Oleh:
Kelompok 1
No
1
2
3
4
6
5
7
Nama
Syaiful Khafidzi
Ahmad Handoko
Rosi Noviyanti
Chomairoh Asmarandiny
Muhammad Imron
Muhammad Wildan Ali
Gita Putri Prihariyani
NIM
130341100065
130341100025
130341100069
130341100075
130341100017
130341100073
130341100011
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagian besar wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang
letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai
sarana perhubungan lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut
yang sangat kaya dan penting antara lain sumber daya perikanan, terumbu
karang, mangrove, bahan tambang, dan pada daerah pesisir dapat dimanfaatkan
sebagai obyek wisata yang menarik. Laut juga mempunyai arti penting bagi
kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan biota
laut lainya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang
sangat besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun
masa depan. Oleh karena itu, laut yang merupakan satu sumber daya alam, sangat
perlu untuk dilindungi. Hal ini berarti pemanfaatannya harus dilakukan dengan
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang
akan datang. Agar laut dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat
mutu yang diinginkan, maka kegiatan pengendalian dan/atau perusakan laut
menjadi sangat penting. Pengendalian pencemaran dan/atau perusakan ini
merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengelolaan lingkungan hidup (Misran
2002).
Akhir-akhir ini pencemaran laut telah menjadi suatu masalah yang perlu
ditangani secara sungguh-sungguh. Hal ini berkaitan dengan semakin
meningkatnya kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Di
samping menghasilkan produk-produk yang diperlukan bagi kehidupannya,
kegiatan manusia menghasilkan pula produk sisa (limbah) yang dapat menjadi
bahan pencemar (polutan). Cepat atau lambat polutan itu sebagian akan sampai di
laut. Hal ini perlu dicegah atau setidak-tidaknya dibatasi hingga sekecil mungkin
(Misran 2002).
Di Indonesia, teknologi untuk mengolah berbagai polutan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia masih sangat mahal. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem pemisahan yang cukup selektif dan ekonomis untuk
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bioteknologi kelautan.
2. Untuk mengetahui contoh dari bioteknologi kelautan.
1.3 Manfaat
1.
2.
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi bioteknologi
Bioteknologi merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme
hidup atau bagian organisme untuk membuat, memodifiksi, meningkatkan, atau
memperbaiki sifat makhluk hidup serta mngembangkan mikroorganisme untuk
penggunaan khusus (Djumhana 1995).
Menurut (Djumhana 1995) bioteknologi adalah teknologi pemanfaatan
organisme (mikroba) atau produk organisme yang bertujuan untuk menghasilkan
bahan atau jasa. Bioteknologi bukanlah hal yang baru bagi peradaban manusia.
Teknologi seperti pembuatan tape, tempe, kecap dan tuak menunjukkan
pemanfaatan mikroba untuk mengubah bahan dasar menjadi bahan yang bernilai
ekonomi lebih tinggi.
Bioteknologi dibagi menjadi 2, yaitu bioteknologi tradisional dan
bioteknologi modern.
1. Pengertian Bioteknologi Tradisional adalah bioteknologi yang bersifat
sederhana dengan menggunakan jasad renik (mikroba) alami yang pada
mulanya penggunaannya bersifat untung-untungan belum berdasarkan ilmiah.
2. Pengertian Bioteknologi Modern adalah bioteknologi yang menggunakan
organisme hasil rekayasa genetik melalui perlakuan yang mengubah landasan
penentu kemampuan hidup, dengan mengubah tatanan gen yang menentukan
sifat spesifik suatu organisme, sehingga dalam proses pengubahan dapat
berlangsung secara lebih efisien dan efektif. Selain itu juga bioteknologi
modern dituntut oleh hasil yang lebih komersial, yaitu produknya harus dapat
bersaing dalam harga, dengan menggunakan metode alternatif pembuatan
produk yang sama.
2.2 Pencemaran laut
2.2.1 Pengertian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19/1999, pencemaran laut diartikan
dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
konservatif/non-konservatif :
a) Golongan non-konservatif terbagi dalam tiga bentuk yaitu :
1. Buangan yang dapat terurai (seperti sampah dan lumpur), buangan dari
industri pengolahan makanan, proses distilasi (penyulingan), industriindustri kimia, dan tumpahan minyak.
2. Pupuk, umumnya dari industri pertanian.
tetapi
juga
2.
Absorbents.
Zat untuk menyerap minyak ditaburkan di atas tumpahan minyak dan
kemudian zat tersebut menyerap minyak tadi. Umumnya zat yang digunakan
untuk menyerap minyak adalah : lumut kering, ranting, potongan kayu. Ada pula
zat sintetis yang dibuat dari polyethylene, polystyrene, polyprophylene dan
polyurethane (Misran 2002).
3. Dispersant.
Dispersant dicampur dengan 2 komponen lain dan dimasukkan ke lapisan
minyak yang akhirnya berbentuk emulsi. Stabiliser akan menjaga emulsi tadi
agar tidak pecah. Dispersant akan menenggelamkan minyak dari permukaan air.
Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan air
dan mempercepat proses penghancuran secara mikrobiologi. Dispersant tidak
akan berguna pada daerah pesisir karena adanya unsur timbal yang terlarut. Perlu
ditambahkan bahwa dispersant yang makin baik selalu menggunakan pelarut
yang lebih beracun untuk kehidupan laut (Misran 2002).
4. Pembakaran
Membakar minyak di laut lepas umumnya kurang berhasil, karena minyak
ringan yang terkandung telah menguap secara cepat. Selain itu panas dari api
akan diserap oleh air laut sehingga pembakaran tidak akan efektif. Masalah
pencemaran di laut tidak akan ada habisnya selama manusia masih melakukan
aktivitas atau kegiatan produksi di laut seperti menangkap ikan dengan
menggunakan mesin, membuang air bilge, pengeboran lepas pantai, dan
pembuangan minyak serta membuang bahan-bahan berbahaya yang seenaknya
tanpa menghiraukan faktor lingkungan, jadi untuk menjaga keindahan laut serta
keanekaragaman biotanya yang merupakan sumber daya alam diperlukan
kesadaran dari kita akan kelestarian alam (Misran 2002).
2.6 Contoh bioteknologi pencemaran laut
2.6.1. Bioremidiasi
Istilah bioremidiasi digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan
mikroorganisme perombak polutan untuk membersihkan lingkungan tercemar.
Kerugian
Tidak semua bahan kimia dapat
diolah secara bioremidiasi
ekstensif
Diterima masyarakat
Perusakan minimum
Padat ilmiah
Teknologi Bioremidiasi
ke
tempat
asalnya
untuk
memulai
bioproses.
Namun
sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh
dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat
ditemukan di area yang tercemar.
b.
Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial ke
dalam limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara
biologi. Cara ini paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di
suatu tempat. Hambatan mekanisme ini yaitu sulit untuk mengontrol kondisi
yang tercemar agar mikroba dapat berkembang dengan optimal. Selain itu
mikroba perlu beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Dalam beberapa hal,
teknik bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan nutrien tertentu.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait
dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang
asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
c. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.
Bioremediasi berdasarkan lokasi terdapat 2 macam yaitu:
a. In situ, yaitu dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar ( proses
bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut).
Proses bioremadiasi in situ pada lapisan surface juga ditentukan oleh faktor
bio-kimiawi dan hidrogeologi.
b. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah
tersebut lalu ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke
tempat
asal.
Lalu
diberi
perlakuan
khusus
dengan
memakai
mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan mudah dikontrol dibanding
in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang
lebih beragam.
2.6.1.2.
hidrofobik
dan
hidrofilik,
yang
mampu
mengikat
molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan.
Selain
itu
biosurfaktan
secara
ekstraseluler
menyebabkan
emulsifikasi
ketersediaan
substrat
yang
tidak
larut
melalui
bakteri ini tumbuh pada suhu 20-300 0C, dan tumbuh optimum pada suhu 33-350
0
sebagai sumber nutrisi, sehingga mampu meremidiasi tanah yang tercemar oleh
minyak. Bakteri ini bisa menggunakan amonium dan garam nitrit sebagai sumber
nitrogen, akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. D-glukosa adalah
satu-satunya golongan heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini, sedangkan
pentosa D-ribosa, D-silosa, dan L-arabinosa juga bisa digunakan sebagai sumber
karbon oleh beberapa strain.
3. Bacillus
Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk
batang pendek (rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 m dan panjang
3-5m. Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Adapun suhu
pertumbuhan maksimumnya yaitu 30-500C dan minimumnya 5-200C dengan pH
pertumbuhan 4,3-9,3. Bakteri ini mempunyai kemampuan dalam mendegradasi
minyak bumi, dimana bakteri ini menggunakan minyak bumi sebagai satusatunya sumber karbon untuk menghasilkan energi dan pertumbuhannya. Pada
konsentrasi yang rendah, bakteri ini dapat merombak hidrokarbon minyak bumi
dengan cepat. Jenis Bacillus sp. yang umumnya digunakan seperti Bacillus
subtilis, Bacillus cereus, Bacillus laterospor.
2.6.2. Fitoremidiasi
1. Pengertian
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan
dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Akhir-akhir ini teknik reklamasi
dengan fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti lebih murah
dibandingkan metode lainnya, misalnya penambahan lapisan permukaan tanah.
Fitoremediator tersebut dapat berupa herba, semak bahkan pohon. Semua
tumbuhan mampu menyerap logam dalam jumlah yang bervariasi, tetapi beberapa
tumbuhan mampu mengakumulasi unsur logam tertentu dalam konsentrasi yang
cukup tinggi (Yuliana 2013).
berat
dibagi
menjadi
tiga proses
yang
berkesinambungan, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar
kebagian tumbuhan lain dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk
menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut (Furi 2012).
2. Proses fitoremidiasi
Menurut Musfa, (2015) berikut merupakan proses terjadinya fitormidiasi.
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses
secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan yang berada
disekitarnya.
1.
Phytoacumulation
Proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga
2. Rhizofiltration
Merupakan proses adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan oleh akar
untuk menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan Phytoextraction tapi
digunakan untuk membersihkan air tanah terkontaminasi daripada tanah
tercemar. Kontaminan yang baik teradsorbsi ke permukaan akar atau diserap oleh
akar tanaman. Tanaman yang digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam
langsung di situs tetapi harus terbiasa untuk polutan yang pertama. Tanaman
hidroponik di tanam pada media air, hingga sistem perakaran tanaman
berkembang.
3. Phytostabilization
Merupakan penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat
(stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam
media. Untuk mencegah kontaminasi dari penyebaran dan bergerak di seluruh
tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh akar dan akumulasi, diabsorbsi
akar, terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di sekitar akar yang bekerja seperti
laboratorium kimia kecil dengan mikroba dan bakteri dan organisme mikro yang
disekresikan oleh tanaman) ini akan mengurangi atau bahkan mencegah
perpindahan ke tanah atau udara, dan juga mengurangi bioavailibility dari
kontaminan sehingga mencegah penyebaran melalui rantai makanan.
4. Rhyzodegradetion
Disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted
bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
microba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.
5. Phytodegradation
Proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan
yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak
berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan yang dapat
berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung
pada daun , batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang
6. Phytovolatization
Proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam
bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk
selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air
200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bioteknologi merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme
hidup atau bagian organisme untuk membuat, memodifiksi, meningkatkan, atau
memperbaiki sifat makhluk hidup serta mngembangkan mikroorganisme untuk
penggunaan khusus. Bioteknologi ini dibagi menjadi 2 yaitu bioteknologi
tradisional yang menggunakan (jasad renik) mikroba alami dan bioteknologi
modern yang telah menggunakan organisme hasil rekayasa genetik.
Adapun contoh bioteknologi kelautan yaitu bioremidiasi dan fitoremidiasi.
Bioremidiasi adalah pemanfaatan mikroorganisme pendegradasi polutan untuk
membersihkan lingkungan tercemar.adapun sasaran utamanya adalah limbah
minyak. Mikroba tersebut merubah limbah minyak menjadi bahan makanannya
atau sebagai sumber energi dengan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Sedangkan fitoremidiasi adalah
DAFTAR PUSTAKA
Pengelahan
Limbah)
www.