Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian
Suatu keadaan patofisiologi berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung
tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan / kemampuan hanya ada kalai disertai peninggian volume dialtolik
secara abnormal.
Gagal jantung (Congestive Heart Failure) adalah keadaan patofisiologi dimana jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. (Faqih
Ruhayanudin, 2006)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. ekanisme yang
mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang
mengarah pada curah jantung kurang dari normal.
(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang dan vetrikel tidak
mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan
volume diastolic akhir ventrikel secara progresif bertambah. (Elizabeth, 2009)
Aterosklerosis koroner
Hal ini mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia, asidosis, dan infark miokardium yang biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
2
Hal inimenyebabkan hipertrofi serabut otot jantung. Mekanisme kompensasi ini akan
meningkatkan kontraktilitas jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan gagal jantung.
3
Hal ini berhubungan dengan gaga jantung karena secara langsung merusak serabut jantung
sehingga kontratilitas menurun.
b. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat meliputi :
1. Gangguan aliran darah melalui jantung, misal : stenosis katup semiluner.
2. Ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah, misal : tamponade perikardium,
perikarditis konstriktif, stenosis katup AV.
3. Pengosongan jantung abnormal, misal : insufisiensi katup AV.
4. Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik
( misal :
hipertensi maligna ) walaupun tidak ada hipertrofi miokardial.
c. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung,
misalnya :
1
2
oksigen
Asidosis ( respiratorik atau metabolik ) dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
C. KLASIFIKASI
Gagal jantung menurut New York Heart Association terbagi atas atas 4 kelas fungsional ,
yaitu :
2. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi
jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang
3. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi
keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas
ringan.
Menurut lokasi terjadinya :
1
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3, kecemasan kegelisahan,
anoreksia, keringat dingin, dan paroxysmal nocturnal dyspnea,ronki basah paru dibagian
basal
2. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.
Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema akstremitas bawah yang
biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran
hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga peritonium), anoreksia
dan mual, dan lemah.
- Fatiq
- Orthopnoe
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
: K, Na, Cl, Mg
- Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT,
SGPT.
- Gula darah
- Kolesterol, trigliserida
- Analisa Gas Darah
b. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
kiri)
Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri koroner)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi
beban kerja jantung
Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah agar beban jantung berkurang
Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan
konsumsi oksigen miokard.
Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi,
peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih besar
dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.
Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1
adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
Sedati: Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan
dan memberi relaksasi pada klien.
G. PENGKAJIAN
1. biodata : identitas, riwayat penyakit sebelumnya, data bio-psiko-sosialspiritual
1.
Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
a Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung ,
bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen.
b Tanda :
1
TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2
Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3
Irama Jantung ; Disritmia.
4
Frekuensi jantung ; Takikardia.
5
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
posisi secara inferior ke kiri.
6
Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
7
Murmur sistolik dan diastolic.
8
Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianosis.
9
Punggung kuku ; pucat atau sianosis dengan pengisian
kapiler lambat.
10 Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
11 Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
12 Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
3.
Integritas ego
Gejala
Ansietas,
kuatir
dan
takut.
Stres
yang
berhubungan
dengan
4.
Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
5.
Makanan/cairan
a
Higiene
Neurosensori
a
b
8.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit dan perilaku melindungi diri.
9.
Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan
bantuan pernapasan.
Tanda :
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernapasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
b
1
2
3
4
5
6
10. Keamanan
a
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
12. Pembelajaran/pengajaran
a
saluran kalsium.
b Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
H. DIAGNOSA KEP
1. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan membran kapiler-alveolus.
a.
2. pola nafas tidak efektif dispneu akibat oksigenasi yang tidak adekuat
- Hilangkan tanda bahaya dan ketahui dari lingkungan. Berikan kebersihan mulut yang
sering.
Dapat menurunkan rangsang muntah.
- Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan perlahan sesuai indikasi.
Dapat menurunkan terjadinya muntah bila mual.
Kolaborasi :
- Berikan cairan IV melalui alat kontrol.
Cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin
diperlukan bila pasien GJK.
- Pemberian antiemetik, contoh proklorperazin maleat (compazine), trimetobenzamid (tigan),
sesuai indikasi.
Dapat membantu menurunkan mual/ muntah (bekerja pada sentral, daripada di gaster)
meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
- Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh Hb/Ht, BUN/ kreatinin, protein
plasma, elektrolit.
Mengevaluasi status hidrasi, fungsi ginjal dan penyebab/ efek ketidakseimbangan.
3. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai oksigen.
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
daripada kelebihan
aktivitas.
d.
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.
Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama
tirah baring.
b.
Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
d.
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e.
Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
f.
g.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan
kalori dalam pembatasan natrium.
5. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan
perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit,
Mendemonstrasikan perilaku/teknik
Pantau
kulit,
catat
penonjolan
tulang,
adanya
edema,
area
sirkulasinya
Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d.
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
untuk Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa: Yasmin asih, Editor Monica
Ester, Jakarta: EGC. 2000.
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC