Anda di halaman 1dari 9

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE FAMILYS SUPPORT WITH THE


QUALITY OF LIFE TOWARD THE CRONIC KIDNEY DISORDER PATIENTS
WHO TAKE THE HEMODIALYSIS IN RSUD GAMBIRAN KEDIRI

By: Moh. Ibrahim


Pipit Festi W. 1. Nur Mukarromah. 2.
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Chronical diseases are happened in every Indonesian people, one of the


diseases is chronic kidney disorder which influences the limitation in doing the
daily functions. This condition requires the particular cure with the therapy in a
few months. The familys support towards the patients of chronic kidney disorder
along with the haemodialysis is truly important for them to live their dailies. The
familys supports are instrumental support, informational support, emotional
support, wishful support and self-priced support (Taylor, 1999). Quality of life is
the condition where the physical, psychological, and social-spiritual needs are
fulfilled. The aim of this research is to analyse the relationship between the
familys support with the quality of life towards the chronic kidney disorder
patients who take the haemodialysis in RSUD Gambiran Kediri. This research
uses the analytical cross sectional as the method, and the sampling is done with
systematic random sampling thus this sampling results 40 respondents from the
average population, started from June until August results 47 people. The data
collection is done with the questionnaire contained demographical data, familys
support and the quality of life as the research instruments. From the data analysis
which uses the Rank Spearman correlation test, the researcher gets the p value
0,007 < = 0,05, means there is a relationship between the familys support and
life quality of chronic kidney disorder patients who takes the haemodialysis. The
correlation value is 0,419 which means the correlation level is medium. The more
familys support is given, the higher life quality of chronic kidney disorder patient
who takes the haemodialysis is achieved.

Keywords: Familys support, quality of life, chronic kidney disorder,


haemodialysis.

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD GAMBIRAN KEDIRI

Oleh: Moh. Ibrahim


Pipit Festi W. 1. Nur Mukarromah. 2.
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Penyakit kronik sangat banyak terjadi pada setiap manusia di Indonesia, salah
satunya yaitu gagal ginjal kronik yang mempengaruhi keterbatasan dalam
melakukan fungsi harian. Kondisi ini memerlukan pengobatan khusus serta terapi
dalam beberapa bulan. Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisa sangat penting dilakukan dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya, yaitu meliputi dukungan instrumental, dukungan informasional,
dukungan emosional, dukungan pengharapan dan dukungan harga diri Taylor
(1999). Kualitas hidup adalah keadaan dimana terpenuhinya kebutuhan fisik
psikologis sosial spiritual. Tujuan penelitian ini menganalisa hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RSUD Gambiran Kediri. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik cross sectional, dan pengambilan sampel dilakukan
dengan systematic random sampling sehingga didapatkan 40 responden dari
populasi rata-rata pasien bulan juni sampai Agustus didapat 47 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner data demografi, dukungan
keluarga dan kualitas hidup sebagai instrumennya. Dari analisa data dengan
menggunakan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nila p value sebesar 0,007 <
= 0,05, ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Nilai korelasi sebesar 0,419 yang
berarti tingkat hubungan sedang. Semakin baik dukungan keluarga maka semakin
tinggi pula kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Kata Kunci: Dukungan keluarga, Kualitas hidup, Gagal ginjal kronis, Hemodialisa

PENDAHULUAN
Penyakit
kronik
sangat
banyak terjadi pada setiap manusia di
Indonesia, salah satunya yaitu gagal
ginjal kronik yang mempengaruhi
keterbatasan pada kesehatan fisik,
psikologis atau kognitif dalam
melakukan fungsi harian atau kondisi
yang memerlukan pengobatan kusus
serta terapi dalam beberapa bulan.
Kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa
masih
merupakan
masalah yang menarik perhatian para
profesional kesehatan. Pasien ginjal
kronik masih dapat bertahan hidup
dengan menjalani terapi hemodialisa,
namun berdampak pada fisik dan
psikologis pasien setelah menjalani
hemodialisa (Ibrahim, 2009).Pasien
diartikan gagal ginjal kronik bila
menjalani hemodialisa dengan 1 atau
2 kali seminggu, sekurang-kurangnya
sudah berlangsung selama 3 bulan
secara berlanjut. Hemodialisa sangat
bermanfaat bagi penderita gagal
ginjal kronik dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, namun
hemodialisa
memiliki
beberapa
dampak atau resiko (Brunner &
Suddarth, 2001). Berbagai masalah
atau komplikasi dapat terjadi pada
pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa, komplikasi
dapat
menimbulkan
ketidak
nyamanan, meningkatkan stress
kecemasan dan kualitas hidup pasien
yang meliputi kesehatan fisik,
psikologis, spiritual, status sosial,
ekonomi, dan dinamika keluarga
(Ventegodt, 2003).
Penyakit
Ginjal
Kronik
(PGK) kini telah menjadi masalah
kesehatan serius di dunia. Menurut
(WHO, 2002) dan Burden of
Disease, penyakit ginjal dan saluran
kemih telah menyebabkan kematian
sebesar 850.000 orang setiap

tahunnya. Hal ini menunjukkan


bahwa penyakit ini menduduki
peringkat ke-12 tertinggi angka
kematian.Laporan The United States
Renal Date System (USRDS) pada
tahun 2007 menunjukkan adanya
peningkatan populasi penderita gagal
ginjal kronik di Amerika Serikat
dibandingkan
tahun-tahun
sebelumnya, dimana prevalensi
penderita gagal ginjal kronik
mencapai 1.569 orang per sejuta
penduduk
(Warlianawati,
2007).Prevalensi penderita penyakit
ginjal kronik berdasarkan Indonesia
Renal Registry pada tahun 2008 yaitu
sekitar
200-250
per
satu
jutapenduduk dan yang menjalani
hemodialisis
mencapai
2.260
orang.Jumlah ini meningkat dari
tahun sebelumnya, dimana pasien
hemodialisispada
tahun
2007
berjumlah 2.148 orang. Penyakit
Ginjal Kronik di Jawa Timur, 1-3
dari 10.000 penduduk. Jumlah PGK
di Ponorogo sedikit lebih tinggi, di
mana 2-4 dari 10.000 penduduk
menderita PGK (Dinkes Jatim,
2010). Di masa depan penderita
Penyakit Ginjal Kronik digambarkan
akan meningkat jumlah penderitanya.
Hal ini disebabkan prediksi akan
terjadi suatu peningkatan luar biasa
dari diabetes mellitus dan hipertensi
di dunia ini karena meningkatnya
kemakmuran akan disertai dengan
bertambahnya
umur
manusia,
obesitas dan penyakit degeneratif
(Susalit, 2012).
Berdasarkan data rekamedik di
RSUD Gambiran Kediri jumlah
pasien gagal ginjal yang melakukan
hemodialisis sampei tahun 2014
berjumlah 93 orang , dan untuk
pasien yang menjalani hemodialisis
rutin 1-2 kali seminggu berjumlah 47
orang. Jumlah pasien hemodialisis

semakin meningkat di RSUD


Gambiran Kediri, pasien yang
masuk/antri
untuk
daftar
hemodialisis hingga bulan maret
2014 mencapai 40 orang, hasil
observasi awal terdapat beberapa
pasien yang menjalani terapi
hemodialisis mengalami dukungan
keluarga yang kurang dalam
menjalani terapi hemodialisis. (Reka
medik RSUD Gambiran Kediri,
2014).
Tujuan penelitian: Menganalisa
hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RSUD Gambiran
Kediri.
METODE
Metode
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analitik cross sectional
artinya penelitian bertujuan untuk
melakukan
penelitian
dengan
menggunakan
pengukuran/pengamatan pada saat
bersamaan melakukan pemeriksaan
status paparan dan status penyakit
pada titik yang sama (Hidayat,
2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RSUD
Gambiran Kediri. Rata-rata jumlah
pasien rutin dalam minimal 6 bulan
berjumlah pada bulan Juni sampai
Agustus terdapat 47 orang di RSUD
Gambiran Kediri (Rekamedik RSUD
Gambiran Kediri, 2014). Sampel
penelitian ini adalah pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RSUD Gambiran
Kediri yang berjumlah 40 responden.
Jumlah ini di dapat dari teknik
systematic
random
sampling,

berdasarkan kriteria inklusi


eksklusi sebagai berikut:

dan

Pasien hemodialisis
pasien yang bersedia menjadi
responden.
Menjalani terapi hemodialisa 1-2 kali
dalam 1 minggu ( Rawat Jalan atau
Ambulantory).
Pasien yang telah menjalani terapi
hemodialisa minimal 6 bulan.
Pasien dapat berkomunikasi dengan
baik, jelas, dan mudah dimengerti.
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini dibuat dalam
bentuk
kuisioner.
Instrumen
penelitian terdiri dari tiga bagian
yaitu kuisioner data demografi,
kuisioner dukungan keluarga dan
kuisioner kualitas hidup.
Prosedur penelitian
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
primer yang dikumpulkan secara
langsung menggunakan instrumen
berupa kuesioner. Kuesioner tersebut
dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Dukungan Keluarga dan Tingkat
kualitas hidup. Cara pelaksanaan:
1. Memilih responden berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi
2. Responden
mengisi
lembar
kuesioner
3. Peneliti melakukan wawancara
untuk pengisian kuesioner selama
15 menit
Analisa dalam penelitian ini
yaitu analisa bivariate spearman
merupakan analisa statistik yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk
menerangkan keeratan hubungan
antara dua variabel. Analisa data
dilakukan pada data yang terkumpul
menggunakan uji korelasi spearman
yaitu untuk menentukan hubungan
antara dua skala ordinal.

HASIL
Penelitian
dilakukan
di
Ruang
Hemodialisa
RSUD.
Gambiran Kediri jawa timur. Rumah
Sakit terletak di Jalan Wakhid
Hasyim No.64 Kota Kediri, Provinsi
Jawa Timur. Ruang Hemodialisa
terdapat 2 bilik ruangan dengan 8
bed. Di depan ruang hemodialisa
terdapat 2 kursi untuk tempat tunggu
antri masuk pasien untuk menjalani
hemodialisa, disamping kanan pintu
ruangan terdapat timbangan untuk
menimbang berat badan pasien
hemodialisa, ruang untuk kepala
ruangan terletak di depan samping
kiri yang 1 ruangan berisi 1 unit
komputer untuk rekap seluruh data
pasien hemodialisa, kamar mandi
terletak di luar samping, untuk di
belakang bilik 1 berisi perlengkapan
untuk
mesin
hemodialisa,
di
belakang bilik 2 terdapat musholla
untuk sholat dan fasilitas 4 AC untuk
masing-masing bilik 2 AC, kemudian
terdapat 1 kulkas untuk penyimpanan
obat injeksi pasien hemodialisa serta
air mineral bagi keluarga pasien yang
mendampingi selama dilakukannya
terapi hemodialisa. peneliti telah
menganalisa dari 40 responden
pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa, didapatkan
berumur 56 - 61 tahun sebanyak 14
orang (35 %), dari 40 responden.
Sedangkan jumlah responden umur
32 37 tahun 1 orang (2,5%). jenis
kelamin sebanyak 30 orang (75%)
dari 40 responden. status menikah
sebanyak 35 orang (87,5%) dari 40
responden. beragama islam sebanyak
37 orang (92,5%) dari 40 responden.
suku bangsa jawa sebanyak 40 orang
(100%)
responden.
pendidikan
perguruan tinggi sebanyak 21 orang
(52,5%) dari 40 responden. pekerjaan
PNS sebanyak 20 orang (50%) dari

40 responden. penghasilan >Rp.


1.800.000 sebanyak 19 orang
(47,5%) dari 40 responden. penyakit
penyerta hipertensi sebanyak 18
orang (22,5%) dari 40 responden.
lamanya menjalani hemodialisa > 2
tahun sebanyak 20 orang (50%) dari
40 responden. dukungan keluarga
pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa RSUD.
Ga Gambiran Kediri sebesar 70 %
dalam kategori cukup dan 30 %
dalam kategori baik. kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa RSUD
Gambiran Kediri sebesar 95% dalam
kategori sedang dan 5 % dalam
keadaan tinggi. Analisa hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa
diukur dengan menggunakan uji
korelasi spearman. Hasil penelitian
di dapat koefisien korelasi (r) antara
dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa di
RSUD Gambiran Kediri yaitu (r)
0,419 dengan tingkat signifikasi (P)
0,007. Hal ini menggambarkan
bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang mejalani terapi
hemodialisa
dimana
kekuatan
hubungannya sedang yang positif,
dalam arti semakin tinggi dukungan
keluarga maka semakin tinggi juga
kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD. Gambiran
Kediri.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
dukungan keluarga pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD Gambiran

Kediri terhadap 40 orang responden,


didapat bahwa 70% (28 orang)
mendapat dukungan cukup dari
keluarganya dan 30% (12 orang)
mendapat dukungan dalam kategori
baik, karena disebabkan oleh
kurangnya dukungan instrumental,
informasional dan harga diri yaitu
bantuan perekonomian, diskusi dari
keluarga untuk mengatasi masalah
penyakit gagal ginjal kronik,
informasi
tentang
pengobatan
alternatif
untuk
membantu
menyembuhkan penyakit gagal ginjal
kronik dan pemberian pujian
terhadap kegiatan sehari-hari yang
dilakukan pasien gagal ginjal kronik.
Dukungan keluarga adalah
proses yang terjadi selama masa
hidup, dengan sifat dan tipe
dukungan sosial bervariasi pada
masing-masing
tahap
siklus
kehidupan, dukungan sosial keluarga
memungkinkan keluarga berfungsi
secara
penuh
dan
dapat
meningkatkan
adaptasi
dalam
kesehatan
keluarga
(Friedmen,
2003). Dukungan keluarga terhadap
pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa memberikan
manfaat dalam menejemen dan
penyesuaian terhadap penyakit.
Dari hasil penelitian dan teori
dapat diasumsikan bahwa Dukungan
keluarga pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi
hemodialisa bila semakin tnggi usia
pasien gagal ginjal kronik maka
semakin baik
dukungan dari
keluarga, riwayat pendidikan yang
baik, pekerjaan dan penghasilan juga
dapat mempengaruhi dukungan
keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian
kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD Gambiran

Kediri terhadap 40 orang responden,


didapat bahwa 95% (38 orang)
menyatakan kualitas hidupnya dalam
kategori sedang dan 5% (2 orang)
menyatakan kualitas hidupnya pada
kategori tinggi, karena disebabkan
kesehatan fisik, kesejah teraan
psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan masih rendah, yaitu
seberapa sering membutuhkan terapi
medis untuk kehidupan sehari-hari,
kecukupan finansial untuk kebutuhan
sehari-hari,
kesempatan
untuk
bersenang-senang / rekreasi, dan
kepuasan seksual.
Menurut WHO kualitas
hidup adalah sebagai persepsi
individu sebagai laki-laki ataupun
perempuan dalam hidup ditinjau dari
konteks budaya dan sistem nilai
dimana mereka tinggal, hubungan
dengan standar hidup, harapan,
kesenangan, dan perhatian mereka.
Hal ini terangkum secara kompleks
mencakup kesehatan fisik, status
psikologis,
tingkat
kebebasan,
hubungan sosial, dan hubungan
kepada karakteristik lingkungan
mereka (WHOQOL, 2004).
Dari hasil penelitian dan teori
dapat diasumsikan bahwa kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa
bila usia yang tinggi maka kualitas
hidupnya rendah, penyakit penyerta
mempengaruhi dalam menjalani
hemodialisa, lamanya menjalani
hemodialisa
berakibat
pada
perubahan fisik, dukungan dari
keluarga
dapat
meningkatkan
kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik.
Hasil penelitian dukungan
keluarga berhubungan secara positif
terhadap kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisa (r = 0,419) dan didapat

nilai interpretasi dengan hubungan


sedang. Hasil analisa hubungan
kedua variabel tersebut memiliki
nilai signifikasi yaitu P = 0,007 < =
0,05, artinya bahwa pernyataan
hipotesa adanya hubungan dukungan
keluarga dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisa dapat
diterima. Hasil analisa hubungan
antara dukungan keluarga dengan
tingkat kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RSUD Gambiran
Kediri dari sejumlah 40 responden
terdapat dukungan keluarga 28
(70%) cukup dan 12 (30%) baik.
Kualitas hidup 38 (95%) sedang dan
2 (5%) tinggi dikarenakan baiknya
dukungan emosional dan harapan
yaitu memberikan suasana nyaman,
hak untuk menjalin hubungan dengan
lingkungan, tidak membiarkan pasien
bersedih,
memberikan
nasehat
tentang mengatasi efek samping yang
timbul
akibat
hemodialisa,
memberikan semangat untuk tetap
menjalani hemodialisa, memberikan
dorongan untuk tetap berserah
kepada tuhan. Sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik dalam domain
kesehatan
fisik,
kesejahteraan
psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan yaitu menikmati hidup,
hidup yang berarti, hubungan
personal / sosial, akses layanan
kesehatan dan sarana transportasi.
Dukungan keluarga terutama
dari keluarga secara langsung dapat
menurunkan tingkat stress yang
diakibatkan oleh suatu penyakit dan
secara
tidak
langsung
dapat
meningkatkan derajat kesehatan
individu atau keluarga. Dukungan
keluarga mengacu kepada dukungandukungan sosial yang dipandang oleh
pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa sebagai


suatu yang dapat diperoleh baik dari
keluarga, lingkungan sosial maupun
dari tim kesehatan, dimana pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi
hemodialisa
memandang
bahwa mereka yang memberikan
dukungan keluarga siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 1998). Wills
(1994) dalam sarafindo (1994)
menyatakan dukungan sosial yang
berasal dari keluarga membuat
pasien khusus pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi
hemodialisa merasakan kenyamanan,
perhatian, penghargaan dan bisa
menerima kondisinya. Menurut
Marilyn (1998), terdapat hubungan
yang kuat antara keluarga dan status
kesehatan anggotanya dimana peran
keluarga sangat penting bagi setiap
aspek perawatan kesehatan anggota
keluarga, mulai dari strategi-strategi
hingga fase rehabilitasi.
Dukungan keluarga yang baik
maka akan meningkatkan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa, hal ini
di karenakan pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
mengalami
keterbatasan
dalam
aktifitas fisiknya sehingga perlu
adanya bantuan dari keluarga.
Sehingga semakin baik dukungan
dari keluarga maka akan semakin
tinggi kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
KESIMPULAN
1. Dukungan keluarga pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa
di
RSUD.
Gambiran Kediri seluruhnya
memiliki dukungan keluarga
cukup.

2. Kualitas hidup pasien gagal


ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa
di
RSUD.
Gambiran Kediri seluruhnya
memiliki kualitas hidup sedang.
3. Terdapat hubungan yang positif
antara
dukungan
keluarga
dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di
RSUD Gambiran Kediri.
SARAN
1. Keluarga
Bagi keluarga diharapkan bisa
lebih
meningkatkan
dukungan
finansial, diskusi dari keluarga untuk
mengatasi masalah penyakit gagal
ginjal kronik dan informasi tentang
pengobatan
alternatif
untuk
membantu menyembuhkan penyakit
gagal
ginjal
kronik.
Dalam
membantu pasien gagal ginjal kronik
untuk menjalani terapi hemodialisa.
2. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan khususnya
bagi perawat yang berhubungan
langsung dengan pasien diharapkan
mampu
memberikan
Health
Eduation kepada keluarga dalam
memberikan dukungan keluarga
instrumental,
informasional,
emosional, pengharapan dan harga
diri pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa dan
pasien untuk tetap menjalani terapi
hemodialisa.
3. Peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa dengan
sampel yang lebih dari 47, tekhnik
pengambilan
samplingnya
menggunakan systematic random
sampling dan variabelnya perlu di

tambahkan
spiritualnya.

tentang

kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA
Ali,

Zaidin. (2010). Pengantar


Keperawatan Keluarga : EGC
Brown DR, et al. 1992. Patterns of
social affiliation as predictors
of depressive symptoms among
urban blacks. J Health Soc
Behav.
Brunner & Suddarth. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medical
Bedah (volume II). Jakarta :
ECG.
Chusnul Chuluq, Retno Lestari, &
Rudi
Heriyanto.
(2010).
Hubungan antara dukungan
keluarga
dengan
tingkat
depresi pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa di RSUD dr.
ABDOER
RAHEM
SITUBONDO.
Desita. (2010). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kualitas
Hidup Pasien Hemodialisis di
RSUP Adam Malik Medan.
Friedman, M.M, Bowden, V.R, &
Jones, E.G. (2003). Family
nursing: Research, theory and
practice. (5th ed). New Jersey:
Prentice Hall.
Friedman, M.M, Bowden, V.R, &
Jones, E.G. (2010). Buku ajar
keperawatan keluarga: Riset,
teori, dan praktik, alih bahasa,
akhir yani S. Hamid dkk ; Ed 5.
Jakarta: EGC.
Friedman, Marilyn M., (1998),
Keperawatan Keluarga : Teori

dan Praktik, edisi 3, EGC,


Jakarta.
Henserling, J. (2009). Development
and Psychometric testing of
Hensarlings Kidneis family
support scale, a dissertation.
Degree
of
Doctor
of
philosophy in the graduate
School of the Texas Women
University. Di akses dari
www.proquest.com
pada
tanggal 11 April 2014.
Hidayat, Azis Alimul. (2010). Riset
keperawatan
dan
Teknik
Penulisan Ilmiah. Edisi: 2.
Jakarta: Salemba Medika
KDOQI. KDOQI Clinical Practice
Guideline and Clinical Practice
Recommendations for anemia
in chronic kidney disease: 2007
update of hemoglobin target.
Am J Kidney Dis. 2007;
50:471-530.
KDOQI;
National
Kidney
Foundation II. Clinical practice
guidlines and clinical practice
recommendations for anemia in
chronic kidney disease in
adults. Am J Kidney Dis.
2006;47(5 Suppl 3):S16-S85.
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan
dan
Perilaku
Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmojo,
Sukidjo.
2010.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nurrsalam. (2013). Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan,
Panduan Skripsi, Tesis dan
Metode
Penelitian

Keperawatan, Jakarta
Salemba Medika

Potter & Perry. 2009. Fundamental


Keperawatan, Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
Qulity of Life Research Unit.t.th.
The Quality of Life Model.
Artikel blog diakses dari
http//www.utoronto.ac/qol/qol_
model.htm pada 12 April 2014
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku
ajar keperawatan medikal
bedah brunner & suddart.
Jakarta : EGC. 2002.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Supriyadi, Wagiyo, & Sekar Ratih
Widowati. (2011). Tingkat
kualitas hidup pasien gagal
ginjal
kronik
terapi
hemodialisis. Jurnal kesehatan
masyarakat. Di akses dari
http://journal.unnes.ac.id/index
.php/kemas.
The

Word Health Organization


Quality Of Life (WHOQOL)BREF. Dibuka pada tanggal 29
April 2014.

Yuliaw, A.
2009.
Hubungan
Karakteristik Individu dengan
Kualitas Hidup Dimensi Fisik
pasien Gagal Ginjal Kronik di
RS Dr. Kariadi Semarang.
Diakses
daridigilib.unimus.ac.id/files/di
sk1/106/jtpunimus-gdlannyyuliaw-5289-2-bab2.pdf
pada tanggal 29 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai