teoritis.
Metode penelitian Psikologi Lingkungan menggunakan metode ekletik.
Hal ini disebabkan karena penelitian yang dilakukan dalam Psikologi
Lingkungan adalah untuk menyelesaikan masalah atau lebih besifat
terapan, sehingga metode penelitiannya adalah terpilih yang sesuai
dengan masalah yang harus diteliti. Namun demikian, metode dalam
BAB 2
Teori Dasar dalam Psikologi Lingkungan
A. Pengantar
Di dalam bab ini kita memahami bagaimana teori-teori dasar dalam
psikologi membahas hubungan antara manusia dengan lingkungan. Teori-teori
dasar tesebut membahas reaksi manusia (perilaku dan aspek psikologis) dalam
berhubungan dengan lingkungan. Namun, setiap teori dasar tersebut
mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam memahas proses psikologi
yang terjadi dalam interaksi antara lingkungan dengan manusia.
Adapun teori-teori dasar psikologi tersebut yang akan dibahas adalah:
Teori Stimulus Respon
Teori Kognitif
Teori Lapangan
Melalui teori-teori dasar tersebut dapat dipahami bagaimana manusia
bereaksi terhadap lingkungan. Apakah manusia dipengaruhi lingkungan
ataukah lingkungan berubah karena perilaku manusia, ataukah manusia dan
lingkungan dapat saling mempengaruhi.
B. Teori Stimulus Respon
Stimulus meruapakan rangsangan dari luar manusia, atau sesuatu hal
yang mempengaruhi manusia. Psikologi Lingkungan membahas tentang
stimulus sebagai lingkungan yang akan mempengaruhi manusia yang
berinteraksi dengannya. Lingkungan dalam hal ini dapat lingkungan fisik atau
lingkungan sosial. Sedangkan respon merupakan perilaku atau tingkah laku
yang terjadi pada manusia setelah ia mendapatkan stimulus atau objek yang
terdapat di lingkungan. Dengan demikian, dalam teori stimulus-respon
merupakan sebab-akibat.
Dalam teori stimulus-respon terdiri dari dua aliran yang berbeda, yaitu
aliran pertama yang menyatakan hubungan yang tidak ada perantaranya.
Aliran yang kedua adalah aliran yang melihat adanya perantara dalam
hubungan antara lingkungan (stimulus) dengan tingkah laku, yaitu proses faali
dalam diri manusia. Secara sederhana, hubungan antara stimulus dengan
lingkungan atau hubungan lingkungan dan manusia dapat dilihat pada bagan
berikut ini:
Stimulus/
Lingkungan
Manusia
Tingkah Laku
Asosiatif
Bagan 2: Hubungan asosiatif antara stimulus dan lingkungan
Pada bagan 2 di atas tampak bahwa seolah-olah apa yang terjadi dalam
diri seseorang tidak diperhatikan. Hubungan demikian dapat terjadi pada
masalah yang sederhana. Aliran todak melihat peran proses yang terjadi dalam
diri manusia banyak dalam suatu proses belajar, yaitu proses belajar dengan
cara pengkondisian (conditioning learning) dari Ivan Paplov. Perkembangan
proses belajar dalam teori stimulus respon menyertakan variable lain, yaitu
pemberian hadiah atau hukuman sebagai variable yang dapat memperkuat
hubungan stimulus dengan respon. Aliran teori stimulus respon yang
memperhitungkan adanya peoses yang terjadi dalam diri manusia, dipelopori
oleh Hull. Ia mengatakan bahwa hubungan antara stimulus atau lingkungan
dengan manusia tidak hanya hubungan asosiatif tetapi dapat pula hubungan
nonasosiatif. Hull bermaksud menjelaskan
C. Teori Kognitif
Kognitif merupakan proses sentral atau proses mental yang
mengantarai peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar diri seseorang dengan
yang terjadi di dalam diri manusia. Menurut Festinger pada tahun 1957
mengidentifikasikan elemen kognitof sebagai kognisi, dan didefinisikan
sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang mengenai dirinya sendiri,
tingkah lakunya, dan lingkungan diskitar. Struktur kognitif sangat berperan
dalam proses belajar, persepsi dan proses psikologis lainnya. Dalam
BAB 3
Teori-teori dalam Psikologi Lingkungan
A. Fungsi Teori dalam Psikologi Lingkungan
Psikologi lingkungan merupakan ilmu inter disiplin dan merupakan ilmu
pengetahuan yang dalam penelitiannya mengembangkan pengelitian teoretis dan
praktis. Teori-teori dalam psikologi lingkungan adalah menjelaskan bagaimana
hubungan antara manusia dengan lingkungan. Variabel-variabel lingkungan akan
memengaruhi atau berhubungan dengan fungsi-fungsi psikologis manusia yang
dapat terjadi dalam dirinya atau iklim psikologis yang terbentuk dalam interaksi
antara manusia dengan lingkungan.
Teori-teori Psikologi Lingkyngan dapat menjebatani pemahaman dengan
disiplin ilmu lain yang lebih menjelaskan mengenai lingkungannya. Sedangkan
psikologi tidak mungkin menjelaskan lebih mendalam tentang aspek-aspek
lingkungannya dengan rinci. Misalnya dalam kaitannya antara pencemaran udara
dengan perilaku manusia.
Berdasarkan pada uraian diatas, paling tidak ada 3 fungsi teori:
yang
menyimpulkan
konsep-konsep
dan
menjelaskan
10
11
12
melakukan
upaya
untuk
mengatasi
lingkungan.
2. Adjustment:
a. Manusia mengubah lingkungan agar seuai dengan standar yang
dimilikinya.
b. Manusia harus memiliki kemampuan untuk dapat mengubah
lingkungan, baik kemampuan intelektual, skill, maupun uang.
13
stimulus-stimulus
akan
14
15
situasi yang khusus pula. Jaringan sosial merupakan lingkungan yang bermakna
bagi seseorang, sehingga ia harus melakukan pergerakan menuju objek jaringan
sosial. Jaringan sosial dapat berupa sekolah, saudara, kantor, dll.
Jaringan sosial mempunyai beberapa dimensi, yaitu:
1. Keragaman relasi,yaitu jumlah variasi relasi yang ada, seperti
kehidupan bertetangga, teman sekerja, saudara, dll.
2. Menunjukkan kedekatan dari persahabatan dengan jaringan sosialnya.
3. Hubungan simetris, yaitu adanya hubungan yang seimbang dan
memiliki keuntungan secara sama.
4. Tingkat komitmen dalam melakukan relasi, karena adanya intesitas
dalam melakukan interaksi.
5. Frekuensi para aktor yang terlibat dalam berinteraksi dengan jaringan
sosialnya di luar aktivitas sehari-harinya.
6. Jumlah aktor yang dapat dihubungi dalam melakukan perilaku
jaringan sosial.
7. Kesamaan usia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan dalam
melakukan interaksi dengan jaringan sosialnya.
8. Keluasan hubungan antar aktor dinyatakan sebagai perbandingan dari
jumlah hubungan yang ada dengan jumlah kemungkinan hubungan.
9. Rata-rata jumlah hubungan antar dua aktor dengan jalur singkat.
10. Keluasan total jaringan sosial yang dipisahkan ke dalam klik atau
kelompok berbeda.
Altman dan Taylor menyatakan bahwa proses pertemanan atau
persahabatan dalam membentuk jaringan sosial diungkapkan sebagai proses
penetrasi sosial. Hipotesis yang diungkapkannya adalah sebagai berikut:
1. Proses penetrasi sosial bermula dari tingkatan yang bersifat dangkal
kearah mendalam (intim).
2. Proses penetrasi sosial bergerak secara bertahap dari tingkat
kedekatannya.
3. Tingkatan penetrasi sosial adalah bervariasi, sebagai fungsi dari
hubungan interpersonal yang ditandai oleh biaya dan keuntungan
dalam melakukan interaksi.
Salah satu aktivitas jaringan sosial dapat dilihat dari pola interaksi antar
tetangga di pemukimannya maupun di luar lokasi pemukimannya. Jaringan sosial
16
dapat dilihat dari hubungan dengan orang lain yang sedikit dikenalnya (looseknit),
dan jaringan sosial yang menunjukkan bahwa ia banyak saling kenal (closeknit).
Dengan demikian akan terlihat pola interaksi seseorang dengan jaringan
sosialnya.
Semakin luas jaringan sosial, maka aktivitasnya akan makin banyak.
Apabila seseorang dalam aktivitas jaringan sosial yang luas melakukan mobilitas,
maka hal ini akan terkait dengan permasalahan transportasi di dalam kota
sehingga perlunya mendapatkan perhatian yang lebih.
Perilaku jaringan sosial pada dasarnya merupakan fungsi dari proses
psikologis, objek jaingan, penggunaan fasilitas lain, daya tarik lingkungan
pemukiman, dan kemampuan jangkau. Proses psikologis dalam hal ini merupakan
proses persepsi, motivasi, dan sikap serta aspek psikologis lainnya.Apabila
dinotasikan dalam suatu rumusan, maka:
P.J.S = f (P.P, K.B, F.L, K.J, O.J)
Keterangan:
P.J.S = Perilaku Jaringan Sosial
f
= fungsi
P.P
= Proses Psikologis
K.B = Kehidupan Bertetangga atau Daya Tarik Lingkungan Pemukiman
K.J = Kemampuan Jangkau
O.J = Objek Jaringan Sosial
Rumusan di atas mendasarkan pada teori lapangan (field theory) yang
menggunakan rumus: B = f (P,E); di mana B adalah perilaku (behavior), f adalah
fungsi, P adalah person yang merupakan proses psikologis, dan E adalah
17
BAB 4
Evaluasi Lingkungan dan Lingkungan yang Dipilih
A. Evaluasi Lingkungan dan Persepsi Lingkungan
Apabila seseorang menyatakan bahwa lingkungan yang dihadapinya baik
atau buruk, maka proses psikologis yang bekerja dalam evaluasi lingkungan
adalah persepsi. Di dalam diri manusia yang terjadi diawali oleh proses
pengindraan, kemudian proses kognisinya mengenai lingkungan yang dihadapi
adalah memberikan arti dan menilai. Dengan demikian, salah satu alat untuk
melakukan evaluasi lingkungan pada seseorang adalah persepsi.
Evaluasi berada dalam proses yang terjadi di komponen kognitif lebih
dalam dibandingkan persepsi. Di mana persepsi berada paling luar, sehingga
persepsi sangatlah subjektif dan mudah sekali berubah pemaknaannya. Sedangkan
proses evaluasi memerlukan fungsi kognitif lainnya, yaitu kemampuan analisis,
sehingga berbagai fungsi psikologis lainnya akan berperan.
Faktor psikologis yang sering dilakukan oleh seseorang adalah melibatkan
komponen psikologis lainnya. Apabila dalam persepsi hanya melibatkan
komponen kognitif, maka komponen afektif dan psikomotor dapat saja
digunakan. Seseorang dalam melakukan evaluasi lingkungan dapat menyatakan
rasa senang atau tidak senang. Evaluasi lingkungan tersebut melibatkan faktor
18
psikologis lainnya, yaitu sikap. Hal ini berarti bahwa ketiga komponen sikap,
yaitu kognisi, afeksi, dan konasi melakukan evaluasi terhadap lingkungannya.
B. Lingkungan Terpilih
Ketertarikan seseorang merupakan suatu proses yang cukup komperhensif.
Artinya ketertarikan terhadap suatu objek dapat dikarenakan sebagai hasil
evaluasi di komponen kognitif. Atau kertertarikannya tersebut disebabkan oleh
komponen emosi atau afektif karena ia menyenagi objek tersebut.
Hasil penelitian oleh Steven Kaplan dan Rachel Kaplan (1975) yang
menggunakan model prefensi adalah sebagai berikut:
COHERENCE: Tingkatan pemandangan objek yang saling tergantung
atau memiliki organisasi, semakin koheren akan semakin besar untuk dipilih
pemandangannya.
LEGIBILITY: Tingkatan yang dapat membedakan pengamat untuk
memahami atau mengategorikan isi pemandangan objek. Semakin besar legibility
akan semakin dipilih.
COMPLEXITY: Jumlah dan variasi dari elemen-elemen pemandangan
atau objek yang berada di lingkungan, seperti perumahan, kompleks pertokoan,
dan pusat perbelanjaan. Semakin bergam suatu lingkungan akan semakin
menarik.
MYSTERY: Tingkatan dimana pemandangan objek berisikan informasi
tersembunyi, dengan adanya salah satu yang tergambarkan dalam pemandangan
akan dicari informasinya. Demikian pula dengan informasi yang tersembunyi
akan menimbulkan keinginan seseorang untuk mencari tahu informasi yang
tersembunyi di lingkungannya.
Evaluasi lingkungan tidak hanya menggunakan konsep Kaplan, tetapi
seperti halnya penilaian lingkungan yang dilakukan oleh Berlyne, evaluasi yang
dilakukannya mengaitkan bagaimana orang menilai keindahan lingkungan.
Berlyne mengemukakan dua konsep utama dalam hal manusia menilai
lingkungan, yaitu dengan membandingkan hal-hal yang terdapat pada stimulus
atau objek lingkungan dan eksplorasi.
19
untuk
20
21
22
BAB 5
Pemetaan Kognitif dan Kognitif Lingkungan
A. Pemetaan Kognitif dan Kognitif Lingkungan
Pemetaan kognitif pada dasarnya merupakan bagiann dari kehidupan
manusia sehari-hari karena ketika manusia akan pergi kesuatu tempat dia akan
membayangkan bagaimana cara menuju tujuannya baik itu membyangkan rute,
daerah dna lokasi yang dikenalnya. Singkatnya, suatu pemetaan kognitif
tergantung pada informasi yang masuk kedalam seseorang, yang diterima ke otak
akan diproses dan jika informasi tersebut kurang lengkap tentu akan menentukan
pemetaan kognitifnya.
23
dalam
pemetaan kognitif.
3. Daya ingat (memori) dalam pemetaan kognitif
Proses mengingat merupakan suatu kaitan aktivitas yang
berlangsung dalam diri seseorang. Informasi yang yang diterima oleh
seseorang akan dianalisis dalam pemikiran seseorang dan orang
tersebut
mengolah
informasi
berdasarkan
pengetahuan
yang
24
dalam
pengukuran
kecerdasan
terdapat
komponen
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannnya
akan
25
BAB 6
Ruang Personal, Teritorial, dan Kepadatan
A. Ruang personal
Ruang personal adalah ruang untuk berinteraksi dengan orang lain, batas
ruang disekitar kita yang tidak terlihat, orang lain tidak boleh memasuki ruang
personal seseorang dan orang tersebut akan mengatur bagaimana dalam
berinteraksi dengan orang lain dan dapat memilih jarak yang dekat ataupun jauh.
Hal ini berlaku dalam setiap aktivitas didalam kehidupan sehari-hari. Ada
beberapa fungsi dari ruang personal:
1. Menjaga ruang dalam berinteraksi dengan orang lain
2. Menjaga komunikasi yang nyaman
26
27
28
teritorial jika ada pihak yang melanggar dan dilanggar maka sangat
memungkinkan terjadinya adu kekuatan secara fisik.
D. Kepadatan
Kepadatan adalah pengertian di mana ukuran tingkat kepadatan penduduk
pada suatu daerah. Pengertian kepadatan penduduk ini biasanya dinyatakan
dengan jumlah penduduk di suatu daerah yang memiliki ukuran luas dan
dinyatakan dalam ukuran Km atau Ha.
29
BAB 7
Kebisingan, Cuaca Dan Ikim, Dan Pencahayaan
A. Kebisingan
Setiap orang memiliki pemaknaan kebisingan yang berbeda-beda. Suara
bising itu sendiri tidak hanya suara yang keluar dari sumbernya dengan tekanan
tinggi atau frekuensi yang tinggi, tetapi suara orang berbicara yang tidak
diinginkan pun bisa menjadi sebuah kebisingan. Seorang remaja yang sedang
mendengarkan musik menggunakan ear phone atau head phone dengan volume
tinggi sampai terdengar oleh temannya yang bersebelahan menurutnya itu tidak
bising walaupun gendang telinganya mendapatkan tekanan suara yang tinggi.
Lain halnya jika ada seseorang yang sedang mengerjakan suatu tugas tetapi ada
yang berbicara dan menganggu konsentrasinya. Walapun yang sedang berbicara
itu tidak memberikan tekanan suara yang tinggi pada gendang telinga tetapi jika
menangganggu konsentrasi kerja maka hal tersebut dinamakan kebisingan.
Oleh karena itu kebisingan tidak dipengaruhi secara langsung oleh factor
fisik tetapi fakor fisik juga tidak dapat diabaikan. Factor fisik merupakan
gelombang suara yang diterima oleh indra pendengaran kita dan memberikan
tekanan kepada gendang telinga orang yang mendengarnya. Manusia secara
normal dapat mendengar frekuensi suara antara 20-20.000 Hz (Hertz). Secara
psikologi freksuensi yang beragam disebut sebagai timbre atau kualitas tone.
30
Kualitas tone atau timbre yang menarik akan dimaknakan sedangkan kualitas tone
atau timbre yang kurang baik bisa menjadi sebuah gangguan bagi orang yang
mendengarnya. Adapun tinggi rendahnya suara secara psikologis yang disebut
sebagai amplitudo. Amplitudo adalah keras atau lemahnya suara. Dari beberapa
penjelasan di atas dapat diartikan bahwa aspek fisik dan psikologis tidak dapat
dipisahkan oleh stimulus.
Gelombang suara, amplitudo, dan timbre merupakan konsep-konsep dari
suara. Suara memberikan tekanan pada pendengaran kita sehingga kita dapat
mendengarnya. Skala tekanan suara adalah desibel (dB). Desibel adalah fungsi
logaritmik yang artinya tekanan 100 dB tidak sama dengan 2 x 50 dB. Manusia
yang memiliki kemampuan pendengaran yang normal mampu mendengar tekanan
yang paling rendah yaitu 0 dB sedangkan tekanan suara yang paling tinggi
meskipun masih mampu didengar oleh manusia tetapi dapat merusakn
pendengaran adalah 150 dB. Kita harus mengetahui sumber suara yang dapat
merusak telinga walaupun masih dapat didengar. Jika kita sudah mengetahui
sumber suara dari kebisingan kita dapat menghindarinya atau menggunakan
peralatan untuk menutup telinga.
Suara yang perlu dirancang pada suatu lingkungan tidak lebih dari 60 dB.
Oleh karena itu lingkungan kantor, ruang kelas, ruang museum, ruang keluarga
membutuhkan tekanan suara yang dapat memberikan ketenangan karena suasana
tenang dapat mempengaruhi perilaku manusia juga mempengaruhi manusia dalam
berinteraksi dengan lainnya.
1. Efek Kebisigan pada Fisiologis
Tekanan suara yang melebihi kemampuan fisiologisnya dapat
merusak pendengarannya atau dapat menyebabkan ketulian. Meskipun
tekanan suaranya 90 dB tetapi jika terus menerus menekan pendengaran
akan menyebabkan kerusakan pada pendengaran. Dan apabila seseorang
mendapatkan tekanan 150 dB maka akan mendapatkan kerusakan pada
gendang telinganya.
31
32
33
system
kardiovaskuler,
karena
adanya
peningkatan
Visibility seberapa baik suatu objek dapat dilihat oleh mata manusia.
34
Watt
5
10
10-20
20-50
Tipe Aktivitas
Area umum dengan sekitarnya gelap
Orientasi sederhana untuk kunjungan singka
Bekerja dengan fungsi mata kadang-kadang digunakan
Tugas mata membaca dengan huuf besar dan kontras yang tinggi,
50-100
100-200
200-500
kecil
Tugas mata membaca dengan huruf yang sangat kecil dan kontras
500-1000
1000-
5
6
7
2000
2. Aplikasi Pencahayaan
Dalam suatu pameran, pencahayaan sangatlah diperlukan untuk
meletakkan dan menyusun benda yang akan dipamerkan agar lebih menarik
perhatian. Dalam mempersiapkan pameran, perlu diperhatikan beberapa
prinsip psikologis dalam interaksi manusia dengan lingkungan pameran.
Aplikasi pencahayaan dala pameran merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Artinya antara cahaya yang diperlukan, benda yang akan
dipamerkan, penjelasannya artistic dalam penataannya, dan proses psikologis
yang terjadi dalam pameran, seperti proses belajar.
35
BAB 8
Pencemaran Udara, Tanggung Jawab, dan Tingkah Laku
Perlindungan Lingkungan
A. Pencemaran Udara
Seseorang dapat mempersepsikan lingkungannya tercemar bergantung
pada factor fisik dan psikologis. Pada umumnya orang akan mempersepsikan
pencemaran udara adalah negative karena baud an asap atau debu. Padahal udara
yang berbahaya adalah tidak mengandung bau dan asap (seperti gas CO). Gas
kendaraan dan bahan bakar minyak merupakan salah satu pencemaran udara.
1. Kualitas Udara di Kota Bandung
Di beberapa belahan kota Bandung sudah mengalami pencemaran
udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang sangat padat.
Pembangunan industri juga mempengaruhi udara di sebuah kota. Dalam
pembangunan industry sendiri membutuhkan bahan bakar dan materi
industry yang digunakan. Gas buangan tersebut dapat berbentu timbal (Pb)
(Power plant yang membutuhkan bensin, pengilangan minyak), SOx
(Sulfur dioxide, seperti power plant, kompor batu bara, pengilangan
minyak), NOx (Nitrogen oxide seperti industri yang menggunakan minyal
dari fosil, kendaraan), Toxic Pollutant yang berbahaya (seperti pabrik tiner
untuk cat, lem, dan asap rokok). Buangan gas mengakibatkan penyakit
yang berbahaya bagi manusia.
2. Dampak Pencemaran Udara
Seseorang yang menghirup udara kotor akan mengalami kekurangan
oksigen di dalam darah. Penyebabnya manusia akan merasa pusing, kerusakan
36
saraf, gangguan memori dan atensi. Kekurangan oksigen yang kronis dapat
menurunkan kecepatan memproses informasi dan mengingat, mengganggu short
term dan long term memory.
kerusakan
Masalah kulit: tungku yang menghasilkan arsenic dapat menimbulkan
kanker kulit
Gangguan pada: system saraf, liver, kesulitan dalam reproduksi, mata,
jantung, dan paru-paru.
37
perilaku
seseorang
terhadap
lingkungannya.
Norma
sosial
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Jika norma sosialnya positif maka tingkah
laku yang ditimbulkan akan positif. Selain disosialisasikan kepada masyarakat,
nilai-nilai yang tertanam dari orangtua dan masyarakat sangat penting dalam
pembentukan rasa tanggung jawab pribadi. Sedangkan rasa tanggung jawab
personal lebih pada didasari oleh motivasi. Kognisi dan nilai yang dianut
mempengaruhi stimulasi lingkungan maka muncul lah kebutuhan dalam dirinya.
Kebutuhan personal juga hasil dari proses belajar yang dimulai dari proses
interaksi dan pembelajaran dari orang tuanya. Pendidikan seseorang juga
memperkuat dasar pengetahuan dan nilai-nilai norma yang sudah diajarkan
terlebih dahulu oleh orang tua.
C. Tingkah Laku Perlindungan Lingkungan
Tingkah laku perlindungan lingkungan akan lebih kuat apabila didukung
oleh control tingkah laku aktual. Terjadinya tingkah laku perlindungan
lingkungan dapat pula dipengaruhi oleh dukungan sosial, dukungan akan
memperkuat tingkah laku pemeliharaan atau perlindungan lingkungan. Factorfaktor lingkungan dalam berinteraksi dengan manusia dapat memberikan
keserasian
dan
keselarasan,
maka
diperlukan
langkah-langkah
untuk
38