PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO)
membuat pperkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah
itu akan membengkak menjadi 300 juta orang.
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang, akibat
peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan
pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes dan lainnya yang dapat menimbulkan kondisi serius, salah satunya yaitu
dari diabetes mellitus yang dapat menjadi ketoasidosis diabetikum
Ketoasidosis diabetikum adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila
tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh penurunan kadar insulin
efektif di sirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon,
katekolamin, kortisol, dan growth hormone. Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1 (IDDM).
Mortalitas terutama berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari
seluruh kematian akibat KAD.
Referat Ketoasidosis diabetikum[Type text]
Page 1
Peningkatan lipolisis, dengan produksi badan keton (hidroksibutirat dan asetoasetat) akan
menyebabkan ketonemia dan asidosis metabolik. Hiperglikemia dan asidosis akan menghasilkan
diuresis osmotik, dehidrasi, dan kehilangan elektrolit.
Risiko KAD pada IDDM adalah 1 10% per pasien per tahun. Risiko meningkat dengan
kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode KAD, anak perempuan
peripubertal dan remaja, anak dengan gangguan psikiatri (termasuk gangguan makan), dan
kondisi keluarga yang sulit (termasuk status sosial ekonomi rendah dan masalah asuransi
kesehatan). Pengobatan dengan insulin yang tidak teratur juga dapat memicu terjadinya KAD.
Mengingat pengtingnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetikum dan prosedur atau
konsensus yang terus berkembang dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik. Maka, perlu
adanya pembahasan mengenai ketoasidosis diabetikum.
pencetus,
manifestasi
klinis,
patofisiologis,
diagnosa,
diagnosa
banding,
Page 2
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi 3
Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester menunjukkan bahwa insidens KAD
sebesar 8 per 1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk
kelompok usia di bawah 30 tahun sebesar 13,4 per 1000 pasien DM per tahun. Walaupun data
komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insidens KAD di Indonesia tidak sebanyak di
Negara Barat, mengingat prevalensi DM tipe-1 yang rendah.
Page 4
Di Negara maju dengan sarana lengkap, angka kematian KAD berkisar antara 9-10%,
sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian mencapai
25-50%. Angka kematian KAD di RS Dr. Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun tampaknya
belum ada perbaikan. Selama periode 5 bulan (Januari-Mei 2002) terdapat 39 episode KAD
dengan angka kematian 15%.
Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD
seperti sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, konsentrasi
glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan konsentrasi keasaman darah yang rendah. Kematian
pada pasien KAD usia muda, umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan
yang tepat dan rasional, serta memadai sesuai dengan dasar patofisiologinya. Pada pasien
kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih sering dipicu oleh factor penyakit dasarnya.
Tabel 1. Jumlah kasus dan Angka Kematian Ketoasidosis Diabetik di RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo
Tahun
Jumlah Kasus
1983-1984 (9bulan)
14
31,4
1984-1988 (48bulan)
55
40
1995 (12bulan)
17
1997 (6bulan)
23
18,7
1998-1999 (12bulan)
37
51
Dari data yang ada tampak bahwa jumlah pasien KAD dari tahun ke tahun relatif tetap/tidak
berkurang dan angka kematiannya juga belum menggembirakan. Mengingat 80% pasien KAD
Page 5
telah diketahui menderita DM sebelumnya, upaya pencegahan sangat berperan dalam mencegah
KAD dan diagnosis dini KAD.
Page 6
Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan konsentrasi hormone kontra regulator terutama
epinefrin, mengaktifasi hormone lipase sensitive pada jaringan lemak. Akibat pemecahan lemak
yang meningkat, terjadi peningkatan produksi benda keton dan asam lemak secara berlebihan.
Akumulasi benda keton secara berlebihan dapat menyebabkan metabolic asidosis.
Hanya insulin yang dapat menginduksi transport glukosa ke dalam sel, memberi signal
untuk proses perubahan glikosa menjadi glikogen, menghambat lipolysis pada sel lemak
(menekan pembentukan asam lemak), menghambat gluconeogenesis pada sel hati serta
mendorong proses oksidasi melalui siklus Krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses oksidasi
tersebut dihasilkan adenine trifosfat (ATP) yang merupakan sumber energy utama. Resistensi
insulin juga berperan dalam memperberat keadaan defisiensi insulin relative.
PERANAN INSULIN
Pada KAD terjadi defisiensi insulin absolut atau relative terhadap kontra regulasi yang
berlebihan (glucagon, epinefrin,kortisol, dan hormone pertumbuhan). Defisiensi aktifitas insulin
tersebut, menyebabkan 3 proses patofisiologis yang nyata pada 3 organ , yaitu sel-sel lemak, hati,
dan otot. Perubahan yang terjadi terutama melibabkan metabolis,e lemak dan karbohidrat.
PERANAN GLUKAGON
Diantara hormone-hormon kontra regulator, glucagon yang paling berperan dalam
pathogenesis KAD. Glikagon menghambat proses glikolisis dan menghambat pembentukan
malony CoA. Malony CoA adalah suatu penghambat carnitine acyl tranferases (CPT 1 dan 2)
Referat Ketoasidosis diabetikum[Type text]
Page 7
yang bekerja pada transfer asam lemak bebas ke dalam mitokondria. Dengan demikian
peningkatan glucagon akan merangsang oksidasi beta asam lemak dan ketogenesis.
Pada DM tipe 1, konsentrasi glukago darah tidak teregulasi dengan baik. Bila konsentrasi
insulin rendah maka konsentrasi glukosa darah sangan meningkat serta mengakibatkan reaksi
kebalikan respon insulin pada sel-sel lemak dan hati.
Page 8
3. Dehidrasi dengan berbagai derajat, baik derajat ringan sedang dan berat, oleh karena itu perlu
4.
5.
6.
7.
8.
bisa dipikirikan adanya kolesistitis, iskemia usus, apendisitis, divertikulitis dan perforasi usus
9. Muntah muntah
10. Nyeri perut, sering terjadi terutama pada KAD anak yang menontjol yang berhubungan
dengan gastroparesis dilatasi lambung1
Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Page 9
2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
o Patensi jalan nafas
o Status mental
o Status ginjal
o Status kardiovaskular
o Status hidrasi
Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan glukosa darah dengan glukosa sticks
o Pemeriksaan urine dengan urine strip untuk melihat secara kualitatif glukosa,
keton, nitrat, dan leukosit dalam urin
o Pemeriksaan laboratorium lengkap untuk menilai karakteristik dan tingkat
keparahan KAD meliputi konsentrasi HCO3, anion gap, pH darah dan pmeriksaan
konsentrasi AcAc dan laktat serta 3 HB
Page 10
Koma hipoglikemia
o Koma yang terjadi akibat glukosa darah turun sampai dibawah 30 mg/dl
reduksi +++, bau aseton tidak didapatkan dan ketonuria tidak ada
o tatalaksana
hampir sama dengan terapi KAD : fase I fase II,tanpa infus bikarbonat tetapi
diberikan NaCl 0,45%, Insulin reguler seperti pada terapi KAD, antibiotika
diberikan jika ada indikasi. Apabila plasma Na < 150 mEq/l diberi saline
normal, namun apabila plasma Na > 150 mEq/l diberik hipotonik saline
-
Page 11
pengukuran bikarbonat kurang dari 15mEq/l, asam laktat lebih dari 7mMol/l. Anion gap
lebih dari 20 mEq, atau 15 mEq ( bila kalium tidak dapat diukur ).
Page 12
Pengobatan KAD tidak terlalu rumit, ada 6 hal yang perlu diberikan: 5 diantaranya ialah:
cairan, garam ,insulin, kalium dan glukosa. Sedangkan yang terakhir terapi sangat menentukan
adalah asuhan keperawatan. Di sini diperlukan kecermatan dalam evaluasi sampai keadaan KAD
teratasi dan stabil.
Cairan
Untuk mengatasi dehidrasi digunakan larutan garam fisiologis. Berdasarkan
perkiraan hilangnya cairan pada KAD mencapai 100 ml per kg berat badan, maka pada
jam pertama diberikan 1 sampai 2 liter, jam kedua diberikan 1 liter dan selanjutnya sesuai
protokol.
Tujuannya ialah untuk memperbaiki perfusi jaringan dan menurunkan hormon
kontraregulator insulin. Bila kadar glukosa kurang dari 200 mg% maka perlu diberikan
larutan yang mengandung glukosa (dekstrosa 5% atau 10%).
Insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan rehidrasi
yang memadai. Pemberian insulin akan ,menurunkan hormon glukagon sehingga dapat
menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak,
pelepasan asam amino dari jaringan otot, dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh
jaringan. Tujuan pemberian insulin ini bukan hanya untuk mencapai kadar glukosa
normal tetapi untuk mengatasi keadaan ketonemia. Oleh karena itu bila kadar glukosa
Page 13
kurang dari 200 mg% insulin diteruskan dan untuk mencegah hipoglikemia diberikan
cairan yang mengandung glukosa sampai asupan kalori oral pulih kembali.
Kalium
Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat. Hiperkalemia yang fatal
sangat jarang dan bila terjadi harus segera diatasi dengan pemberian bikarbonat. Bila
pada elektro kardiogram ditemukan gelombang T yang tinggi, pemberian cairan dan
Page 14
Saat ini bikarbonat diberikan bila pH kurang dari 7,1 namun walaupun demikian
komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang mengancam tetap merupakan indikasi
pemberian bikarbonat.
Disamping hal tersebut diatas pengobatan umum tak kalah penting yaitu :
1. antibiotik yang adekuat
2. oksigen bila tekanan O2 kurang dari 80 mmHg
3. heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar (lebih dari 380 mOsm/liter)
2.1.9
Komplikasi 7
Kemungkinan komplikasi yang terjadi selama pengobatan KAD ialah; udem paru,
hipertrigliseridemia, infark miokard akut, dan komplikasi iatrogenic antara lain hipoglikemia,
hypokalemia, hipocloremia, udem otak dan hipokalsemia.
Khusus mengenai pencegahan KAD dan hipoglikemia program edukasi perlu menekankan
pada cara-cara mengatasi saat sakit akut. Meliputi informasi mengenai pemberian insulin kerja
cepat, target konsentrasi glukosa darah pada sakit, mengatasi demam dan infeksi, memulai
pemberian makanan cair mengandung karbohidrat dan garam yang mudah dicerna, yang paling
penting ialah agar tidak menghentikan pemberian insulin atau obat hipoglikemia oral dan
sebainya segera mencari pertolongan atau nasihat tenaga kesehatan yang professional.
2.1.10
Prognosis
Page 15
Prognosis baik selama terapi adekuat dan selama tidak ada penyakit lain yang fatal
seperti sepsis, syok septik, infark miokard akut, tromobosis, serebral, dll.
BAB III
KESIMPULAN
Ketoasidosis diabetikum (KAD adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias; hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
Referat Ketoasidosis diabetikum[Type text]
Page 16
insulin absolut atau relative akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat
dan bahkan dapat menyebabkan syok.
Ketoasidosis Diabetikum paling sering terjadi pada pasien penderita diabetes mellitus tipe
1 tetapi tidak jarang juga terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Ketoasidosis diabetikum
disebabkan oleh kekurangan pemberian kebutuhan dari insulin eksogen ataupun karena adanya
peningkatan kebutuhan insulin akibat keadaan atau stress tertentu.
Penatalaksanaan Ketoasidosis diabetikum yang paling utama adalah terapi cairan yang
adekuat dan perlu dilakukan perhatian terhadap komplikasi akibat terapi sehingga tidak
memperburuk dari keadaan pasien.
Page 17