Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh
TITY RIEZKA RIANTHI, S.Kep
I4B110214
1. KONSEP LANSIA
A. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemamuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal
dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam
Psychologymania, 2013).
B.
2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
1. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
2. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
3. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
4.
5.
dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990). Hal ini dapat lebih
mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah, 2011).
3) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang
tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan
diri dari toksink tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari
rigid, serta terjadi kesalahan genetik (Tortora dan Anaggnostakos, 1990). Membran
sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang
sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah, 2011).
4) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses
penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai selasing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun,
sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah, 2011).
5) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormon pertumbuhan.
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai
tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah meraka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada
lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah, 2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
E. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarg yaitu:
Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa
umurnya.
Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan
hidupnya, keluarga, dan teman.
Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan
status kesehatan dan ekonomi
Menyiapkan pendapatan yang memadai
Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
Memelihara kebersihan diri
F. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
8) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat
dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
9) Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
10) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a) Kehilangan gigi,
b) Indra pengecap menurun,
c) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
11) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
12) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
13) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
2)
Kesehatan umum
3)
Tingkat pendidikan
4)
Keturunan (hereditas)
5)
Lingkungan
6)
7)
8)
9)
d.
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
e.
Kesehatan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
merasa
tetangganya
mencuri
barang-barangnya
atau
berniat
2. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria. Diseluruh
dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn keatas, terkena
OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat
lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun.
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena
bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan
4) Trauma
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai
adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar
limfe aksila.
d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,
skleromalasia
perforans,
katarak
anemia
dan
tanda-
tanda
Proses penyakit
h.
degeneratifi.
yang panjang
Intrinsik
menyeababkan iritasi.
Ekstrinsik
Leher:
adanya tanda- tanda
terkenanya tulang servikal.
Perubahan
Pemecahan
Toraks: Jantung (adanya
perikarditis,
Komponen
sendi defek konduksi, inkompetensi
kondrosit
Kolagen paru (aadanya efusi pleura, fibrosis,
katup aorta dan mitral).ParuProgteogtikasi
Perubahan
nodul infark, sindroma
caplan)sub
Jaringan
metabolisme
kondrial dan nyeri tekan
Abdomen: andanya splenomegali
epigastrik
Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus,
pembengkakan
betis
sendi
tanda- tanda
kompresi medula spinalis.
Pengeluaran
enzim
lisosom
j. Kaki: efusi
lutut,
maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
Deformitas
sendi
rongga sendi
Kontraktur
Penurunan
Kekuatan
nyeri
MK: Kurang
perawatan diri
MK: Kerusakan
mobilytas fisik
MK: Gangguan
Citra tubuh
Hipertrofi
Distensi Cairan
penyakit
osteoartritis
adalah
dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus
digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi
secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Embidaian bisa
digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi.
Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakkan yang
sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan
mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan
non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan
segera jika penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif
digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila
digunakan dalam jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan
pnyakit ini dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan berbagai efek
samping., yang melibatkan hampir setiap orang.
4. Obat
Imunosupresif
(contoh
metotreksat,azatioprin,
dan
dengan mengganti engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang
terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis. Pembersihan
sambungan (debridemen) dapat dilakukan dengan mengangkat serpihan
tulang rawan yang rusak yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan
nyeri saat pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti
tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada anak dan
remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima
beban saat melakukan pergerakan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Pengkajian fisik
a) Identitas
b) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
d) Pola fungsi Gordon
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
volume minuman perhari, makanan kesukaan.
Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan
warna
Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri,
dibantu atau menggunakan alat
Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas
9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala
nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
KRITERIA
BANTUAN
MANDIRI
Makan
10
Minum
10
5-10
15
10
Mandi
15
10
Menggunakan pakaian
10
10
10
11
10
Total skor
Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
65-105 : ketergantungan sebagian
110
: mandiri
2) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung
dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar
mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan
dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satukeuntungan dari alat ini
adalah kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi aktivitas dan latihan
setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran
pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang
lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi
yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
c. Status mental dan kognitif gerontik
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.
Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi,
riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan
PERTANYAAN
BENAR
Alamat anda?
10
Interpretasi hasil :
1)
2)
3)
4)
indikasi
adanya
kerusakan
kognitif
yang
memerlukan
SALAH
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b.d agen
cedera biologis,
distensi jaringan
oleh akumulasi
cairan, destruksi
sendi
Rencana Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Setelah
diberikan
asuhan Pain Management
keperawatan selama 1x24 jam
Lakukan
diharapkan
nyeri
pengkajian nyeri
berkurang/terkontrol
dengan
secara
kriteria hasil :
komprehensif
Mampu
mengontrol
termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab
karakteristik,
nyeri,
mampu
durasi, frekuensi,
menggunakan
tehnik
kualitas
dan
nonfarmakologi
untuk
faktor presipitasi
mengurangi
nyeri,
Observasi reaksi
mencari bantuan)
nonverbal dari
Mampu mengenali nyeri
ketidaknyamana
(skala,
intensitas,
n
frekuensi dan tanda
Kurangi faktor
nyeri)
presipitasi nyeri
Menyatakan rasa nyaman
Ajarkan tentang
setelah nyeri berkurang
teknik
non
Tanda
vital
dalam
farmakologi
rentang normal
relaksasi nafas
dalam
dan
kompres
air
2.
Gangguan/kerusakan
mobilitas fisik b/d
deformitas skeletal,
nyeri,
ketidaknyamanan,
penurunan .kekuatan
otot
hangat
atau
dingin
Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
Tingkatkan
istirahat
Setelah
diberikan Exercise
asuhan therapy : ambulation
keperawatan selama 3x24 jam, Monitoring vital
diharapkanhambatan mobilisasi
sign
fisik dapat diatasi dengan
sebelm/sesudah
kriteria :
latihan dan lihat
Klien meningkat dalam
respon
pasien
aktivitas fisik
saat latihan
Mengerti tujuan dari
Kaji kemampuan
peningkatan mobilitas
pasien
dalam
Memverbalisasikan
mobilisasi
Dampingi
dan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
Bantu pasien saat
dan kemampuan
mobilisasi dan
berpindah
bantu
penuhi
Memperagakan
kebutuhan ADLs
ps.
penggunaan alat Bantu
Berikan
alat
untuk mobilisasi
(walker)
Bantu jika klien
memerlukan
Ajarkan
klien
latihan ROM
Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan
berikan
bantuan
jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu
2. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih
Bahasa oleh Monica Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.
3. Ganang, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih
bahasa oleh Brahm U Panit (et.al), EGC : Jakarta.
4. Isselbacher, Kurt, 2000, Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC :
Jakarta.
5. Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku
Kedokteran EGC : Jakarta
6. Potter dan Perry. 2005. Fundamental keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
7. Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 1995, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh : Peter
Anugrah, EGC : Jakarta.
8. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2001, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2), Terjemahan oleh Agung
Waluyo, (et,all), EGC : Jakarta.
9. Soenarwo, Briliantono M. 2011. Penanganan Praktis Osteoartritis. Jakarta :
AL-MAWARDI.
10. Wilkinson, Judith. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Doagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, ed 9. Alih Bahasa, Esty
Wahyuningsih; editor edisi bahasa Indonesia ; Dwi Widiarti. Jakarta : EGC.