Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
Ny. S
Usia
55 tahun
Agama
Islam
Suku
Jawa
Pendidikan
SD
Pekerjaan
IRT
Alama t
Tenggarong
II.ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Keluhan Utama : SESAK
Riwayat Penyakit Sekarang :
Masuk Rumah Sakit pada 12 Juni 2015 lewat Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSU A.M Parikesit Tenggarong.
Sesak dari tadi pagi, pusing yang sangat dan tidak berkurang dari pagi sebelum
MRS. Keluhan lain nyeri ulu hati dan terasa mual dari semalam sebelum keesokkan
hari MRS. Pasien tidak merasakan adanya nyeri dada, sesak nafas, berdebar-debar,
keringat dingin, ataupun muntah. BAB cair (-), makan/minum normal
: Tampak sesak
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda Vital
: TD : 180/100 N : 103 R : 28 T : -
Abdomen :
I : perut datar, kembung (+), massa (-)
P : nyeri tekan (-), massa (-), vesika urinaria teraba, ginjal tidak teraba, hepar
dan lien tidak teraba
P : timpani, nyeri ketuk (-)
A : bising usus (+) normal
Urogenital : Ekstremitas :
Superior dan inferior: edema (-), refleks patologis (-), refleks fisiologis (+),
Motorik normal, sensorik normal.
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 12 Juni 2015:
Darah Rutin:
Hb
: 12,9 gr%
Lek
: 5500/mm3
Ht
: 38 %
Trombosist : 284.000/mm3
W. perdarahan : Kimia Darah : Urea
EKG : LVH
Creatinin
: 0,80 mg/dl
GDS
: 189
Na
: 139
: 3,7
Cl-
: 103
V. RESUME
Penderita wanita, umur 55 tahun, datang dengan keluhan
sesak.. Pada anamnesa lebih lanjut didapatkan tanda-tanda
dispepsi, hipertensi kronik, pada pemeriksaan fisik ditemukan
nyeri epigastik serta pada pemeriksaan penunjan ditemukan tanda
kardiomegali (pembesaran jantung).
VI.
DIAGNOSA
Hypertensive Heart Disease (HHD)
Syndrom Dispepsi
VII.TINDAKAN
Advise dr. Sp.PD
- Pasang infus IVFD RL 10 tpm
- Inj. Furosemid 1x1 amp
- Inj. Ranitidin/12jam
- Inj. Ondan/8jam
- Sucralfat syr 3xCII
- Amlodipin 2x5mg
- Inj. Ceftriaxone 3x1 amp iv (skintest)
- Observasi ruangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 510% sedangkan tercatat pada tahun 1 978 proporsi penyakit jantung hipertensi
sekitar 14,3% dan meningkat menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai
penyebab penyakit jantung di Indonesia.
Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut
sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau Idiopatik). Hanya sebagian
kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder).
Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat
tergantung di mana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien
hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%.
Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu
gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi
sering meninggal dini karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai
penyakit jantung hipertensi). Juga dapat menyebabkan strok, gagal ginjal, atau
gangguan retina mata.
II.
III.
IV.
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan fisis dimulai dengan menilai keadan umum:
memperhatikan keadaan khusus seperti: Cushing, feokromasitoma,
perkembangan tidak proporsionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering
ditemukan pada pada koarktasio aorta. Pengukuran tekanan darah di tangan kiri
dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klasifikasi KeithWagener-Barker sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan
auskultasi arterikarotis untuk menilai stenosis atau oklusi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium awal meliputi:
pemeriksaan:
TSH
Leukosit darah
Trigliserida, HDL dan kolesterol LDL
Kalsium dan fosfor
Foto toraks
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat kerana
hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apekss jantung
membesar ke kiri dan bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai
VI.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC
VII 2003, ESHiESC 2003). Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat
bermanfaat.
Pasien hipertensi pasca infarkjantung sangat mendapat manfaat pengobatan
dengan penyekat beta , penghambat ACE atau antialdosteron. Pasien hipertensi
dengan risiko PJK yang tinggi mendapat manfaat dengan pengobatan diuretik,
penyekat beta dan penghambat kalsium.
Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat
tinggi dengan pengobatan diuretik,penghambat, ACE/ARB, penyekat beta dan
antagonis aldosteron.
Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip
pengobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretik,
penghambat ACE/ARB, penghambat beta, dan penghambat aldosteron.
DAFTAR PUSTAKA