Anda di halaman 1dari 33

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

1 KLB
a Sejarah perkembangan KLB ? (dulunya penyakit menular,
sekarang semuaa) ???
Wabah adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa pada
satu/sekelompok masyarakat tertentu, atau lebih sederhana
peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi
tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama (Last,
1983)
Untuk penyakit-penyakit endemis (penyakit yang selalu ada pada
keadaan biasa), maka KLB didefinisikan sebagai : suatu
peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada
waktu dan daerah tertentu.
Pada penyakit yang lama tidak muncul atau baru pertama kali
muncul di suatu daerah (non-endemis), adanya satu kasus belum
dapat dikatakan sebagai suatu KLB.
Untuk keadaan tersebut definisi KLB adalah : suatu episode
penyakit dan timbulnya penyakit pada dua atau lebih penderita
yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin pada
faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat
(tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan),
faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).
Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas
terkandung arti adanya kesamaan pada ciri-ciri orang yang
terkena, tempat dan waktunya. Untuk itu dalam mendefinisikan
KLB selalu dikaitkan dengan waktu, tempat dan orang. Selain itu
terlihat bahwa definisi KLB ini sangat tergantung pada kejadian
(insidensi) penyakit tersebut sebelumnya (Barker, 1979; Kelsey,
et al., 1986).
Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam Undangundang Wabah sebagai berikut :
Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang
meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas
daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undangundang Wabah, 1984).
Terlihat adanya perbedaan definisi antara Wabah dan KLB.
Wabah harus mencakup jumlah kasus yang besar, daerah yang
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 1

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


luas dan waktu yang lebih lama, dengan dampak yang timbulkan
lebih berat.
Di Indonesia dengan tujuan mempermudah petugas lapangan
dalam mengenali adanya KLB telah disusun petunjuk penetapan
KLB, sebagai berikut :
1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu
kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga
minggu berturut-turut atau lebih.
2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit
menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang
sama di kecamatan tersebut itu.
3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderitapenderita baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan,
menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari
penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.
4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu
dalam satu bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan
50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama
dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.
5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular
dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate
penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih.
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes,
DHF/DSS :
Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit
tersebut di atas, di suatu daerah endemis yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas.
Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena
penyakit tersebut di atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas
dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4
minggu berturut-turut.
7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di
suatu kelompok masyarakat.
8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada/dikenal.
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 2

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989


Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit
Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang
biasa
Last 1981
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa
Kejadian Luar Biasa : timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
dalam kurun waktu cepat dan daerah tertentu.
b Apa saja kriteria KLB ?

Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak


dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu)
Peningkatan kejadian penyakit / kematian 2x / lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2x
lipat / lebih dibandingkan angka rata-rata perbulan dari tahun
sebelumnya.
Biasanya terjadi pada penyakit khusus
Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu
menunjukkan 50% / lebih dibandingkan periode sebelumnya

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 3

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


(Keputusan Dirjen No. 451/91 Tentang Pedoman Penyelidikan dan
Penanggulangan KLB)
Timbulnya suatu penyakit / menular yang sebelumnya tidak ada /
tak dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakit
Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya
Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukkan kenaikan 2 kali
lipat atau lebih dibandingkan dgn angka rata-rata per bulan dalam
tahun sebelumnya
Angka rata-rata per bulan dalam 1 tahun menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih dibandingkan dgn angka rata-rata per bulan dari
tahun sebelumnya
Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit dalam1 kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dgn
CFR dari periode sebelumnya
Proportional Rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan periode kurun
waktu atau tahun sebelumnya.
(DEPKES RI)
Di Indonesia dengan tujuan mempermudah petugas lapangan
dalam mengenali adanya KLB telah disusun petunjuk penetapan
KLB, sebagai berikut :
1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu
kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga
minggu berturut-turut atau lebih.
2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit
menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang
sama di kecamatan tersebut itu.
3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderitapenderita baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan,
menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari
penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.
4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu
dalam satu bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan
50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama
dalam bulan yang lalu di kecamatan tersebut.
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 4

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular
dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate
penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih.
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes,
DHF/DSS :
Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit
tersebut di atas, di suatu daerah endemis yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas.
Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena
penyakit tersebut di atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas
dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4
minggu berturut-turut.
7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di
suatu kelompok masyarakat.
8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada/dikenal.

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 5

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

c Siapa yang menentukan kejadian KLB di suatu wilayah ?


a. KLB
Dalam PP No 41 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular, Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No.
451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 6

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Yang menetepkan KLB : Menkes
b. Wabah
Dalam UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular, Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut
wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Yang meneteapkan wabah : Dinkes

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 7

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 8

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 9

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

d Penyakit apa saja yang termasuk KLB di indonesia ?


Menurut permenkes RI no. 560/ dinkes/Per/VIII/th. 1989
a. kolera
b. pes
c. demam kuning
d. demam bolak-balik
e. tifus bercak wabah
f. DBD
g. Campak
h. Polio
i. Dipteri
j. Pertusis
k. Rabies
l. Malaria
m. Influenza
n. Hepatitis
o. Tifus perut
p. Menngitis
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 10

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


q. Encepalitis
r. antrax

Penyakit yang berpotensi menjadi KLB


penyakit karantina ( yellow fever, pest, colera )
DHF, diare, ISPA, campak, rabies, tetanus, polio
antraks, malaria, hepatitis,typus
Penyakit yang tidak berpotensi menjadi KLB
lepra, cacingan , filariasis, AIDS, TBC, siphilis
e Bagaimana Pencegahan dan penanggulangan agar tidak terjadi
KLB?
PENCEGAHAN
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil
tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara
umum yakni:
a.
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang
meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat.
c.
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang
meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 11

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat
sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang
tumpang tindih.
1. Pencegahan Tingkat Pertama
Dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor
pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan
untuk mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain:
- Desinfektan
- Pasteurisasi
- Sterilisasi, bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme
penyebab penyakit,
- Penyemportan.insektisida dalam rangka menurunkan dan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan
rantai penularan.
Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber
penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita
serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada binatang
yang menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku
yang dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi/modifikasi
lingkungan
melalui
perbaikan
lingkungan fisik seperti
- peningkatan air bersih
- peningkatan sanitasi lingkungan dan perumahan serta
bentuk pemukiman lainnya
- perbaikan dan peningkatan lingkunan biologis seperti
pemeberantasan serangga dan binatang pengerat
- peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah
tangga, hubungan antarindividu dan kehidupan sosial
masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu meliputi :
a.
perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan
kualitas hidup penduduk
b.
pemberian imunisasi serta berbagai bentuk
pencegahan khusus lainnya
c.
peningkatan
status
psikologis,
persiapan
perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor
keturunan
d.
peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan
kualitas gizi, serta olahraga kesehatan.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang
menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang
terancam akan menderita (masa tunas).
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 12

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat


dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih
lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan
usaha surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala
serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI,
mahasiswa, dll), penyaringan (screening) untuk penyakit
tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan
dan perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka
yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan
patogenesis penyakit tertentu.

Deteksi awal penyakit

Tujuannya untuk mempercepat kesembuhan dg


pengobatan yg tepat

Pengobatan yang cepat merupakan pencegahan


primer pada orang yang sehat

menghambat progresivitas penyakit

menghindari komplikasi

mengurangi ketidakmampuan
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit
tertentu.
tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau
kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk
mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu
penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian
fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang
meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis
serta rehabilitasi sosial.
Pelayanan suportif dan rehabilitatif
Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dg cara:
Memaksimalkan fungsi organ yg cacat
Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik
Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Sumber penularan binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang maka upaya
penangulangan dengan pemusnahan binatang yang
terinfeksi
Sumber penularan manusia
Dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 13

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

Sasaran ditujukan pada cara penularan


Memutuskan rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan
Meningkatkan hygiene perorangan
Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Peningkatan gizi
Peningkatan kekebalan (imunisasi)
(Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Prof.Dr.Nur Nasry
Noor,MPH)

Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan


penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan
pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
Peningkatan kesehatan (health promotion)
o Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun
kuantitas)
o Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
tinja dan limbah.
o Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk
kalangan menengah ke atas di negara berkembang
terhadap resiko jantung koroner.
o Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
o Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan
mental dan sosial.
o Nasihat
perkawinan
dan
pendidikan
seks
yang
bertanggung jawab.
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
o Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk
mencegah penyakit
o Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang
terkena flu burung.
o Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum
maupun tempat kerja.
o Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat
karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
o Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat
dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
o Mencari kasus sedini mungkin.
o Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan
pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 14

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


o Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi
agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan.
o Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
o Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan
kasus.
Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
o Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita
sembuh dan tak terjadi komplikasi.
o Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
o Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih
intensif.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
o Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat.
o Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi
yang bersangkutan untuk bertahan.
o Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga
setiap
penderita
yang
telah
cacat
mampu
mempertahankan diri.
o Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu
penyakit.
Leavel, H.R and Clark, E.G. Preventive Medicine for the Doctor in His
Community, 3th Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York, 1965.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3
bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre
patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health
promotion dan general and specific protection , secondary prevention
(pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt
treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu
dissability limitation.
Beaglehole, R. R. Bonita, T. Kjellstrom. Basic Epidemiology, WHO,
Geneva, 1993.
a. Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit
dapat dilakukan dengan:
Mengisolasi penderita (pasien) yaitu menempatkan pasien
ditempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang
lain.
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 15

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan
menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis
pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam
waktu yang lama misalnya karantina untuk penderita kusta.
b. Memutus mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah
merupakan usaha untuk memutuskan hubungan atau mata rantai
penularan penyakit menular.
c. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan.
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu
perlindungan khusus (spesific protection) dengan imunisasi, baik
imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga
dapat mencegah penyakit malaria, menengitis dan desentri
baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan
kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu meningkatkan gizi
anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi
pada anak.
Ilmu KesMas Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
f

Apa saja macam KLB ?


- Dapat digolongkan menurut penyebabnya
1 Toxin
Enterotoxin : yang dihasilkan oleh
Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, E.coli,
Shigella
Exotoxin : yg dihasilkan oleh Clostridium
botulinum
Endotoksin
2 Infeksi : virus, bakteri ,protozoa,cacing
3 Toksin biologis : racun pada jamur ,aflatoksin,
plankton, racun ikan. Racun tumbuh-tumbuhan
4 Toksin kimia : zat organik , gas beracun
- Menurut sumber :
1 Manusia : penyebaran mll jalan nafas, sentuhan
tangan, kotoran manusia, urin,muntahan
2 Kegiatan manusia : penyemprotan pestisida ,
penangkapan ikan dengan racun
3 Binatang : rabies, leptospirosis,cacing dan parasit
lainnya

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 16

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


4 Serangga (lalat,kecoa) : missal salmonella,
staphylococcus,streptococcus
5 Udara, permukaan benda, makanan, minuman
2 Wabah
a Syarat apa saja yang dikatakan sebagai wabah ?
Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam Undangundang Wabah sebagai berikut :
Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang
meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah
penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undangundang Wabah, 1984).
Terlihat adanya perbedaan definisi antara Wabah dan KLB. Wabah
harus mencakup jumlah kasus yang besar, daerah yang luas dan
waktu yang lebih lama, dengan dampak yang timbulkan lebih berat.
3 Epidemiologi
a Mengapa penelitian epidemiologi penting untuk dilakukan ?
- Manfaat
1. Untuk mempelajari riwayat penyakit
2. Diagnosis masyarakat
3. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi
4. Pengkajian , evaluasi dan penelitian
5. Melengkapi gambaran klinis
6. Indentifikasi sindrom
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
Epidemiologi suatu pengantar oleh Thomas C.Timmreck, PhD
1. Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
berperanan
dalam
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan
kesehatan dan pengambilan keputusan
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan
yang sedang atau telah dilakukan
4. Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan
suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menganggulanginya

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 17

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yang perlu dipecahkan
(pengantar epidemiologi, Bustan)
a. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan
Manfaat epidemiologi dalam administrasi kesehatan seperti
membantu pekerjaan perencanaan (planning) dari pelayanan
kesehatan, pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluation)
suatu upaya kesehatan. Data yang diperoleh dari pekerjaan
epidemiologi akan dapat dimanfaatkan untuk melihat apakah
upaya yang dilakukan telah sesuai dengan rencana atau tidak
(pemantauan) dan ataukah tujuan yang ditetapkan telah
tercapai atau tidak (penilaian).
b. Dapat menerangkan penyebab suatu maslah kesehatan
c. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit
Epidemiologi
dapat
digunakan
untuk
menerangkan
perkembangan
suatu
penyakit
dengan
memanfaatkan
keterangan tentang frekwensi dan penyebaran penyakit,
terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan
mengetahui waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit
dapatlah diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.
d. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
Karena epidemiologi mempelajari tentang frekwensi dan
penyebaran masalah kesehatan maka akan diperoleh
keterangan tentang keadaan masalah tersebut. Keadaan yang
dimaksudkan di sini merupakan perpaduan dari keterangan
menurut ciri-ciri manusia, tempat dan waktu. Perpaduan yang
seperti ini menghasilkan 4 keadaan masalah kesehatan yaitu
epidemi, pandemi, endemi, dan sporadik.
(Pengantar Epidemiologi, Azrul Anwar)
b Apa saja klasifikasi dari epidemiologi ?
Ada 3 tipe pokok pendekatan atau metode, yakni:
a. Epidemiologi Deskriptif (descriptive epidemiology)
Dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi
penyakit berubah menurut perubahan variable 2 epidemiologi yg
terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time).
Orang (person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial,
pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga,
struktur keluarga dan paritas.
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 18

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Tempat (place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Waktu (time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena
perubahan2 penyakit menurut waktu menunjukkan adanya
perubahan faktor etiologis.
b. Epidemiologi Analitik (Analytic epidemiology)
pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta
informasi2 yg diperoleh studi epidemiologi deskriptif.
Ada dua studi tentang epidemiologi ini:
1. Studi riwayat kasus (case history studies)
Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang,
yakni kelompok yg terkena penyebab penyakit dengan kelompok
orang tidak terkena (kelompok kontrol).
2. Studi kohort
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu
penyebab. Kemudian diambil sekelompok orang lagi yg
mempunyai ciri2 sama dengan kelompok pertama. Kelompok
kedua disebt kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yg
ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari
perbedaan antara kedua kelompok tersebut bermakna atau
tidak.
c. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen pada kelompok
subyek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yg tidak
dikenakan percobaan).
Pengukuran Epidemiologi
a. Incidence Rate
Incidence rate dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus
baru yg terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu
tertentu.
Incidence Rate

jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu


1000
populasi yang mempunyai risiko

b. Attack Rate
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 19

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Attack Rate

jumlah kasus selama epidemi


1000
populasi yg mempunyai risiko

c. Prevalence Rate
Prevalence rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk
yang menderita suatu penyakit pd satu titik waktu tertentu.

Pr evalence Rate

jumlah kasus penyakit yg ada pada suatu titik waktu


1000
jumlah penduduk seluruhnya

d. Period Prevalensi
Period prevalence

jumlah kasus penyakit yg selama periode


1000
penduduk rata rata dari periode tersebut

e. Crude Death Rate (CDT)


CDR

jumlah kematian di kalangan penduduk suatu daerah dalam 1th


1000
jumlah penduduk rata rata

f. Age Spesific Date Rate (angka kematian pada umur


tertentu)
Sebagai contoh: age spesific date rate pada golongan umur 2030th
ASDR

jml kematian antara umur 20 30th suatu daerah dlm 1th


1000
jml penduduk umur antara 20 30th pd daerah dan tahun yg sama

g. Cause Disease Spesific Death Rate (angka kematian


akibat penyakit tertentu)

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 20

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


CSDR

jml kematian krn TB di suatu daerah dlm 1th


1000
jumlah penduduk rata rata

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

1. Epidemiologi Deskriptif
a. hanya mengamati dan menjabarkan hasil temuan atau data
secara apa adanya.
b. mempelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut
perubahan
variabel2
epidemiologi,
mencakup
variabel
orang(umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, stuktur keluarga
dan paritas), tempat, waktu.
c. dibahas juga validitas, reliabilitas, sensitifitas test dan
spesifisitas test
d. pengamatannya kelompok/agregate, maka metode kwantitatif
sangat penting ada.
e. perlu dipahami indikator2 khusus untuk menyatakan suatu
kejadian
2. Epidemiologi Analitis
a. mencakup uraian hubungan sebab-akibat tentang masalah yang
bersangkutan dengan hal-hal yang diduga menjadi faktor
penyebabnya
b. pengamatan, yaitu metode obseravsional dan metode
eksperimental
c. desain penelitiannya case history studies (dibandingkan antara
kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok
orang yang tidak terkena) dan cohort studies(perbandingan
antara: sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab
penyakit, kemudian diambil sekelompok orang lagi yang
mempunyai ciri2 sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak
dipaparkan/ kelompok kontrol)
d. epidemiologi eksperimen : mengadakan eksperimen
3. Epidemiologi Konstruktif
a. agar hasil pengamatan atau penelitian yang diperoleh
dimanfaatkan untuk melengkapi perbendaharaan penguasaan
iptek tentang masalah yang bersangkutan(berupaya untuk
mengisi Gap of knowledge dan melengkapi Body of knowledge).
b. Dimanfaatkan dan aplikasinya untuk memecahkan masalah
kesehatan yang bersangkutan
Budioro B. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat
c. Apa saja tujuan dari epidemiologi ?
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 21

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Tujuan umum
Meneliti populasi manusia,namun sekarang metodenya
dapat berlaku pada penelitian populasi lain seperti
hewan,tumbuhan.
Mendeskripsikan penyakit dapat menungkapkan
mekanisme kausal penyakit, menjelaskan perjalanan
penyakit yang ada, dapat menjelaskan perjalanan penyakit
dan untuk memeberikan pedoman pelayanan kesehatan
yang diperlukan.
Menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit sehingga
dapat digunakan untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan
lingkungan dan kesehatan lingkungan kerja.
Tujuan khusus
Memformulasikan hipotesis yang menjelaskan pola
distribusi penyakit yang ada atas dasar karakteristik
waktu, tempat, host, agent potensial
Menguji hipotesis dengan menggunakan penelitian yang
dirancang secara khusus dapat mengungkapkan penyebab
penyakit
Menguji validitas konsep pengendalian penyakit dengan
menggunakan data epidemiologis yang dikumpulkan
sehubungan dengan program tersebut.
Membantu membuat klasifikasi penyakit atas dasar
penelitian etiologis
Mengungkapkan perjalanan suatu penyakit untuk
menentuka prognosis penyakit.
Epidemiologi lingkungan,Juli soemirat

Menentukan agent primer / memastikan faktor penyebab


Memahami penyebab penyakit , cacat
Menentukan karakteristik agent atau faktor penyebab
Menentukan cara penularan
Menentukan dan menetapkan faktor kontribusi
Mengidentifikasi dan menjelaskan pola penyakit secara geografis
Menentukan , mendeskripsikan dan melaporkan perjalanan alami
penyakit , ketidakmampuan cedera dan kematian
Menentukan metode pengendalian
Menentukan langkah2 pencegahan
Membantu dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan
kesehatan
Menyediakan data2 administrasi dan perencanaan
Epidemiologi suatu pengantar oleh Thomas C.Timmreck, PhD

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 22

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

d. Apa saja Ruang lingkup epidemiologi?


1. Etiologi
Etiologi berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi
dalam mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah
kesehatan lainnya.
2. Efikasi
Efkasi Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat
diperoleh dari adanya intervensi kesehatan
3. Efektivitas
Efektivitas dimaksudkan besar hasil yang dapat diperoleh dari
suatu tindakan (pengetahuan atau intervensi) dan besarnya
perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang
lainnya.
4. Efisiensi
Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat
pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya
yang diberikan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan
suatu pengobatan atau program kesehatan masyarakat.
6. Edukasi
Edukasi adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan
tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya
pencegahan penyakit.
(pengantar epidemiologi, Dr.M.N. Bustan)
4. P2MPL
a. Tugas dan wewenang P2MPL ?

Bidang pencegahan, pemberantasan penyakit dan penyehatan


lingkungan, mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas Dinas
Kesehatan , pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan
Untuk menyelanggarakan tugas sebagaimana di maksud pada ayat
(2) pasal ini Bidang pencegahan, pemberantasan, penyakit dan
penyehatan lingkungan menyelenggarakan fungsi:
o Membantu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin
dalam bidang tugasnya;
o Mengadakan
pembinaan
dan
monitoring
kegiatan
pemberantasan penyakit;

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 23

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


o Mengadan pembinaan dan monitoring kegiatan pengamatan
dan pencegahan;
o Mengadakan pembinan dan monitoring kegiatan penyehatan
lingkungan dan makanan minuman;
o Memberikan saran, usul dan pertimbangan kepada kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin dalam bibang
pencegahan, pemberantasan penyakit dan penyehatan
lingkungan.

Seksi pemberantasan penyakit, mempunyai tugas:


o Membantu Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan
penyakit dan penyehatan lingkungan dlm bidang tugasnya;
o Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit yang di tularkan
binatang yaitu: penyakit malaria, demam berdarah dangue,
rabies dan filariasis;
o Melaksanakan pengamatan serangga penular penyakit (PSPP);
o Melaksanakan upaya pencegahan penyakit yang menular
langsung yaitu penyakit TBC-Paru, kusta, ISPA, Diare dan
penyakit menular seksual (PMD);
o Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit yang menular
langsung
melalui
kegiatan
penemuan
penderita,
menatalaksanaan kasus, evaluasi hasilpengobatan, pencatatan
dan pelaporan serta memberikan penyuluhan pencegahan dan
pemberantasannya;
o Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit tidak menular
antara lain hypertensi, jantung koroner, diabetes militus
(kencing manis);
o Pemusnahan/ karantina sumber penyebab penyakit menular;
o Peningkatan
komunikasi
informasi
dan
Edukasi
(KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit (Penyulihan).

Seksi pengamatan dan pencegahan, mempunyai tugas;


o Membantu kepala bidang pencegahan, pemberantasan
penyakit dan penyehatan lingkungan dan bidang tugasnya;
o Melaksanakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data penyakit;
o Menyelenggarakan sistem kewaspaan dini kejadian luar biasa
(SKD-KLB) penyakit dan melaksanakan penanggulangan KLB
penyakit;
o Melaksanakan perencanaan, analisis, perumusan masalah,
pembinaan dan pengawasan surveilans epidemiologi penyakit;
o Melaksanakan pengamatan kesehatan matra antara lain;
o Melaksanakan surveilans, evidemiologi khusus antara lain
surveilans AFP, campak, tetanus neonatorum dan penyakit lain
yang cenderung menimbulkana KLB;

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 24

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


o Melaksanakan penyelidikan evidemiologi KLB penyakit dan
keracunan ;
o Monitoring evaluasi dan pelaporan;
o Pengendalian, pengamatan dan pencegahan penyakit yang
dapat di cegah dengan imunisasi (DP31) dan kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI);
o Melaksanakan imunisasi rutin yang meliputi imunisasi BCG,
DPT, Polio, campak, TT, DT dan HB;
o Mengelola kuantitas, kuantitas dan distribusi vaskin sampai
ketempat pelayanan (Cold Chain).
Seksi penyehatan lingkungan dan makanan minuman, mempunyai
tugas:
o Membantu kepala Bidang pencegahan, pemberantasan
penyakit dan penyehatan lingkungan dalam bidang tugasnya;
o Penyehatan lingkungan pemukiman, perimahan dan bangunan
sehat;
o Pengawasan dan pembinaan tempat-tempat umum (TTU).
Tempat pengolahan makanan dan TP2 pestisida;
o Peningkatan kebersihan dan kesehatan msyarakat dan personal
hygiene;
o Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dampak lingkungan;
o Pengaturan dan pembakuan kualitas air, pengawasan kualitas
air;
o Membina
serta
melaksanakan
pengawasan
terhadap
perusahaan industri makanan dan minuman
o Membina serta melaksanakan pengawasan terhadap rumah
makan, depot, toko dan usaha tentang yang menjual makanan
dan minuman;
o Pengawasan dan pengendalian terhadap penyehatan kawasan
dan sanitasi darurat terutama akibat wabah dan bencana;
o Mengawasi peredaran distribusi makana dan minuman di
masyarakat
o Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat;
o Memberikan saran-saran dan pertimbangan-prtimbangan
kepada kepala bidang tentang langkah-langkah dan tindakantindakanyang perlu diambil dalam bidang tugasnya.
http://dinkesmuba.org/index.php?pilih=hal&id=11

b. Bagaimana Pencegahan penyakit menular secara umum ?


Yang dimaksud dengan penganggulangan penyakit menular
(kontrol) adalah upaya untuk menekankan peristiwa penyakit
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 25

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak
merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut.
1. Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam
masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai
penularan.
a. Sumber penularan adalah binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan
(dosmetik)
memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi
binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan
pemeriksaan berkala)
Bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar
kerja sama instansi lain yang terkait .
b.
Sumber penularan adalah manusia
Apabila sumber penularan adalah manusia isolasi dan
karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya
menghilangkan unsur penyebab (mikro-organisme)atau
menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber (bedah
saluran empedu atau cholecystectomy) pada carier typoid
menahun).
2. Sasaran Ditujukan pada cara Penularan
- penularan penyakit ditularkan melalui udara, terutama infeksi
saluran
pernafasan perbaikan sistem ventilasi serta aliran
udara dalam ruangan.
- penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman
memberantas bahan-bahan yang mengalami kontaminasi seperti
penyehatan air minum, pasteurisasi sus, serta pengawasan
terhadap semua pengobatan bahan makanan dan minuman.
- penyakit yang ditularkan oleh vektor terutama serangga dan
binatang lainnya pemberantasan serangga serta binatang
perantara lainnya.
3. Sasaran Ditujukan pada Penjamu Potensial
a. Peningkatan Kekebalan Khusus (imunitas)
imunisasi yakni peningkatan kekebalan aktif pada pejamu
dengan pemberian vaksinasi.
Selain pemberian imunsasi aktif terseut di atas, juga dikenal
adanya usaha perlindungan terhadap beberapa penyakit
tertentu dengan pemberian antibodi pelindung yang berasal
dari pejamu lain dalam bentuk serum antibodi yang
memberikan perlindungan sementara dan disebut imunisasi
pasif.
b. Peningkatan Kekebalan Umum (resistensi)
- perbaikan gizi keluarga
- peningkatan gizi balita melalui program Kartu Menuju Sehat
(KMS)
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 26

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


-

peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan


kesehatan terpadu melalui posyandu.

5. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)


a. Bagaimana fasenya (tahapan tahapan) dan contohnya ?
-

tahap prepatogenesis
o individu dlm keadaan normal/sehat
o ada interaksi antara pejamu dan bibit penyakit tetapi
interaksi masih diluar tubuh
o belum ada tanda tanda sakit
o jk pejamu lengah dan bibit penyakit menjadi ganas atau
lingkungan memberikan kodisi yang kurang
menguntungkan pejamu maka keadaan dapat segera
berubah memasuki fase patogenesis
- tahap patogenesis
terbagi menjadi 4 tahap
tahap inkubasi : masuknya bibit penyakit sampai timbul
gejala
tahap penyakit dini : muncl gejala ringan. Tahap ini sudah
mulai menjadi masalah kesehatan
tahap penyakit lanjut : penyakit bertambah hebat dengan
berbagai kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini
penyakit memerlukan pengobatan yg tepat untuk
menghindari akibat lanjut yang kurang baik
tahap penyakit akhir :
o sembuh sempurna bibit penyakit menghilang, tubuh
menjadi pulih dan sehat kembali
o sembuh degan cacat bibit penyakit sudah hilang
tetapi tubuh tidah pulih sepenuhnya
o karier di mana tubuh penderita pulih kembali namun
bibit penyakit masih tetap berada didalam tubuh
memperlihatkan gangguan penyakit
o berkelangsungan kronik
o mati
Pengantar Epidemiologi.DR.M.N.Bustan.1997
b. Bagaimana pencegahan pada tiap fasenya ?
- Pre patogenesis patogenesis primer
- Patogenesis sekunder
- Patogenesis - Post patogenesis terier
c. Apa saja manfaat mengetahui RAP ?

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 27

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


1. Untuk diagnostic : masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman
penentuan jenis penyakit, misalnya dalam KLB.
2. Untuk pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit
dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya
pencegahan penyakit.
3. Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal
Pengantar Epidemiologi.DR.M.N.Bustan.1997
6. DKK
a. Tugas DKK ?
7. Perbedaan Wabah, KLB, endemi, pandemi, epidemi ?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit
Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang
biasa
Last 1981
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan
kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa
Kejadian Luar Biasa : timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun
waktu cepat dan daerah tertentu.
-

Endemi

(awalan

en-

berarti

dalam

atau

di

dalam)

adalah

berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau


keberadaan suatu penyakit yang terus menerus di dalam populasi atau
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 28

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


wilayah tertentu prevalensi suatu penyakit yang biasa berlangsung di
satu wilayah atau kelompok tertentu.
-

Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang


berasal dari satu sumber tunggal, dalam satu kelompok, populasi,
masyarakat, atau wilayah, yang melebihi tingkatan kebiasaan yang
diperkirakan. Epidemi terjadi jika kasus baru melebihi prevalensi suatu
penyakit. Kejadian luar biasa (KLB) akut peningkatan secara tajam
dari kasus baru yang memengaruhi kelompok tertentu biasanya juga
disebut sebagai epidemi. Keparahan dan keseriusan penyakit juga
memengaruhi

definisi

suatu

epidemi.

Jika

penyakit

sifatnya

mengancam kehidupan, hanya diperlukan sedikit kasus (seperti pada


rabies) untuk menyebabkan terjadinya epidemi.
-

Pandemi (awalan pan- berarti semua atau melintasi) adalah


epidemi yang menyebar luas melintasi negara, benua, atau populasi
yang besar, kemungkinan seluruh dunia. AIDS merupakan penyakit
pandemi.

(Timmreck, Thomas C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC)

Endemi (awalan en- berarti dalam atau di dalam) adalah


berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau
keberadaan suatu penyakit yang terus menerus di dalam
populasi atau wilayah tertentu prevalensi suatu penyakit yang
biasa berlangsung di satu wilayah atau kelompok tertentu.
Hiperendemi (awalan hyper- berarti di atas) adalah istilah
yang dihubungkan dengan endemi, tetapi jarang digunakan.
Istilah ini menyatakan aktivitas yang terus-menerus melebihi
prevalensi yang diperkirakan, sering dihubungkan dengan
populasi tertentu, populasi yang kecil, atau populasi yang jarang
seperti yang ditemukan di rumah sakit, klinik bidan, atau institusi
lain. Istilah ini juga menunjukkan keberadaan penyakit menular
dengan tingkat insidensi yang tinggi dan terus-menerus melebihi
angka prevalensi normal dalam populasi dan ternyata menyebar
merata pada semua usia dan kelompok. Kejadian endemi
penyakit yang berhubungan tetapi dengan tipe yang berbeda,
disebut holoendemi.
Holoendemi (awalan holo- berarti keseluruhan atau semua)
menggambarkan suatu penyakit yang kejadiannya dalam
populasi sangat banyak dan umumnya didapat di awal

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 29

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


kehidupan pada sebagian besar anak dalam populasi. Prevalensi
penyakit menurun sejalan dengan pertambahan usia kelompok
sehingga penyakit lebih sedikit muncul pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak. Penyakit yang sesuai untuk
kategori ini adalah chickenpox, dan pada iklim negara tropis,
malaria.
Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang
berasal dari satu sumber tunggal, dalam satu kelompok,
populasi, masyarakat, atau wilayah, yang melebihi tingkatan
kebiasaan yang diperkirakan. Epidemi terjadi jika kasus baru
melebihi prevalensi suatu penyakit. Kejadian luar biasa (KLB)
akut peningkatan secara tajam dari kasus baru yang
memengaruhi kelompok tertentu biasanya juga disebut sebagai
epidemi. Keparahan dan keseriusan penyakit juga memengaruhi
definisi suatu epidemi. Jika penyakit sifatnya mengancam
kehidupan, hanya diperlukan sedikit kasus (seperti pada rabies)
untuk menyebabkan terjadinya epidemi.
Pandemi (awalan pan- berarti semua atau melintasi) adalah
epidemi yang menyebar luas melintasi negara, benua, atau
populasi yang besar, kemungkinan seluruh dunia. AIDS
merupakan penyakit pandemi.
Timmreck, Thomas C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta,
EGC
8. Mengapa penyakit difteri bisa menjadi KLB ?
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang
berhubungan bermakna dengan kejadian difteri adalah kepadatan
hunian ruang tidur, kelembaban dalam rumah, jenis lantai rumah,
sumber penularan, status imunisasi dan pengetahuan ibu.
Disimpulkan bahwa lingkungan rumah, pengetahuan ibu dan
sumber penularan bukanlah faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya difteri, sedangkan yang paling dominan dalam
mempengaruhi kejadian difteri adalah status imunisasi, yaitu risiko
terjadinya difteri pada anak dengan status imunisasi DPT/DT yang
tidak lengkap
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/24ae382daa148d77f4ce3
f3711cba1038cdf5b34.pdf

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 30

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute: (1) Bersin: Ketika
orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan percikan
ludah yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar
bakteri tersebut. (2) Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa
berasal dari barang-barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci. (3)
Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui
barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan,
seperti handuk atau mainan (Kompas.com).
Prof. Dr. dr. Ismoedijanto, DTM&H,Sp.AK, seorang pakar penyakit tropik dari
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menyebutkan difteri adalah
penyakit infeksi yang bisa menular dengan sangat cepat sehingga saat
masuk rumah sakit, pasien difteri biasanya diisolasi. Jika infeksinya berat,
maka seseorang yang tertular bisa meninggal pada hari ketiga atau
keempat. Penderita rata-rata meninggal karena bakteri mengeluarkan racun
yang mengganggu fungsi jantung, ginjal, atau pernapasan. Penyakit ini
menular pada mereka yang belum pernah mendapat imunisasi saat bayi.
Selain itu, mereka yang mendapat imunisasi tidak lengkap juga rentan
tertular.
Sistem penularan penyakit difteri disebabkan oleh kuman, kontak langsung
dengan penderita karena penyebarannya sangat cepat melalui udara, serta
penyerangan yang disebabkan oleh droplet atau percikan ludah dari
penderita kepada orang lain. Pada penderita yang parah harus dibawa ke
rumah sakit dengan isolasi.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier
(pembawa) difteri. Carrier penyakit difteri biasanya orang dewasa atau orang
tua meski tidak mendapat gejala penyakit difteri namun bisa menyebarkan
kepada keluarga dan lingkungannya, terutama bagi anak-anak. Karena itu,
sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita
maupun sebagai carier.
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi: anak-anak dan
orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru; orang yang hidup
dalam kondisi tempat tinggal penuh sesak atau tidak sehat; orang yang
memiliki gangguan sistem kekebalan; siapapun yang bepergian ke tempat
atau daerah endemik difteri. Seseorang dapat terkontaminasi bakteri
berbahaya tersebut apabila menyentuh orang yang sudah terinfeksi. Orang
yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi
orang nonimmunized selama enam minggu bahkan jika mereka tidak
menunjukkan gejala apapun (Kompas.com).
Pencegahan Penyakit Difteri
Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 31

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]


Difteri ini dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan
mendapatkan imunisasi DPT pada usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT
diberikan pada kegiatan bulan imunisasi di sekolah kepada anak SD kelas 1.
Pencegahan penyebaran penyakit Difteri juga dilakukan dengan menerapkan
pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus terus dilakukan seperti
mencuci tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar
penyebaran penyakit menular itu bisa ditangkal. Lain lainnya adalah
memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga harus
terus dijaga.
Penyakit ini dapat dicegah dengan menyuntikkan vaksin DPT. Vaksin ini
melindungi anak-anak terhadap ancaman penyakit Difteri, Pertusis dan
Tetanus. Jadwal pemberian vaksin yang disarankan diberikan 3 kali selang 12 bulan, dimulai umur 2 bulan. Pada saat anak mencapai umur 18 bulan atau
paling dekat selang 6 bulan dari vaksinasi ke-3 sewaktu bayi dan sewaktu
anak mencapai umur 10 tahun, harus kembali diberikan vaksin DPT. Jika
vaksin DPT tidak lengkap diberikan pada anak-anak maka efek perlindungan
tidak optimal dan rentan terkena difteri. Jika ada penderita penyakit difteri
ditemukan pada suatu wilayah harus segera dilakukan ORI (Outbreak
Respons Imunization).

Dari konsep terjadinya penyakit TB paru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kita dapat
melakukan suatu kegiatan Penyelidikan Epidemiologi. Penyelidikan epidemiologi penyakit TB
Paru dapat dilakukan dengan:

Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan.

Apakah peristiwa itu termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) di daerah itu. Suatu wabah yang
dianggap sebagai KLB dimana separoh daerah itu terkena TB Paru. Dan membandingkan dengan
insiden penyakit TB paru itu pada minggu/bulan/tahun sebelumnya.

Mengidentifikasi hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat


dan orang.

Kapan penderita mulai merasa sakit TB paru (waktu), dimana mereka mendapat infeksi penyakit
itu (tempat), siapa yang terkena (Gender, Umur, imunisasi, dll).

Pemeriksaan sampel darah dan dahak penderita

Pemeriksaan dengan mengambil sampel dan di uji di laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk
memastikan bahwa pasien positif menderita TB paru.
KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 32

[MELINDA ARUM MITA / 012106217]

Wawancara dengan penderita

Bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit TB paru, seperti
status gizi sebelum terkena penyakit itu, apakah gizi tercukupi sehingga imunitas berpengaruh
terhadap terjangkitnya penyakit.

Wawancara dengan orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik waktu/tempat
terjadinya penyakit TB paru, tetapi mereka tidak sakit atau dapat terkontrol. Hal ini
bertujuan untuk melakukan pencegahan seperti apa yang akan dilakukan.

Pemerikasaan Lingkungan sekitar

Pemeriksaan lingkungan dilakukan dengan tujuan agar bakteri penyebab TB paru tidak dapat
tumbuh dan berkembang di lingkungan itu.

Melakukan hipotesa (dugaan sementara) atas data yang didapatkan. Hipotesis itu dapat
menerangkan pola penyakit TB paru yang sesuai dengan sifat penyakit, sumber infeksi
TB paru, cara penularan serta faktor yang berperan.

Melakukan tindakan penanggulangan

Menentukan cara penanggulangan yang paling efektif untuk penyakit TB paru. Melakukan
surveilence terhadap penyakit TB paru dan faktor lain yang berhubungan dengan TB paru.
Menentukan cara pencegahan penyakit TB paru dimasa akan datang.

KEJADIAN LUAR BIASA Modul SKN

Page 33

Anda mungkin juga menyukai