangkal
: disangkal
Riwayat tonsillitis
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Status generalisata
Aktivitas : Normoaktif
Sikap : Kooperatif
Kepala : mesocephale
Wajah : simetris
TELINGA
Bagian Auricula
Dextra
Bentuk normal
Sinistra
Bentuk normal
Auricula
fistula (-)
Bengkak (-)
fistula (-)
Bengkak (-)
hiperemis (-)
hiperemis (+)
Sekret (-)
Sekret (+)
Oedem (-)
Intak
Oedem (+)
putih mengkilat
Tidak terlihat
Pre auricular
Retro auricular
Mastoid
CAE
Membran
timpani
Oedem
Hiperemis
Serumen
AD
AS
Kanan
Normal
Nyeri tekan (-)
(-)
Rhinoskopi Anterior
Sekret
Mukosa
Kiri
Normal
Nyeri tekan (-)
(-)
Kanan
(-)
Kiri
(-)
hiperemis (-)
hiperemis (-)
edema (-)
edema (-)
basah (-)
basah (-)
Konka Media
pucat (-)
hipertrofi (-)
pucat (-)
hipertrofi (-)
Konka Inferior
hiperemis (-)
hipertrofi (-)
hiperemis (-)
hipertrofi (-)
Tumor
Septum
Massa
hiperemis (-)
(-)
(-)
hiperemis (-)
(-)
Deviasi (-)
(-)
TENGGOROKAN
Lidah
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Warna
Kripte
Detritus
Faring
II.4. RINGKASAN
o Anamnesis
o Nyeri telinga kiri (+)
o Terdapat penurunan pendengaran pada AS (+)
o Keluar cairan serous dan berbau AS (+)
o Terasa gembrebeg dan penuh AS (+)
o Riwayat membersihkan dengan cotton buds (+)
Pemeriksaan Fisik
o Pada pemeriksaan telinga terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri tarik
auriculla
o CAE Hiperemis, oedem, sekret serous, serumen (+)
o Membran timpani tidak terlihat AS
II.5. USULAN PEMERIKSAAN
II.7. DIAGNOSIS
II.8. TERAPI:
Medikamentosa
o Ofloxacin
o Cataflan
200mg
50mg
Operatif
o Ear toilet
II.9. EDUKASI
Telinga jangan terkena air
Telinga jangan dikorek-korek
Jaga kebersihan liang telinga
2x1
2x1
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionales
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:
2.1.1
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus)
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat
= Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh
kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan
mencegah infeksi.
Gambar 2.1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga 1,2,3
2.1.2 Telinga Tengah
: Membran timpani
Batas depan
: Tuba eustachius
Batas Bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai
satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo.
Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam
4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawahdepan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan . Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat
pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria
yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat
dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara.
maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam
telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli
disebut sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
Gambar 2.3 : Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga Dalam
1,2,3,5
Koklea
bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia panjangnya
35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya.
Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam
koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri
dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis
membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian
atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat
ini dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani
berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea
kearah perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan
kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
1. membrane reissner bagian atas
2. lamina spiralis membranasea bagian bawah
3. dinding luar koklea
saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang berisi
endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis.disini, terdapat stria
vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.
OTITIS EKSTERNA
DEFINISI
Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear, adalah
radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi
merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa
tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk
kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita
terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan
mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan
pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam
telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang
memproduksi lilin.
2.3.1 Etiologi
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau
infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma
mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang
tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmers ear).
Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang
paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin,
polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya
nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk
mengorek telinga.
2.3.2 Faktor Risiko
Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari
atau alat lainnya
Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.
Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan
sumber kontaminasi yang sering dari bakteri
Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang
bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri dan
jamur untuk masuk
kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau pecah, dan
tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur
kanal telinga sempit
infeksi telinga tengah
diabetes.
2.4 EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika Serikat.
Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam kegiatan air lebih
tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan eczematous merupakan otitits yang umum di Amerika
Serikat, namun otitis necrotizing jarang terjadi. Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna
tidak diketahui, namun insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia.
Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka kejadian otitis
eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis eksterna dan usia. Sebuah
studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan prevalensi selama 12-bulan yang sama untuk
individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.3,5
2.5 PATOFISIOLOGI
Kanalis auditorius eksternal dilapisi dengan epitel skuamosa dan panjangnya sekitar
2,5 cm pada orang dewasa. Fungsi kanal auditori eksternal adalah untuk mengirimkan suara ke
telinga tengah sekaligus melindungi struktur yang lebih proksimal dari benda asing dan setiap
perubahan kondisi lingkungan. Sepertiga luar kanal adalah tulang rawan dan terorientasi di
superior dan posterior, bagian dari kanal berisi serumen yang diproduksi oleh kelenjar apokrin.
Dua pertiga dari bagian dalam kanal adalah osseus, ditutupi dengan kulit tipis yang melekat
erat, dan berorientasi inferior dan anterior; bagian ini adalah kanal yang tidak memiliki kelenjar
apokrin atau folikel rambut.
Jumlah serumen yang dihasilkan bervariasi antara individu. Serumen umumnya
bersifat asam (pH 4-5), sehingga menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur. Sifat lilin dari
serumen melindungi epitel yang mendasari dari maserasi atau kerusakan kulit.
Otitis eksterna mungkin berkembang pada atlet akuatik atau perenang sebagai akibat
dari paparan air yang berlebihan yang mengakibatkan pengurangan secara keseluruhan dari
serumen. Penurunan serumen ini kemudian dapat menyebabkan pengeringan dari kanalis
auditorius eksternal dan pruritus. Pruritus kemudian dapat menyebabkan probing dari kanalis
auditorius eksternal, mengakibatkan kerusakan kulit dan memudahkan kejadian untuk infeksi.
Obstruksi saluran pendengaran eksternal dari serumen yang berlebihan, debris, exostosis
peselancar, atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi dengan
cara retensi kelembaban.
Organisme yang paling umum dijumpai pada OE adalah P aeruginosa (50%), S aureus
(23%), anaerob dan organisme gram negatif (12,5%), dan jamur seperti Aspergillus dan
Candida spesies (12,5%). Otomikosis adalah infeksi di saluran pendengaran eksternal yang
disebabkan oleh spesies Aspergillus sebanyak 80-90% dari kasus. Kondisi ini ditandai oleh
adanya hifa yang panjang, putih, berbentuk benang yang tumbuh dari permukaan kulit. Dalam
sebuah penelitian, 91% dari kasus otitis eksternal disebabkan oleh bakteri.
2.6 KLASIFIKASI
1. Penyebab tidak diketahui
a. Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
b. Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
c. otitis eksterna membranaosa.
d. Miringitis kronik idiopatik
e.
2. Penyebab infeksi
a. Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.
b.
Bakteri gram ( -) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna
granulosa, perikondritis.
8. Diskrasia endokrin.7,38
2.7 DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang meliputi:
2.7.1 ANAMNESIS
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:
Otalgia
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris dari
kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan
menghindari faktor pencetus.
Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan irigasi atau
dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah visualisasi langsung.
Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.
Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi peradangan),
agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.
Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan agen
acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan (2:1) antara
alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.
Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes, adenopati,
atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran telinga.
Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke dalam kanal,
dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung
pada frekuensi dosis yang dianjurkan dokter). Setelah kasa digunakan, harus dicabut
kembali 24-72 jam setelah insersi.
Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi, persiapan
non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid).
Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim tacrolimus 0,1%
(melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga) mengakibatkan tingginya tingkat
resolusi setelah 9-12 hari terapi.
OTITIS EKSTERNA
Pertimbangkan
mengambil sampel
TERAPI
Edukasi+ analgetika+
tetes telinga
topical+/menghilangkan debris
Evaluasi secara
rutin dalam 5-7
hari jika
imunocompromi
zed atau
diabetes, gejala
memburuk,
gejala tidak
hilang dalam 1
2.9 PROGNOSIS
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor pencetusnya dapat
dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika kebersihan telinga tidak dijaga,
adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis
sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus dengan baik.