BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode segera setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang
sangat berbeda. Di dalam uterus, janin hidup dan tumbuh denga segala kenyamanan
karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya sendiri. Hal ini berarti janin
tumbuh dan hidup bergantung penuh kepada ibunya (Surasmi, 2003).
Di luar uterus diawali dengan proses persalinan yang merupakan suatu keadaan
tidak nyaman (stressor) bagi bayi, Ia harus mampu hidup dengan upayanya sendiri,
jadi hidupnya tidak bergantung lagi pada ibunya. Proses penyesuaian kehidupan dari
dalam uterus ke luar uterus ini merupakan masa yang sulit bagi bayi. Masa transisi ini
adalah fase kritis bagi kehidupan bayi. Bagaimanapun beratnya proses adaptasi
lingkungan yang dihadapi bayi, umumnya bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal
dapat melewati masa tersebut dengan baik (Handayani, 2003).
Sebaliknya bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (premature)
ataupun bayi yang lahir disertai penyulit atau komplikasi, tentunya proses adaptasi
kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan seringkali menjadi
pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu
melanjutkan kehidupan ke fase lanjut (meninggal). Bayi seperti ini yang kita sebut
dengan istilah bayi risiko tinggi (Surasmi, 2003).
Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain, tanpa memperhatikan usia gestasi
atau berat badan lahir yang mempunyai kemungkinan morbiditas atau martalitas yang
lebih besar. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi
memerlukan perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan
beberapa jam sampai beberapa hari. Pada umumnya risiko tinggi terjadi pada bayi bayi
sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Hal ini disebabkan kondisi atau
keadaan bayi yang berhubungan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan
penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim (Wong, 2003).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bayi risiko
tinggi dapat hidup dengan baik tanpa mengalami cacat. Hal ini terjadi jika ia dirawat
di ruang perawatan intensif neonatus, dengan tenaga perawat yang memiliki keahlian
dibidaang tersebut. Data Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia masih tinggi,
kenyataan bahwa penyumbang terbesar dari IMR tersebut berasal dari kelompok bayi
risiko tinggi. Dengan demikian pengetahuan tentang perawatan bayi risiko tinggi
sangat penting untuk menurunkan IMR.
Di rumah sakit, bayi yang bermasalah dengan berat badan akan mendapatkan
perawatan intensif dari dokter dan para petugas medis agar dapat memperoleh berat
badan yang ideal. Seringkali perawatan dilakukan di ruang khusus. yakni Neo-natal
Intensive Care Unit (NICU). Meski teknologi kesehatan saat ini sudah bisa
mengurangi jumlah kematian bayi akibat BBLR, tetapi masih terdapat bayi-bayi yang
walau dapat bertahan hidup namun memiliki sejumlah masalah kesehatan. Seperti,
chronic lung disease (kelainan jantung), cognitive delays (keterlambatan dalam
belajar), cerebral palsy, dan neurosensory deficits (misal : ketulian dan kebutaan).
Perawatan BBLR
merupakan
hal
yang
infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi, karena
bayi
tersebut
memerlukan
perawatan
dalam
inkubator,
selain
itu
inkubator, pengetahuan dan kemampuan dari staf rumah sakit sehingga hal
ini dapat mempengaruhi angka kematian pada neonatus dinegara tersebut. Inkubator
j u g a m e n y e b a b k a n b a y i t e r p i s a h d a r i i b u n ya d a n k u r a n g a d a n y a
k o n t a k dengan ibu.
Perlunya alternative lain untuk perawatan bayi prematur yang saat ini
dikenal Perawatan Metode Kangguru (PMK). Perawatan Metode Kangguru (PMK)
adalah pendekatan lebih humanistik dan merupakan metode perawatan dini dengan
sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru.
Dengan metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir prematur
dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu. Sehingga
memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Perawatan kanguru
ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama
serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi prematur. Perawatan kulit
ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini mempererat
ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan pemberian ASI (Henderson,
2006).
Selama hampir dua dekade dilakukan penerapan dan penelitian yang
berkaitan dengan metode ini untuk membuktikan bahwa PMK lebih dari
sekedar alternatif untuk perawatan dengan inkubator. Hasil penelitian dan penerapan
tersebut menunjukkan bahwa metode ini sangat efektif untuk mengontrol suhu
tubuh, pemberian ASI dan terjalinnya hubungan batin yang kuat antara ibu dan
bayi (bonding), tanpa memperhatikan tempat, berat badan, usia kehamilan, dan
kondisi klinisnya dan menurunkan kesakitan pada bayi baru lahir dengan
prematur dan BBLR (Perinasia, 2008).
Tabel 1.1
Distribusi proporsi Bayi dirawat berdasarkan Jenis Kasus
di Perinatologi RSDU Raden Mattaher Jambi tahun 2010
Jenis Kasus
BBLR
Aspiksia
Ikterik
Lain lain
Total
Jumlah
165
115
142
118
540
Persen
31 %
21 %
26,2 %
21,8 %
100 %
Bayi BBLR mempunyai masalah suhu tubuh yaitu hipertermi, untuk melakukan
perawatannya bayi dirawat dalam tempat tidur dengan inkubator. Jumlah inkubator yang
ada di ruang perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi masih sangat terbatas, tidak jarang
dalam satu inkubator diletakan 2 orang bayi BBLR, bahkan ada yang harus bergantian
untuk mendapatkan perawatan dalam inkubator. Masalah tersebut menjadi kendala belum
optimalnya pengaturan suhu bayi BBLR. Belum lama ini ruang perinatologi mencoba
memanfaatkan metode kanguru dalam membantu merawat bayi BBLR, namun hasilnya
belum optimal. Kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi BBLR dengan metode
kanguru dan keterbatasan jumlah petugas untuk memberikan pendidikan kesehatan
menjadi salah satu kendala dalam keberhasilan penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan
metode kanguru sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada Ibu yang
mempunyai bayi Berat Badan lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD
Raden Mattaher Jambi tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan
metode kanguru sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada Ibu
yang mempunyai bayi Berat Badan lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan
metode kanguru sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada Ibu yang
mempunyai bayi Berat Badan lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
khususnya tentang perawatan bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR)
dengan metode kanguru.
2. Bagi rumah sakit
Penelitian ini dapat dijadikan dasar pemikiran bagi rumah sakit terutama
dalam hal menyusun kebijakan tentang prosedur perawatan bayi dengan Berat
Badan lahir Rendah (BBLR) dengan metode kanguru.
3. Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini masyarakat mendapatkan informasi tentang
perawatan bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) sehingga bagi mereka
yang memiliki bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) dapat melakukan
perawatan di rumah menggunakan metode kanguru dengan baik dan benar.
RSUD Raden Mattaher Jambi dengan sampel penelitian adalah ibu yang memiliki bayi
dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR). Penelitian dilakukan pada tanggal 1 s/d 29
September 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap ibu dan
memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan, dan analisis data menggunakan
analisis univariat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1. Definisi
Dahulu bayi baru lahir yang berat badannya 2500 gram atau kurang disebut bayi
prematur. Ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya tergantung pada
berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut.
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua
bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut
low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah) (Surasmi, 2003)
bayi yang lahir dengan berat rendah secara garis besar dibagi sebagai berikut :
a. Kurang dari 2500 gram : infant with low birth weight/ LBW (bayi lahir bobot
rendah).
b. Kurang dari 1500 gram : very low birth weight/ VLBW (berat sangat kurang)
c. Kurang dari 1000 gram : extremely low birth weight/ ELBW (berat sangat
kurang sekali).
2. Etiologi
a. Faktor Ibu
1) Tumor (misalnya : mioma, uteri, sistoma)
2) Ibu yang menderita panyakit antara lain:
a) Akut dengan gejala panas tinggi (misalnya : tifus abdominalis, malaria)
b) Kronis (misalnya : TBC, penyakit jantung)
c) Trauma pada masa kehamilan antara lain:
d) Fisik (misalnya : jatuh)
e) Psikologis (misalnya : stress)
3)
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau hamil lebih dari 35
tahun
b. Faktor janin
1) Kehamilan ganda
2) Ketuban pecah dini
3) Cacat bawaan
4) Infeksi ( misalnya: rubella, sifilis, toksiopiasmosis)
5) Insufiensi plasenta
c. Faktor plasenta
1) Plasenta previa
2) Solusio plasenta
d. Tidak diketahui/ kebiasaan, seperti; Merokok
10
11
12
sianosis, kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat, fontanela mayor
mungkin tegang dan cembung.
e. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir
masa kehamilan. Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas
humoral dan seluler masih kurang, selain itu kulit dan selaput lendir membran
tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
f. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna, dan
13
B. Metode Kanguru
1.
2.
Defenisi
Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dan terus menerus dengan
sentuhan kulit ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur dan
BBLR dalam posisi seperti kanguru (Hadi, 2005).
14
3.
Persiapan ibu
a) Membersihkan daerah dada dan perut ibu dengan cara mandi dengan
sabun 2-3 kali sehari.
b) Membersihkan kuku dan tangan
c) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dopakai.
d) Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH.
e) Memakai kain baju yang dapat direnggang.
2)
Persiapan bayi
a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih
dan hangat .
b) Bayi perlu memakai tutup kepala serta popok selama penggunaan metode
ini.
c) Pada saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu.
b. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan metode kanguru dapat dilakukan pada waktu :
15
1)
2)
3)
4)
5)
6)
5.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Bermanfaat untuk ibu dan bayi, dimana suhu ibu merupakan sumber panas
yang efisien dan murah.
8)
9)
16
6.
Beri bayi tutup kepala, popok dan kaos kaki bayi yang telah dihangatkan
terlebih dahulu.
b.
Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan
pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan
siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepala agak sedikit ekstensi.
c.
Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, dan bayi
diletakkan diantara payudara ibu, kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
17
d.
Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau kain
lebar yang elastis atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh
bayi.
e.
Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,
duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi ibu setengah
duduk atas dengan jalan meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung
ibu.
f.
Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
g.
7.
C. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung
kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu,
masyarakat dan ras (Notoatmodjo, 2007).
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan (penkes) merupakan satu bentuk
intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
18
5.
19
20
D. Pengetahuan
1. Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan hal ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan dapat
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba.
Pengetahuan pada dasarnya terjadi dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan untuk dapat mencapai masalah yang dihadapinya. Pengetahuan
21
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi, harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan sesuatu
terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.
Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi dalam masalah suatu struktur
organisasi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
22
e.
Sintesis (Syntesis)
Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun suatu
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteri yang ditentukan sendiri atau mengusahakan kriteriakriteria yang telah ada.
23
Bagan 2.1
Kerangka teori
Faktor predisposisi
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Biaya
e. Pekerjaan
f. Keyakinan
g. Motivasi
Faktor pendukung
a. Tersedianya
sarana kesehatan
b. Akses ke sarana
kesehatan
prioritas dan
komitmen
masyarakat
Faktor pendorong
a. Keluarga
b. Teman
c. Pengalaman
d. Petugas kesehatan
Sumber: Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005:60)
Perilaku spesifik
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada teori Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2007:18) yaitu faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), faktor
pendukung (sarana kesehatan, akses menuju sarana kesehatan, dan kepercayaan), dan
faktor penguat (keluarga, teman, pengalaman, dan dukungan sosial).
Namun dalam penelitian ini penulis tidak memasukan semua variabel ke dalam
kerangka konsep, hanya variabel pengetahuan Berdasarkan hal tersebut kerangka
konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3..1
Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi dengan metode
kanguru sebelum diberikan
pendidikan kesehatan
Definisi operasional
Segala sesuatu yang
diketahui ibu tentang
perawatan bayi
BBLR dengan
metode kanguru
sebelum diberikan
pendidikan kesehatan
yang meliputi:
pengertian,
karekteristik bayi
yang dirawat dengan
Cara Ukur
Wawancara
Alat ukur
Kuesioner
Hasil ukur
1. Kurang jika <
56%
2. Cukup jika
56- 75%
3. Baik jika >
76%
Sumber;
Arikunto, 2006
Skala ukur
Ordinal
25
metode kanguru,
keuntungan dan
kerugian metode
kanguru, metode/
cara perawatan
dengan metode
kanguru, serta waktu
penerapannya
Pengetahuan
ibu setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Sumber;
Arikunto, 2006
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen dengan pendekatan one
group pretest-posttest design
X
O1
O2
26
2. Sampel
a. Sampel adalah ibu yang mempunyai bayi BBLR yang di rawat di ruang
Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi, dengan kriteria prematuritas,
keadaan umum baik, tidak memakai alat bantu nafas, dan berat badan bayi
antara 1200 s/d 2400 gr. Jumlah sampel yang digunakan adalah 20 orang yaitu
jumlah rata-rata bayi BBLR yang dirawat di Perinantologi dalam satu bulan.
b. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental
sampling artinya setiap orang tua yang bayinya dirawat akibat BBLR di RSUD
Raden Mattaher Jambi pada waktu penelitian dilakukan akan dijadikan sebagai
responden penelitian, kecuali orang tua yang tidak bersedia.
F. Pengumpulan data
1. Sumber data :
Data primer; didapatkan melalui wawancara langsung terhadap responden
dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu saat menunggui/
menjaga bayinya di rumah sakit
Data sekunder, didapatkan dari rekam medik RSUD Raden Mattaher Jambi
berupa jumlah pasien diare yang dirawat
27
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yang
digunakan terdiri dari 10 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan.
3. Proses Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai dengan cara wawancara sedangkan untuk data
pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan dilakukan dengan wawanca setelah itu
peneliti memberikan pendidikan kesehatan kepada responden selama 30 35 menit.
Pendidikan kesehatan diberikan secara berkelompok yang terdiri dari 3 5 orang
responden. Materi yang diberikan terdiri dari pengertian metode kanguru, manfaat
dan kriteria bayi dengan metode kanguru, cara pelaksanaan metode kanguru, serta
waktu penerapan metode kanguru. Penjelasan cara pelaksanaan metode kanguru
dilakukan secara simulasi/ demonstrasi. Post test dilakukan satu hari setelah
diberikan pendidikan kesehatan
4. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Editing ; memeriksa dan mengecek ulang pertannyaan yang diberikan, apakah
pengisian sudah sesuai dengan petunjuk atau belum
b) Coding ; Pemberian kode pada pertanyaan yang diberikan, serta mengelompokan
data tersebut (termasuk data kualitatif atau kuantitatif). Pemberian kode
dilakukan pada setiap variabel yaitu variabel pengetahuan kode 1 baik dan kode
0 kurang baik.
c) Scoring ; menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan kuesioner. Untuk
variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, bila jawaban benar diberi nilai 1
dan bila salah diberi nilai 0.
28
d) Entry; Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dilakukan pengelompokan
terhadap variabel independen, selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi dan
dientry dengan menggunakan alat komputer.
e) Cleaning; Tahap ini memastikan kembali bahwa data yang sudah dientry
betul betul data yang tepat dan tidak ada kesalahan sehingga data siap untuk
dianalisis.
G. Analisa data
Analisa univariat ; analisa ini bertujuan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi dari setiap variabel yang diteliti meliputi variabel pengetahuan tentang
perawatan bayi BBLR dengan metode kanguru sebelum dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari beberapa
keterbatasan. Adapun data diperoleh dengan cara pengukuran secara langsung dan
dengan melakukan wawancara, sehingga kualitas data sangat tergantung dari ketepatan
instrumen yang digunakan, kerja sama dan persepsi responden dalam menjawab
pertanyaan dan kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan.
Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimen dengan pendekatan one
group pretest-posttest design yakni dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan ibu
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan bayi dengan metode kanguru.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi masing-masing
variabel yang diteliti antara lain pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.
1. Pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi jawaban
responden menurut pengetahuan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu menurut Pengetahuan Sebelum diberikan
Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Bayi dengan Metode Kanguru
Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No
A.
Pernyataan
Pengetahuan Ibu sebelum diberikan
Frekuensi Jawaban
Benar
Salah
30
pendidikan kesehatan
Jumlah
5
%
25
Jumlah
15
%
75
20
16
80
25
15
75
25
15
75
10
50
10
50
45
11
55
15
17
85
35
13
65
12
60
40
Total
31,5
68,5
Dari tabel 4.1 dikatakan bahwa sebagian besar ibu (68,5%) memiliki pengetahuan yang
kurang tentang perawatan bayi dengan metode kanguru. Diantara sepuluh pertanyaan
sebanyak 85% ibu belum mengetahui tentang kriteria bayi untuk metode kanguru dan
waktu yang paling tepat untuk pelaksanaan metode kanguru.
Berdasarkan distribusi jawaban ibu tersebut kemudian dilakukan penghitungan skor
total pengetahuan Ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan dikategorikan baik jika
> 76%, cukup jika 56 75%, dan kurang jika <56%. Total skor hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Ibu menurut Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Perawatan Bayi dengan Metode Kanguru
Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No
1
Pengetahuan
Baik
Jumlah
0
%
0
31
2
2
Cukup
Kurang Baik
Total
2
18
20
10
90
100,0
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 20 Ibu didapatkan sebanyak 18 (90%) Ibu
sebelum diberikan pendidikan kesehatan yang memiliki pengetahuan kurang baik
tentang perawatan bayi dengan metode kanguru dan sebanyak 2 (62,1%) ibu
memiliki pengetahuan yang cukup tentang perawatan bayi dengan metode kanguru,
serta tidak ada satupun responden yang mempunyai pengetahuan baik.
2. Pengetahuan ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Hasil penelitian tentang pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan
seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jawaban Ibu menurut Pengetahuan Sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Bayi dengan Metode Kanguru
Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No B.
Pernyataan
Pengetahuan Ibu sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
Frekuensi Jawaban
Benar
Salah
Jumlah
% Jumlah
%
20
100
0
0
20
100
20
100
15
75
25
20
100
20
100
18
90
10
32
20
100
20
100
Total
87,5
12,5
Dari tabel 4.3 dikatakan bahwa sebagian besar ibu (87,5%) memiliki pengetahuan yang
baik tentang perawatan bayi dengan metode kanguru setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Diantara sepuluh pertanyaan sebanyak 10% ibu yang masih kurang mengetahui
tentang waktu yang paling tepat untuk pelaksanaan metode kanguru, dan 25% ibu masih
belum mengetahui secara benar tentang cara melakukan metode kanguru.
Berdasarkan distribusi jawaban ibu tersebut kemudian dilakukan penghitungan skor
total pengetahuan Ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan dikategorikan baik jika
> 76%, cukup jika 56 75%, dan kurang jika <56%. Total skor hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Ibu menurut Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Perawatan Bayi dengan Metode Kanguru
Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Tahun 2011
No
1
2
2
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang Baik
Total
Jumlah
16
2
2
20
%
80
10
10
100,0
33
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengetahuan
Ibu
sebelum
diberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
34
35
36
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Berdasarkan hasil penelitian ini, rumah sakit dapat menyusun protap tentang
pelaksanaan
pendidikan
kesehatan
khususnya
tentang
metode
kanguru.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
Gambaran
pengetahuan
tentang
perawatan
bayi
prematur.
http://www.addy1571.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 Jinu 2011.
Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian Prosedur suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka
Cipta. Jakarta
Depkes. 2007. Hipotermi dan Resusitasi Bayi. Jakarta
Hadi. 2005. http://www.infoibu.com. Kesehatan ibu dan bayi. Diakses 18 Juni 2011
Handayani. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC. Jakarta
Henderson. 2006. Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta
Herawani. 2001. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. EGC : Jakarta.
Medical Record RSUD Raden Mattaher Jambi. 2010. Data Bayi BBLR di Perinatologi.
RSUD Raden Mattaher. Jambi
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Jakarta
___________. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Jakarta
___________. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pediatrik. EGC. Jakarta
Rahmi. 2006. http://www.harianglobal.com. Merawat Bayi Prematur Dengan Metoda
Kanguru,. Diakses 18 Juni 2011
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Alfabeta. Bandung.
Sumiati. 2001. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. EGC : Jakarta.
Surasmi.A. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC. Jakarta
Suriviana. 2005. http://www.infoibu.com. Diakses 18 Juni 2011
Wong, L.D. 2003. Pediatric Nursing. Lippincott. Philadelphia.
39
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI DENGAN METODE
KANGURU SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU YANG
MEMPUNYAI BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
TAHUN 2011
PRE TEST
1. Apakah yang dimaksud dengan metode kanguru pada perawatan bayi?
a. Metode perawatan dengan sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi
b. Metode perawatan dengan menggendong anak
c. Perawatan bayi dengan memeluk dan menggendong bayi memakai kain gendongan
2. Yang termasuk kriteria bayi untuk metode kanguru adalah?
a. Berat bayi > 2500 gram
b. Adanya penyakit penyerta pada bayi
c. Berat bayi < 2000 gram
3. Apa saja persiapan ibu untuk metode kanguru?
a. Membersihkan daerah dada dan perut ibu dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali
sehari
b. Selama pelaksanaan metode kanguru ibu memakai BH
c. Makan dan minum yang cukup gizi
4. Dibawah ini yang termasuk cara melakukan metode kanguru adalah?
a. Letakan bayi didada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
b. Posisi bayi saat digendong adalah setengah duduk
c. Saat menggendong bayi ibu dilarang untuk beraktivitas lain
5. Persiapan bayi untuk metode kanguru adalah?
a. Bayi jangan dimandikan, cukup dibersihkan dengan air hangat
b. Bayi dimandikan terlebih dahulu
c. Bayi tidak perlu memakai tutup kepala
6. Bagaimana posisi bayi saat melakukan metode kanguru jika ibu duduk atau tidur?
a. Tetap tegak mendekap ibu
b. Digendong berbaring
c. Duduk saat ibu duduk dan tidur saat ibu tidur
7. Waktu yang paling tepat untuk pelaksanaan metode kanguru adalah?
a. Sangat awal setelah 10-15 menit bayi lahir
b. Saat bayi berumur 3 bulan
c. Saat bayi berumur 4 bulan
40
41
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI DENGAN METODE
KANGURU SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU YANG
MEMPUNYAI BAYI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
TAHUN 2011
POST TEST
1. Apakah yang dimaksud dengan metode kanguru pada perawatan bayi?
a. Metode perawatan dengan sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi
b. Metode perawatan dengan menggendong anak
c. Perawatan bayi dengan memeluk dan menggendong bayi memakai kain gendongan
2. Yang termasuk kriteria bayi untuk metode kanguru adalah?
a. Berat bayi > 2500 gram
b. Adanya penyakit penyerta pada bayi
c. Berat bayi < 2000 gram
3. Apa saja persiapan ibu untuk metode kanguru?
a. Membersihkan daerah dada dan perut ibu dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali
sehari
b. Selama pelaksanaan metode kanguru ibu memakai BH
c. Makan dan minum yang cukup gizi
4. Dibawah ini yang termasuk cara melakukan metode kanguru adalah?
a. Letakan bayi didada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
b. Posisi bayi saat digendong adalah setengah duduk
c. Saat menggendong bayi ibu dilarang untuk beraktivitas lain
5. Persiapan bayi untuk metode kanguru adalah?
a. Bayi jangan dimandikan, cukup dibersihkan dengan air hangat
b. Bayi dimandikan terlebih dahulu
c. Bayi tidak perlu memakai tutup kepala
6. Bagaimana posisi bayi saat melakukan metode kanguru jika ibu duduk atau tidur?
a. Tetap tegak mendekap ibu
b. Digendong berbaring
c. Duduk saat ibu duduk dan tidur saat ibu tidur
7. Waktu yang paling tepat untuk pelaksanaan metode kanguru adalah?
a. Sangat awal setelah 10-15 menit bayi lahir
b. Saat bayi berumur 3 bulan
c. Saat bayi berumur 4 bulan
42
43
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharpakan Ibu mampu menjelaskan
proses perawatan bayi BBLR dengan metode kanguru.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan Ibu mampu:
a.
b.
c.
d.
e.
B. Pokok Bahasan
Penyajian 1
(20 menit)
Kegiatan Penyuluhan
(2)
o Mengucapkan salam
o Perkenalan
o Menjelaskan tujuan pembelajaran
o Apersepsi
o Menjelaskan pengertian metode
kanguru
o Menjelaskan karakteristik bayi
yang dirawat dgn metode kanguru
o Menjelaskan keuntungan dan
kerugian metode kanguru
o Menjelaskan cara perawatan
dengan metode kanguru
o Menjelaskan waktu penerapan
Kegiatan responden
(3)
Menjawab salam
Mendengarkan
Mendengar dan memperhatikan
Menjawab
44
metode kanguru
o Memberi kesempatan pada ibu
untuk bertanya
o Memberi kesempatan pada ibu lain
untuk menjawab pertanyaan
o Memberi kesempatan pada ibu lain
untuk menanyakan hal yang belum
dimengerti
o Memberi kesempatan pada ibu lain
untuk menjawab pertanyaan
o Menyimpulkan penjelasan yang
telah diberikan dengan
memberikan penekanan terhadap
hal hal yang perlu diperhatikan
o Menyimpulkan materi: perawatan
bayi BBLR dengan metode
kanguru
o Memberi kesempatan pada ibu
untuk bertanya
o Menjawb pertanyaan ibu
o Menyampaikan pokok bahasan
pada pertemuan berikutnya
o Mengucapkan salam
Penutup
Menjawab salam
45
G. Referensi/ Kepustakaan
Rulina (2008), Perawatan Bayi BBLR dengan Metode Kanguru, Perinasia. Jakarta
Hadi Pratomo (2008), Perawatan Bayi BBLR dengan Metode Kanguru, Perinasia.
Jakarta
Surasmi. 2003. Asuhan Keperawatan pada anak Risiko Tinggi. EGC. Jakarta
46
MODUL
PERAWATAN BAYI BBLR DENGAN METODE KANGURU
A.
Latar Belakang
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR).
Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan
sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam
kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak
dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka
kematian pada neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO),
terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus
(kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan
98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian
neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO
yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan
bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun
demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian
yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah
BBLR. Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian
neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85%.
Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan infrastruktur yang
mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali menjadi pengalaman
yang sangat mengganggu bagi keluarga. Oleh karena itu, perawatan terhadap bayi
tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan di negara manapun. Analisis terkini
menunjukkan bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir (BBL) dapat dicegah per
tahun menggunakan intervensi yang tidak mahal dan tepat guna. Salah satu intervensi
tersebut adalah perawatan metode kanguru (PMK).
Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Metode ini merupakan salah satu
teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan
BBLR. Metode kanguru tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun
juga memberikan berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan inkubator.
Dibandingkan dengan perawatan konvensional, PMK terbukti dapat menurunkan
kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta
meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi.
47
B.
Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat
dalam batas normal.
BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5 C terutama dalam waktu 1 jam
pertama
ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem imun
bayi karena meningkatnya produksi ASI.
Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga
menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.
Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu
pemulihan yang lebih singkat pada uji tusuk tumit
Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat
Meningkatkan ikatan bayi-ibu.
48
3.
49
pinggulnya untuk berjalan. Hal ini tentu akan menghambat pergerakan motorik
anak. Selain itu akibat lebih jauhnya pada pola perkembangan berikutnya adalah
kepercayaan diri anak bisa hilang atau anak jadi tidak percaya diri. Agar anak
tetap merasa aman dan nyaman meski tanpa kebiasaan digendong, sebaiknya
orangtua tidak melepaskan anaknya sama sekali. Menggendong tetap bisa
dilakukan pada saat-saat teretntu seperti sedang rewel, menangis, mimpi buruk
atau sakit. Ini penting untuk membangun rasa amannya. Menggendong
dihentikan bilausia bayi sudah di atas 8 bulan sudah dapat berdiri dan belajar
berjalan dan berat badannya sudah mencapai 8 kg lebih. Secara psikologis,
kebiasaan digendong, terutama setelah bayi berumur di atas 8 bulan akan
mendorongnya menjadi anak yang manja (Anonimous, 2007).
4.
Persiapan ibu
a) Membersihkan daerah dada dan perut ibu dengan cara mandi dengan sabun
2-3 kali sehari.
b) Membersihkan kuku dan tangan
c) Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dopakai.
d) Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH.
50
Persiapan bayi
a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan
hangat .
b) Bayi perlu memakai tutup kepala serta popok selama penggunaan metode
ini.
c) Pada saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu.
Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, dan bayi
diletakkan diantara payudara ibu, kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau kain
lebar yang elastis atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh
bayi.
Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk,
jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi ibu setengah duduk atas
dengan jalan meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung ibu.
51
Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
c. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan metode kanguru dapat dilakukan pada waktu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)