Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

Sebagai bagian dari proses belajar mengajar yang berlangsung di Pusdiklat Bea dan
Cukai, kebutuhan akan modul yang mudah dan dapat dipelajari oleh para peserta Diklat
Teknis Substantif Dasar (DTSD) adalah sangat mendesak diperlukan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, maka disusunlah Modul Ketentuan
Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk Kepentingan Perlindungan Bidang
Pertahanan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.
Rangkuman yang dijadikan dasar pembuatan modul terdiri dari berbagai ketentuan
dan peraturan yang sedang dan masih berlaku antara lain diambil dari Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2006 tanggal 15 Nopember 2006 tentang Perubahan atas Undang Nomor
10 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2007 tanggal 15 Agustus 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995 tentang cukai, dan Peraturan Pemerintah RI, Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI, Surat Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan
aturan-aturan lain yang berkaitan dengan topik bahasan dalam modul ini.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi
sehingga modul ini dapat disajikan. Kami menyadari akan keterbatasan prasarana dan sarana
penunjang dalam pembuatan modul ini, karena itu kami harapkan saran-saran dan kritik dari
pihak yang berkepentingan akan modul ini, yang nantinya akan dapat menyempurnakan
modul ini.

Jakarta, Nopember 2007


Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai

ttd.

Endang Tata
NIP 060044462
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ....................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
MODUL
KETENTUAN BARANG LARANGAN DAN PEMBATASAN (KBLP) UNTUK
KEPENTINGAN PERLINDUNGAN BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN DAN
KETERTIBAN MASYARAKAT
1. Pendahuluan ............................................................................................................... 1
1.1. Deskripsi Singkat ................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Pembelajaran Umum .............................................................................. 3
1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................................ 3
1.4. Petunjuk Pembelajaran ....................................................................................... 3
2. Kegiatan Belajar (KB) 1 .............................................................................................. 4
Senjata Api ..……………....................................................................................... 4
2.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ......................................................................... 4
2.2. Latihan ………………………………………………………………………… 12
2.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 13
3. Kegiatan Belajar (KB) 2 ............................................................................................. 14
Amuniasi dan Mesiu ……………..….…..………………………………………... 14
3.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ....................................................................... 14
32. Latihan ………………………………………………………………………… 17
33. Rangkuman …………………………………………………………………… 17
4. Kegiatan Belajar (KB) 3 ............................................................................................. 19
Bahan Peledak ……………..………………………....................………………... 19
4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ........................................................................ 19
4.2. Latihan ………………………………………………………………………… 23
4.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 23
5. Kegiatan Belajar (KB) 4 ............................................................................................... 24
Selpeter .………………………............................................................................... 24
5.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ......................................................................... 24
5.2. Latihan ...……………………………………………………………………… 27
5.3. Rangkuman ..…..……………………………………………………………… 27
6. Kegiatan Belajar (KB) 5 ............................................................................................ 28
Petasan / Happy Crackers ..................................................................................... 28
6.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh .................................................................... 28
6.2. Latihan ..……………………………………………………………………… 30
6.3. Rangkuman ...………………………………………………………………… 30
7. Kegiatan Belajar (KB.) 6 ............................................................................................ 32
Barang Cetak ..…………....................................................................................... 32
7.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ....................................................................... 32
7.2. Latihan ..……………………………………………………………………… 34
7.3. Rangkuman ..………………………………………………………………… 34
8. Kegiatan Belajar (KB) 7 . ......................................................................................... 35
Film dan Kaset Video …………….................................................................... 35
8.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh ..................................................................... 35
8.2. Latihan ………………………………………………………………………… 39
8.3. Rangkuman …………………………………………………………………… 40

9. Test Formatif …….…………………………………………………………………. 41


10. Kunci Jawaban Test Formatif …….……………………………………………….. 44
11. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………………………………… .. 44
12. Daftar Pustaka …….... ………………………………………………..………...… 45
MODUL

KETENTUAN BARANG LARANGAN DAN PEMBATASAN (KBLP)


UNTUK KEPENTINGAN PERLINDUNGAN BIDANG PERTAHANAN
KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

4. Pendahuluan

1.1.Deskripsi Singkat
Senjata api, amunisi dan mesiu adalah barang yang berbahaya bagi pertahanan dan
keamanan Republik Indonesia dan juga berbahaya bagi keselamatan jiwa masyarakat.
Tujuan utama dari pengelolaan peraturan dan larangan guna perlindungan, pertahanan,
keamanan dan ketertiban masyarakat adalah menjaminnya terlaksananya keamanan di
dalam masyarakat. Setiap kegiatan impor maupun ekspor komoditi yang berkaitan
dengan pertahanan, keamanan dan ketertiban masyarakat, dimanapun pasti akan
menimbulkan dampak. Dampak yang ditimbulkan dapat positif maupun negatif.
Senjata api, amunisi dan mesiu dalam arti positif merupakan alat untuk membela diri,
mempertahankan kedaulatan negara, penegakan hukum, tetapi dalam arti negatif
penggunaan senjata api, amunisi dan mesiu secara ilegal, akan mengganggu ketertiban
umum (tindak kriminalitas) dan merupakan ancaman terhadap negara kesatuan Republik
Indonesia.
Bahan-bahan berbahaya memang sangat berbahaya sekali baik pada kesehatan maupun
pada lingkungan hidup, oleh karena itu pemasukan bahan-bahan berbahaya ke Indonesia
harus diawasi. Tata niaga dari bahan berbahaya ini sudah diatur oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, sedangkan Bea dan Cukai hanya mengawasi dengan tetap
menjaga kelancaran arus barang, jasa, ataupun kelancaran dokumen. Bahan-bahan
berbahaya benar-benar sangat berbahaya jika tidak diawasi penggunaannya. Penggunaan
bahan-bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan kegunaannya sangat riskan sekali
terhadap efek sampingnya. Apalagi penggunaannya hanya dengan tujuan untuk
mengambil keuntungan bagi perusahaan saja, tanpa memperhatikan kesehatan masyarakat
dan lingkungan pada umumnya.
Disinilah peran Badan POM (Pengawasan Obat dan Minuman) dalam mengawasi
penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut, jika penggunaan bahan-bahan berbahaya
tersebut untuk bahan dalam pembuatan obat dan makanan. Sebenarnya tanpa peran aktif
dari masyarakat dan para pelaku dunia usaha (pengusaha), kesemua instansi tersebut tidak
akan bisa menjalankan perannya dengan maksimal. Diharapkan disini para pengusaha
untuk menggunakan bahan-bahan berbahaya tersebut sesuai dengan fungsinya. Jangan
hanya untuk mengejar keuntungan saja, masyarakat yang menjadi korbannya. Serta peran
aktif masyarakat untuk lebih teliti dalam mengkonsumsi barang-barang dengan terlebih
dahulu mengetahui komposisi atau bahan baku apa yang digunakan. Jika terdapat bahan-
bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya dan sebagai bahan yang tidak selayaknya
untuk digunakan, maka diharapkan untuk melaporkan kepada pihak-pihak yang terkait,
seperti Badan POM misalnya.
Bahan peledak adalah suatu bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas atau
campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, atau gesekan akan
berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau seluruhnya
berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan
disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Selpeter atau asam sendawa yang mempunyai nama kimiawi Kalium Nitrate(KNO3)
adalah bahan atau zat berupa butir-butir putih transparan yang memiliki rasa asin, mudah
larut dalam air, dapat larut sedikit dalam alkohol serta berkadar racun rendah. Ketentuan
impor selpeter sama dengan ketentuan impor bahan peledak . Happy crackers adalah
petasan yang memiliki kembang api yang dapat meledak seperti petasan tetapi sekaligus
mengeluarkan kembang api yang berwarna-warni . Sejak tahun 1977 happy crackers
merupakan salah satu jenis barang yang dilarang sepenuhnya atas produksi dan impornya.
Bahan peledak merupakan salah satu barang dibatasi yang sangat berbahaya dan perlu
diawasi sejak dari pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan sampai dengan
pemusnahannya sehingga terhadap importasinya diperlukan ketentuan-ketentuan baik dari
intern DJBC sendiri maupun ketentuan-ketentuan dari instansi/departemen terkait yang
nantinya dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan untuk memperkecil
kemungkinan penyalahgunaan bahan peledak tersebut oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
Bahan kimia yang biasa dipakai untuk bahan peledak sangat banyak jenisnya.
Pengelompokan bahan-bahan peledak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya berdasarkan komposisi senyawa kimia, kegunaannya, jenis bahan baku
dan/atau bahan setengah jadi menurut sifat eksplosifnya dan lingkungan penggunaannya.

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu melaksanakan dan
menjelaskan Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk Kepentingan
Perlindungan Bidang Pertahanan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat atas pelaksanaan
penyelesaian pelanggaran Kepabeanan dan Cukai secara optimal.

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Bahan ajar atau Modul Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan (KBLP) untuk
Kepentingan Perlindungan Bidang Pertahanan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ini
bermanfaat bagi peserta didik dan/atau peserta Diklat sebagai pedoman dalam mengikuti
ujian, evaluasi pembelajaran dan nantinya berguna bagi peserta DTSS I dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya sewaktu bekerja sesuai bidang spesialisasinya.

1.4. Petunjuk Pembelajaran


Baca dan pelajari modul ini dengan seksama serta teliti dan pada bagian berupa data,
definisi, pengertian, hal-hal yang dianggap penting agar dihafal dengan baik. Pelajari
terlebih dahulu sistematika penyajian modul, latar belakang, diskripsi singkat, tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
Kerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar, dalam hal ada yang tidak dapat
difahami/dimengerti atas penjelasan, keterangan, data yang ada pada modul agar
dibuatkan catatan untuk ditanyakan kepada pengajar.
Setiap akan belajar untuk mata pembelajaran ini agar modul dibaca dan dipelajari,
berdasarkan sistem pembelajaran KBK (pembelajaran atau kuliah berbasiskan
kompetensi), artinya sistem ini memacu peserta diklat harus lebih aktif belajar, diskusi
dan bertanya kepada pengajar, widyaiswara, diruang pembelajaran untuk memandu
diskusi sebagai moderator atau fasilitator, untuk memacu peserta diklat lebih maju dan
kreatif.
5. Kegiatan Belajar (KB) 1

SENJATA API

2.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh


Semua negara yang berdaulat dan merdeka selalu ingin melindungi negara, pemerintah
dan rakyatnya dari gangguan ekonomi, politik, sosial, budaya, militer, lingkungan hidup,
keamanan, kesehatan dan kesejahteraannya dari gangguan negara lain maupun dari
gangguan lainnya.

Untuk itu peran serta Bea dan Cukai adalah mengamankan dan melindungi wilayah
teritorial negara, wilayah Republik Indonesia dari gangguan yang timbul pada lalu lintas
barang, alat angkut, orang yang mengganggu kepentingan negara yang berdaulat dan
mengganggu kelancaran arus dokumen dan barang, yang salah satunya dengan
melakukan Penegakan Hukum.

Untuk melakukan penegakan hukum tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan


penanganan tentang larangan, pembatasan dan wewenang pegawai, demikian juga
masyarakat usaha, importir, eksportir, Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)
juga diharapkan mengetahui dan terampil dalam mengurus atau memproses barang yang
termasuk terkena peraturan larangan dan pembatasan untuk kepentingan perlindungan
bidang pertahanan keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti Senjata Api, Amunisi
dan Mesiu, Bahan Peledak, Selpeter, Petasan / Happy Crackers, Barang Cetakan, Film.
Pada dasarnya impor senjata api tidak dibenarkan dilakukan instansi lain selain Tentara
Nasional Indonesia dan Polri.

Namun demikian dapat diimpor, diekspor dan dimiliki, dikuasai dan atau penggunaan
senjata api dapat dilakukan untuk yang Non standar TNI/Polri yang berkaliber maksimal
senjata genggam atau laras pendek kaliber 32 MM, yang berkaliber maksimal senjata
bahu atau laras panjang kaliber 22 MM dan digunakan instansi pemerintah lainnya dalam
rangka penegakan hukum.
Pengertian dan definisi Senjata api
“Senjata Api” berarti setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun yang belum, yang
dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau dirubah, atau yang dapat
dirubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gas-gas yang
dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar di dalam alat tersebut, dan
termasuk perlengkapan tambahan yang dirancang atau dimaksudkan untuk dipasang pada
alat demikian.
Pengertian senjata api berdasarkan ordonansi Senjata Api tahun 1939 juncto Undang-
undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 adalah termasuk juga :
 Bagian-bagian dari senjata api
 Meriam-meriam dan vylamen werpers (penyembur api) termasuk bagiannya
 Senjata-senjata tekanan udara dan tekanan per tanpa mengindahkan kalibernya,
slachtpistolen (pistol penyembelih/pemotong), sein pistolen (pistol isyarat), demikian
juga senjata api imitasi seperti alarm pistolen(pistol tanda bahaya), start
revolvers(revolver perlombaan), shijndood pistolen(pistol suar), schijndood
revolvers(revolver suar) dan benda-benda lainnya sejenis itu, yang dapat
dipergunakan untuk mengancam atau menakut-nakuti begitu pula bagian-bagiannya.

Dikeluarkan dari pengertian senjata api :


 Senjata yang nyata-nyata dipandang sebagai mainan anak-anak
 Senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang antik
 Sesuatu senjata yang tidak tetap terpakai atau dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
dapat dipergunakan

Penggolongan senjata api menurut versi TNI/POLRI:


 Pistol/ revolver, dari berbagai macam tipe dan kaliber
 Pistol Mitraliur, dari berbagai macam tipe dan kaliber
 Senapan, dari berbagai macam tipe dan kaliber
 Senapan mesin, dari jenis senapan mesin ringan dan berat
 Roket Launcher, dari berbagai macam.
 Mortir, dari berbagai macam
 Meriam, dari berbagai macam, dan Peluru kendali, dari berbagai macam
Gambar senjata genggam atau laras pendek
Gambar senjata bahu atau laras panjang

SS2-V1 Asault Rifle. Kaliber : 5,56 x 45 mm Panjang Laras : 460 mm


Berat : 3.2 kg Panjang Keseluruhan : 930 mm (24 September 2004)

Menurut Undang-undang Darurat No 12 tahun 1951 Pasal 1 (1) :


Barang siapa tanpa hak memasukkan ke Indonesia atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati
atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara selama-lamanya 20 tahun.
Sanksi berdasarkan undang-undang ini hukumannya jauh lebih berat dibandingkan
Ordonansi 1937 yang sanksi hukumannya hanya satu tahun kurungan. Senjata dapat
diimpor apabila memiliki izin dalam hal ini Pejabat yang berwenang untuk memberi izin
pemasukan senjata api non standar TNI/POLRI adalah Kepala Kepolisian Republik
Indonesia qq. Kepala Direktorat Intelijen Pengamanan.
Di dalam Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata
Nomor KEP/27/XII/1997 tanggal 28 Desember 1997 tentang Tuntunan kebijaksanaan
untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian senjata api sebagai pelaksanaan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1976, izin untuk mengimpor,
memiliki, menguasai, dan atau menggunakan senjata api dan atau amunisi untuk
perorangan dapat diberikan untuk keperluan :
 Pembatasan Senjata api perorangan untuk bela diri
- Izin untuk memasukkan, memiliki, menguasai dan atau menggunakan senjata api
dan atau amunisi untuk perorangan dibatasi untuk kepentingan bela diri karena
untuk menghadapi ancaman yang nyata-nyata dapat membahayakan keselamatan
jiwanya
- Pemberian izin senjata api perorangan untuk membela diri tersebut dibatasi 1
(satu) pucuk senjata api dari jenis, macam dan ukuran/kaliber non standar
TNI/POLRI dengan amunisi sebanyak untuk 1(satu) magazyne/cylinder
- Kepala Kepolisian Republik Indonesia mengeluarkan syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan lainnya yang diperlukan agar pembatasan dapat dikendalikan
- Izin senjata api perorangan untuk bela diri sewaktu-waktu dapat dicabut atau tidak
diperbaharui, apabila alasan tersebut tidak sesui lagi

Dalam hal dipandang perlu kepada pejabat-pejabat pemerintah tertentu dapat


memberikan izin untuk menguasai dan atau menggunakan senjata api dan amunisi
dari jenis, macam dan ukuran standar TNI/POLRI. Senjata api yang dimaksud
merupakan pinjaman dari Departemen Pertahanan dan Keamanan yang diperoleh
melalui permohonan diri yang berkepentingan kepada Menteri Pertahanan dan
Keamanan / Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia berdasarkan
Rekomendasi dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

 Pembatasan senjata api perorangan untuk olahraga


- Izin untuk memasukkan, memiliki, menguasai dan atau menggunakan senjata api
dan atau amunisi untuk olahraga dibatasi pada olahraga menembak sasaran (target
shooting) dan atau berburu
- Senjata api yang digunakan untuk olahraga tersebut adalah senjata api dari jenis,
macam dan ukuran/ kaliber yang khusus (original) digunakan untuk olahraga
tersebut dan bukan berasal dari senjata api lain yang telah dirombak
- Setiap olahragawan menembak sasaran dan atau berburu diwajibkan menjadi
anggota dari Persatuan Olahraga menembak dan atau berburu yang telah
mendapatkan pengesahan dari Komite Olahraga Nasional Indonesia
- Permohonan izin untuk pemasukan, pemilikan, penguasaan dan atau penggunaan
senjata api, amunisi untuk keperluan olahraga menembak sasaran dan atau
berburu wajib disertai rekomendasi dari persatuan olahraga yang dimaksud pada
sub c di atas
- Izin yang dapat diberikan kepada setiap olahragawan menembak sasaran dan atau
menggunakan senjata api, amunisi dibatasi pada satu senjata api dan amunisi dari
jenis, macam dan ukuran/ kaliber yang digunakan untuk setiap jenis mata lomba
(event)
- Izin yang dapat diberikan kepada setiap olahragawan berburu untuk memiliki,
menguasai dan atau menggunakan senjata api, amunisi dibatasi pada satu senjata
dari jenis, macam, dan ukuran/ kaliber yang digunakan untuk memburu binatang
yang diizinkan sesuai dengan akta berburu (jacht-acte) dan atau izin berburu
(jachtvergunning)
- Izin senjata perorangan untuk olahraga menembak sasaran dan atau berburu,
sewaktu-waktu dapat dicabut atau tidak diperbaharui jika pemegang izin tersebut
tidak melakukan kegiatan olahraga tersebut
- Pengurus Persatuan Olahraga yang dimaksud pada sub c di atas ikut bertanggung
jawab terhadap senjata api dan amunisi yang dimiliki, dikuasai dan atau
digunakan untuk para anggotanya

 Pembatasan senjata api perorangan untuk koleksi


- Izin untuk memasukkan, memiliki, menguasai sejata api untuk keperluan koleksi
dibatasi pada senjata api antik atau senjata api lainnya yang mempunyai arti
khusus bagi si kolektor
- Senjata api koleksi dibuat menjadi tidak berfungsi dengan diambil pasak dan
pegas pemalunya (slagpinveer) atau peralatan vital lainnya
- Pasak dan pegas pemalu atau peralatan vital lainnya dari senjata koleksi tersebut
wajib diserahkan kepada pihak kepolisian yang memberikan izin
- Senjata api koleksi tidak dapat digunakan untuk tujuan lain kecuali untuk koleksi
semata-mata
 Senjata api dan amunisi untuk kapal laut indonesia dan asing
- Untuk kepentingan keamanan, ketentraman dan ketertiban pelayaran kapal-kapal
Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, kepada pemilik kapal-kapal
tersebut apabila dipandang perlu dapat diberikan izin untuk memasukkan,
memiliki, menguasai dan atau menggunakan senjata api dan atau amunisi
- Senjata api dan amunisi yang dimaksud adalah jenis, macam dan kaliber senjata
api non standar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
- Jumlah senjata api dan amunisi yang diizinkan adalah hanya untuk
mempersenjatai 1/3 (sepertiga) dari kekuatan awak kapal dengan maksimum 10
(sepuluh) pucuk senjata api setiap kapal dan amunisi sebanyak untuk 3 (tiga)
magazyn/ cylinder untuk setiap senjata api.
- Senjata api dan amunisi yang dimaksud merupakan perlengkapan kapal yang
dipertanggungjawabkan kepada nahkoda
- Permohonan izin untuk memasukkan, memiliki, menguasai dan atau
menggunakan senjata api dan amunisi untuk kapal-kapal tersebut wajib disertai
rekomendasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
- Awak-awak dari kapal laut asing bukan kapal perang yang berlabuh di pelabuhan
Indonesia dilarang untuk membawa senjata api dan atau amunisinya ke darat
 Ketentuan wajib simpan senjata api dan amunisi.
Senjata api perorangan untuk membela diri, olahraga dan amunisinya berdasarkan
pertimbangan keamanan dapat dikenakan wajib simpan pada komando-komando
kepolisian

Ketentuan impor senjata api.


Untuk bisa memasukkan senjata api ini, importir harus, memiliki izin dari Kepala
Kepolisia Republik Indonesia, memiliki Angka Pengenal Impor dari Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Tempat pemasukan senjata api dan amunisi dapat
dilakukan melalui pelabuhan laut maupun udara. Untuk pelabuhan laut dapat melalui
Medan (Belawan), Jakarta (Tanjung Priok), Surabaya (Tanjung Perak), Makassar
(Soekarno-Hatta). Untuk pelabuhan udara dapat melalui Bandara Polonia, Bandara
Soekarno-Hatta, Bandara Juanda dan Bandara Hasanuddin.
Prosedur yang harus ditempuh adalah, importir mengajukan permohonan kepada Kepala
Kepolisian Republik Indonesia dengan mencantumkan :
 identitas,
 jumlah dan jenis senjata api,
 negara penjual,
 jangka waktu pemasukkan,
 pelabuhan pemasukkan,
 dan lain-lain
izin yang dikeluarkan berlaku selama enam bulan, dan apabila realisasi impor tidak
dipenuhi dalm jangka waktu tersebut izin harus diperpanjang.

Peralatan Keamanan yang dapat digunakan untuk mengancam atau menakut-


nakuti/mengejutkan berdasarkan Surat Direktur Intelpam atas nama Kapolri Nomor :
R/WSD 404/VII/98/Dit LPP tanggal 21 Agustus 1998, adalah:
 Senjata gas air mata yang berbentuk :
- pistol/ revolver gas
- stick/ pentungan gas
- spray gas
- gantungan kunci gas
- extinguising gun/ pemadam api ringan
- pulpen gas, dll.
 Senjata kejutan listrik yang berbentuk :
- stick/ tongkat listrik
- kejutan genggam
- senter serba guna, dll.
 Senjata panah :
- model cross bow (senjata panah)
- panah busur, dll.
 Senjata tiruan/ replika
 Senjata angin kaliber 4,5 mm
 Alat pemancang paku beton
Surat Direktur Intelpam Nomor : B/337/VI/1988 Tanggal 20 Juni 1988 mengenai senjata
api mainan yang impornya tidak perlu izin Kapolri :
 Terbuat dari plastik
 Komponen pokok tidak terbuat dari : logam, aluminium atau sejenisnya
 Laras, magazen, kamar peluru, dan traggernya tidak berfungsi sbg senjata api

Surat Direktur Intelpam Nomor : R/SWD-368/VII/1998/Dit LPP Tanggal 24 Juli 1998


mengenai senjata api tiruan :
 Senpi type clock 17 pistol dari plastik
 Crossman 50 caliber poin gun
 The cat pistol
 Marksman semi auto pistol
 22 black revolver mini cross bow
 Mainan berbentuk senjata api asli
 Replika senjata mainan menyerupai senpi
 Alat keamanan/ bela diri yang sejenis

2.2. Latihan
Bagaimana Mr Ronaldiho dari Mexico, melakukan kegiatan importasi senjata api di
Indonesia? Jelaskan!
Jawaban: Mr Ronaldiho untuk bisa memasukkan senjata api ini, importir harus,
memiliki izin dari Kepala Kepolisia Republik Indonesia, memiliki Angka Pengenal
Impor atau API/T dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Tempat
pemasukan senjata api dan amunisi dapat dilakukan melalui pelabuhan laut maupun
udara. Untuk pelabuhan laut dapat melalui Medan (Belawan), Jakarta (Tanjung
Priok), Surabaya (Tanjung Perak), Makassar (Soekarno-Hatta).
Untuk pelabuhan udara dapat melalui Bandara Polonia, Bandara Soekarno-Hatta,
Bandara Juanda dan Bandara Hasanuddin.Yang dapat diimpor adalah jenis senjata api
Non Standar TNI/Polri
2.3. Rangkuman
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai sangatlah penting yaitu sebagai community protector, karena
merupakan ujung tombak pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia ini
dari masuknya barang-barang yang dapat mengganggu keamanan, ketentraman, dan
keselamatan masyarakat. Selain itu perlu diperhatikan bahwa dalam segala tindakan
yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai haruslah berdasarkan Undang-undang.
Agar fungsi ini dapat berjalan dengan maksimal, maka diperlukan kebijakan yang
saling mendukung antara TNI, Polri, maupun instansi lain yang erat kaitannya dengan
kegiatan ekspor-impor barang. Demikian uraian mengenai peraturan larangan dan
pembatasan yang melindungi kepentingan pertahanan, keamanan, dan ketertiban
masyarakat.
Pada dasarnya impor senjata api tidak dibenarkan dilakukan instansi lain selain
Tentara Nasional Indonesia dan Polri. Namun demikian dapat diimpor, diekspor dan
dimiliki, dikuasai dan atau penggunaan senjata api dapat dilakukan untuk yang Non
standar TNI/Polri yang berkaliber maksimal senjata genggam atau laras pendek
kaliber 32 MM, yang berkaliber maksimal senjata bahu atau laras panjang kaliber 22
MM dan digunakan instansi pemerintah lainnya dalam rangka penegakan hukum
Untuk itu peran serta Bea dan Cukai adalah mengamankan dan melindungi wilayah
teritorial negara, wilayah Republik Indonesia dari gangguan yang timbul pada lalu
lintas barang, alat angkut, orang yang mengganggu kepentingan negara yang
berdaulat dan mengganggu kelancaran arus dokumen dan barang, yang salah satunya
dengan melaksankan Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan.
Untuk melaksankan Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan tersebut diperlukan
pengetahuan dan keterampilan pegawai Bea dan Cukai, juga diharapkan mengetahui
dan terampil dalam mengurus atau memproses barang yang termasuk terkena
peraturan barang larangan dan pembatasan untuk kepentingan perlindungan bidang
pertahanan keamanan dan ketertiban masyarakat.
6. Kegiatan Belajar (KB) 2

AMUNIASI DAN MESIU

3.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh


Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tanggal 15 Nopember
2006 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tanggal 30 Desember
1995 Tentang Kepabeanan disebutkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, pada saat
barang-barang tersebut memasuki daerah pabean, saat itu pula barang tersebut wajib
membayar bea masuk. Pengertian tersebut merupakan dasar yuridis bagi pejabat Bea dan
Cukai untuk melakukan pengawasan (termasuk di dalamnya penegakan hukum) dalam
daerah yurisdiksinya.

Pengawasan dan penerapan sanksi untuk menjamin ditaatinya ketentuan yang diatur
dalam undang-undang, sebenamya bukan merupakan tujuan, tetapi suatu proses yang
harus ada, sejalan dengan kehadiran suatu peraturan hukum. Di dalam proses itu sendiri,
penegakan hukum melibatkan manusia di dalamnya, baik si pelanggar maupun pejabat
yang berwenang dalam penegakan hukum. Pengawasan merupakan suatu upaya dari
pemerintah untuk dipatuhinya ketentuan perundang-undangan dan peraturan- peraturan
pelaksanaannya. Kepatuhan dan kepastian terhadap hukum menunjukkan adanya
kewibawaan pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas pernerintahannya.

Pada hakekatnya pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan larangan dan pembatasan


atas impor dan ekspor barang tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri oleh tiap instansi
teknis yang menetapkan peraturan larangan atau pembatasan pada saat pemasukan atau
pengeluaran barang ke atau dari daerah pabean. Sesuai dengan praktik kepabeanan
internasional, pengawasan lalu lintas barang yang masuk atau keluar dari Daerah Pabean
dilakukan oleh instansi pabean.
Pengertian
Amunisi berarti alat apa saja yang dibuat atau dimaksudkan untuk digunakan dalam
senjata api sebagai proyektil atau yang berisi bahan yang mudah terbakar yang dibuat
atau dimaksudkan untuk menghasilkan perkembangan gas di dalam Senjata Api untuk
meluncurkan proyektil.
Amunisi juga berarti bagian-bagian dari amunisi seperti patroon hulzen (selongsong
peluru), slaghoedjes (penggalak), mantel kogels (peluru palutan), slachtveepatroonen
(pemalut peluru) demikian juga proyektil-proyektil yang dipergunakan untuk
menyebarkan gas-gas yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Amunisi adalah
merupakan salah satu alat untuk melaksanakan tugas pokok bagi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (sekarang TNI/POLRI) di bidang pertahanan dan keamanan. Dengan
demikian, pada dasarnya impor amunisi tidak dibenarkan dilakukan instansi lain selain
TNI/POLRI. Namun demikian, diluar lingkungan. Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia terdapat impor, pemilikan, penguasaan dan atau penggunaan amunisi yang
digunakan oleh instansi pemerintah lainnya dalam rangka penegakan hukum, maka
pemerintah memandang perlu adanya penertiban, pengawasan, dan pengendalian amunisi
di masyarakat, sehingga dicegah sejauh mungkin timbulnya ekses yang dapat
menimbulkan ancaman atau gangguan terhadap keamanan.

Mesiu, bubuk mesiu atau bubuk hitam ialah zat yang membakar sangat cepat dan
digunakan sebagai bahan pembakar dalam senjata api, khususnya bubuk hitam atau
bubuk tak berasap. Saat membakar, gelombang deflagrasi subsonik diproduksi dari
gelombang detonasi supersonik yang bahan peledak berkekuatan tinggi akan
memproduksi. Ini mereduksi tekanan puncak dalam senapan, namun membuatnya kurang
cocok untuk menghancurkan batu atau kubu pertahanan.
Bubuk hitam merupakan bahan pembakar kimia pertama dan peledak pertama yang
tercatat dalam sejarah. Bubuk hitam ialah campuran belerang, arang kayu, dan potasium
atau sodium nitrat. Tak seperti bahan pembakar tak berasap, itu berbuat lebih seperti
peledak sejak kecepatan bakarnya tak dipengaruhi tekanan, namun merupakan peledak
yang amat jelek sebab memiliki tingkat pembusukan yang rendah dan kemudian brisance
yang amat rendah.
Sifat yang sama ini yang membuatnya meledak jelek menjadikannya berguna sebagai
bahan pembakar--kurangnya brisance mencegah bubuk hitam menghancurkan laras, dan
menghubungkan energi untuk menggerakkan peluru. Kelemahan utama bubuk hitam
ialah berat jenis energi yang rendah secara relatif (dibandingkan dengan bubuk tak
berasap modern) dan semata-mata jumlah jelaga yang besar yang tertinggal di
belakangnya.
Menurut Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 Pasal 1 (1) :
Barang siapa tanpa hak memasukan ke Indonesia atau mengeluarkan dari Indonesia
sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati
atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara selama-lamanya 20
tahun.
Di dalam Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata
Nomor KEP/27/XII/1997 tanggal 28 Desember 1997 tentang Tuntunan Kebijaksanaan
untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian amunisi sebagai pelaksanaan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1976, izin untuk mengimpor,
memiliki, menguasai, dan atau amunisi untuk perorangan dapat diberikan untuk
keperluan Pembatasan senjata dan amunisi perorangan untuk bela diri.
Senjata api dan amunisinya adalah barang yang berbahaya bagi pertahanan dan keamanan
Republik Indonesia dan juga berbahaya bagi keselamatan jiwa masyarakat. Setiap
kegiatan impor maupun ekspor komoditi yang berkaitan dengan pertahanan, keamanan
dan ketertiban masyarakat, dimanapun pasti akan menimbulkan dampak, baik dampak
positif maupun negatif.
Senjata api dan Amunisi dalam arti positif merupakan alat untuk membela diri,
mempertahankan kedaulatan negara, penegakan hukum, tetapi dalam arti negatif
penggunaan senjata api, amunisi dan mesiu secara ilegal, akan mengganggu ketertiban
umum (tindak kriminalitas) dan merupakan ancaman terhadap negara kesatuan Republik
Indonesia. Pemasukan dan penggunaan dari senjata api dan amunisi diatur oleh undang-
undang agar pengadaan serta penggunaanya tepat guna dan sasaran sehingga tidak
merugikan masyarakat.
3.2.Latihan
Pertanyaan: Kedapatan sebuah kapal motor “KM Golden One” berbendera Singapore,
masuk daerah pabean Indonesia di daerah Kepulauan Riau dan kapal tersebut disinyalir
membawa barang-barang larangan dan pembatasan berupa amunisi, dan mesiu. Saudara
sebagai pejabat bea dan cukai yang ditunjuk sebagai Komandan Patroli BC. 20004 yang
kebetulan sedang ditugaskan di daerah tersebut, apa yang anda akan lakukan ?

Jawaban: Sesuai dengan Undang-undang Darurat No. 12 tahun 1951 pasal (1) tentang
senjata api dan amunisi, disebutkan bahwa “Barang siapa tanpa hak memasukan ke
Indonesia atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu
bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau
hukuman penjara selama-lamanya 20 tahun.
Penghentian sarana pengangkut dilakukan dengan menggunakan isyarat yang lazim
berupa lampu, isyarat morse, atau sirine kapal. Jika dengan isyarat yang lazim sarana
pengangkut tidak berhenti, maka penghentian dilakukan dengan paksa yaitu dengan
tembakan ke udara sebanyak 3 (tiga) kali. Jika dengan tembakan ke udara tetap tidak mau
berhenti, maka terpaksa sarana pengangkut tersebut dilumpuhkan dengan menembak ke
bagian yang vital dari kapal tersebut.
Setelah sarana pengangkut berhenti, pejabat Bea Cukai segera naik ke atas kapal dan
langsung menuju ruang kendali kapal. Ditanyakan surat izin pemasukan yang diberikan
oleh Kapolri qq. Direktorat Intelapam.. Jika dokumen-dokumen tersebut tidak ada, maka
sarana pengangkut melakukan pelanggaran dan kapal tersebut dibawa ke Kantor Pabean.
Hasil temuan tersebut segera dicatat dalam BAP untuk selanjutnya dilakukan penyidikan.

3.3.Rangkuman
Amunisi dan mesiu adalah barang yang berbahaya bagi pertahanan dan keamanan
Republik Indonesia dan juga berbahaya bagi keselamatan jiwa masyarakat. Sehingga
proses dalam pemasukan dan pengeluarannya ke daerah pabean perlu benar-benar
diawasi karena apabila dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab akan
membahayakan keadaan Negara Republik Indonesia.
Surat Pernyataan Barang Impor Dephankam/ABRI yang ditandatangani oleh Direktur
Jenderal Material, Fasilitas dan Jasa atau oleh Direktur Pengadaan dalam hal barang dan
bahan diimpor oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan; Asisten Logistik Kepala Staf
Umum ABRI atau Wakil Asisten Logistik dalam hal barang dan barang diimpor oleh
Markas besar ABRI/(TNI/POLRI). Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk atas
impor barang-barang. Produsen Industri Strategis yang ditetapkan oleh pemerintah
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea
danCukai, dengan melampirkan rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan
pembebasan bea masuk beserta nilai pabeannya.
7. Kegiatan Belajar (KB) 3

BAHAN PELEDAK

4.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh


Berbagai lingkungan strategis di tingkat nasional, regional, dan global dan
perkembangannya yang sangat cepat di bidang teknologi informasi, telekomunikasi, dan
transportasi berdampak pada semakin meningkatnya tuntutan masyarakat perdagangan
dan perekonomian dunia terhadap peningkatan kinerja institusi kepabeanan di setiap
negara.
Tuntutan terhadap peningkatan kinerja tersebut telah mendorong Direktorat Jenderal Bea
Cukai (DJBC) untuk melakukan berbagai upaya serius dan menempuh langkah-langkah
strategis guna melakukan perbaikan dan reformasi di bidang kepabeanan yang telah
diwujudkan dalam bentuk penyusunan program reformasi kebijakan di bidang
Kepabeanan atau yang sering dikenal dengan Program Reformasi Kepabeanan (Customs
Reform).
Pengawasan terhadap barang larangan dan pembatasan pada hakekatnya merupakan
pelaksanaan dari tugas DJBC untuk melindungi masyarakat dari masuknya barang-
barang yang dapat berdampak negatif dan untuk melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan dari berbagai instansi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada kesempatan kali ini penyusun akan mencoba
memaparkan mengenai barang larangan dan pembatasan terutama untuk perlindungan di
bidang hankamtibnas khususnya mengenai ketentuan impor bahan peledak.
Penyusun mengambil bahasan ketentuan impor bahan peledak dikarenakan bahan
peledak merupakan salah satu barang dibatasi yang sangat berbahaya dan perlu diawasi
sejak dari pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan sampai dengan
pemusnahannya sehingga terhadap importasinya diperlukan ketentuan-ketentuan baik
dari intern DJBC sendiri maupun ketentuan-ketentuan dari instansi/departemen terkait
yang nantinya dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan untuk
memperkecil kemungkinan penyalahgunaan bahan peledak tersebut oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab.
Pengertian
Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 1999 tentang
bahan peledak, bahan peledak merupakan barang yang sangat berbahaya dan rawan,
sehingga untuk mendukung kebutuhan dan penggunaannya dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional dan kegiatan pertahanan keamanan negara diperlukan adanya
pengawasan dan pengendalian secara khusus.
”Bahan peledak” adalah suatu bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas atau
campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, atau gesekan akan
berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau seluruhnya
berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan
disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
“Bahan Peledak” berarti senyawa kimia atau adukan mekanis yang mengandung unsur-
unsur yang mengoksidasi atau mudah terbakar, dalam takaran, jumlah atau bungkusan
sehingga jika dinyalakan oleh api, gesekan, gegaran, pukulan, atau peledakan dari bagian
apa saja daripadanya, dapat atau dimaksudkan dapat menyebabkan ledakan. Bahan
peledak termasuk, sebagai contoh dan tidak dimaksudkan sebagai pembatasan, serbuk
mesiu, serbuk yang digunakan dalam peledakan, dinamit, sumbu detonator atau bahan
peledak yang digunakan untuk menjalankan peledakan, serbuk yang tidak berasap,
granat, ranjau atau alat peledak apa saja. Bahan peledak tidak termasuk bahan bakar
mesin kecuali jika digabungkan dengan adukan lain dengan tujuan menyebabkan
peledakan
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun
1999 tentang Bahan Peledak – Lampiran I. Unsur-unsur definisi :
 Bahan atau zat
 Berbentuk padat, cair, gas, atau campurannya
 Dikenai aksi berupa panas, benturan, gesekan
 Berubah secara kimiawi
 Menjadi zat lain (sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas)
 Perubahannya berlangsung secara singkat
 Disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi
Sebagai Dual Munition agent, di satu sisi bahan peledak bermanfaat untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional, namun akan sangat berbahaya apabila
disalahgunakan terutama untuk kepentingan kegiatan terrorism. Sesuai Undang-undang
Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan, maka pengawasan dan pengendalian terhadap
pengelolaan bahan peledak dilaksanakan secara terkoordinasi terpadu antar instansi dan
dikoordinasikan oleh Departemen Pertahanan.
Bahan peledak ada dua macam yaitu komersial dan militer. Untuk bahan peledak militer,
pembinaan dan pengendaliannya diatur khusus oleh Dephan dan Mabes
ABRI/(TNI/POLRI). Untuk pengawasan pengendalian bahan peledak komersial telah
disusun suatu Pedoman Pembinaan dan Pengendalian Bahan Peledak Komersial oleh
Polri dan Depperindag. Kegunaan untuk latihan dan operasi militer, destruksi/
demolition, perizinan bahan peledak militer diatur khusus oleh Dephan dan instansi
terkait.

Bahan peledak komersial harus memiliki beberapa karakteristik/spesifikasi antara lain :


 Peka terhadap suatu reaksi (panas, getaran, gesekan atau benturan)
 Mempunyai kecepatan detonasi tertentu (high dan low explosive)
 Memiliki daya tahan air (water resistance) terbatas
 Dapat disimpan dengan stabil
 Menghasilkan gas-gas hasil eledak (gas dalam bentuk molekul lebih stabil)
 Memerlukan stemming/penyumbatan dalam penggunaannya

Macam bahan peledak komersial, adalah semua jenis :


 Dinamit, yang dikenal dengan nama “Nitro Glycerine Based Explosives”, Blasting
 Agents (ANFO)
 Water Based Explosives seperti Slurry, Watergel, Emulsion Explosives.
 Bahan peledak pembantu (Blasting Accessories) seperti Primer (Booster), Detonator,
Sumbu Api, Sumbu Peledak, MS Connector (Detonating Relay), Igniter, Igniter Cord,
Connector dan sejenisnya.
 Shaped Charges seperti RDX, HMX, dan sejenisnya.
Untuk bahan peledak komersial ketentuan impornya adalah :
 Diimpor oleh badan usaha (importir) yang telah ditunjuk oleh Departemen
Pertahanan. Badan usaha di bidang bahan peledak yang telah ditunjuk oleh
Departemen Pertahanan, antara lain :
- PT Dahana
- PT Multi Nitrotama Kimia (MNK)
- PT Tridaya Esta
- PT Pindad
- PT Amindo Prima
- PT Pupuk Kaltim
- PT Inti Cellulose Utama Indonesia
- PT Trifita Perkasa
 Importir memiliki izin impor dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negri
Deperindag.
 Importir memiliki rekomendasi dari Departemen Pertahanan, Polri, Bais TNI.

Sedangkan untuk masalah ketentuan impornya konteks yang dibicarakan adalah


mengenai bahan peledak militer dan bahan peledak komersial. Untuk bahan peledak
militer berdasarkan Pasal 25 Ayat (1.) Butir (h) Undang-undang Nomor 17 Tahun
2006 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, maka terhadapnya diberikan pembebasan bea masuk. Pembebasan bea
masuk tersebut diberikan dengan cara pihak yang bersangkutan dalam hal ini
Dephankam, Mabes TNI, atau Polri dapat langsumg mengajukan PIB (BC 2.0) dan
dokumen pelengkap pabean lainnya kepada KPBC tempat pemasukkan barang .
4.2.Latihan
Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan peledak, dan digunakan untuk
apa sajakah bahan peledak itu?

Jawab : Bahan peledak adalah suatu bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas atau
campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, atau gesekan akan
berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau seluruhnya
berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan
disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan peledak ada dua macam yaitu
komersial dan militer. Untuk bahan peledak militer, pembinaan dan pengendaliannya
diatur khusus oleh Dephan dan Mabes ABRI/(TNI/POLRI). Untuk pengawasan
pengendalian bahan peledak komersial telah disusun suatu Pedoman Pembinaan dan
Pengendalian Bahan Peledak Komersial oleh Polri dan Depperindag. Kegunaan untuk
latihan dan operasi militer, destruksi/demolition, perizinan bahan peledak militer diatur
khusus oleh Dephan dan instansi terkait.

4.3.Rangkuman
Bahan peledak merupakan salah satu barang dibatasi yang sangat berbahaya dan perlu
diawasi sejak dari pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan sampai dengan
pemusnahannya sehingga terhadap importasinya diperlukan ketentuan-ketentuan baik
dari intern DJBC sendiri maupun ketentuan-ketentuan dari instansi/departemen terkait
yang nantinya dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan untuk
memperkecil kemungkinan penyalahgunaan bahan peledak tersebut oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab.

Bahan kimia yang biasa dipakai untuk bahan peledak sangat banyak jenisnya.
Pengelompokan bahan-bahan peledak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya berdasarkan komposisi senyawa kimia, kegunaannya, jenis bahan baku
dan/atau bahan setengah jadi menurut sifat eksplosifnya dan lingkungan penggunaannya.
8. Kegiatan Belajar (KB) 4

SELPETER

5.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh


Selpeter merupakan komponen bubuk hitam teroksidasi (disuplai oksigen). Sebelum
fiksasi industri nitrogen skala besar (proses Haber), sumber utama Kalium Nitrat ialah
deposit yang mengkristalisasikan dari dinding gua atau mengalirkan bahan organik yang
membusuk. Tumpukan kotoran juga sumber umum yang utama, amonia dari dekomposisi
urea dan zat nitrogen lainnya akan melalui oksidasi bakteri untuk memproduksi nitrat.
Secara historis, nitre-beds tersedia dengan mencampurkan rabuk dengan adukan semen
ataupun abu kayu, bahan tanah dan organik yang umum seperti jerami untuk memberikan
porositas pada tumpukan kompos yang secara tipikal setinggi 1,5 m dengan seluas 2 m
dengan sepanjang 5 m.
Timbunannya biasanya di bawah penutup dari hujan, mencegah basah dengan urin, kerap
berubah untuk mempercepat pembusukan dan dilepaskan dengan air setelah kurang lebih
setahun. Cairan yang memuat bermacam nitrat kemudian diubah dengan abu kayu kepada
kalium nitrat, dikristalisasikan dan dibersihkan untuk penggunaan dalam bubuk mesiu. Di
Inggris, hak pengolahan bahan peledak telah ada di tangan keluarga John Evelyn, diaris
ternama, sebagai monopoli puncak sejak sebelum tahun 1588. Salah satu penerapan yang
paling berguna dari kalium nitrat ialah dalam produksi asam sendawa, dengan
menambahkan asam sulfat yang terkonsentrasi pada larutan encer kalium nitrat,
menghasilkan asam sendawa dan kalium sulfat yang terpisah melalui distilasi fraksional.
Kalium Nitrat juga digunakan sebagai pupuk, sebagai model bahan pembakar rocket, dan
dalam beberapa petasan seperti bom asap, dicampuran dengan gula memproduksi jelaga
asap 600 kali dari volumnya sendiri.
Yang akan dibahas lebih lanjut adalah selpeter, menimbang bahwa selpeter merupakan
barang yang berbahaya dan rawan, sehingga untuk mendukung kebutuhan dan
penggunaannya dalam penyelenggaraan pembangunan nasional dan kegiatan pertahanan
keamanan negara, diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian secara khusus.
Dalam hal pemasukannya (importasi) pun dibutuhkan pengawasan yang khusus pula
yang dilakukan oleh aparat Bea dan Cukai, terutama oleh bagian penegakan hukum.

Pengertian
Selpeter atau asam sendawa atau kalium nitrate (KNO3) adalah berupa bahan atau zat
berupa butir-butir putih transparan yang memiliki rasa asin, mudah larut dalam air, dapat
larut sedikit dalam alkohol serta berkadar racun rendah, yang digunakan untuk membuat
mesiu, petasan, korek api, serta campuran bahan peledak
Selpeter hanya di impor oleh importir yang ditunjuk, yaitu:
 PT Dahana, PT Multi Nitrotama Kimia, dan PT Tri Daya Esa
Saltpeter atau asam sendawa mempunyai sifat – sifat antara lain :
• Sifat – sifat umum :
- Saltpeter atau asam sendawa juga mempunyai nama lain Kalium nitrat
- Mempunyai rupa padatan putih atau abu – abu kotor
- Mudah larut dalam air
- Memiliki rasa asin
- Dapat larut sedikit dalam alkohol
- Memilki kadar racun rendah. Oleh karena sifat ini, penggunaan saltpeter atau
asam sendawa harus hati – hati dan sesuai kadarnya agar tidak membahayakan
• Sifat – sifat fisik
- Bobot senyawa 101,1 sma
- Titik lebur 607 K (334 °C)
- Titik didih terdekomposisi pada 673 K (400 °C)
- Densitas 2,1 ×103 kg/m3
- Struktur kristal Aragonit
- Kelarutan 38 g dalam 100 g air
• Termokimia
- ?fH0gas ? kJ/mol
- ?fH0cair -483 kJ/mol
- ?fH0padat -495 kJ/mol
- S0gas, 1 bar ? J/mol·K
- S0cair, 1 bar ? J/mol·K
- S0padat ? J/mol·K

Sendawa dibuat dengan mereaksikan kalium khlorida dengan asam nitrat atau natrium
nitrat. Cairan yang memuat bermacam nitrat kemudian diubah dengan abu kayu menjadi
kalium nitrat, dikristalisasikan dan dibersihkan untuk penggunaan dalam bubuk mesiu.
Kalium nitrat sangat luas kegunaannya baik di bidang industri, pertanian, maupun dalam
praktikum di laboratorium. Kalium nitrat antara lain digunakan untuk:
 Bubuk mesiu
 Bahan Peledak
 Pupuk
 Bahan pengawet makanan
 Petasan dan kembang api
Pada dasarnya ketentuan impor dan ekspor salpeter sama dengan ketentuan impor dan
ekspor bahan peledak yaitu:
 Diimpor oleh importir yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan
 Memiliki izin dari Departemen Perdagangan
 Memiliki rekomendasi dari Departemen Pertahanan,Kepolisian Republik Indonesia,
dan Badan Inteligen Strategis (BAIS) TNI.
Dalam ketentuan impor dan ekspor bahan peledak, persyaratan administrasi bagi importir
atau eksportir bahan peledak adalah antara lain :
 Importir
Perusahaan telah mendapat penunjukan dari Departemen Pertahanan. Memenuhi
prosedur untuk medapatkan izin impor bahan peledak, mengajukan permohonan
impor salpeter beserta komponennya kepada Direktorat Jenderal Perdagangan Luar
Negeri Departemen Perdagangan.
 Ekportir
Perusahaan telah mendapat penunjukan dari Departemen Pertahanan, memenuhi
prosedur untuk menapatkan izin ekspor bahan peledak, mengajukan rencana ekspor
salpeter beserta komponennya kepada Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Deperdag
5.2.Latihan
Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan selpeter, dan bagaimana ketentuan
impor selpeter tersebut dalam hal importasinya dilakukan di Kantor Pelayanan Utama
Tanjung Priok-Jakarta?

Jawab: Selpeter atau asam sendawa atau kalium nitrate (KNO3) adalah bahan atau zat
berupa butir-butir putih transparan yang memiliki rasa asin, mudah larut dalam air, dapat
larut sedikit dalam alkohol serta berkadar racun rendah, yang digunakan untuk membuat
mesiu, petasan, korek api, serta campuran bahan peledak. Perusahaan atau importir
setelah mendapat penunjukan dari Departemen Pertahanan, mengajukan permohonan
untuk medapatkan izin impor selpeter beserta komponennya kepada Direktorat Jenderal
Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan. Diimpor oleh importir yang ditunjuk
oleh Departemen Pertahanan, memiliki izin dari Departemen Perdagangan, dan memiliki
rekomendasi dari Departemen Pertahanan,Kepolisian Republik Indonesia, dan Badan
Inteligen Strategis (BAIS) TNI.

5.3.Rangkuman
Selpeter merupakan barang yang berbahaya dan rawan, sehingga untuk mendukung
kebutuhan dan penggunaannya dalam penyelenggaraan pembangunan nasional dan
kegiatan pertahanan keamanan negara, diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian
secara khusus. Dalam hal pemasukannya (importasi) pun dibutuhkan pengawasan yang
khusus pula yang dilakukan oleh aparat Bea dan Cukai, terutama oleh bagian penegakan
hukum. Importir yang diberi izin atau yang ditunjuk melakukan importasi selpeter atau
asam sendawa yaitu PT Dahana, PT Multi Nitrotama Kimia, dan PT Tri Daya Esa
9. Kegiatan Belajar (KB) 5

PETASAN / HAPPY CRACKERS

6.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh


Pengguna petasan memang bisa dijerat dengan Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun
1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak Ilegal. Pada langkah awal,
mesti dicermati adalah soal mengganggu ketertiban umum.
Pasalnya, bahan pembuat petasan yang mengandung bubuk mesiu memang bisa dipakai
untuk membuat bom dalam kapasitas besar. Bertolak dari hal itu, yang harus dicermati
pertama kali adalah kondisi bahwa penggunaan petasan, memang kian hari kian
mengganggu. Beberapa korban berjatuhan akibat petasan, penggunaan petasan memang
mengganggu, bahkan dapat mengganggu ketertiban umum.
Polri dalam upaya mengurangi dampak pengunaan petasan, menerapkan ketentuan
melalui UU Darurat nomor 12/1951 sekaligus penegakan sanksi Pasal 187 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman hukuman penjara 12 tahun, bidikan UU
Darurat memang perlu terhadap pengguna petasan, UU Darurat tetap bisa dimanfaatkan
selama UU itu belum dihapus dan belum ada penggantinya.
Oleh karena itu, polisi tetap bisa menggunakan UU Darurat untuk menuntaskan masalah
petasan yang penggunaannya memang mengganggu ketertiban umum.Penggunaan
selpeter untuk pertama kali erat kaitannya dengan penemuan kembang api.
Menurut sejarahnya, kembang api bermula dari ditemukannya petasan pada abad ke-9 di
Cina. Waktu itu seorang juru masak secara tidak sengaja mencampur tiga bahan bubuk
hitam (black powder) yang ada di dapurnya, yaitu garam peter atau KNO3 (kalium nitrat),
belerang (sulfur) dan arang dari kayu (charcoal).
Ternyata campuran ketiga bahan tersebut merupakan bubuk mesiu yang mudah terbakar.
Jika bubuk mesiu itu dimasukkan ke dalam sepotong bambu yang ada sumbunya,
kemudian sumbu dibakar, maka mesiu itu akan meledak dan mengeluarkan suara ledakan
keras.
Pengertian
Petasan dan happy crackers dilarang di Indonesia, alasan pelarangan potensi
menyebabkan kebakaran mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat dalam
bentuk polusi suara. Sejak tahun 1977 karena membahayakan keselamatan jiwa
masyarakat, untuk itu produksi dan impornya dilarang sepenuhnya.
Happy Crackers adalah petasan yang memiliki kembang api, yang dapat meledak
seperti petasan tapi sekaligus mengeluarkan kembang api yang berwana warni, dan
biasanya dipergunakan di malam hari. Kalium nitrat, stronsium nitrat, kuprum oksida,
karbon perklorat, barium klorat, potasium perklorat, sulfur, serbuk aluminium dan arsenik
adalah bahan kimia yang sering digunakan dalam petasan. Tujuan penggunaan berbagai
bahan ini adalah untuk memberi fungsi yang berlainan seperti menghasilkan oksigen dan
karbon, kesan bunyi dan warna. Warna-warni yang muncul pada petasan/kembang api
berasal dari pembakaran unsur-unsur kimia tertentu. Warna merah berasal dari
pembakaran strontium dan litium, warna kuning berasal dari pembakaran natrium, warna
hijau berasal dari pembakaran barium dan warna biru dari pembakaran tembaga.
Campuran bahan kimia itu dibentuk ke dalam kubus kecil-kecil yang disebut star. Star
inilah yang menentukan warna dan bentuk bila kembang api itu meledak nantinya.
Kumpulan star dimasukkan ke dalam silinder yang terbuat dari kertas atau plastik. Lalu
dimasukkan juga bubuk mesiu serta sumbu untuk menyalakannya.Konon, menurut
kepercayaan Cina, petasan dipercaya bisa mengusir roh jahat. Petasan jenis seperti mesiu
dipakai pada perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan dan
upacara-upacara keagamaan. Kemudian petasan ini menjadi dasar dari pembuatan
kembang api, yang lebih menitikberatkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di
udara.Pembuatan kembang api kemudian berkembang pesat di Eropa. Marco Polo
membawa serbuk mesiu itu dari Cina ke Eropa pada abad ke-13. Di Eropa serbuk petasan
dipergunakan untuk keperluan militer, misalnya untuk peluncuran roket, meriam, dan
senjata. Kembang api akan melesat ke udara apabila sumbunya dibakar, sedangkan
petasan hanya mengeluarkan suara ledakan tanpa diiringi pencaran api berwarna-warni.
Pada abad ke-18 Jerman muncul sebagai pembuat kembang api yang unggul bersama
Italia. Kembang api menjadi sangat terkenal di Inggris Raya selama pemerintahan Ratu
Elizabeth I.
Berkat kemajuan teknologi, kini kembang api bisa bermacam-macam bentuknya. Ada
yang seperti komet, pohon palem, bunga krisan, planet Saturnus, sarang laba-laba, dan
getah pohon.

6.2.Latihan
Pertanyaan: Bagaimana langka pemerintah melalui Polri dalam upaya mengurangi
dampak pengunaan Happy Crackers, dan jelaskan apa yang dimaksud dengan Happy
Crackers?

Jawab: Pemerintah dalam hal ini dilakuikan oleh Polri dalam upaya mengurangi dampak
pengunaan petasan, menerapkan ketentuan melalui UU Darurat nomor 12/1951 sekaligus
penegakan sanksi Pasal 187 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan
ancaman hukuman penjara 12 tahun. Yang dimaksud dengan Happy Ckreckers adalah
petasan yang memiliki kembang api, yang dapat meledak seperti petasan tapi sekaligus
mengeluarkan kembang api yang berwana warni, dan biasanya dipergunakan di malam
hari, jenis petasan ini dilarang karena dapat menimbulkan polusi suara dan bahaya
kebakaran.

6.3.Rangkuman
Happy Crackers adalah petasan yang memiliki kembang api, yang dapat meledak
seperti petasan tapi sekaligus mengeluarkan kembang api yang berwana warni, dan
biasanya dipergunakan di malam hari. Kalium nitrat, stronsium nitrat, kuprum oksida,
karbon perklorat, barium klorat, potasium perklorat, sulfur, serbuk aluminium dan arsenik
adalah bahan kimia yang sering digunakan dalam petasan. Tujuan penggunaan berbagai
bahan ini adalah untuk memberi fungsi yang berlainan seperti menghasilkan oksigen dan
karbon, kesan bunyi dan warna.
Warna-warni yang muncul pada petasan/kembang api berasal dari pembakaran unsur-
unsur kimia tertentu. Warna merah berasal dari pembakaran strontium dan litium, warna
kuning berasal dari pembakaran natrium, warna hijau berasal dari pembakaran barium
dan warna biru dari pembakaran tembaga. Campuran bahan kimia itu dibentuk ke dalam
kubus kecil-kecil yang disebut star.
Star inilah yang menentukan warna dan bentuk bila kembang api itu meledak nantinya.
Kumpulan star dimasukkan ke dalam silinder yang terbuat dari kertas atau plastik. Lalu
dimasukkan juga bubuk mesiu serta sumbu untuk menyalakannya. Happy Crackers ini
dilarang karena dapat menimbulkan polusi suara dan bahaya kebakaran, dan dapat
dikenakan sanksi pidana berdasarkan UU Darurat nomor 12/1951 sekaligus penegakan
sanksi Pasal 187 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman
hukuman penjara 12 tahun.
10. Kegiatan Belajar (KB) 6

BARANG CETAK

7.1.Uraian, Contoh dan Non Contoh


Ketentuan peraturan yang mengatur tentang barang cetak adalah Undang-undang Pers,
untuk itu dipelajari ketentuan tenatang pers. Kemerdekaan pers merupakan salah satu
wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28
Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin; Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan
hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat
hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa; Pers nasional sebagai wahana
komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan
asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan
kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan
hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun; Pers nasional berperan
ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial; Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan
diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman; Pers yang meliputi media cetak, media elektronik dan media
lainnya merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
tersebut. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak
bersalah. Pers wajib melayani Hak Jawab. Pers wajib melayani Hak Koreksi. Wartawan
memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Dalam melaksanakan profesinya wartawan
mendapat perlindungan hukum. Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang
penting dan strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pengertian
Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan
media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan
informasi.
Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi
yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat
mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari
pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.
Perusahaan pers dilarang memuat iklan:
 yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan
hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;
 minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

Klasifikasi Barang Cetak


Yang termasuk dalam klasifikasi barang cetak, adalah barang cetak yang bentuknya
berupa Buku, Brosur, Pamflet, dan Poster. Barang cetak yang dilarang, adalah barang
cetak yang dapat mempengaruhi ideologi negara, dapat melanggar kesusilaan, dan dapat
melanggar budaya pancasila. Berdasarkan Pasal 20 UU. 40/PPNS/1999 Tentang Pers,
bahwa surat kabar, majalah, penerbitan berkala, dan buletin tidak termasuk sebagai
barang cetak

Ketentuan Pidana
Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang
berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah). Perusahaan pers yang melanggar ketentuan, dipidana dengan pidana denda
paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), dan paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
7.2.Latihan
Pertanyaan: Apa saja yang termasuk klasifikasi barang cetak, barang cetak yang dilarang
itu yang bagaimana, dan jelaskan apa yang dimaksud dengan penyensoran!

Jawab: Yang termasuk dalam klasifikasi barang cetak, adalah barang cetak yang
bentuknya berupa Buku, Brosur, Pamflet, dan Poster. Barang cetak yang dilarang,
adalah barang cetak yang dapat mempengaruhi ideologi negara, dapat melanggar
kesusilaan, dan dapat melanggar budaya pancasila. Penyensoran adalah penghapusan
secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan,
atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun, dan
atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan
kegiatan jurnalistik.

7.3.Rangkuman
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah
dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982, Pers yang meliputi media cetak, media
elektronik dan media lainnya merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan tersebut.
Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan
media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan
informasi. Barang cetak adalah barang cetak yang bentuknya berupa Buku, Brosur,
Pamflet, dan Poster.
Barang cetak yang dilarang, adalah barang cetak yang dapat mempengaruhi ideologi
negara, dapat melanggar kesusilaan, dan dapat melanggar budaya pancasila. Berdasarkan
Pasal 20 UU. 40/PPNS/1999 Tentang Pers, bahwa surat kabar, majalah, penerbitan
berkala, dan buletin tidak termasuk sebagai barang cetak
11. Kegiatan Belajar (KB) 7

FILM DAN KASET VIDEO

8.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh


Seperti yang telah kita ketahui bahwa dewasa ini banyak sekali film-film luar negeri yang
diputar di bioskop-bioskop kita. Hampir tiap minggu film-film yang diputar tersebut
berganti dengan film yang lebih baru. Banyak sekali macam dari film-film tersebut, mulai
dari cerita klasik percintaan sampai cerita tentang peperangan. Hal ini menunjukkan
bahwa banyak sekali film luar negeri yang masuk Indonesia tiap minggunya.
Jika dilihat lebih dalam, film-film tersebut mempunyai muatan nilai-nilai yang banyak
dan beragam. Sedikit banyak karena muatan nilai yang terkandung di dalamnya bisa
mempengaruhi pola pikir masyarakat kita. Menghindari kemungkinan akan pengaruh
budaya ataupun nilai-nilai negative kepada masyarakat itulah yang menjadikan alasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam perannya sebagai community protector
memasukkan impor film sebagai barang terkena larangan dan pembatasan.
Hal ini dimaksudkan agar impor film mendapatkan pengawasan yang lebih, karena
dampaknya besar sekali terhadap masyarakat. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hanya
bisa melakukan pembatasan terhadap pengimporan saja. Masalah isi yang terkandung di
dalamnya DJBC tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan.
Untuk itu ada satu badan independent yang berwenang melakukan penyensoran film yaitu
Lembaga Sensor Film (LSF). Lembaga ini bertugas melakukan penyensoran, yaitu
pemotongan bagian film yang dirasa tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat. Setiap
film yang berasal dari luar negeri wajib melewati pihak Bea dan Cukai, yang berwenang
dalam melakukan pemungutan penerimaan negara berupa Bea Masuk dan Pungutan
Dalam Rangka Impor (PDRI) yang meliputi PPN, PPNBM, PPh dan lainnya, yaitu
importir membayar bea masuk serta pungutan-pungutan lainnya.
Sedangkan Lembaga Sensor Film adalah badan yang menentukan apakah sebuah film
layak ditonton ataukah tidak. Lewat dua lembaga (DJBC dan LSF) inilah diharapkan
pengaruh buruk dari film-film luar negeri dapat dihindari.
Namun pada akhirnya masyarakat sendirilah yang menilai apakah film yang dia konsumsi
mempunyai pengaruh buruk ataukah tidak. Maka dari itu diharapkan kerjasama
masyarakat dalam upaya filterisasi terhadap pengaruh buruk film luar negeri tersebut.

Pengertian Film
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pandang-dengar (audio visual) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan
direkam pada pita selluloid, pita, video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan
atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya.
Sensor film adalah penelitian dan penilaian terhadap film dan reklame film, untuk
menentukan dapat tidaknya sebuah film dipertunjukkan dan atau ditayangkan kepada
umum, baik secara utuh maupun setelah peniadaan bagian gambar atau suara tertentu.
Lembaga sensor film (LSF) adalah sebuah lembaga yang berdiri dibawah Departemen
Kehakiman dan bertanggung jawab keatasnya yang bertugas untuk melakukan
penyensoran terhadap film, memberikan keputusan apakah sebuah film dapat
dipertunjukkan kepada umum (layak dikonsumsi) atau tidak.
Sebab sebuah film tidak layak untuk ditayangkan atau layak ditayangkan setelah
dilakukan penyensoran terlebih dahulu, apakah mengandung ideologi yang sangat
bertentangan dengan pancasila, mengandung unsur kekerasan yang berlebihan, dan
mengandung unsur seks yang berlebihan atau bisa dikatakan terlalu vulgar, dan
sebagainya Ketentuan perundang-undangan terbaru yang mengatur mengenai film adalah
Undang-undang Nomor 8 tahun 1992 tentang film yang menggantikan ordonansi
Staatsblaad 1940 No. 507. undang-undang tersebut mencakup usaha perfilman yang
meliputi, Pembuatan film, Jasa teknik film, Ekspor film, Impor film, Pengedaran film,
Pertunjukan film dan penayangan film. Undang undang tersebut menetapkan bahwa
setiap usaha perfilman tersebut di atas harus dimiliki oleh warga negara Indonesia,
berbentuk badan hukum, serta memiliki ijin usaha dari Departemen Penerangan. Dilihat
dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1992 diatas impor dan ekspor film diatur juga.
Tidak sembarang perusahaan bisa mengimpor ataupun mengekspor film.
Untuk ekspor film, perusahaan yang diijinkan untuk mengekspor yaitu, Perusahaan
ekspor film, Perusahaan pembuatan film, Perusahaan pengedaran film, Sedangkan untuk
importasi film, perusahaan yang diijinkan untuk melakukan pengimporan film yaitu
hanya dapat dilakukan oleh perusahaan impor film.
Ekspor maupun impor film hanya dapat dilakukan melalui kantor pabean tempat
Lembaga Sensor Film berada. Dalam hal ini berarti yang impor atau ekspor film melalui,
Bandara Sukarno Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, Kantor Pos Besar Pasar Baru.
Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh importer ketika melakukan impor film
adalah mempertaruhkan uang jaminan, film diserahkan ke Lembaga Sensor Film, jika
film tsb lolos sensor, maka wajib membayar bea masuk dan pungutan lainnya.

Video
Video digunakan sebagai media penyimpanan sebuah film. Sebuah film direkam
menggunakan kamera pada waktu pengambilan gambar, setelah melalui bermacam
langkah-langkah pembuatan film seperti pengambilan gambar dan penyuntingan
(melakukan proses editing) kemudian sebuah film direkam atau disimpan dalam sebuah
media yaitu berupa kaset video. Video sebagai media tempat penyimpanan sebuah film
diatur juga dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1992.
Seperti halnya dengan importasi film, video juga diperlakukan sama. Untuk perusahaan
atau importIr yang melakukan pengimporan video juga ditunjuk oleh pemerintah. Jadi
disini tidak sembarang perusahaan atau importir yang boleh melakukan pengimporan
video. Berdasarkan Surat Keputusan menteri Penerangan No.220/Kep/MenPen/95 ada
sebelas perusahaan yang diberi ijin untuk melakukan pengimporan terhadap rekaman
video.
Perusahaan-perusahaan tersebut diataslah yang berhak atau diberi hak untuk melakukan
pengimporan video. Perusahaan atau importir yang ditunjuk dan diijinkan untuk
mengimpor video, pengimporan harus memenuhi persyaratan yaitu :
 Rekaman video yang diimpor adalah rekaman induk atau master.
 Isi rekaman :
- Tidak bertentangan dengan ideology negara Indonesia dan kepribadian bangsa
Indonesia.
- Tidak dijadikan alat propaganda ideologi negara asing.
- Tidak mengganggu ketertiban umum.
- Tidak merugikan kepentingan nasional.
- Harus diberi teks bahasa Indonesia.

Khusus untuk film dan rekaman video milik penumpang/anak buah kapal dan kiriman-
kiriman rekaman video melalui pos, penyelesaian prosedur impornya mengacu pada
Surat Jaksa Agung No. B.253/D/4/1979 tanggal 3 April 1979. Seperti halnya impor
sebuah film, video juga mempunyai ketentuan pidana jika perusahaan tersebut tidak
melakukan sebuah pelanggaran.
Ketentuan pidananya juga sama dengan film, yaitu pasal 40 dan 41 Undang-undang No. 8
tahun 1994. sedangkan penegakan hukumnya dilaksanakan oleh Kepolisian Repulik
Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Departemen Penerangan. Dengan
demikian, Direktur Jenderal Bea dan Cukai hanya melakukan penegahan terhadap impor
dan ekspor illegal rekaman video, sedangkan proses selanjutnya diserahkan kepada pihak
Kejaksaan.

Kaset Video
Seperti halnya video, kaset video juga diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1992.
kaset video merupakan suatu media penyimpanan sebuah gambar (video). Disini kaset
video kadang disama artikan dengan sebuah video. Akan tetapi ada perbedaan mendasar
dari video dan kaset video yaitu video adalah sebuah perpaduan antara gambar dan suara
sedangkan kaset video adalah merupakan media penyimpanannya.
Dalam hal ini, istilah kaset sendiri mengacu pada fisik barang tersebut yang berupa pita
seluloid yang dapat merekam gambar serta suara.Sebenarnya ada berbagai macam media
penyimpanan antara lain, Kaset, Compact Dist (CD),Video Compact Disc (VCD, Digital
Video Disc (DVD).
Kaset seperti yang sudah disebutkan diatas merupakan media penyimpanan yang
berbentuk pita seluloid yang digulung dalam suatu wadah. Keunggulannya tahan lama
tapi mempunyai kelemahan yaitu harganya mahal. Compact Disc merupakan media
penyimpanan yang hanya berupa suara saja.
Keunggulannya harganya murah dan mudah untuk diperbanyak namun tidak tahan lama.
Sekali saja tergores maka kemungkinan besar sudah tidak dapat dibaca lagi. Video
Compact Disc merupakan media penyimpanan gambar dan suara, seperti halnya Compact
Disc, Video compact Disc murah harganya dan mudah untuk diperbanyak namun mudah
rusak.

8.2.Latihan

Pertanyaan: Jelaskan apa yang dimaksud dengan film, video, dan bagaimana
persyaratan impor video.!

Jawab: Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi
massa pandang-dengar (audio visual) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan
direkam pada pita selluloid, pita, video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan
atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya. kaset
video merupakan suatu media penyimpanan sebuah gambar (video). Disini kaset video
kadang disama artikan dengan sebuah video.

Akan tetapi ada perbedaan mendasar dari video dan kaset video yaitu video adalah
sebuah perpaduan antara gambar dan suara sedangkan kaset video adalah merupakan
media penyimpanannya. Pengertian kaset sendiri mengacu pada fisik barang tersebut
yang berupa pita seluloid yang dapat merekam gambar serta suara.

Perusahaan atau importir yang ditunjuk dan diijinkan untuk mengimpor video,
pengimporan harus memenuhi persyaratan yaitu Rekaman video yang diimpor adalah
rekaman induk atau master, Isi rekaman tidak bertentangan dengan ideology negara
Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia, tidak dijadikan alat propaganda ideologi
negara asing, tidak mengganggu ketertiban umum, tidak merugikan kepentingan nasional,
harus diberi teks bahasa Indonesia.
8.3.Rangkuman

Khusus untuk film dan rekaman video milik penumpang/anak buah kapal dan kiriman
rekaman video melalui pos, penyelesaian prosedur impornya mengacu pada Surat Jaksa
Agung No. B.253/D/4/1979 tanggal 3 April 1979. Ketentuan pidananya juga sama
dengan film, yaitu pasal 40 dan 41 Undang-undang No. 8 tahun 1994. sedangkan
penegakan hukumnya dilaksanakan oleh Kepolisian Repulik Indonesia dan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Departemen Penerangan.

Dengan demikian, Direktur Jenderal Bea dan Cukai hanya melakukan penegahan
terhadap impor dan ekspor illegal rekaman video, sedangkan proses selanjutnya
diserahkan kepada pihak Kejaksaan.

Ekspor maupun impor film hanya dapat dilakukan melalui kantor pabean tempat
Lembaga Sensor Film berada. Dalam hal ini berarti yang impor atau ekspor film melalui,
Bandara Sukarno Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, Kantor Pos Besar Pasar Baru.

Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh importir ketika melakukan impor film
adalah mempertaruhkan uang jaminan, film diserahkan ke Lembaga Sensor Film, jika
film tersebut lolos sensor, maka wajib membayar bea masuk dan pungutan lainnya
12. Test Formatif
Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling benar, dengan cara memberi tanda bulatan
atau lingkaran pada salah satu huruf yang tersedia didepan kalimat soal pilihan ganda.
1. Yang dimaksud dengan senjata non standar TNI-Polri, berdasarkan ketentuan senjata
api, adalah kaliber :
a. Senjata api genggam maks. 32 mm; senjata api bahu maks. 25 mm
b. Senjata api genggam maks. 35 mm; senjata api bahu maks. 22 mm
c. Senjata api genggam maks. 32 mm; senjata api bahu maks. 22 mm
d. Senjata api genggam maks. 22 mm; senjata api bahu maks. 32 mm

2. Selpeter atau asam sendawa atau kalium nitrate (KNO3), adalah bahan atau zat
berupa butir-butir putih transparan yang memilik rasa asin, mudah larut dalam air,
dapat larut sedikit dalam alkohol serta berkadar racun rendah membuat:
a. Mesiu, dan pembersi karat pada besi
b. Bahan air accu, dan petasan
c. Korek api, dan campuran bahan gas helium
d. Petasan, dan campuran bahan peledak

3. Barang cetak yang dilarang impornya karena terdapat unsur-unsur dapat


mempengaruhi ideologi negara, dapat melanggar kesusilaan, dapat melanggar,
budaya pancasila, adalah klasifikasi barang cetak yang berupa:
a. Buku, brosur, pamflet dan majalah
b. Buku, brosur, pamflet dan poster
c. Bku, brosur, koran dan poster
d. Buku, buletin, pamflet dan poster

4. Berdasarkan UU nomor 8/1992 tentang film, barang impor berupa film wajib sensor
film oleh Lembaga Sensor Film yang ada di Jakarta, dan diatur juga film yang
dibebaskan dari kewajiban sensor (bebas sensor), adalah :
a. Film berita yang ditayangkan di bioskop
b. Film sejarah yang ditayangkan di bioskop
c. Film berita yang ditayangkan oleh media elektronik
d. Film sejarah yang ditayangkan oleh media elektronik

5. Berdasarkan ketentuan tentang senjata api, penggunaan senjata api non standar TNI-
Polri yang di-izinkan digunakan di kapal laut berbendera asing maupun bendera
Indonesia, jumlah yang dapat diberikan untuk amunisinya 3 magazen/ silinder untuk
setiap pucuk, dan untuk senjata apinya adalah:
a. 1/3 jumlah awak kapal, maksimal 5 pucuk,
b. 1/3 jumlah awak kapal, maksimal 10 pucuk,
c. 2/3 jumlah awak kapal, maksimal 15 pucuk,
d. 2/3 jumlah awak kapal, maksimal 20 pucuk,

6. Senjata api non standar TNI-Polri dapat diimpor oleh importir yang ditunjuk oleh
departemen pertahanan, memiliki izin impor dari Ditjen Perdagangan Luar Negeri –
Deperindag, dan harus memiliki rekomendasi dari :
a. Departemen Pertahanan, Polri, dan Bais TNI
b. Departemen Pertahanan, Deperindag , dan Bais TNI
c. Departemen Pertahanan, Polri, dan Deperindag
d. Deperindag, Polri, dan Bais TNI

7. Amunisi berarti alat apa saja yang dibuat atau dimaksudkan untuk digunakan dalam
Senjata Api sebagai proyektil atau yang berisi bahan yang mudah terbakar yang
dibuat atau dimaksudkan untuk menghasilkan perkembangan gas di dalam Senjata
Api untuk:
a. Meluncurkan peluru
b. Meluncurkan proyektil
c. Meledakan peluru
d. Meledakan proyektil
8. Ekspor maupun impor film hanya dapat dilakukan melalui kantor pabean tempat
Lembaga Sensor Film berada. Kegiatan impor atau ekspor film melalui Bandara
Sukarno Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, dan melalui :
a. Bandara Polonia - Medan
b. Bandara Juanda – Surabaya
c. Kantor Pos Besar - Pasar Baru – Jakarta
d. Bandara Adi Sucipto – Yogyakarta.

9. Perusahaan pers dilarang memuat iklan yang berakibat merendahkan martabat suatu
agama dan/atau bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat; serta mengganggu:
a. Kerukunan hidup antar umat beragama
b. Kegiatan impor
c. Kegiatan ekspor
d. Kegiatan perekonomian

10. Petasan dan happy crackers dilarang di Indonesia, alasan pelarangan potensi
menyebabkan kebakaran mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat dalam
bentuk:
a. Polusi udara.
b. Pencemaran lingkungan hidup
c. Pencemaran Kehidupan Manusia.
d. Polusi suara.
10 Kunci Jawaban Test Formatif

1. c 6. a
2. d 7. b
3. b 8. c
4. c 9. a
5. b 10. d

11. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci jawaban yang disediakan pada modul ini. Hitung
jawaban Anda yang kedapatan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui
tingkat pemahaman terhadap materi. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan
hasil perhitungan sesuai rumus dengan hasil pencapaian prestasi belajar sebagaimana data
pada kolom dibawa ini.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%


Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori “Baik”), maka


disarankan mengulangi materi.
12. Daftar Pustaka
1. Undang-undang No. 17 tahun 2006 Tanggal 15 Nopember 2006 tentang Perubahan
Undang-undang No. 10 tahun 1995 Tanggal 30 Desember 1995 tentang Kepabeanan.
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Pertahanan.
3. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Undang-undang Nomor: 40
Tahun 1999 tentang PERS Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999
Presiden Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 166 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3887
4. Undang-undang Nomor 4/PPNS/1963 Tentang Pers
5. Undang-undang Nomor 8 tahun 1992 tentang Film yang menggantikan Ordonansi
Film Staatsblaad 1940 No. 507
6. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Usaha Perfilman.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film
8. Ordonansi Senjata api Staadblaad 1937 Nomor 170 tanggal 19 Maret 1937
9. Ordonansi Senjata api Staadblaad 1939 Nomor 278 tanggal 30 Mei 1939
10. Ordonansi Bahan Peledak Staatsblaad 1893 Nomor 234
11. Ordonansi Bahan Peledak staatsblaad 1931 Nomor 168 tanggal 9 Mei 1931
12. Reglemen Senjata api Staadblaad 1939 Nomor 279 tanggal 30 Mei 1939
13. Undang-undang Nomor 8 tahun 1948 Lembaran Negara Nomor 17 tahun 1948
tentang Pendaftaran dan Pemberian Ijin Senjata Api
14. Undang-undang Darurat No.12/Drt/1951 LN 1951 No.78 tanggal 1 September 1951
Mengenai Peraturan Hukum Istimewa Sementara Lembaran Negara Nomor 78
tanggal 4 September 1951 tentang Senjata Api dan Bahan Peledak
15. Undang-undang Nomor 20/PPNS/1960 tanggal 13 Mei 1960 tentang Kewenangan
Perizinan Yang Diberikan Menurut Undang-unadang Mengenai Senjata Api.
16. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1997 tentang Pengadaan Bahan Peledak
17. Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1976 tanggal 6 April 1976 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Senjata Api
18. Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan/ Panglima Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia Nomor Kep/27/XII/1977 tanggal 28 Desember 1977 tentang
Tuntunan Kebijaksanaan untuk Meningkatkan Pengawasan dan Pengendalian Senjata
Api Sebagai Pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1976
19. Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan Nomor : Kep/03/XI/1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Bahan Peledak
20. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 139//KMK.05/1997
tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Persenjataan, Amunisi, Termasuk Suku
Cadang Dan Perlengkapan Militer Serta Barang Dan Bahan Yang Dipergunakan
Untuk Menghasilkan Barang Yang Diperuntukkan Bagi Keperluan Pertahanan Dan
Keamanan Negara
21. Keputusan Menteri Pertahanan Nomor : Kep05/M/VII/2001 tanggal 19 Juli 2001
tentang Penunjukkan Badan Usaha di Bidang Bahan Peledak
22. Keputusan Menteri Pertahanan Nomor : Kep06/M/VII/2001 tanggal 19 Juli 2001
tentang Penunjukkan Badan Usaha di Bidang Bahan Peledak
23. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-16/BC/2003 tentang Tata
Cara Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Persenjataan, Amunisi, Termasuk Suku
Cadang Dan Perlengkapan Militer Serta Barang Dan Bahan Yang Dipergunakan
Untuk Menghasilkan Barang Yang Diperuntukkan Bagi Keperluan Pertahanan Dan
Keamanan Negara
24. Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 215/Kep/MenPen/94 tanggal 28
Oktober 1994 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Usaha Pefilman.
25. Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 220/Kep/MenPen/95 tanggal 6
September 1995 tentang Jumlah Perusahaan Impor Rekaman Video.
26. Undang-undang No. 8 tahun 1994 tentang film.
27. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Usaha Perfilman
28. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1994 tentang Lembaga Sensor Film.
29. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1994 tentang Badan Pertimbangan Perfilman
Nasional.
30. Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 215/Kep/MenPen/94 tentang Tata cara
Penyelenggaraan Usaha Perfilman.
31. Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 220/Kep/MenPen/95 tentang Jumlah
Perusahaan Impor Rekaman Video.

Anda mungkin juga menyukai