Page |1
neningkat lebih besar. Hal ini dikarenakan kehidupan para khalifah dan
pejabat yang bermewah-mewahan. Jenis pengeluaran makin beragam dan
para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik keagamaan. Fanatisme bekaitan erat dengan persoalan kebangsaan.
Cita-cita orang Persia yang tidak terkabulkan menyebabkan kekecewaan yang
mendorong mereka untuk mempropagandakan manuisme, zoroastherisme,
dan mazdaqisme.
4. Ancaman dari luar. Di antara ancaman dari luar yang menyebabkan khalifah
Abbasiyah hancur adalah perang salib dan serangan tentara Mongol ke
wilayah kekuasaan Islam.
E. Masa Kemajuan Tiga Kerajaan Besar
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembalil setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Usmani di
Turki, Mughal di India, dan Syafawi di Persia. Kerajaan Usmani di samping yang
pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibandingkan dua
kerajaan yang lain.
Pada masa kerajaan Usmani, kebudayaan Turki berpadu dengan
bermacam-macam kebudayaan lainnya. Di antaranya adalah kebudayaan Persia,
Byzantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaranajaran tentang etika dan tata karma dalam istana raja. Organisasi pemerintahan
dan kemiliteran banyak mereka serap dari Byzantium, sedangkan ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka
terima dari bangsa Arab. Orang Turki Usmani memang dikenal sebagai bangsa
yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing, mereka terbuka untuk
menerima kebudayaan luar. Dalam seni arsitektur Islam, mereka banyak
mendirikan masjid-masjid indah, di antaranya adalah Masjid Muhammadi atau
Masjid Jamin Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid
Abi Ayyub al-Anshari.
Berbeda dengan dua kerajaan besar, Usmani dan Mughol, Kerajaan
Syafawi menyatakan Syiah sebagai madzhab negara karena itu kerajaan ini dapat
dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
Beberapa ilmuwan yang hadir di masjlis Istana yaitu Bahaudin Asyairaji,
generalis ilmu pengetahuan, Syaadarudin Syairaji, filosof dan Muhammad Bakir
bin Muhammad, Damad, yaitu filosof ahli sejarah, teolog dan orang yang pernah
mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah. Dalam bidang seni, terdapat
bangunan-bangunan besar lagi indah seperi Masjid Syah yang dibangun pada
tahun 1611 M dan Masjid Syaikh Lutfallah yang dibangun pada tahun 1603 M
serta jembatan raksasa di atas Zenderud dan Istana Sikr Sutun.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan
Safawi. Jadi antara tiga kerajaan Islam terbesar tersebut kerajaan inilah yang
termuda. Corak pemerintahannya adalah militeristik di mana Sultan adalah
penguasa diktator. Namun Akbar sebagai salah satu khalifah menerapkan apa yang
dinamakan politik sulakhul (toleransi umat), dengan politik ini semua rakyat India
dipandang sama tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana baik
yang berbahasa Persia maupun India. Penyair India yang terkenal adalah Malik
Muhammad Jayadi seorang sufi yang menghasilkan karya besar berjudul
4
Padmavat, semua karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.
Pada masa Aurangzeb muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar Nama dan Aeni Akhbari yang memaparkan sejarah kerajaan
Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
F. Masa kemunduran tiga kerajaan besar
Di antara sebab-sebab kemunduran kerajaan Utsmani antara lain :
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
2. Heterogenitas penduduk
3. Kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni kerajaan
Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah.
4. Berkembangnya budaya KKN para pejabat-pejabat Turki Utsmani
5. Pemberontakan tentara Jenisari sebanyak 4 kali (1525, 1632, 1727, & 1826).
6. Merosotnya ekonomi
7. Terjadinya stagnasi ilmu dan teknologi
Sedangkan penyebab keruntuhan kerajaan Mughal (1858), antara lain :
1. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi
militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan
Mughal.
2. Kemerosotan moral dan kehidupan hedonis para elit politik
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide
puritan dan kecenderungan asketisnya sehingga konflik antar agama sangat
sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah
dalam kepemimpinan.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran kerajaan Safawi,
antara lain :
1. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
2. Dekadensi moral yang melanda sebagian besar pemimpin kerajaan Safawi
3. Pasukan Hulam (budak-budak) tidak memiliki semangat perang yang tinggi
seperti Gizilbash.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di
kalangan keluarga istana.
G. Periode Modern
Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan
berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi dunia Islam secara
politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad 20 M
dunia Islam bangkit memerdekakan dirinya dari penjajahan Barat. Periode ini
merupakan kebangkitan kembali Islam setelah mengalami kemunduran di periode
pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaruan dalam
Islam. Gerakan pembaruan itu paling tidak karena dua hal :
1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing
yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Mereka bangkit untuk
membersihkan Islam dari faham seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai
gerakan reformasi.
2. Pada periode ini Barat mendominasi dunia politik dan peradaban. Persentuhan
dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketertinggalan mereka.
5
Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh barat dalam masalahmasalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power.
Gerakan reformasi dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (17031787 M) di Arabia, Syeh Waliyullah (1703-1762) di India dan Gerakan Sanusiah
di Afrika Utara yang dipimpin oleh Syeh Ahmad Sanusi dari Aljazair. Sedangkan
poin kedua tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh para penguasa
Turki Utsmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu
pengetahuan dan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam. Pelajarpelajar muslim asal India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris. Dalam
bidang politik, gerakan pertama kali adalah gagasan Pan Islamisme yang
didengungkan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiah, namun baru disuarakan
dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam Jamaluddin al-Afghani. Selain alAfghani, di Mesir terdapat gerakan pembaruan yang dipelopori oleh Muhammad
Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla, di Turki oleh Mustofa Kemal Ataturk, di
India oleh Sayyid Amir Ali, Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal dan
Muhammad Ali Jinah.
Di Indonesia gerakan pembaruan dipelopori oleh para ulama yang pulang
dari Mekkah, di antaranya adalah Haji Miskin, Haji Pinabang dan Haji Malik pada
abad 19, kemudian pada abad 20 gerakan pembaruan di Indonesia berkembang
dengan berdirinya berbagai organisasi sosial keagamaan, pendidikan dan politik,
antara lain Jam'atul Khair, Al Irsyad, Perti, Persis, SI, Nahdlatul 'Ulama, alKhairiyah, Muhammadiyah, MIAI, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abul a la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan : Evaluasi Kritis Atas Sejarah
Pemerintahan Islam, (Bandung, Mizan, 1998)
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta :
PT. Grafindo Persada, 2006)
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung, Mizan,1995)
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,(Jakarta : Rajawali Pers 1999)
Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisyi, Cet. 1, 2004)
John L. Esposito (ed), The Oxpord History of Islam, (New York, Oxpord
University Press 1999)
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, (Gramedia,
Jakarta,1985)
Philip K. Hitti, History of The Arabs (London : Mac Millan, 1970)
W. Montgomery Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta : P3M, 1988)