DEFINISI RP3KP
2.1.1.Prinsip RP3KP
a. Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen
dari sistem perencanaan pembangunan daerah dan rencana tata ruang
wilayah.
b. Mengintegrasikan
kegiatan
antara
pemerintah
dengan pemerintah
kebijakan
pembangunan
perumahan
dan kawasan
2- 1
Keterpaduan
antara
perumahan
dan
pemenuhan
kebutuhan
rumah
merupakan
singkatan
dari
Rencana
Pembangunan
dan
rencana,
pengembangan,
pengelolaan
dan
pelestarian
skenario
penyelenggaraan
pengelolaan
bidang
perumahan
dan
kawasan permukiman yang terkoordinasi dan terpadu secara lintas sektoral dan
lintas wilayah administrasi.
Dengan dasar tersebut, RP3KP akan mempunyai peran dan kedudukan
yang penting dalam kerangka pembangunan daerah maupun dalam kerangka
pembentukan sistem permukiman nasional.
2.1.4.Kedalaman RP3KP Kabupaten Kota
Berbeda dengan tingkatan propinsi, yang RP3KP-nya hanya memuat
arahan, rambu dan program pelaksanaan yang terbatas, RP3KP kabupaten/kota,
format dan kedalamnya jauh lebih rinci, diatur sebagai berikut :
2- 2
target
dan
sasaran
pembangunan
perumahan
dan
lokasi
secara
lebih
spesifik
(kecamatan,
desa/kelurahan,
kawasan
perumahan
dan
permukiman
yang
akan
dan
permukiman
setempat,
minimal
memuat
rencana
permukiman
yang
layak,
tertib
dan
terjangkau
di
daerah
perkotaan/perdesaan.
b. Berlokasi pada kota kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal
(PKL) , atau
c. Pada kantung-kantung kegiatan fungsional (kawasan industri, kawasan
perdagangan dll).
4. Dalam hal dikembangkan pada kota kota yang berfungsi sebagai PKL
(Pusat
Kegiatan
Lokal),
pengembangan
kawasan
perumahan
dan
2- 3
kemungkinannya
serta
saran
dan
pendapat
forum
pembangunan
perkotaan/kabupaten,
5. Mengakomodasikan juga informasi ten tang pembangunan perumahan
dan permukiman berskala besar yang dilaksanakan oleh masyarakat,
koperasi atau oleh badan usaha milik swasta. Untuk itu sebaiknya
dipersyaratkan untuk memiliki rencana tapak (site plan) sebagai alat
pengawasan dan penertiban perijinan dan pelaksanaan pembangunan
fisiknya.
6. Mengatur alokasi dana, program dan kegiatan yang didanai dari sumber
sumber
lokal
(kabupaten
atau
kota)
dan
atau
yang
disalurkan
dan
permukiman.
Dalam
pengaturan
ini
Pemerintah
daerah
memperoleh
gambaran
prospek
perkembangan
permukiman di wilayahnya
Stakeholder
daerah
dapat
mengantisipasi
berbagai
kemungkinan
upaya
penangan
dan
antisipasi
terhadap
permasalahan
perencanaan
pelaksanaan SPM
2- 4
b. Perwujudan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Kota
untuk
peruntukan
pelayanan regional.
c. Pengembangan wilayah kota.
d. Pengawasan dan pengendalian terselenggaranya keterpaduan program
antar sektor dan antar
2- 5
1.
Jabaran
kebijaksanaan
pembangunan
perumahan
dan
3.
4.
5.
kecamatan,
atau
kelurahan/desa,
sangat
disarankan
untuk
7.
Mekanisme
keterpaduan
pelaksanaan
di
setiap
tingkatan
wilayah.
8.
yang
dimiliki,
semakin
intensif
pertemuan
koordinasi
dan
10.
Mekanisme
pemantauan,
pengawasan
dan
pengendalian
2- 6
12.
13.
14.
dan
pengembangan
Provinsi,
kabupaten.
RP4D
(RP3KP)
kepariwisataan
dan
lainlain,
peruntukan
penyusunannya
2.
3.
dan
permukiman
yang
mampu
memberikan
akses
dan
kebutuhan
mereka
akan
rumah
layak
dalam
lingkungan
2- 7
1.
2.
Wahana
informasi
yang
membuat
arahan
dan
rambu-rambu
suatu
tingkatan
wilayah
dan
kurun
waktu
tertentu
(Provinsi,
pengembangan
kawasan
perumahan
dan
permukiman
kota.
Dalam
penataan
kawasan
permukiman
tersebut,
perlu
2- 8
yang
harus
dapat
mengakomodasikan
berbagai
hal
dan
Alat
pengawasan
dan
pengendalian
terselenggaranya
keterpaduan
program antar sektor dan antar lokasi perumahan dan permukiman terhadap
kawasan fungsional lainnya.
2.2.2.Kelembagaan Penyusunan RP4D (RP3KP)
1.
2.
kepentingan
pengguna
dan
seluruh
pemanfaat)
pihak
dengan
terkait
(pelaku,
mendengar
dan
Teknis
selanjutnya
dibentuk
untuk
diserahi
tugas
sehari-hari
2- 9
Untuk kepentingan operasional, perlu dibentuk dan ditugasi suatu Tim Teknis
dalam forum termaksud, yang anggotanya terdiri dari wakil wakil sektor
terkait, kelompok masyarakat, Badan Usaha Swasta dibidang perumahan dan
permukiman serta Lembaga lain yang dianggap perlu. Tim Teknis ini diangkat
dan dikukuhkan dengan SK Bupati/Walikota. Secara hierarkis Tim Teknis
bertanggung jawab kepada :
1. Bupati/Walikota, untuk masalah administrasi dan pertanggung jawaban
kegiatan penyusunan RP4D secara keseluruhan.
2. Dinas Perumahan atau instansi teknis yang disertai tugas untuk
mengkoordinasikan
penyusunan
RP4D
(RP3KP)
untuk
masalah
subtansi/muatan.
2.2.3.Pentahapan Penyusunan RP4D (RP3KP)
Ada beberapa kelompok yang terlibat dalam penyusunan RP4D (RP3KP)
yang perlu diatur mekanisme kegiatannya, yaitu :
1. Kelompok Pengarah, yang terdiri dari para pengambil keputusan dan
penentu kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman.
2. Kelompok Pelaksana atau Penyusun, yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya penyusunan RP4D (RP3KP).
3. Kelompok Masyarakat, termasuk didalamnya Badan Usaha Swasta dan
Koperasi
yang
permukiman,
bergerak
yang
dibidang
perlu
pembangunan
diakomodasikan
perumahan
kepentingannya
&
dan
Kerja
Terkait
Lain,
yang
kegiatan
dan
kepentingannya
2 - 10
perumahan
dan
permukiman
daerah,
mekanisme
konsepsi
pengembangan
kawasan
perumahan
dan
sosialisasi
secara
akademis.
berkala
Pembahasan
sesuai
kemajuan
substansial
penyusunan
dilakukan
bersama
2 - 11
draft
final,
RP4D
(RP3KP)
dianggap
telah
mendapatkan
terlalu
banyak
permasalahan
dibidang
perumahan
dan
draft
final,
RP4D
(RP3KP)
dianggap
telah
mendapatkan
2 - 12
terutama
bagi
kelompok
masyarakat
yang
akan
berbagai
peraturan
antara
yang
bersifat antisipasi
dan
2 - 13
Besaran biaya yang perlu dibayar untuk setiap perijinan dan jangka
waktu penyelesaiannya.
dan
cepat
pelayanannya,
yang
dapat
dijangkau
oleh
target
pembangunan,
review
tahunan
dalam
rangka
2 - 14
2.3.
PENGERTIAN
ISTILAH
DALAM
PERUMAHAN
DAN
PERMUKIMAN
Terdapat beberapa pengertian penting yang berkaitan dengan Perencanaan
Pembangunan Perumahan dan Permukiman ini, seperti disebutkan dalam
Undang-undang
No.
Tahun
2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
lingkungan
permukiman
dapat
berfungsi
sebagaimana
mestinya;
6. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya;
7. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan;
8. Kawasan Permukiman adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman;
9. Permukiman kumuh adalah permukiman tidak layak huni atau dapat
membahayakan
kehidupan
penghuni,
karena
keadaan
keamanan
dan
bangunan
yang
sangat
rendah
serta
prasara
dan
sarana
2 - 15
10.Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar
yang
terbagi
dalam
satu
lingkungan
siap
bangun
atau
lebih
yang
persyaratan
pembakuan
pelayanan
prasarana
dan
sarana
lingkungan.
11.Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan
bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan da
dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan
persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang.
12.Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri (Lisiba BS), adalah Lisiba
yang bukan merupakan bagian dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan
perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh kawasan dengan
fungsi-fungsi lain.
13.Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan
sesuai dengan pesyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan
pemilikan tanah dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian untuk membangun bangunan.
14.Penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman adalah setiap
kegiatan
tanah
permukiman
adalah
upaya
penataan
kembali
yang
dikelola
secara
benar
terus
menerus,
memperhatikan
sumberdaya alam yang ada, memperhatikan pola tata air dan usaha
2 - 16
Layak
Berkembang
lingkungan
yang
yang
berkaitan
mendukung
dengan
terjadinya
terpenuhinya
peningkatan
kondisi
kesejahteraan
Pemakai lahan tidur adalah tenaga kerja yang terkena PHK, penganggur
atau setengah penganggur yang berdomisili satu kecamatan atau pada
kecamatan yang berbatasan dengan lokasi lahan tidur.
18.Kelompok
Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah
adalah
kelompok
2 - 17
Menghubungkan
antar
kawasan
permukiman
atau
antara
kawasan
20.Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya; ruang
yang merupakan satu kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional
serta mempunyai ciri tertentu, mencakup:
-
perkotaan,
pemusatan
dan
distribusi
sebagai tempat
pelayanan
jasa
permukiman,
didominasi
tempat
hunian,
dilengkapi
dengan prasarana dan sarana, daerah dan tempat kerja yang memberikan
layanan
dan
kesempatan
kerja
yang
mendukung
penghidupan,
Pembangunan
dan
Pengembangan
Perumahan
dan
2 - 18
pembangunan
perumahan
dan
permukiman
dalam
Cerminan
dari
kumpulan
aspirasi/
tuntutan
masyarakat
terhadap
2.4.
masalah perumahan permukiman (yang beragam) antara lain dapat dilihat pada
penjelasan berikut ini:
1.
dengan
upaya
menangani
masalah
permukiman
kumuh.
2 - 19
kembali
unsur
kota
secara
kualitatif
namun
secara
lingkungan
permukimannya,
bila
diperlukan
dapat
tetapi
dengan
tetap
memperhatikan
manfaat
2 - 20
dan
2.
atau
kelompok
masyarakat
maupun
dalam
rangka
pengembang
baik
swasta
maupun
milik
negara
melakukan
rumah
susun
tersebut
merupakan
bagian
dari
usaha
yang
tinggalnya
tidak
menatap/sementara
karena
2 - 21
pembangunannya
dilakukan
oleh
BUMN
(Perumnas)
sebagai
menetapkan
lokasi,
melakukan
perencanaan
dan
penetapan
lokasi,
berpartisipasi
melalui
konsolidasi
lahan,
Relokasi (Resettlement)
Relokasi atau Resettlement merupakan proses pemindahan penduduk dari
lokasi permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukannya ke lokasi baru
yang disiapkan sesuai dengan rencana pembangunan kota. Ada dua alternatif
pemberian kompensasi (ganti rugi) dalam proses relokasi ini, yaitu:
a. Pemberian kompensasi atas tanah dan/atau bangunan serta fasilitas
lainnya berupa uang tunai senilai dengan nilai jual tanah dan/atau
bangunan serta fasilitas lainnya yang dilepaskan.
b. Pemberian kompensasi atas tanah dan/atau bangunan serta fasilitas
lainnya berupa hal yang sama dengan yang dilepaskan pada lokasi baru
yang telah ditetapkan dan disepakati.
2 - 22
kesepakatan
harga
yang
layak
dengan
berpedoman
pada
diskusi
ini
dilaksanakan
mulai
dari
perencanaan
hingga
dan
pembinaan
kepada
warga
agar
dapat
segera
dampak
negatif,
karena
mengubah
tatanan
kehidupan
penanganan
permukiman
kumuh
selanjutnya
dengan
model
untuk
kepentingan
pembangunan
serta
peningkatan
kualitas
2 - 23
Prinsip dasar konsolidasi lahan adalah kerjasama yang erat antara pemilik
lahan, pemerintah dan pihak ketiga dalam proses pelaksanaannya. Prinsip
dasar tersebut diantaranya adalah:
a. Kegiatan konsolidasi lahan dibiayai oelh pemilik lahan sendiri;
b. Hak atas tanah sebelum dan sesudah konsolidasi lahan tidak berubah;
c. Melibatkan peran serta secara aktif para pemilik lahan;
d. Tanah yang dikembalikan kepada pemilik lahan mempunyai nilai lebih
tinggi daripada sebelum konsolidasi lahan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya adalah tanah
yang digunakan diutamakan tanah hak milik, yang lokasinya berada di daerah
transisi dan pinggiran kota dengan kepadatan bangunan masih jarang atau
relatif belum terbangun, areanya cukup luas, sedangkan untuk pusat kota
dilaksanakan pada daerah permukiman dengan kepadatan tinggi dan area
yang cukup luas, serat berada diatas tanah hak milik.
Manfaat yang didapat atas pelaksanaan konsolidasi lahan adalah sebagai
berikut:
a. Tersedianya lahan untuk sarana dan prasarana umum tanpa adanya ganti
rugi.
b. Tertatanya lingkungan secara baik sesuai dengan rencana tata ruang,
sehingga
terdapat
jaminan
kepastian
penggunaan
lahan
(Badan
2 - 24
lahan
terarah
ini,
merupakan
alternatif
penanganan
kebutuhan
perluasan
daerah
permukiman
atau
kegiatan
dimaksud
dengan
kriteria
lokasi
adalah
kriteria
umum
yang
yang
tidak
produktif
layak
dikembangkan
menjadi
kawasan
itu,
berbagai
standart
teknis
pembangunan
perumahan
dan
permukiman yang ada tetap dapat dijadikan acuan dan pegangan sepanjang
tidak bertentangan dengan visi, misi, dan kebijakan nasional. Secara umum,
terdapat dua kriteria yang perlu dijadikan pegangan dalam menetapkan suatu
kawasan
agar
dapat
dikembangkan
menjadi
kawasan
perumahan
dan
kawasan
perumahan
dan
permukiman.
1. Kriteria Umum
Hal
yang
prinsip
dalam
penetapan
suatu
2 - 25
d. Tidak
mengganggu
keseimbangan
dan
fungsi
ekologis
dan
upaya
2. Kriteria Khusus
Kriteria khusus ini merupakan penjabaran lanjut dari kriteria umum, yang
dapat dikaitkan dengan pengembangan melalui program dan kegiatan khusus,
antara lain:
A. Kawasan Permukiman Baru
Pembangunan
kawasan
permukiman
baru
diartikan
sebagai
kawasan
permukiman yang dibangun pada lahan yang disiapkan secara khusus untuk itu.
Pengembangannya mensyaratkan antara lain:
1. Tidak berada pada lokasi yang rawan bencana rutin maupun dapat diprediksi
terjadi (longsor, banjir, genangan menetap atau rawan kerusuhan sosial).
2. Mempunyai sumber air baku yang memadai (kualitas dan kuantitas) atau
terhubungkan dengan layanan jaringan air bersih, pematusan dan sanitasi
berskala kota.
2 - 26
b.
b.
c.
Upaya menggulirkan kegiatan berkehidupan dan penghidupan pada desadesa terisolasi, kawasan permukiman perbatasan atau desa potensial
yang belum tergarap.
Permukiman,
lokasi
yang
sesuai
untuk
pengembangan
dan
2 - 27
5. Mempunyai kondisi yang bebas dari banjir dan memiliki kemiringan tanah 015%, sehingga dapat dibuat sistem saluran pembuangan air hujan dan fungsi
jalan setempat yang baik serta memiliki daya dukung yang cukup untuk
memungkinkan dibangun perumahan.
6. Menjamin adanya kepastian hukum atas status penguasaan tanah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Untuk
memperoleh
lokasi
yang
sesuai
sebagai
kawasan
perumahan
memerlukan seleksi dan analisis terhadap kondisi fisik kawasan (Chiara &
Koppelman, 1989).
Sedangkan menurut Bourne (1982) dalam penentuan lokasi perumahan yang
diinginkan penghuni berkaitan dengan kemampuan ekonomi, keuntungan lokasi
dan kualitas lingkungan fisik.
1. Kemampuan biaya, dapat dilihat dari pengeluaran yang diperuntukkan bagi
penyediaan tempat tinggal.
2. Keuntungan lokasi, dilihat dari faktor aksesibilitas dan jarak dari pusat kota.
Aksesibilitas terutama faktor angkutan umum menyebabkan pergerakan
penduduk lebih mudah. Bagi golongan berpendapatan rendah maka faktor
kedekatan jarak dengan pusat kota menjadi preferensi utama, sedangkan bagi
golongan masyarakat menengah ke atas jarak kedekatan lokasi tidak menjadi
permasalahan.
3. Kualitas lingkungan, setiap hunian dalam suatu perumahan merupakan
tempat kita melepaskan diri dari luar, dari tekanan dan ketegangan dan dari
kegiatan rutin. Oleh karena itu diperlukan suatu hunian yang nyaman dan
damai sebagai elemen pendukung terhadap konsep ini. Dari pengertian ini
diturunkan faktor ketersediaan sarana prasarana dan bebas banjir.
Menurut Chapin dalam perencanaan guna lahan kawasan perumahan, pada
prinsipnya lokasi pembangunan perumahan memiliki beberapa kriteria, antara
lain:
1. Kawasan perumahan harus didukung dengan kelengkapan sarana prasarana,
utilitas, dan fasilitas umum bagi penghuni.
2. Kawasan permukiman dan perumahan harus dialokasikan sehingga memiliki
kemudahan pencapaian ke pusat-pusat kegiatan.
2 - 28
sehingga
dapat
mencegah
timbulnya
pergerakan
yang
2 - 29
Dalam hal ini lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang memiliki pelayanan
yang baik dalam hal sarana dan prasarana dan lain-lain.
Menurut Hidayat dalam Supriyanto (2002), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan perumahan oleh konsumen, yaitu:
1. Kelompok faktor kenyamanan, terdiri atas tersedianya air bersih yang
mencukupi, udara yang sejuk segar bebas dari pencemaran, ada jaminan
keamanan, bebas banjir, jauh dari sumber bencana alam.
2. Kelompok faktor internal, terdiri dari; harga rumah yang murah, luas lahan,
lebar jalan, kualitas bangunan.
3. Kelompok faktor tujuan terdiri dari menikmati rumah, untuk spekulasi, untuk
investasi.
4. Kelompok faktor sosialisasi terdiri dari penghargaan sesama penghuni, untuk
kebanggaan/prestise, dekat dengan/ada teman sejawat.
5. Kelompok
faktor
fasilitas,
terdiri
dari
ada
gedung
pertemuan,
dekat
2 - 30
mendapatkan
sumber
air
bersih,
listrik,
pembuangan
air
penjualannya
karena
lokasi
disukai
calon
pembeli
dan
menguntungkan pengembang
Dari kriteria di atas dapat disederhanakan menjadi 3 faktor berikut ini:
1. Kemampuan fisik lahan, meliputi kemiringan, erosi, keefektifan tanah dan
ada tidaknya genangan.
2. Penggunaan lahan yang ada, meliputi ketersediaan lahan, fungsi lahan
eksisting dan harga lahan.
2 - 31
adalah
keterpaduan
antara
tatanan
kegiatan
alam
yang
2 - 32
Susunan dan rancangan kawasan relokasi harus sesuai dengan spesifikasi dan
kebiasaan
budaya.
Mengidentifikasi
lokasi
sekarang
terhadap
berbagai
yang
ada
supaya
dapat
menaksir
kebutuhan
di
kawasan
2 - 33
daerah
berbeda,
tetapi
secara
umum dapat
lereng
datar
adalah
sangat
cocok
bagi
pembangunan
Kemiringan lereng pada klasifikasi curam dan sangat curam (25-45 %, >
45 %).
Kawasan ini tidak sesuai dijadikan kawasan perumahan.
3. Jenis Tanah
Pengertian tanah secara umum adalah lapisan dari muka/kulit bumi sampai
ke bawah dengan batas aktivitas biologis, yaitu kedalaman di mana masih
dapat dicapai oleh kegiatan organisme. Tanah sebagai salah satu faktor
penting di alam memiliki jenis yang berbeda-beda antara satu daerah
dengan daerah yang lainnya. Perbedaan jenis tanah ini dipengaruhi oleh
2 - 34
2.6.1.Definisi Kelembagaan
Terdapat berbagai definisi mengenai kelembagaan dengan penekanan
pokok yang berbeda-beda pada masing-masing definisisi. Adapun beberapa
definisi kelembagaan tersebut antara lain :
-
administrasi.
pelaksanaan
Administrasi
didefinisikan
kepurusan-keputusan
yang
sebagai
telah
keseluruhan
diambil,
dan
diselenggarakan oleh dua atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (Siagan dalam Purwoko, 2007).
2 - 35
Pengertian kelembagaan yang bertitik tolak pada pemahaman tentang prinsipprinsip organisasi dan penerapannya.
Organisasi didefinisikan sebagai setiap bentuk persekutuan anatara dua orang
atau lebih yang bekerja sama untuk pencapaaian tujuan bersama dan terikat
sccara formal yang tercermin pada hubungan sekelompok orang yang disebut
pimpinan dan sekelompok orang yang disebut bawahan (Siagan. 2005),
Sedangkan Supardi dan Syaiful Anwar (2004) menambahkan bahwa organisasi
adalah frame-work dari setiap bentuk kerja sama manusia untuk mencapai
tujuan bersama, dengan fungsi organisasi dipandang sebagai suatu wadah
kegiatan manajemen yang dijalankan, sebagai suatu proses interaksi antar
anggota organisasi, dan suatu sistem yang terdiri dari sislem sosial, sistem
fungsional dan sistem komunikasi (Supardi dan Syaiful Anwar, 2004).
kelembagaan merupakan
suatu
proses
dalam
interaksi
masyarakat yang
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
2 - 36
b. Doktrin
-
c. Program
-
Terjemahan doktrin menjadi pola-pola tindakan nyata dan alokasi energenergi dan sumber daya lainnya yang berhubungan dengan lingkungan
internal dan eksternal.
d. Sumber Daya
-
e. Struktur Internal
-
2 - 37
dengan
kemampuan
yang
dimiliki
(Turner,
1972).
Berdasarkan
persyaratan tersebut, bentuk, tujuan dan cara kerja organisasi tidak dapat
dirumuskan
secara
ketat,
melainkan
disesuaikan
dengan
kemampuan
masyarakat.
Meskipun demikian agar organisasi kelompok ini dapat berjalan secara
optimal perlu adanya bantuan berupa pendampingan dan pembinaan dari
pemerintah atau lembaga lain yang berkompetensi (Konsultan Pendamping).
Selain itu juga diperlukan adanya bantuan berupa pinjaman dana untuk
kepemilikan lahan, subsidi lahan dana, lahan bangunan, transportasi bahan
bangunan dan pengelolaan organisasi (Angel dalam Panudju, 1999).
Pemerintah sebagai provider dan enabler memegang dua peranan dalam
pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yaitu selain
sebagai pembuat kebijaksanaan, strategi dan program pengadaan perumahan
secara nasional, pemerintah juga sebagai pelaksana pengadaan perumahan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Pemerintah sebagai provider merupakan
penanggung jawab dan pengambil keputusan, sedangkan pemerintah sebagai
enabler
merupakan
fasilitator
untuk
membantu
atau
memberdayakan
kepemilikan
dan
penggunaan
rumah
maupun
lahan
berdasarkan
peraturan perundangan.
2 - 38
dalam
peraturan
yang
mempengaruhi
pengadaan
lahan
dalam
perdagangan
yang
berkaitan
dengan
pengadaan
perumahan.
6. Memperkuat kerangka kelembagaan yang dapat melihat masalah secara
keseluruhan, mengelola berbagai sektor secara keseluruhan, menyatukan
berbagai lemabaga pemerintah yang penting, sektor swasta, lembaga non
pemerintah dan organisasi kelompok masyarakat.
Pentingnya
lembaga
lain
selain
pemerintah
dalam
pengembangan
perumahan dengan kelompok adalah keterbatasan dana dan tenaga kerja dari
pemerintah secara langsung untuk membantu pemberdayaan pemerintah dalam
penyediaan perumahan, diharapkan dengan keberadaan lembaga lain ini akan
mampu
sebagai
pemerintah
kepada
masayarakat
serta
menyampaikan
informasi.
Bentuk
2 - 39
dalam
pengusahaan
lahan,
penguasaan
lahan,
pembuatan
PERUMNAS,
developer
swasta
yang
tergabung
dalam
Persatuan
Pengusaha Real Estate Indonesia (REI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan PT.
Papan Sejahtera (Yudohusodo, dkk, 1991).
2.6.3.Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Pertumbuhan dan perkembangan kota, sejalan dengan arus urbanisasi
telah menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi warga dan lingkungan
kota. Selain sebagai impuls (pendorong) perkembangan ekonomi kota, urbanisasi
juga diakui sebagai faktor pendorong tumbuhnya permukiman liar (squatters)
dan kawasan kumuh (slum area). Permasalahan ini menjadi sangat luas ketika
terkait dengan kebutuhan ekonomi dan sosial penduduknya, baik terhadap
penyediaan lapangan kerja, ketersediaan lahan permukiman yang sangat
terbatas dan mahal, serta aspek sosial, ekonomi, lingkungan maupun budaya
dan lain-lainnya.
Mengkaji permukiman kumuh, maka terdapat dua klasifikasi penting
menurut legalitas tanah yang digunakan yaitu slums dan squatter. Keduanya
merupakan klasifikasi umum yang seringkali dipadukan dalam pengkajian
permasalahan permukiman kumuh.
2.6.4.Pengertian Permukiman Kumuh
Permukiman menurut kamus tata ruang DPU Cipta Karya adalah:
1.
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
2 - 40
2.
3.
membahayakan
kehidupan
penghuni,
karena
keadaan,
keamanan,
dan
2 - 41
kumuh
di
atas
tanah
legal
(tidak
terlalu
kumuh/padat).
2.6.5.Karakteristik Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh merupakan wujud fisik yang erat kaitannya dengan
kemiskinan di perkotaan, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kampung tumbuh dan berkembang secara organik (Organic Pattern) dengan
kondisi perumahan di bawah standard. Kondisi fisik lingkungan dan bangunan
yang sangat buruk dan tidak teratur, tidak memenuhi persyaratan teknis
kesehatan, pelayanan sarana dan prasarana lingkungan serba kurang (air
bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah, dan lain-lain).
2. Lingkungan permukiman kumuh merupakan lingkungan permukiman yang
absah, legal dan permanen tetapi kondisi fisik lingkungannya semakin
memburuk karena kurang pemeliharaan, umur bangunan yang menua,
ketidakacuhan, atau karena terbagibagi menjadi unit pekarangan rumah atau
kamar yang semakin kecil.
3. Pada umumnya penduduknya mempunyai status sosial dan ekonomi rendah
atau berpenghasilan di bawah standar.
4. Kepadatan dan kerapatan bangunan yang lebih besar dari yang diijinkan
dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi.
5. Penduduk masih membawa sifat dan perilaku kehidupan perdesaan yang
terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat.
2 - 42
penanganan
selanjutnya
pada
kawasan
tersebut
agar
mudah
Kategori Slum, yaitu kawasan kumuh tetapi diakui absah sebagai daerah
permukiman;
2.
Kategori
liar,
yang
2 - 43
2 - 44
1. Pertama,
yang
berada
pada
lokasi
yang
sangat
strategis
dalam
mendukung fungsi kota yang menurut rencana kota dapat dibangun untuk
komersial atau pelayanan masyarakat kota yang baik;
2. Kedua, yang lokasinya kurang strategis dalam mendukung fungsi kota dan
memberi pelayanan kepada masyarakat kota. Meskipun dalam rencana
kota
untuk
dijadikan
kawasan
komersial
namun
kurang
memiliki
berpotensi;
3. Ketiga, lokasinya tidak strategis dan menurut rencana kota hanya boleh
dibangun untuk perumahan;
4. Keempat, permukiman kumuh yang berada pada lokasi yang menurut
rencana kota tidak diperuntukkan bagi perumahan.
5. Kelima, permukiman kumuh yang berada pada lokasi yang berbahaya,
yang menurut rencana kota disediakan untuk jalur pengaman, seperti
bantaran sungai, jalur jalan kereta api, dan jalur tegangan listrik.
Dari beberapa klasifikasi permukiman kumuh tersebut di atas ternyata
yang cukup mudah diidentifikasikan perbedaannya terhadap kondisi permukiman
kumuh
di
perkotaan
adalah
menurut
klasifikasi
Budiharjo
(1997)
yang
ke
dalam
dua
kelompok
antara
kampung
dengan
kelompok
2 - 45
2.
dan sebagainya.
adalah
seragam,
diantaranya
buruh,
pedagang
kecil,
5.
2 - 46
Permukiman kumuh yang terletak di area antara garis pasang tertinggi dan
terendah yang secara berkala selalu terendam air pasang. Sebagian besar tipe
bangunan yang ada adalah tipe panggung dengan jalan titiaan sebagai
penghubung antara bangunan yang satu dengan yang lainnya. Sebagian besar
jenis mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan atau yang terkait
dengan nelayan, namun kegiatan yang tidak terkait langsung dengan
penangkapan ikan dilakukan di luar kawasan.
6.
7.
Ekonomi
anggota
masyarakat
termasuk
dalam
keluarga
Pra
Sejahtera.
2.
3.
Pada umumnya mereka tidak memiliki hak yang sah serta lahan
permukiman yang sesuai dengan rencana kota, yang tidak diperuntukkan bagi
perumahan dan permukiman.
2.
2 - 47
3.
4.
Status
tanah
peruntukkannya
tidak
tidak
jelas,
sesuai
tanpa
dengan
izin
rencana
pemilik
lahan
atau
kota/
RTRW
Kota/
Menempati lahan yang tidak jelas (tanah negara atau tanah milik
orang / lembaga lain yang belum atau tidak termanfaatkan dengan baik).
6.
Seringkali
tumbuh
terkonsentrasi
pada
lokasi
terlarang
dan
Dianggap tidak ada / terabaikan karena satu dan lain hal atau tidak
terlayani oleh layanan administrasi pemerintah yang formal.
2.
Tidak
diikutsertakan
dalam
berbagai
pengambilan
keputusan,
4.
Dilihat dari segi fisik lingkungannya, kondisi lahan yang mereka tinggali
memiliki resiko membahayakan diri dan lingkungannya serta mengganggu
aktivitas
umum
dan
fungsi-fungsi
pelayanan
umum.
Penyelesaian
2 - 48
Ada beberapa kriteria sebagai tolak ukur bahwa suatu kawasan dianggap
menjadi daerah permukiman kumuh menurut kriteria yang diterbitkan oleh
sumber Bappenas, yaitu meliputi kriteria terhadap lokasi, kependudukan dan
lingkungan. Sehingga berdasarkan penilaian terhadap daerah yang dianggap
kumuh, dapat diidentifikasikan secara tepat, mengingat istilah kumuh bagi
masyarakat awam dapat dipersepsikan secara berbeda-beda.
1) Kriteria Lokasi
Pada prinsipnya, delineasi kawasan kumuh yang akan ditata kembali tidak
mengenal batas administrasi. Namun untuk mempermudah pengaturan
dan pengelolaannya, batas administrasi kelurahan/desa dapat menjadi
suatu referensi. Faktor yang masuk dalam kriteria lokasi untuk penentuan
kriteria permukiman kumuh perkotaan, secara eksplisit dari sumber di
Bappenas belum dapat dikategorikan sebagai tolak ukur baku, mengingat
keberagaman indikator yang spesifik di tiap daerah, yang biasanya
ditentukan oleh:
1.
2.
Lokasi
permukiman
yang
mengalami
penurunan
kualitas
2 - 49
kawasan
kumuh
nelayan/pantai
(di
kota),
kawasan
kumuh
kepadatan
penduduk
yang
digunakan
adalah
kepadatan
yang
dihitung
berdasarkan
areal
luas
terbangun
(luas
kepadatan
penduduk
yang
digunakan
adalah
untuk
berpotensi
menjadi
lingkungan
permukiman
kumuh.
2. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera
Kriteria Keluarga Pra Sejahtera digunakan untuk mengetahui daya
dukung keluarga untuk dapat bertahan/survive di dalam membina
lingkungan sosial dan ekonomi kawasan, semakin besar keluarga pra
sejahtera yang ada dalam suatu kawasan, akan membuat penurunan
kualitas lingkungan yang berdampak negatif bagi pertumbuhan sosial
ekonomi kawasan. Suatu kawasan dikatakan termasuk dalam kategori
berpotensi kumuh, apabila jumlah penduduk pra sejahtera besarnya
lebih besar atau sama dengan 10% dari total jumlah penduduk yang
ada di lingkungan tersebut.
3. Jumlah Manula, Usia Produktif dan Anak Balita
Kriteria ini diambil untuk menentukan Dependency Ratio (Angka
Ketergantungan),
sehingga
dapat
diketahui
seberapa
jauh
suatu
2 - 50
yang
meliputi:
kondisi
perumahan
dan
permukiman,
2 - 51
2.
3.
bagi MBR.
Rumah
4.
5.
swadaya,
diselenggarakan
atas
prakarsa
dan
rangka
upaya
memenuhi
DEFINISI
induk
tersebut
(satu
bangunan)
jika
terletak
dalam
satu
dan tidak
Rumah milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada saat pencacahan
benar-benar sudah menjadi milik kepala rumah tangga atau salah seorang
anggota rumah tangga. Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit
bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap rumah milik sendiri.
Rumah kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah
tangga atau salah seorang anggota rumah tangga dalam jangka waktu
tertentu berdaarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai. Cara
pembayaran biasanya sekaligus di muka atau dapat diangsur menurut
persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak
harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak
setuju jika diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak
baru.
2 - 52
Rumah sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga
atau salah seorang anggota rumah tangga dengan pembayaran sewanya
secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu.
Rumah dinas, jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu
instansi tempat bekerja salah satu anggota rumah tangga baik dengan
membayar sewa maupun tidak.
Rumah bebas sewa milik orang lain, jika tempat tinggal tersebut diperoleh
dari pihak lain (bukan famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rumah
tangga bersangkutan tanpa mengeluarkan suatu pembayaran apapun.
sendiri
melainkan
milik
orang
tua/sanak/saudara
dan
tidak
Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah
satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat.
Atap Beton, adalah atap yang terbuat dari campuran semen, kerikil dan pasir
yang diaduk dengan air.
Atap Genteng, adalah atap yang dibuat dari tanah liat yang dicetak dan
dibakar. Termasuk juga genteng beton, genteng fiber cementdan genteng
keramik.
Atap Sirap,adalah atap yang terbuat dari kepingan kayu yang tipis dan
biasanya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.
Atap Asbes, adalah atap yang terbuat dari campuran asbes dan semen.
Atap Ijuk/rumbia, adalah atap yang terbuat dari serat pohon aren/enau atau
sejenisnya yang umumnya berwarna hitam.
2 - 53
Dinding Tembok, adalah dinding yang terbuat dari susunan bata merah atau
batako biasanya dilapisi plesteran semen.
Dinding Bambu, adalah dinding yang terbuat dari bambu, termasuk dinding
yang terbuat dari anyaman bambu dengan luas kurang lebih 1 m x 1 m yang
dibingkai dengan balok, kemudian diplester dengan campuran semen dan
pasir.
Air kemasan bermereka dalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh
suatu perusahaan dalam kemasan botol atau gelas.
Air isi ulang adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan tidak
memiliki merek. Dalam publikasi ini, air kemasan bermerek dan air isi ulang
dimasukkan sebagai air dalam kemasan.
Air ledeng meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan
dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi
berupa saluran air. Sumber air minum ini diusahakan oleh PAM, PDAM atau
BPAM, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Air ledeng eceran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan
penyehatan (air PAM) namun disalurkan ke konsumen melalui pedagang air
keliling/pikulan.
Air sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambikannya dengan
menggunakan pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin termasuk
sumur artetis (sumur pantek).
Sumur terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali dan
lingkar sumur tersebut dilindungi oleh tembok pali sedikit 0,8 meter di atas
tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter
dari lingkar sumur.
2 - 54
Sumur tak terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali
dan lingkar sumur tersebut tidak dilindungi oleh tembok dan lantai sejauh 1
meter dari lingkar sumur.
Mata air terlindung adalah sumber air permukaan dimana air timbul dengan
sendirinya dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau
lainnya.
Mata air tak terlindung adalah sumber air permukaan dimana air timbul
dengan sendirinya, tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi,
mencuci, atau lainnya.
Sumber air minum lainnya adalah sumber air selain di atas seperti air
waduk/danau.
Cara memperoleh air minum dengan membeli, apabila membeli air untuk
minum, seperti: leding dari PAM/ PDAM/ BPAM, air kemasan, atau meyuruh
tetangga untuk mengambil air dari waduk dengan memberi upah.
Cara memperoleh air minum langganan adalah apabila membeli air untuk
minum secara periodik/bulanan. Dalam publikasi ini, air minum yang
diperoleh dengan cara membeli dan langganan dikategorikan sebagai
membeli.
Cara memperoleh air minum tidak membeli adalah jika diperoleh dengan
usaha sendiri tanpa harus membayar.
Jenis
kloset
dudukannya
cempung/cubluk,
tidak
ada
saluran
adalah
jamban/kakus
sehingga
tinja
yang
langsung
ke
dibawah
tempat
pembuangan akhirnya.
2 - 55
2 - 56