UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2010
Partnership Joint Venture - PDAM
D. Penanaman Modal
Pengertian penanaman modal asing menurut Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1967 “Pengertian
penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan
yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia.
Kepemilikan atas investasi dalam joint venture dapat dilakukan secara bervariasi. Pada
skala besar, perusahaan joint venture didirikan atas adanya perjanjian antara investor asing dan
nasional. Perjanjian kerja sarna ini memuat hak dan kewajiban para pihak. Kedudukan para
pihak dalam pengurusan ditentukan berdasarkan prosentase pemilikan saham perusahaan.
Presentase saham antara investor asing dan nasional biasanya tidaklah sama. Pada umumnya
investor nasional adalah pemegang saham minoritas, sedangkan investor asing adalah mayoritas.
Hal ini menyebabkan kelompok pemegang saham mayoritas cenderung menguasai pengelolaan
perusahaan joint venture.
Ada 2 (dua) sifat khas penanaman modal asing, menurut Robert Gilpin, yaitu:
a. Perusahaan multi/trans nasional (PMN/PTN) melakukan penanaman modal langsung di
negara-negara asing (foreign direct investment, “FDI”), melalui pendirian anak atau
cabang perusahaan atau pengambilalihan sebuah perusahaan asing, dengan sasaran
melakukan pengawasan manajemen terhadap suatu unit produksi di suatu negara asing,
yang berbeda dengan penanaman modal fortofolio pembelian saham dalam suatu
perusahaan.
b. Suatu PMN ditandai dengan adanya perusahaan induk dan sekelompok anak perusahaan
atau cabang perusahaan di berbagai negara dengan satu penampung bersama sumber-
sumber manajemen, keuangan dan teknik dengan integrasi vertikal dan sentralisai
pengambilan keputusan. Ditinjau dari negara yang terkait dalam PMN, maka ada 2 (dua)
negara yang terkait yaitu negara asal investasi (home state) dengan negara tuan rumah
(host state) atau negara yang merupakan pusat PMN (home country) dengan negara lain
yang merupakan tempat perusahaan tersebut melakukan operasi atau kegiatanya (host
country).
”Dalam rangka menarik penanaman modal asing ke Indonesia pada umumnya
menyangkut tiga hal yaitu adanya peluang di bidang ekonomi, kepastian hukum, dan stabilitas
politik.
Adapun syarat-syarat untuk menarik modal asing adalah:
a. Syarat keuntungan ekonomi (economic opportunity)
Yaitu adanya kesempatan ekonomi bagi investor, seperti dekat dengan sumber daya alam,
tersedianya bahan baku, tersedianya lokasi untuk mendirikan pabrik, tersedianya tenaga
kerja dan pasar yang prospektif.
b. Syarat Kepastian Hukum (legal certainity)
Pemerintah harus mampu menegakkan hukum dan memberikan jaminan keamanan.
Penerapan peraturan dan kebijakan, terutama konsistensi penegakan hukum dan
keamanan serta memperbaiki sistem peradilan dan hukum merupakan suatu syarat yang
sangat penting dalam rangka menarik investor.
c. Syarat stabilitas politik (political stability)
Penanaman modal asing pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh faktor stabilitas
politik (political stability). Konflik yang terjadi di antara elit politik atau dalam
masyaratkat akan berpengaruh terhadap iklim penanaman modal. Selain itu, belum
mantapnya kondisi sosial politik mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap
arus penanaman modal.
Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi
investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi
negara asal para investor. Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan
penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya
modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar
penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan haya
itu seringkali suatu negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas, karena
adanya pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing.
Hal ini mengingat karena terbatasnya modal, skill dan teknologi yang dimiliki negara
kita, serta banyaknya negara yang memerlukan kehadiran investor asing untuk menanamkan
modal di negaranya. Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan penerimaan pajak, hasil ekspor
migas dan non migas, tabungan dalam negeri dan bantuan luar negeri. Apabila hanya
mengandalkan sumber-sumber tersebut maka angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan
meningkat, untuk itulah diperlukan adanya penanaman modal asing. Indonesia memerlukan
modal asing karena:
a. Untuk menyediakan lapangan kerja;
b. Melaksanakan substitusi import untuk meningkatkan devisa;
c. Mendorong ekspor untuk mendapatkan devisa;
d. Membangun daerah-daerah tertinggal dan sarana prasarana;
e. Untuk industrialisasi atau alih teknologi.
Penanaman modal asing diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam
pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, telekomunikasi, perhubungan udara, air minum,
listrik, air bersih, jalan, rel kereta api. Penanaman modal asing diperlukan untuk
mengembangkan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan, oleh karena itu diperlukan dana
yang cukup besar.
E. Kebijakan Dalam Menentukan Kepemilikan Di Joint Venture
Adapun kebijaksanaan untuk menentukan persentase kepemilikan tersebut diatas, sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
• Partisipasi dalam keuntungan dan pertumbuhan usahanya.
• Pembagian aset pada waktu pailit.
• Kapasitas usaha pemegang saham, yang menyangkut misalnya baik tentang pengangkatan
direktur dan distribusi asset maupun mengenai perubahan objek perusahaan, serta perubahan
struktur modal.
• Kepatuhan pada kebijaksanaan domestic tentang PMA dari Negara mitra local
F. Masalah yang kerap terjadi di Join Venture
a. Umumnya joint venture dengan pihak Asia jarang berhasil dikarenakan perbedaan
budaya.
b. Adanya pembagian saham 49 % (nasional) -51% (asing) membuat perusahaan asing
dapat mengambil keputusan penting karena sahamnya lebih dari setengah, sedangkan bagi
perusahaan nasional walaupun sahamnya mendekati 50 % namun tetap saja tidak dihitung
sebagai setengah pemilik saham sehingga umumnya tidak dapat mengambil kepuusan
penting
c. Begitu juga dengan joint venture yang merupakan gabungan lebih dari dua perusahaan,
misalkan 5 perusahaan. Maka pembagian sahampun biasanya kecil –kecil, kemungkinan
masing-masing hanya punya 20 % saja. Kemudian masalahnya adalah dalam pengambilan
suatu keputusan akan terjadi pengoperan saham ke pihak lain, karena ketidakpuasan
d. Yang bermasalah lagi adalah bila joint venture dengan susunan 50%-50%, maka
keputusan tak dapat diambil,apalagi kalau tak ada yang mau mengalah. Karena itu jangan
pernah membuat jointventure dengan susunan sama seperti itu.
G. Penyelesaian sengketa
Berdasarkan pasal 32 UUPM, penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanam
modal para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa melalui musyawarah untuk mufakat.
Jika tidak tercapai penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase atau pengadilan. Dalam
hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal asing para pihak akan menyelesaikan sengketa
melalui arrbitrase internasional yang disepakati para pihak.
KESIMPULAN
Joint Venture adalah kerjasama diantara dua orang atau badan usaha atau lebih untuk
mengusahakan tertentu, karakteristik :
* Waktunya terbatas
* Masing-masing pihak dapat menyerahkan kontribusi baik berupa uang atau barang
* Keuntungan atau kerugian dibagi sama
* Untuk pihak-pihak yang berjasa diperhitungkan terlebih dahulu bunga modal, komisi,
bonus dan lain-lain
* Pimpinan usaha Joint Venture disebut ”managing partner” yang mempunyai kewajiban
menyelenggarakan pembukuan dan menyajikan laporan keuangan.
Daftar Pustaka
Penulis merasakan bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu bila
ada koreksi, komentar atau saran – saran yang bersifat konstruktif akan penulis terima dengan
senag hati demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan Penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat adanya. Dan dapat digunakan
oleh pembaca sebagaimana yang diharapkan penulis
Penulis