Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang
sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai
seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasai dan memahami
administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang
efektif dan efisien serta mampu menghargai etika kerja ssesama personl
pendidikan, sehingga akan tercipta keserasian, kenyamanan, yang dapat
menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah
maupun warga masyarakat sekitarnya.
Lingkungan pendidikan akn bersifat positif atau negatif itu tergantung
pada pemeliharaan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri.
Terbatasnya pengetahuan dari personal tata usaha sekolah akan administrasi
sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk
memahaminya dengan sungguh-sungguh melatar belakangi penyusunan
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana?
2. Bagaimana Sarana Pendidikan?
3. Bagaimana Prasarana?
4. Bagaimana Jenis Sarana dan Prasarana?
5. Bagaimana Standar Sarana dan Prasarana?
6. Bagaimana Kelengkapan Sarana dan Prasarana?
7. Bagaimana Proses Pengelolaan Sarana dan Prasarana?

C. Tujuan
1. Untuk mengetrahui Apa Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana
2. Untuk mengetrahui Bagaimana Sarana Pendidikan
3. Untuk mengetrahui Bagaimana Prasarana
4. Untuk mengetrahui Bagaimana Jenis Sarana dan Prasarana
5. Untuk mengetrahui Bagaimana Standar Sarana dan Prasarana
6. Untuk mengetrahui Bagaimana Kelengkapan Sarana dan Prasarana
7.

Untuk mengetrahui Bagaimana Proses Pengelolaan Sarana dan


Prasarana

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pengelolaan (manajemen) perlengkapan (sarana dan prasarana)
merupakan proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengadaan,
pemeliharan, penghapusan, dan pengendalian logistik atau perlengkapan. 1
C. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan
perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah. Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Habis tidaknya dipakai
a. Sarana pendidikan yng hbis dipakai, segala bahan atau alat yang
apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat.
Contoh, kapur tulis.
b. Sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya, kayu, besi, dan
kertas karton yang digunakan guru dalam mengajar.
c. Sarana pendidikn tahan lama, adalah keseluruhan bahan atau alat
yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang
relatif lama. Contoh, bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan
peralatan olah raga.
2. Bergerak tidaknya saat pada saat digunakan
a. Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yan bisa
digerakan atau dipindah sesuai kebutuhan pemakainya, contohnya
almari arsip sekolah.
1

Burhanudin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Hal 89

b. Sarana pendidikan yang tidak bergerak, adalah semua sarana


pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk
dipindahkan misalnya, saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM).
3. Hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Ditinjau dari hubungannya dengn proses belajar mengajar,sarana
pendidikan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Alat pelajaran, adalah alat yang digunakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar, misalnya buku, alat tulis, dan alat praktik.
b. Alat peraga, adelah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat
berupa perbuatan-perbuatan, atau benda-benda yang

mudah

memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang


abstrak sampai yang konkret.
c. Media pengajaran, adalah sarana pendidikan yang digunakan
sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan
pendidikan. Ada tiga jenis media, yaitu audio, visual, dan audio
visual.2
D. Prasarana
Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu :
1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses
belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik
ketrampilan, dan ruang laboratorium.

Burhanudin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Hal 90

2. prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses


belajar mengajar, tetapi secara langsung sngt menunjang terjadinya
proses belajar mengajar, misalnya, ruang kantor, kantin sekolah, tanah
dan jalan menuju sekolah, kmar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah,
uang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan. 3
E. Jenis Sarana dan Prasarana
PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikn, pasal 42
i.

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang


meliputi perabot, peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

ii.

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang


pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya
dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.4
F. Standar Sarana dan Prasarana
Peraturan Mendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
i. Standar Sarana dan Prasarana SD/MI
1.

LAHAN

Burhanudin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Hal 91


Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro
Jakarta : Rineka Cipta hal 105
4

a. Lahan untuk SD/MI memenuhi ketentuan rasio minimum luas


lahan terhadap peserta didik
b.

Luas

lahan

yang

dimaksud adalah luas lahan yang dapat digunakan secara


efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa bangunan
gedung dan tempat bermain/berolahraga.
c. Lahan terhindar potensi bahaya yang mengancam kesehatan
dan

keselamatan

jiwa,

serta

memiliki

akses

untuk

penyelamatan dalam keadaan darurat.


d. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan pencemaran air,
pencemaran udara, dan kebisingan.
2.

BANGUNAN GEDUNG
a. Bangunan gedung memenuhi ketentuan rasio minimum luas
lantai terhadap peserta didik.
b. Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan.
c. Bangunan

gedung

memenuhi

persyaratan

keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan keamanan.


d. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksebilitas yng
mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
e. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan.
f. bangunan gedung dilengkapi intalasi listrik dengan daya
minimum 900 watt.
g. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai
dengan PP No. 19 tahun 2005 pasal 45, dan mengacu pada
standar PU.
h. Bangunan gedung baru dapat bertahan minimum 20 tahun. 5
5

Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro


Jakarta : Rineka Cipta hal 105

G. Kelengkapan Sarana dan Prasarana


a)

Kelengkapa

n Sarana dan Prasarana SD/MI


1. Ruang kelas
2. Ruang Perpustakaan
3. Laboratorium IPA
4. Ruang pimpinan
5. Ruang guru
6. Ruang beribadah
7. Ruang UKS
8. Jamban
9. Gudang
10. Ruang sirkulasi
11. Tempat bermain/berolahraga
ii. Kelengkapan Sarana dan Prasarana SMP/MTs
1. Ruang kelas
2. Ruang perpustakaan
3. ruang laboratorium IPA
4. Ruang pimpinan
5. Ruang guru
6. Ruang tata usaha
7. Tempat beibadah
8. Ruang konseling
9. Ruang UKS
10. Rung organisasi kesiswaan
11. jamban
12. Gudang

13. Ruang sirkulasi


14. Tempat bermain/ berolahraga
iii.

Kelengkapan sarana dan prasarana SMA/MA


1.

Ruang kelas

2.

Ruang perpustakaan

3.

Ruang laboratorium biologi

4.

Ruang laboratorium fisika

5.

Ruang laboratorium kimia

6.

Ruang laboratorium komputer

7.

Ruang laboratorium bahasa

8.

Ruang pimpinan

9.

Ruang guru

10.

Ruang tata usaha

11.

Tempat beribadah

12.

Ruang konseling

13.

Ruang UKS

14.

Ruang organisasi kesiswaan

15.

jamban

16.

gudang

17.

ruang sirkulasi

18.

Tempat bermain/berolahraga

H. Peranm Guru dalam mempersiapkan Sarana dan Prasarana


Maka dari itu, berhasil tidaknya kurikulum banyak tergantung atas peranan
guru yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
1. Guru sebagai perencana pengajaran, ia harus membuat perencanaan
pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan mengajar.

2. Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi


belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran yang telah
ditentukan.
3. Guru sebagai evaluator, artinya ia melakukan pengukuran untuk
mengetahui apakah anak telah mencapai hasil belajar seperti yang
diharapkan. (Burhan Nurgiyantoro, 1988 : 57)
Dalam melaksanakan peranan-peranan di atas, guru dituntut untuk
mampu mengembangkan sikap profesional guru, dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab pendidikan. Guru profesional, dalam hubungan ini,
adalah guru yang memiliki keahlian sebagai guru, artinya guru itu harus
mempunyai kompetesi atau kemauan dasar sebagai syarat untuk memangku
profesi tersebut.
Kompetesi guru, seperti dikemukakan oleh Glasser, ada empat hal, yakni :
1. Menguasai bahan pelajaran
2. Kemampuan mendiagnosis kelakuan sisw
3. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran
4. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa
(Nurhaida Amir dan Rudito, 1981 : 1)
Jadi guru dalam mengemban tugas sebagai seorang pengajar, minimal
harus mampu :
1. Pertama, menguasai silabus atau GBPP serta petunjuk pelaksaaannya.
Dimaksudkan dengan hal ini ialah seorang guru harus mampu
memahami aspek-aspek berikut ini :
a. Tujuan yang ingin/hendak dicapai
b. Isi/materi bahan pelajaran dari setiap pokok bahasan/topik
perkuliahan
c. Alokasi waktu untuk setiap topik perkuliahan/bahan pelajaran

d. Alat dan sumber belajar yang akan digunakan


2. Kedua, trampil menyusun program pengajaran/perkuliahan.
Dalam hal ini dimaksudkan pengajar harus trampil dalam
mengemas

dan

menyusun

serta

merumuskan

bahan

pelajaran/perkuliahan itu ke dalam SAP atau SP. Mulai dari


merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sampai pada
teknik evaluasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.
3. Ketiga, trampil melaksanakan proses belajar mengajar.
Artinya

trampil dalam mengimplementasikan

kurikulum,

yaitu

mengaktualisasikan SAP atau SP dalam proses belajar mengajar di


kelas kepada peserta didik. Termasuk dalam kawasan ini trampil dalam
menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, kiat, seni mengajar,
memilih dan menetapkan sumber belajar yang tepat, menggunakan
media pengajaran dan sebagainya.
4. Keempat, trampil dalam menilai hasil belajar siswa.
yaitu mengevaluasi sejauh mana apa yang telah disampaikan kepada
peserta didik di dalam proses belajar mengajar yang disebutkan
terdahulu telah dapat dikuasai oleh siswa/peserta didik. Atau dengan
kata lain trampil menilai sejauh mana materi/bahan pelajaran yang telah
diberikan sudah menjadi milik siswa.
Murray Printr mencatat peran guru adalah sebagai berikut :
1. Sebagai implementers,

guru

berperan

untuk

mengaplikasikan

kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya


menerima

berbagai

kebijakan

perumus

kurikulum,

dalam

pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang


hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai
ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah

10

yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar
pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam
merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk
melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai
pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.
2. Peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana
kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi
kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan
karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Para perancang kurikulum
hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus
dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya,
dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan
demikian, peran guru sebagaiadapters lebih luas dibandingkan dengan
peran guru sebagai implementers.
3. Peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan
dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat
menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga
dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta
bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum
sepenuhnya

guru

dapat

menyusun

kurikulum

sesuai

dengan

karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman


belajar yang dibutuhkan siswa.
Adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher).
Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang
memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung

11

jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji


bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan
model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data
tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang
digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson
Study.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang
berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum.
Melalui

PTK,

guru

berinisiatif

melakukan

penelitian

sekaligus

melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.


Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru
dalam melaksanakan tugas profesionalnya, akan tetapi secara terus
menerus guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.
Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
guru/sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru
mata pelajaran yang sama/guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru
lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari
pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan
pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh
teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama
atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. (Ridwan Johawarman,
dalam Sumardi, 2009).
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat
dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, sentral desentral:
1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat
Sentralisasi

12

Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak


mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro,
mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro
disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan
kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun
kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu
semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum
untuk satu semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum
untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran.
Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran
memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan
pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan
dan kedalamannya berbeda-beda.
Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang
tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan
media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang
tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan
sangat

memudahkan

guru

dalam

implementasinya.

Walaupun

kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih


mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaianpenyesuaian.
Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada
kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga
berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa
yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi

13

belajar,

menciptakan

situasi

kompetitif

dan

kooperatif

serta

memberikan pengarahan dan bimbingan.


2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat
Desentralisasi
Kurikulum

desentralisasi

disusun

oleh

sekolah

ataupun

kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum


ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah
tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan
sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum
sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum
sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya

antara

lain

: pertama, kurikulum

sesuai

dengan

kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum


sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan
profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru
sendiri

dengan

demikian

pelaksanaannya. Keempat, ada

sangat
motivasi

memudahkan
kepada

sekolah

dalam
(kepala

sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan


kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi
semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat SentralDesentral
Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut,
bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk
sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-

14

desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam


dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang
dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya
dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/
semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun
kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut
memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur
dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai
perasaan

turut

mengembangkan

memilki

kurikulum

pengetahuan

dan

dan

terdorong

kemampuan

dirinya

untuk
dalam

pengembangan kurikulum.
Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah
diikutsertakan,

mereka

memahami

dan

benar-benar

menguasai

kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas


akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga
pelaksana dan evaluator kurikulum.
Sedangkan menurut WF Connell (1972) membedakan tujuh
peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3)
pengajar dan pembimbing, (4) pelajar(learner), (5) komunikator
terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7)
kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran
yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan
(supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam

15

keluarga

dan

meningkatkan

masyarakat.

Tugas-tugas

pertumbuhan

dan

ini

berkaitan

perkembangan

anak

dengan
untuk

memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan


kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas

tanggungjawab

kemasyarakatan,

pengetahuan

dan

keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,


pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan
anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak
mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya.
Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokohtokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan
bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus
selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti
persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang
berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial
tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas
sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup
yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan

16

keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan


untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Menurut Subagio Atmodieirio (2000), pengelolaan (manajemen)
perlengkapan meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
Melalui rencana dan penentuan kebutuhan akan dihasilkan antara lain :
rencana pembelian, rencana rehabilitas, rencana distribusi, rencana sewa,
dan rencana pembuatan.
2. Fungsi penganggaran
Fungsi ini terdiri atas kegitan-kegiatan dan usha-usaha untuk
merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar,
yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan
pengarahan dan pembatasan yang berlaku.
Anggaran sarana dan prasarana meliputi : anggaran pembelian,
anggaran perbaikan dan pemeliharaan, anggaran penyimpanan dan
penyluran, anggaran penelitian, dan anggaran pengembngan barang.
3. Fungsi pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku
dengan menciptakan sesuatu yang belum ad menjadi ada.
Pengadaan dapat dilakukan dengan cara : pembelian, penyewaan,
peminjaman, pemberian(hibah), penukaran, pembuatan, dan perbaikan.
4. Fungsi penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha melakukan
pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan didalam
ruang penyimpanan.

17

Fungsi penyimpanan meliputi penyipn ruang-ruang penyimpanan,


tatalaksana penyimpanan, tindakankeamanan dan keselamatan.
5. Fungsi penyaluran
Penyaluran merupakan kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari
suatu tempat ketempat lain, yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat
pemakaian.
6. Fungsi pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu proses kegiatan untuk mempertahankan
kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi atau fasilitas kerja
(sarana

dan

prasarana)

dengan

jalan

merawatny,

memperbaiki,

merehabilitasi dan menyempurnakannya.


7. Fungsi penghapusan
Fungsi penghapusan adalah kegiatan dan usaha-usaha pembebasan
barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
8. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian adalah fungsi yang mengatur dan mengarahkan
cara pelaksanaan dari suatu rencana, program, proyek dan kegiatan, baik
dengan pengaturan dalam bentuk tatalaksana ataupun melalui tindakan
turun tangan untuk memungkunkan optimasi dalam penyelenggaraan
suatu rencana, program, proyk, dan kegiatan oleh unsur dan unit
pelaksana.6

BAB III
6

Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro


Jakarta : Rineka Cipta hal 105

18

PENUTUP
A. Kesimpulan
Administrasi sarana dan prasarana adalah semua perangkat peralatan,
bahan dan perabot yang langsung digunakan dalam pross pendidikan di
sekolah. Adapun yang menjadi tujuan dari administrasi sarana dan prasarana
adalah agar PBM (proses belajar mengajar) semakin efektif dan efisien guna
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Sarana
Demikianlah pembahasan dari makalah kami yang berjudul Tasyri
Pada Zaman Tabiin semoga bermanfaat bagi kita semua. Dalam
penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan, untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi
perbaikan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

19

Burhanudin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.


Gunawan, Ary H. 1996. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan
Mikro Jakarta : Rineka Cipta
Hand Out Administrasi Pendidikan.

KATA PENGANTAR

20

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang
telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang.

Bengkulu, Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

i
i
21

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................
i
DAFATR ISI.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Tujuan

......................................................................................2

C. Rumusan Masalah.................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana ....................................
3
B. Sarana Pendidikan2..............................................................................
3
C. Prasaran

......................................................................................4

D. Jenis Sarana dan Prasarana...................................................................


4
E. Standar Sarana dan Prasarana...............................................................
4
F. Kelengkapan Sarana dan Prasarana......................................................
5
G. Peran guru dalam engelolaan Sarana dan Prasarana.............................
6

22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................
..............................................................................................................10
B. Kritik dan Saran ...................................................................................
..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
iii

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN PRA SEKOLAH


Peran Guru Dalam Mepersiapkan
Sarana dan Prasarana
ii

Disusun Oleh
Eza Zukiah Nur

23

Suci Putri Dwi Ayu


Inten Wilyandri
Dosen
De. Zubaedi, M.Ag, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS


PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2015

24

Anda mungkin juga menyukai