Anda di halaman 1dari 12

STATUS PASIEN

IDENTITAS
Nama

: Ny. N

Umur

: 34 thn

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Cakung

Tanggal MRS : 6 Agustus 2015


ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Keluar darah segar dari jalan lahir sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit, namun
sudah berkurang ketika tiba di rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Darah yang keluar sekitar satu pembalut dan berwarna merah segar.
Tidak terdapat nyeri
Riwayat berhubungan saat siang hari
Mual muntah pagi hari sering dirasakan
Payudara terasa kencang
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os mengatakan sering keluar flek seperti darah selama kehamilan sekarang.
Hipertensi (-), diabetes melitus (-), hepatitis (-), asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (-), diabetes melitus (-), hepatitis (-), asma (-)
Riwayat Pengobatan :
Mengkonsumsi vitamin zat besi
Riwayat Alergi :
Makanan (-), obat obatan (-)

Riwayat Haid :

Menarkhe

: 13 tahun

Siklus Haid

: 28 hari, lama 7 hari, haid teratur, tidak nyeri

HPHT

: 10 Januari 2015

Riwayat pernikahan :

Pernikahan pertama

Masih menikah

Lama pernikahan 12 tahun

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi :


KB suntik setiap 1 bulan. Terakhir bulan Oktober 2015
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan :
Kunjungan ke bidan saat kehamilan 1 bulan
Riwayat Persalinan :
No.

Tempat Bersalin

Tahun

Aterm

1.
2.

RS Persahabatan
Bidan

2005
2011

Premature
Aterm

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Ringan
Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital
TD

: 110/90 mmHg

Suhu

: 36,6 oC

Nadi

: 82 x/menit

Nafas

: 19 x/menit

Mata

Konjungtiva

: tidak anemis

Jenis

Jenis

Berat

Persalinan
Normal
Normal

Kelamin
Perempuan
Laki-laki

Lahir
2200gr
2800gr

Keadaan
Hidup
Hidup

Sclera

: tidak ikterik

Jantung
BJ I-II murni regular
Murmur (-)
Gallop (-)
Paru-paru

Vesikuler

Wheezing (-)

Ronkhi (-)
Abdomen
Nyeri tekan (-)
Pekak
BU (+) normal
Ekstremitas

:Edema -/-

Status Obstetri :
Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi

Palpasi

:
Leopold I

: TFU 26 cm, Bokong

Leopold II

: Puka

Leopold III

: Kepala

Leopold IV

: Konvergen

Denyut Jantung Janin : 147 x/menit


Taksiran Berat Janin : 1045-1680gr
His

:-

Pemeriksaan Dalam : PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (07-08-2015)
Hematologi
Hemoglobin

10,9g/dl

Eritrotosit

3,87 juta/L

Hematokrit

32,5%

Trombosit

198x103/L

Hemostasis
PT

9,8s

APTT

27,0s

Pemeriksaan USG (08-08-2015)


Janin tunggal, hidup, intrauterine, kepala melayang
Plasenta anterior SBR sd III
Taksiran Berat Janin : 1287gr
Dx : Plasenta Previa Marginqlis
DIAGNOSA
Diagnosa Klinis

: G3P2A0 H 29 minggu 4 hari Janin tunggal hidup +


Perdarahan pervaginam e.c. susp. Plasenta Previa

Diagnosa Banding

: Perlukaan jalan lahir


Solusio Plasenta

Diagnosa Pasti

: G3P2A0 H 29 minggu 4 hari Janin tunggal hidup +


Perdarahan pervaginam e.c. Plasenta Previa Marginalis

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum

II.

Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia
diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan
tunggal. Kecacatan pada uterus juga mempertinggi angka kejadiannya, Pada beberapa
Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan
2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin
disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Dengan meluasnya
penggunaan ultrasonografi dalam obstetric yang memungkinkan deteksi lebih dini,
insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.

III.

Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di
daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yangtidak
memadai, mungkin sebagai akibar dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia
lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi fi endometrium semuanya dapat
dipandang sebagai faktor risiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah

sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok
dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon
mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai
upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
IV.

Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin
juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk
dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari
uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta
yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu
dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak
ole karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah
pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena
terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta
pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena

pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka
laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim
terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru tejadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit
tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga
mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa
terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih dari separuhnya pada umur
kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan
ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak
membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang
terjadi koagulopati pada plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
midah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih
kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta,
bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli
dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi
pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks
yang rapu mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua
kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta
previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna

(retention placentae), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi dengan baik
V.

Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium utei
internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggi
ostium internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarah lebih kurang 2
cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal.

VI.

Gambaran Klinik
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke
atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi
berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti
mengalir.
Gejala dan tanda utama, yaitu :
1. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu.
2. Darah segar atau kehitaman dengan bekuan.
3. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi
Braxton Hicks, atau koitus.

VII.

Diagnosis
Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut biasanya
menderita plasenta previa atau solusio plasenta. Gambaran klinik yang klasik sangat
menolong membedakan antara keduanya.
Pemeriksaan klinis yang didapatkan, yaitu :
a
b
c

Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri.


Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu atas

panggul atau ada kelainan letak.


Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.

Pemeriksaan penunjang yang didapatkan, yaitu :


a

Pemeriksaan laboratorium : golongan darah, kadar hemoglobin, hematokrit,

waktu perdarahan dan waktu pembekuan.


Pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis plasenta previa dan taksiran berat
badan janin.

VIII. Pentalaksanaan
Dibagi dua yaitu :
1

Ekspektatif
a Syarat :
- Keadaan umum ibu dan anak baik.
- Perdarahan sedikit.
- Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat badan janin

kurang dari 2500 gr.


- Tidak ada his persalinan
Penatalaksanaan :
- Pasang infus, tirah baring.
- Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik.
- Pematauan kesejahteraan janin dengan USG da CTG setiap minggu.

Aktif
a Persalinan pervaginam

Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau


plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak kepala).
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG, perabaan
fornises atau pemeriksaan dalam di kamar operasi tergantung

IX.

indikasi.
- Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominam
Dilakukan pada keadaan :
- Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
- Plasenta previa totalis.
- Plasenta previa lateralis di posterior.
- Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang.

Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak,
dan perdarahan yang terjadi itu tidak dpaat dicegah sehingga penderita menjadi
anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya
menerobos ke dalam myometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab kejadian plasenta akreta, plaseta inkreta dan bahkan plasenta perkerta.
Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta
atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada
bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.

Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah
seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah seksio sesarea 3
kali.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu,
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya
pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh
salah satu sebab terjadi perarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara
yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligase arteria
uterine, ligase arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligase arteria
hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya
adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu
merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa
lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh
karena tindakan temrinasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan
belum aterm. Pada kehamilan <37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan patu janin sebagai upaya antisipiasi.
6. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain
masa rawatan yang lebih lama, adalah berisiko tinggi untuk solusio plasenta
(Risiko Relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8),
perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan
(50%), dan disseminated intravascular coagulation (DIC)

X.

Prognosis
Ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan dengan
masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG di
samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah
sakit kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai