Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Perdarahan uterus abnormal adalah salah satu alasan paling umum bagi
perempuan untuk mencari perawatan. Sekitar setengah dari wanita dengan
perdarahan uterus abnormal berada pada usia reproduksi. Hal ini adalah masalah
baik medis maupun sosial.1,2
Perdarahan uterus abnormal adalah penyebab anemia defisiensi besi paling
umum di negara maju dan penyebab paling umum bagi penyakit kronis di negara
berkembang. Prevalensi perdarahan uterus abnormal dalam kelompok usia
reproduksi berkisar antara 9% sampai 30%.1,2
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak,
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan.1,2
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat 9 kategori utama pendarahan uterus abnormal yang disusun
sesuai dengan akronim PALM COEIN yakni polip, adenomiosis, leiomioma,
malignancy dan hiperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial,
iatrogenik, dan not yet classified. Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis
eksklusi. Riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi
pertama. Tes laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat juga
diindikasikan.1,2
Penanganan dari Perdarahan uterus abnormal sesuai dengan etiologi yang
mendasari terjadinya gangguan ini. Diperlukan penanganan yang komperehensif
untuk mencegah perburukan dari pasien dengan perdarahan uterus abnormal.5,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak,
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia
saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding
(HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor
koagulopati, gangguan hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi
merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus
disfungsional (PUD).7
1. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahanhaid
yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk
mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat
2.
3.
2.2 Epidemiologi
Perdarahan uterus abnormal adalah salah satu alasan paling umum bagi
perempuan untuk mencari perawatan. Sekitar setengah dari wanita dengan
perdarahan uterus abnormal berada pada usia reproduksi. Hal ini adalah masalah
baik medis maupun sosial. Selain itu, perdarahan uterus abnormal adalah
penyebab anemia defisiensi besi paling umum di negara maju dan penyebab
paling umum bagi penyakit kronis di negara berkembang. Prevalensi perdarahan
uterus abnormal dalam kelompok usia reproduksi berkisar antara 9% sampai 30%.
Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi dan
pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi pertama. Tes laboratorium,
pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat juga diindikasikan.1,2
2.3 Etiopatogenesis
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO),
terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim PALM COEIN, yakni
polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy dan hiperplasia, coagulopathy,
ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik, dan not yet classified.1,2
Kelompok PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan
berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok COEIN
merupakan kelainan non strruktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut disusun berdasarkan
pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih faktor
penyebab PUA. 1,2
Klasifikasi PUA
(FIGO)
3
PALM
COEIN
A. Polip
E. Coagulopathy
B. Adenomiosis
F. Ovulatory dysfunction
C. Leiomioma
G. Endometrial
D. Malignancy and
hyperplasia
H. Iatrogenik
I. Not yet classified
Gejala nyeri tersebut diatas dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal.
Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalaman jaringan endometrium
pada hasil histopatologi. Adenomiosis dimasukkan ke dalam sistem klasifikasi
berdasarkan pemeriksaan MRI dan USG. Mengingat terbatasnya fasilitas MRI,
pemeriksaan USG cukup untuk mendiagnosis adenomiosis. Dimana hasil USG
menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada miometrium dan sebagian
berhubungan dengan adanya hipertrofi miometrium. Hasil histopatologi
menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma endometrium ektopik pada
jaringan miometrium. 2,3
c) Leiomioma (PUA-L)
Leiomioma adalah neoplasma jinak otot polos yang biasanya berasal dari
miometrium. Leiomioma sering disebut sebagai mioma uteri, dan karena
kandungan kolagennya yang menyebabkan konsistensinya menjadi fibrous,
leiomioma sering keliru disebut sebagai fibroid. Insiden di kalangan perempuan
umumnya antara 20 hingga 25 persen, tapi telah terbukti setinggi 70 sampai 80
persen dalam studi menggunakan histologis atau pemeriksaan sonografi. Selain
itu, insiden bervariasi tergantung pada usia dan ras.3
Secara kasar, leiomioma berbentuk bulat, putih seperti mutiara, berbatas tegas,
seperti karet. Uterus dengan leiomioma biasanya memiliki 6-7 tumor dengan
ukuran yang bervariasi. Leiomioma memiliki otonomi yang berbeda dari
miometrium di sekitarnya karena lapisan jaringan ikat luarnya tipis. Hal ini
memungkinkan leiomioma untuk dapat dengan mudah "dikupas" dari uterus
selama operasi. Secara histologis, leiomioma memiliki sel-sel otot polos
memanjang yang tersusun dalam bundel. Aktivitas mitosis jarang terjadi pada
leiomioma dan merupakan kunci perbedaan dengan leiomiosarkoma.3
Gejala yang ditimbulkan berupa perdarahan uterus abnormal, penekanan
terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan dinding abdomen. Mioma uteri
umumnya tidak memberikan gejala dan biasanya bukan penyebab tunggal PUA.
Pertimbangan dalam membuat sistem klasifikasi mioma uteri yakni hubungan
mioma uteri denga endometrium dan serosa lokasi, ukuran, serta jumlkah mioma
uteri. 2,3
Berikut adalah klasifikasi mioma uteri :
a. Primer : ada atau tidaknya satu atau lebih mioma uteri
b. Sekunder
SM Submukosum
O - Other
Intramural
Subserosum <50%
Lain-lain
2.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya kelainan uterus,
faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan berat badan yang
drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya.
Perlu
ditanyakan
waktu
mulai
2. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik. Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis
dan tidak berhubungan dengan kehamilan. Pemeriksaan IMT, tanda-tanda
hiperandrogen,
pembesaran
kelenjar
tiroid
atau
manifestsi
Etiologi Perdarahan
Perdarahan anovulatori
Obesitas
Hiperplasia endometrium
Kanker endometrium
Tanda dari Sindrom Ovarium Perdarahan anovulatori
Polisiklik :
Hiperplasia endometrium
Jerawat
Kanker endometrium
Hirsutisme
Obesitas
Akantosis nigrikans
Tanda-tanda hipotiroid :
Perdarahan anovulatori
Gondok
Peningkatan berat badan
Tanda-tanda hipertiroid:
Tidak terklasifikasi
Eksoftalmos
Penurunan berat badan
Memar, perdarahan gusi
Tanda-tanda hiperprolaktemia :
Koagulopati
Perdarahan anovulatori
Galaktorhea
Hemianopsia bilateral
Septum vagina longitudinal
Servisitis
Tanda-tanda kehamilan :
yang terperangkap
Endometritis
Aborsi
Kehamilan ektopik
Pelembutan isthmic
Massa ektoserviks
Kanker serviks
Kehamilan
Pembesaran uterus
Leiomioma
Adenomiosis
Hematometra
Kanker endometrium
Sarkoma uterus
Kehamilan ektopik
Massa adneksa
3. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan. Teliti untuk
kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau
keganasan.4
4. Penilaian ovulasi
Siklus haid yang berovulasi sekitar 22-35 hari. Jenis perdarahan PUA-O
bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea. Konfirmasi ovulasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase lutela mayda atau
USG transvaginal bila diperlukan.4
5. Penilaian endometrium
Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua
pasien PUA
Pengambilan sample endometrium hanya dilakukan pada :
Perempuan umur > 45 tahun
Terdapat faktor risiko genetik
USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium
kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik
nulipara
Perempuan
dengan
riwayat
keluarga
nonpolyposis
10
sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 4850 tahun.
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahna uterus
abnormal yang menetap (tidak respon terhadap pengobatan)
Beberapa teknik pengambilan sample endometrium seperti D & K dan
biopsi endometrium dapat dilakukan.4
6. Penilaian kavum uteri
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau
mioma uteri submukosum. USG transvaginal merupakan alat penapis yang
tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan awal PUA. Bila dicurigai
terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
untuk melakukan SIS atau histeroskopi. Keuntungan dalam penggunaan
histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.4
7. Penilaian miometrium
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau
adenomiosis. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvagina,
transrektal dan abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI. Pemeriksaan
adenomiosis menggunakan MRI lebih ungguk dibandingkan USG
transvaginal.4
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes -Human Chorionic Gonadotropin dan Hematologik
Keguguran, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat menyebabkan
perdarahan yang mengancam nyawa. Komplikasi dari kehamilan dapat
secara cepat dieksklusi dengan penentuan kadar subunit beta human
chorionic gonadotropin (-hCG) dari urin atau serum.4
Sebagai tambahan, pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal,
complete blood count dapat mengidentifikasi anemia dan derajat
kehilangan darah. Diperlukan juga skrining untuk gangguan koagulasi jika
sebab yang jelas tidak dapat ditemukan. Yang termasuk adalah complete
blood count dengan platelet count, partial thromboplastin time, dan
prothrombin time dan mungkin juga memeriksa tes spesial untuk penyakit
von Willebrand.4
b. Pemeriksaan Wet Prep dan Kultur Serviks
11
12
1. Ultrasound
Transvaginal sonografi memungkinkan evaluasi dari kelainan anatomi
uterus dan endometrium.Selain itu, patologi dari miometrium, serviks,
tuba, dan ovarium juga dapat dievaluasi. Modalitas investigasi ini dapat
membantu dalam diagnosis polip endometrium, adenomiosis, leiomioma,
anomali uterus, danpenebalan endometrium yang berhubungan dengan
hiperplasia dan keganasan.5
2. Saline Infusion Sonohysterography
Saline infusion sonohysterography menggunakan 5 sampai 15 mL larutan
saline yang dimasukkan ke dalam rongga rahim selama sonografi
transvaginal dan mengimprovisasi diagnosis patologi intrauterin. Terutama
dalam kasus polip dan fibroid uterus, SIS memungkinkan pemeriksa
untukmembedakan lokasi dan hubungannya dengan kavitas uterus.SIS
juga dapat menurunkan kebutuhanMRI dalam diagnosis dan manajemen
dari anomali uterus.5
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
13
suasana praktek swasta dengan atau tanpa anestesi ringan atau di ruang
operasi dengan anestesi regional atau umum. Risiko dari histeroskopi
termasuk perforasi rahim, infeksi, luka serviks, dan kelebihan cairan.5
5. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium biasanya dapat dilakukan dengan mudah pada wanita
premenopause dengan persalinan pervaginam sebelumnya. Biopsi lebih
sulit dilakukan pada wanita dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya,
wanita yang nulipara, atau yang telah memiliki operasi serviks
sebelumnya. Biopsi endometrium dapat mendeteksi lebih dari 90% dari
kanker.
Patologi
dari
endometrium
dapat
mendiagnosa
14
kanker
keganasan
dan
patologi
panggul
yang
signifikan
telah
15
Hormonal
Antifibrinolitik
Kontrasepsi hormonal kombinasi
Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Progestin oral
Depot-medroxyprogesterone acetate
Danazol
GnRH-agonist
2. Penatalaksanaan Bedah
Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal
membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasari serta
faktor pasien.5
Indikasi pembedahan pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal
adalah: 5
a.
b.
c.
d.
e.
16
c. Ablasi endometrium
d. Miomektomi
e. Histerektomi
3.
ketiga
untuk
mioma
uteri
submukosum
derajat
(Rekomendasi C).
4. Bila terdapat mioma uteri intra mural atau subserosum dapat dilakukan
penanganan sesuai PUA-E / O) (Rekomendasi C). Pembedahan
dilakukan bila respon pengobatan tidak cocok;
5. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan pengobatan
untuk mengurangi perdarahan dan memperbaiki anemia (Rekomendasi
B).
17
3.1 IDENTITAS
Nama
: NKR
No CM
: 536818
Umur
: 44 tahun
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMP
18
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
MRS
: 13 Agustus 2015
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar darah pervaginam
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IRD Kebidanan (13 Agustus 2015) rujukan dari Sp.OG dengan
keluhan keluar darah pervaginam sejak 2 hari yang lalu. Darah keluar dalam
jumlah banyak dan terdapat gumpalan, pasien mengganti pembalut sekitar 5-8
kali. Pasien mengeluh nyeri perut yang menyerupai menstruasi. Makan dan
minum normal, BAK dan BAB normal. Keluhan lain tidak ada.
Pada pemeriksaan tanggal 20 Agustus 2015, pasien mengatakan pendarahan
sedikit berupa gumpalan darah, mengganti pembalut 1 kali, Makan dan minum
normal, pusing (-), mobilisasi (+). Keluhan lain tidak ada.
Riwayat Obstetri dan Ginekologi
HPHT
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 30 hari teratur
Lamanya haid
: 7 hari
19
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status General
Mata
Thorax :
Cor
20
Status Ginekologi
Abdomen
Vagina
12.5 x 103/uL
RBC
4.63 x 106/uL
HGB
11.1 g/dL
PLT
207 103/uL
HCT
26,6 %
315
CT
830
13,3 x 103/uL
RBC
3.63 x 106/uL
HGB
8,4 g/dL
PLT
207 103/uL
HCT
26,6 %
12,5 x 103/uL
RBC
4.63 x 106/uL
HGB
11,1 g/dL
PLT
192 103/uL
21
HCT
34,6 %
11,6 x 103/uL
RBC
3.92 x 106/uL
HGB
10,1 g/dL
PLT
195 103/uL
HCT
29,8 %
3.5 DIAGNOSIS
AUB-L dd M
3.6. PERENCANAAN
Rencana diagnostic
Rencana Terapi
-
IVFD RL 25 tpm
Paracetamol 3x500 mg PO
Ranitidine 2x150 mg PO
Rencana monitoring
-
Rencana edukasi
KIE keluarga tentang rencana perawatan, tindakan, resiko, komplikasi dan
prognosis.
3.7. RESUME
Pasien 44 tahun, P2002, datang dengan keluhan keluar darah pervaginam sejak 2
hari yang lalu. Darah keluar dalam jumlah banyak dan terdapat gumpalan, pasien
mengganti pembalut sekitar 8 kali. Nyeri perut menyerupai menstruasi. Makan
dan minum normal, BAK dan BAB normal. Tidak ada penurunan berat badan.
22
keluar darah pervaginam sejak 2 hari yang lalu. Darah keluar dalam jumlah
banyak dan terdapat gumpalan, pasien mengganti pembalut sekitar 8 kali. Nyeri
perut menyerupai menstruasi. Makan dan minum normal, BAK dan BAB normal.
Tidak ada penurunan berat badan.
O
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
23
Vagina
: AUB L dd M
Perbaiki KU
Vit. C 2x100 mg iv
: Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
24
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
Vagina
: AUB L dd M
Perbaiki KU
Vit. C 2x100 mg iv
: Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
St Present :
Keadaan umum
: Baik
25
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
Vagina
: AUB L dd M
Perbaiki KU
Vit. C 2x100 mg iv
26
Pukul 05.30
S
: Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
(-), pusing (-), mual dan muntah (-), perut terasa penuh
O
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
Vagina
: AUB L dd M
Perbaiki KU
27
Vit. C 2x100 mg iv
: Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
(+), pusing (-), mual dan muntah (-), perut terasa penuh
O
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
Vagina
: AUB L dd M
Pdx : Tx :
28
Perbaiki KU
Vit. C 2x100 mg iv
St Present :
GCS
: E4V4M5
Kesadaran
: Somnolen
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
29
Vagina
A
: AUB L dd M
Observasi kejang dan penurunan kesadaran
Resusitasi :
Airway lapang
Breathing Spontan O2 4L/m
Circulation tensi 130/90, Nadi 88
Disability - Defisit neurologis (-)
Konsultasi ke TS Neurologi
: Pasien kemarin sempat kejang. Lemas (-), makan dan minum baik, BAK
dan BAB normal, mobilisasi (-), pusing (-), muntah (+) 1 kali kemarin setelah
kejang. Pendarahan (+) sedikit, kemarin sempat keluar gumpalan darah
O
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
30
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
Vagina
: AUB L dd M
Pdx : Tx :
Paracetamol 3x500 mg PO
Ranitidine 2x150 mg PO
: Lemas (-), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, pusing (-),
muntah (+) 1 kali kemarin setelah kejang. Pendarahan (+) lebih banyak keluar
pagi ini.
O
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
31
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
setinggu pusat
Vagina
: AUB L dd M
Pdx : Tx :
IVFD RL 25 tpm
Paracetamol 3x500 mg PO
Ranitidine 2x150 mg PO
mengganti pembalut 1 kali, Pusing (-), Mobilisasi (+). Keluhan lain tidak ada.
32
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
setinggi pusat
Vagina
: AUB L dd M
Pdx : Tx :
IVFD RL 25 tpm
Paracetamol 3x500 mg PO
Ranitidine 2x150 mg PO
33
21 Agustus 2015
Pukul 05.30
S
: Lemas (-), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, pusing (+),
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
setinggu pusat
Vagina
: AUB L dd M
Pdx : Tx :
IVFD RL 25 tpm
Paracetamol 3x500 mg PO
34
Ranitidine 2x150 mg PO
: Sakit kepala sebelah kanan, keluar darah saat pasien kencing dan
dikatakan lumayan banyak. BAB (+) normal. Pasien puasa sejak pukul 00.00
O
St Present :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
: AUB L dd M
Pdx : -
35
Status Generale :
Mata
Thorax
:
Cor
: hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen
Vagina
Pdx : PA
Tx :
Cefazolin 2x1 gr iv
36
Bila hb < 10 g/dl transfuse PRC hingga HB > 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
DL 1 x 24jam
37
38
4.1 Diagnosis
Pada kasus ini, pasien bernama NKR, berumur 44 tahun, beralamat di Banjar
Blahpane Kelod Gianyar. Pasien datang tanggal 13 Agustus 2015 karena
pendarahan pervaginam. Riwayat haid terahkir satu tahun yang lalu. Dari hasil
anamnesis juga diketahui riwayat menstruasi pasien, dimana pasien menarche
pada usia 13 tahun dengan siklus yang teratur dan lama haid 7 hari. Riwayat
perkawinan 1 kali selama 22 tahun, dengan riwayat persalinan sebanyak 2 kali,
dimana semua anak pasien hidup.
Pasien saat ini didiagnosa dengan perdarahan uterus abnormal karena dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda serta gejala yang
sesuai dengan perdarahan uterus abnormal. Perdarahan uterus abnormal adalah
diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai
evaluasi pertama. Tes laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat
digunakan sebagai penunjang selanjutnya.
Dari hasil anamnesis diketahui keluhan utama pasien saat datang yakni
pendarahan pervaginam dalam jumlah banyak yang merupakan salah alasan
pasien datang dengan perdarahan uterus abnormal. Riwayat menstruasi pasien
sebelumnya adalah teratur dan perdarahannya normal, tidak ada riwayat
penggunaan obat antikoagulan atau hormonal, saat menggunakan KB IUD dahulu
pasien tidak ada keluhan pendarahan. Pasien juga mengatakan bahwa 8 tahun lalu
dikatakan menderita tumor kandungan. Berdasarkan hasil anamnesa tersebut,
klasifikasi COIEN sementara dapat dieksklusi.
Kemudian dari pemeriksaan fisik pada palpasi abdomen didapat massa
setinggi pusat, tidak terdapat nyeri tekan maupun asites. Adanya kecurigaan massa
pada abdomen mengarahkan diagnosis ke klasifkasi PALM, dengan adenomyosis
dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat keluhan pasien dengan nyeri
abdomen. Pemeriksaan dilanjutkan dengan USG. Dari hasil pemeriksaan USG di
dapatkan gambaran massa hypoechoic, di dalam uterus, batas tegas, ukuran 8.1 x
7.1 x 12.2, massa adnexa (-), cairan bebas (-). Sehingga sementara ditegakan
39
BAB V
40
SIMPULAN
Telah dilaporkan suatu kasus dengan perdarahan uterus abnormal pada wanita
umur 44 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi
dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi pertama. Tes laboratorium,
pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat digunakan sebagai penunjang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
41
1. Munro, M.G., Critchley, H.O., Fraser, I.S. The FIGO system for nomenclature
and classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive
years: who needs them. American Journal of Obstetric and Gynecology. 2012;
p:259-65.
2. Cavazos, A.G., Mola, J.R. Abnormal Uterine Bleeding: New Definitions and
Contemporary Terminology. The Female Patient. 2012; 37:27-36.
3. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Pelvic Mass. In: Wiliams
Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2012; p:246-74
4. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Abnormal Uterine
Bleeding. In: Wiliams Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New
York. 2012; p:219-40
5. Rowe, T., Senikas, V. Abnormal Uterine Bleeding in Pre-Menopausal Women.
Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2013; 35(5):1-28
6. Anonim. Committee Opinion: Management of Acute Abnormal Uterine
Bleeding in Nonpregnat Reproductive-Aged Women. The American College
of Obstetricians and Gynecologists. 2013; 557:1-6
7. Baziad, A., Hestiantoro, A., Wiweko, B. Panduan Tata Laksana Perdarahan
Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas
Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2011; 3-19
42