Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena berkat karunia
Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Embriologi Manusia
dengan topik Gametogenesis, ovulasi dan implantasi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca. Akhir kata penulis sampaikan ucapan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
A.
Proses Gametogenesis..................................................................................................6
B.
Ovulasi........................................................................................................................21
C.
Fertilisasi....................................................................................................................25
D.
Pembelahan (Cleavage)..............................................................................................28
E.
Pembentukan Blastokista...........................................................................................29
F.
Implantasi...................................................................................................................30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mudigah pada akhir minggu ketiga
Gambar 2. Pembelahan mitosis
Gambar 3 Pembelahan Meiosis
Gambar 4 Diferensiasi Menjadi Oogenia
Gambar 5 Potongan Ovarium pada Berbagai Tahap Perkembangan
Gambar 6 Folikel pada Setiap Tahap
Gambar 7 Perkembangan folikel primer
Gambar 8Pertumbuhan folikel sekunder
Gambar 9 Tahapan Oogenesis
Gambar 10 Korda Primitif Neonatus Pria
Gambar 11 Produksi Meiosis selama Spermato-genesis pada Manusia
Gambar 12 Tahapan Spermatogenesis
Gambar 13 Remodelling dan Packaging Spermatid
Gambar 14 Siklus Ovarium
Gambar 15 Folikel
Gambar 16 Siklus Ovarium
Gambar 17 Hubungan Fimbriae dan Ovarium
Gambar 18 Tiga Fase Penetrasi Oosit
Gambar 19 Fertilisasi
Gambar 20 Perkembangan Zigot
Gambar 21 Reaksi Plasminogen
Gambar 22.Tahap implantasi
Gambar 23. Decidua
Gambar 24 Perjalanan oosit setelah ovulasi hingga implantasi
6
8
12
13
14
14
16
17
18
20
20
21
21
23
24
24
25
27
28
29
35
36
37
38
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Embriologi merupakan suatu studi yang mempelajari fenomena perkembangan
satu sel menjadi bayi selama 9 bulan dimana objek kajiannya mencakup faktor
molekular, seluler dan struktural yang berperan dalam pembentukan suatu
organisme.
Proses perkembangan embrio manusia terbagi dalam 2 tahap yaitu masa
embriogenesis yaitu perkembangan dari satu sel melalui periode pembentukan
organ-organ primordial selama 8 minggu pertama kehidupan manusia sehingga
disebut juga masa organogenesis. Periode dari 8 minggu hingga lahir disebut dengan
masa janin (fetal period) yaitu masa disaat diferensiasi berlanjut sementara janin
tumbuh dan bertambah beratnya.
Sebelum terjadi proses perkembangan embrio dan selanjutnya menjadi janin,
terlebih dahulu sel germinativum primordial (SGP) berasal dari endoderm yang
melapisi kantung telur (yolk sac) saling menempel dan bermigrasi ke arah dorsal
sepanjang dinding kantung telur (yolk sac), usus tengah (mid gut) dan mesenterium
dorsal pada minggu keempat menuju gonad yang sedang terbentuk dan mengalami
proses mitotic berulang kali untuk memperbanyak jumlah hingga tiba di gonad pada
akhir minggu kelima.
Selanjutnya sel germinativum primordial akan mengalami gametogenesis
melalui proses meiosis dan mengalami sito-diferensiasi menjadi gamet pria (sperma)
maupun gamet wanita (oosit).
Untuk memenuhi kebutuhan reproduksi dan mempertahankan keturunan agar
tidak punah, manusia bereproduksi melalui proses fertilisasi (penyatuan gamet pria
dan gamet wanita) dengan di awali proses ovulasi pada wanita. Hasil fertilisasi yang
disebut zigot selanjutnya akan mengalami perkembangan embryogenesis dan
organogenesis setelah menanamkan diri (implantasi) dalam endometrium ibunya
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut, diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Gametogenesis
1. Sel Germinativum Primordial
Perkembangan berawal dari pembuahan (fertilisasi), proses penyatuan gamet
pria (sperma) dan gamet wanita (oosit) untuk menghasilkan zigot. Gamet berasal dari
sel germinativum primordial (primordial germ cells) yang terbentuk di epiblas
selama minggu kedua dan yang bergerak menuju dinding yolk sac. Selama minggu
keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac menuju ke gonad yang sedang
terbentuk, tempat sel-sel ini sampai pada akhir minggu kelima. Pembelahan mitotik
meningkatkan jumlah sel ini sewaktu bermigrasi dan juga ketika tiba di gonad.
Sebagai persiapan untuk fertilisasi, sel germinativum mengalami gametogenesis
yang mencakup meiosis, untuk mengurangi jumlah kromosom dan sitodiferensiasi
untuk menuntaskan pematangannya.
individu secara genetis adalah wanita dan jika pasanganya XY, individu tersebut
secara genetis pria. Satu kromosom dari setiap pasangan berasal dari gamet ibu
(oosit) dan satunya lagi dari gamet ayah (sperma). Karena itu setiap gamet
mengandung jumlah haploid, yaitu 23 kromosom dan penyatuan kedua gamet saat
fertilisasi memulihkan jumlah diploid (46).
a. Mitosis
Mitosis adalah proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua sel
anak yang secara genetis identik dengan sel induk. Setiap sel anak menerima
komplemen lengkap 46 kromosom. Sebelum suatu sel mengalami mitosis, setiap
kromosom mereplikasi asam deoksiribonukleatnya (DNA). Selama fase
replikasi ini, kromosom menjadi sangat panjang, tersebar difus ke seluruh
nukleus, dan tidak dapat dikenali dengan mikroskop cahaya. Saat mitosis
dimulai, kromosom mulai membentuk kumparan, berkontraksi dan memadat dan
proses ini menandai dimulainya profase.
Mitosis terdiri atas 4 fase yang terjadi secara berurutan yaitu:
1) Profase
Memasuki profase, kromatin mengalami kondensasi membentuk
kromosom. Kromosom cepat memendek dan menjadi lebih tebal. Tiap
kromosom terdiri atas 2 kromatid yang dihubungkan oleh sebuah sentromer.
Selama profase, nukleolus dan membran inti menghilang. Mendekati akhir
profase terbentuklah spindel. Pada akhir profase, kromosom kromosom
mulai menempatkan diri di bidang ekuator dari sel.
2) Metafase
Kedua kromatid dalam satu kromosom, sering disebut kromatid
kakak beradik (sister chromatids) masih dihubungkan oleh satu sentromer
dan terletak di bidang ekuator sel.
3) Anafase
Kedua kromatid kakak beradik memisahkan diri dan masing-masing
bergerak sebagai kromosom anakan menuju ke kutub dari spindel yang
berlawanan letaknya. Proses ini didahului oleh membelahnya sentromer
menjadi dua bagian. Fase ini menyelesaikan pembagian jumlah kromosom
secara kuantitatif sama ke dalam sel anakan.
4) Telofase
Datangnya kromosom anakan di kutub spindel merupakan tanda
dimulainya telofase. Terbentuknya membran inti baru, anak inti baru dan
menghilangnya spindel terjadi selama fase ini. Benang-benang spindel
7
b. Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur
(Sadler, 2012).
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi dalam pembentukan sel-sel
kelamin (sel telur dan sel sperma) (Sloane, 2008).
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, meiosis I dan meiosis II, untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid 23. Seperti pada mitosis,
sel germinativum pria dan wanita (spermatosit dan oosit primer) pada awal
meiosis I mereplikasikan DNA mereka sehingga setiap 46 kromosom tersebut
digandakan menjadi sister chromatid.
Namun, berbeda dengan mitosis kromosom-kromosom homolog
kemudian bergabung membentuk pasangan-pasangan, suatu proses yang disebut
sinapsis. Pembentukan pasangan bersifat eksak dan titik demi titik kecuali
8
Kromatid berbaris pada bidang ekuator sel dan tersusun berpasangan, namun
tidak dalam bentuk tetrad seperti metafase I
3) Anafase II
Sentromer membelah dan kromatid yang terpisah menjadi kromosom.
Kromatid yang terpisah pada anafase II bukanlah kromatid berpasangan.
Berlawanan dengan kromatid pada pembelahan mitosis, kromatid tersebut
secara genetik tidak identik akibat persilangan atau kombinasi ulang.
4) Telofase II
Membran nuklear terbentuk kembali, kromosom melebar dan terjadi
sitokenesis. Setiap sel baru berisi satu dari setiap jenis kromosom, jumlah
kromosom adalah haploid.
Hasil penting dalam pembelahan meiosis adalah empat sel yang masingmasing mengandung satu kromotid dari tetrad asli pada profase I, dihasilkan
dari satu sel induk. Setiap sel mengandung setengah jumlah kromosom,
seperempat jumlah DNA normal yang diproduksi pada tahap interfase.
11
dalam waktu
yang
bersamaan,
oogenesis
hanya
mampu
kelompok mungkin berasal dari satu sel, sel epitel gepeng ang dikenal
sebagai sel folikular, berasal dari epitel permukaan yang menutupi ovarium.
Sebagian besar oogenia telah membelah dengan mitosis, tetapi sebagian
diantaranya terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan
pembelahan oosit primer.
13
awal
pembelahan
meiotik
pertama
tetapi
tidak
adalah
suatu
proses
kompleks
di
mana
sel
spermatogonia
menjadi
spermatozoa.
Saat
lahir,
sel-sel
germinativum pada bayi pria dapat dikenali di korda seks testis sebagai sel besar
pucat yang dikelilingi oleh sel penunjang. Sel penunjang yang berasal dari epitel
17
permukaan kelenjar dengan cara seperti sel folikular, menjadi sel sustentakular
atau sel sertoli.
Segera sebelum pubertas, genjel seks membentuk suatu lumen dan
menjadi tubulus seminiferus. Pada waktu yang hampir bersamaan, sel-sel
germinativum primordial membentuk sel tunas spermatogonia. Dari populasi sel
tunas ini muncul sel-sel dalam interval-interval yang teratur untuk membentuk
spermatogonia
tipe
A,
dan
pembentukannya
menandai
dimulainya
spermatogenesis.
Sel tipe A mengalami pembelahan mitotik dalam jumlah terbatas untuk
membentuk suatu klonal sel. Pembelahan sel yang terakhir menghasilkan
spermatogonia tipe B yang kemudian membelah untuk membentuk spermatosit
primer. Spermatosit primer kemudian memasuki tahap profase yang
berkepanjangan diikuti oleh penuntasan secara cepat meiosis I dan membentuk
spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiotik kedua, sel-sel ini cepat
membentuk spermatid haploid.
Selain itu, spermatogonia dan spermatid tetap terbenam di dalam sel
sertoli selama perkembangannya. Dengan cara ini, sel sertoli menunjang dan
melindungi sel germinativum, ikut serta memberi nutrisinya dan membantu
pembebasan spermatozoa matur.
Spermatogenesis diatur oleh produksi LH (Luteining Hormone) oleh
hipofisis. LH mengikat reseptor di sel leydig dan merangsang produksi
testosteron, yang pada gilirannya berkaitan dengan sel sertoli untuk mendorong
spermatogenesis. FSH (Folicle Stimulating Hormone) juga esensial karena
pengikatan hormon ini ke sel sertoli merangsang pembentukan cairan testis dan
sintesis protein reseptor androgen intrasel.
Serangkaian perubahan yang menyebabkan transformasi spermatid
menjadi
spermatozoa
disebut
spermiogenesis.
Perubahan-perubahan
ini
19
ini Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) merangsang
dan mengontrol perubahan siklik pada ovarium.
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai
perkembang. Namun hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular, saat
lingkungan hormonal tepat untuk mendorong pematangannya, yang berlanjut melalui
tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena tidak mendapat bantuan
hormon,
mengalami
atresia.
Selama
pembentukan
folikel,
seiring
dengan
pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer untuk digunakan jika dibuahi,
terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam
persiapan untuk pembelahan sel telur dari ovarium.
Pada keadaan normal, hanya satu dari folikel-folikel ini mencapai tingkat
kematangan sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan; yang lain mengalami
degenerasi dan atretik. Ketika suatu folikel menjadi atretik maka oosit dan sel
folikular disekitarnya berdegenerasi dan digantikan oleh jaringan ikat, membentuk
korpus luteum. FSH juga merangsang pematangan sel folikular (granulosa) yang
mengelilingi oosit. Sebaliknya, proliferasi sel-sel ini diperantarai oleh Growth
Differentiation Factor 9 (GDF9), anggota dari famili Transforming Growth Factor
(TGF).
Sel granulosa dan sel teka bekerja sama untuk menghasilkan estrogen yang
menyebabkan endometrium uterus masuk ke fase folikular atau proliferatif,
menyebabkan penipisan mukus serviks sehingga sperma mudah lewat dan merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan LH. Di pertengahan siklus, terjadi lonjakan LH yang
meningkatkan
konsentrasi
maturation-promoting
factor,
menyebabkan
oosit
21
Pada hari-hari segera sebelum ovulasi, dibawah pengaruh FSH dan LH, folikel
sekunder tumbuh cepat. Bersamaan dengan pembentukan akhir folikel sekunder,
terjadi peningkatan mendadak LH yang menyebabkan oosit primer menuntaskan
meiosis I dan folikel masuk ke stadium preovulasi. Meiosis II juga dimulai, tetapi
oosit terhenti pada metafase sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Sementara itu, permukaan
ovarium mulai menonjol secara lokal dan di apeks, muncul suatu titik avaskular
(stigma).
Tingginya konsentrasi LH meningkatkan aktivitas kolagenase, menyebabkan
dicernanya serat-serat kolagen yang mengelilingi folikel. Kadar prostaglandin juga
meningkat sebagai respon terhadap lonjakan LH dan menyebabkan kontraksi otot
lokal di dinding ovarium. Kontraksi ini mendorong keluar oosit yang bersama-sama
dengan sel granulosa di sekitarnya dari regio kumulus ooforus, lepas bebas (ovulasi)
dan mengapung keluar dari ovarium. Sebagian sel kumulus ooforus kemudian menata
dirinya dengan mengelilingi zona pelusida untuk membentuk korona radiata. Folikelfolikel yang lain sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan
berovulasi kemudian mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali.
22
Gambar 15 Folikel
estrogenik,
menyebabkan
mukosa
uterus
masuk
ke stadium
pelusida dan kehilangan kontak dengan oosit. Setelah berada di tuba uterina,
oosit didorong oleh silia dengan kecepatan transportasi diatur oleh status
endokrin selama dan setelah ovulasi. Pada manusia, oosit yang telah dibuahi
mencapai lumen uterus dalam waktu sekitar 3 sampai 4 hari.
3. Korpus Albikans
Korpus luteum akan menciut akibat degenerasi sel luteum dan
membentuk masa jaringan parut fibrotik, korpus albikans. Secara bersamaan,
produksi progesteron menurun yang memicu perdarahan haid. Jika oosit
dibuahi, degenerasi korpus luteum akan dihambat oleh human chorionic
gonadotropin (hCG), suatu hormon yang dikeluarkan oleh sinsiotrofoblas
mudigah yang sedang terbentuk. Korpus luteum terus tumbuh dan membentuk
korpus luteum kehamilan.
24
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang telah terkapasitasi dapat menembus selsel korona radiata dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom yang terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida, dipicu oleh
protein-protein zona. Reaksi memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, termasuk bahan irip-akrosin dan mirip
tripsin. Fase pembuahan mencakup fase I, penetrasi korona radiata, fase 2, penetrasi
zona pelusida, dan fase 3 penyatuan membran sel sperma dan oosit. Fertilisasi dibagi
dalam 3 fase yaitu :
1. Fase 1 : Penetrasi Korona Radiata
Dari 200 sampai 300 juta spermatozoa yang diletakkan di saluran
genitalia wanita, hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuahan.
Hanya salah satu dari jumlah ini yang membuahi sel telur. Diperkirakan bahwa
spermatozoa yang lain membantu spermatozoa yang membuahi untuk
menembus sawar pelindung gamet wanita. Sperma yang telah menjalani
kapasitasi dapat bebas melewati sel-sel korona.
2. Fase 2 : Penetrasi Zona Pelusida
Zona ini adalah suatu selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur
yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu
reaksi akrosom.Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma
berkontak dengan permukaan oosit. Sebaliknya, enzim-enzim ini mengubah sifat
zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah penetrasi sperma dan
menginaktifkan tempat-tempat reseptor spesifik-spesies untuk spermatozoa di
permukaan zona. Spermatozoa lain dapat ditemukan terbenam di zona pelusida
tetapi hanya satu yang dapat menembus oosit.
3. Fase 3 : Fusi Membran Sel Sperma dan Oosit
Perlekatan awal sperma ke oosit sebagian diperantarai oleh interaksi
integrin oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma. Setelah melekat, membran
plasma sperma dan sel telur menyatu. Karena membran plasma yang
membungkus tudung kepala akrosom lenyap sewaktu reaksi akrosom, penyatuan
sebenarnya terjadi antara membran oosit dan membran yang membungkus
bagian posterior kepala sperma.
25
selubung nukleusnya. Selama pertumbuhan pronuklear pria dan wanita, masingmasing pronukleus harus mereplikasi DNAnya. Jika tidak, masing-masing sel dari
zigot dua sel hanya memiliki separuh dari jumlah normal DNA. Hasil utama
pembuahan adalah sebagai berikut :
1. Pemulihan Jumlah Diploid Kromosom
Separuh dari ayah dan separuh dari ibu. Karena itu, zigot mengandung
kombinasi baru kromosom yang berbeda dari kedua orang tuanya.
2. Penentuan Jenis Kelamin
Sperma pembawa kromosom X menghasilkan mudigah wanita (XX), dan
sperma pembawa kromosom Y menghasilkan mudigah pria (XY). Karena itu,
jenis kelamin koromosomal mudigah ditentukan saat pembuahan.
3. Inisiasi Pembelahan
Tanpa pembelahan, oosit biasanya berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
Gambar 19 Fertilisasi
D. Pembelahan (Cleavage)
Jika telah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian
pembelahan mitotik sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini yang semakin
kecil pada setiap kali pembelahan, dikenal sebagai Blastomer. Sampai stadium
delapan sel, sel-sel ini berkumpul secara longgar membentuk gumpalan. Namun
setelah pembelahan ketiga, blastometr memaksimalkan kontak satu sama lain,
membentuk suatu bola sel padat yang disatukan oleh taut erat. Proses ini, pemadatan
(compaction), memisahkan sel-sel bagian dalam yang berkomunikasi secara
ekstensif melalui tautan celah (gap junction) dari sel-sel luar. Sekitar 3 hari setelah
27
sama trofoblas dan endometrium. Karena itu, pada akhir minggu pertama
perkembangan, zigot manusia telah melampaui stadum morula dan blastokista dan
telah tertanam di mukosa uterus.
F. Implantasi
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus
diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium,
menembus lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem
sirukulasi ibu. implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah
dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai
dengan menempelnya blastokis pada epitel uterus.
Implantasi pada manusia terjadi antara hari keenam atau ketujuh setelah
terjadinya fertilisasi, dibagi menjadi 3 tahap yaitu aposisi blastosis/pendekatan
blastosis ke endometrium, dilanjutkan dengan perlekatan blastosis pada permukaan
epitel endometrium dan invasi dimana sitotropoblas menembus epitel endometrium .
Dinding uterus terdirindari tiga lapisan, (a) endometrium, atau lapisan
mukosa didinding bagian dalam, (b) miometrium, lapisan tebal otot polos dan (c)
perimetrium, lapisan peritonium yang menutupi dinding sebelah luar. Selama siklus
haid, endometrium melewati 3 stadium, fase folikular atau proliferatif, fase
sekretorik atau progestasional dan fase haid.
Pada saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat
kelenjar-kelenjar dari arteri-arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan menjadi
tebal basah. Akibatnya, dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium lapisan
kompaktum dibagian superfisial, lapisan spongiosum di tengah, dan lapisan basale
yang tipis. Dalam keadaan normal, blastokista manusia tertanam diendometrium di
sepanjang dinding anterior atau posterior korpus uteri, tempat blastokista itu
terbenam di antara lubang-lubang kelenjar.
Persyaratan untuk terjadi kontak antara blastosis dan uterus adalah hilangnya
zona pelusida dimana zona pelusida lisis oleh komponen cairan uterus. Walaupun
lingkungan hormon dan komposisi protein uterus memudahkan implantasi, tetapi hal
ini tidak akan terjadi bila embrio tidak dalam tingkat perkembangan tertentu.
Kesimpulan dari keterangan ini adalah harus ada maturasi perkembangan permukaan
embrio sebelum ia mampu berimplantasi. Proses implantasi berlangsung melalui tiga
tingkat yaitu.
29
1. Apposisi
Apposisi dapat diartikan sebagai upaya berhadap-hadapan untuk
dapat saling melekatkan diri dengan suatu proses tertentu. Proses ini
dimulai dengan di tembusnya zona pelusida oleh sitoplasma dari
trofektoderm, sebagai cikal bakal dari trofoblas sel. Sementara blastokis
telah dapat membagi diri menjadi inner cell mass, sebagai calon embrio
dan trophectoderm, sebagai cikal bakal dari plasenta.
Perubahan pada endometrium dijumpai paling sedikit terdapat
sitokinin (bahan yang dapat merangsang proses pembelahan sel)
diantaranya:
a. Colony stimulating factor 1 (CSF-1) dijumpai juga pada blastokis
b. Leukimia-inhibitory factor (LIF)
Lapisan endometrium uterus tampaknya menghasilkan suatu
molekul yang bersifat hidrosoluber, yang disebut sebagai Leukimia
Inhibitor Factor (LIF) yang pengeluarannya dirangsang oleh progesteron.
Sementara di sisi lain blastokista juga akan menghasilkan LIF-reseptor.
Selama periode implantasi lapisan desidua bersama dengan limfositlimfosit Th2 akan menghasilkan LIF, dan sel-sel sinsiotrofoblas akan
menghasilkan reseptor LIF. Diperkirakan ekspresi LIF pada desidua dan
reseptor LIF pada blastokista akan memfasilitasi proses implantasi. Selain
itu, interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti dapat memicu
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas
Leukemia inhibitory factor merupakan sitokin yang bekerja secara
parakrin, menyebabkan proliferasi dan diferensiasi epitel endometrium
sehingga endometrium siap untuk implantasi (Chen et al., 2000).
Leukemia inhibitory factor bekerja dengan cara melekat pada reseptor LIF
(LIFR) pada sel-sel epitel luminal. LIF juga beraksi dengan cara
mengaktivasi gp130 pada epitel luminal sehingga menyebabkan aktivasi
LIFR.
c. Interleukin-1 (IL-1)
Tingginya kosentrasi ini dihubungkan dengan keberhasilan proses
implantasi embrio. Saat ini telah banyak penelitian yang membuktikan
peran IL-1 pada proses implantasi melalui beberapa mekanisme
antara
lain
aktivasi
dari
30
molekul
adhesi
(integrin),
aktivasi
31
metalloproteinase
(TIMP)
dapat
mengendalikan
pembentukan
33
34
36
Jika oosit tidak dibuahi, venula dan ruang sinusoid secara bertahap dipenuhi
oleh sel darah, dan tampak diapedesis darah yang ekstensif ke dalam jaringan. Saat
fase haid dimulai, darah keluar dari arteri-arteri superfisial, dan kepingan-kepingan
kecil stroma dan kelenjar terlepas. Selama 3 sampai 4 hari kedepan, lapisan
kompaktum dan spongiosum dikeluarkan dari uterus, dan lapisan basale menjadi
satu-satunya yang tersisa. Lapisan ini memiliki pasokan arteri sendiri, arteri basalis
yang berfungsi sebagai lapisan regeneratif dalam membentuk kembali kelenjar dan
arteri pada fase proliferasi.
37
BAB III
KESIMPULAN
Sel germinativum primordial muncul di dinding yolk sac pada minggu keempat
kehidupan emnrional dan bermigrasi ke arah gonad indiferen tempat sel-sel tersebut tiba pada
akhir minggu kelima. Selanjutnya gonad manusia mengalami diferensiasi sehingga secara
histologis dapat dibedakan gonad pria dan gonad wanita pada minggu kedelapan kehidupan
embrional.
Untuk persiapan fertilisasi, sel germinativum pria maupun wanita mengalami
gametogenesis yaitu proses konversi sel germinativum primordial menjadi gamet pria
(sperma) dan gamet wanita (oosit). Proses gametogenesis pada laki-laki disebut dengan
spermatogenesis dan pada wanita disebut degan oogenesis.
Oogenesis merupakan proses pembentukann ovum di dalam ovarium. Pematangan
oosit dimulai sebelum lahir. Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik.
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks di mana sel germinativum primordial yang
relatif belum berdiferensiasi, spermatogonia berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa
yang sangat khusus dan dapat bergerak. Spermatogenesis yang dimulai saat pubertas,
mencakup semua proses pengubahan spermatogonia menjadi spermatozoa.
Saat pubertas, wanita mulai mengalami siklus bulanan secara teratur. Ovarium secara
terus menerus mengalami dua fase secara bergantian fase folikular dan fase luteal yang
dikendalikan oleh hipotalamus. Pada keadaan normal, hanya satu dari folikel-folikel ini
mencapai tingkat kematangan sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan; yang lain
mengalami degenerasi dan atretik.
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan gamet wanita, terjadi
di daerah ampula tuba uterina. Fertilisasi dibagi menjadi 3 fase penyatuan yaitu penetrasi
korona radiata, penetrasi zona pelusida, dan fusi membran sel sperma dan oosit. Selanjutnya
akan terjadi reaksi korteks dan zona, yang kemudian dilanjutkan dengan pembelahan meiotik
dan pengaktifan metabolik sel telur. Hasil utama pembuahan adalah pemulihan jumlah diploid
kromosom, penentuan jenis kelamin dan inisiasi pembelahan. Selanjutnya akan terjadi
pembelahan (Cleavage) dan pembentukan blastokista.
38
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2014. Obstetri Williams Volume 1, Edisi
24. Jakarta : EGC
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, AC & Hall, JE. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Rohen, JW. (2009). Funktionelle Embryologie. New York : Schattauer GmbH
Sadler, TW. (2012). Langmans Medical Embryology. 10th Edition. USA : Lippincott
Williams.
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
39