Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena berkat karunia
Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Embriologi Manusia
dengan topik Gametogenesis, ovulasi dan implantasi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca. Akhir kata penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Padang, Agustus 2015


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
A.

Proses Gametogenesis..................................................................................................6

B.

Ovulasi........................................................................................................................21

C.

Fertilisasi....................................................................................................................25

D.

Pembelahan (Cleavage)..............................................................................................28

E.

Pembentukan Blastokista...........................................................................................29

F.

Implantasi...................................................................................................................30

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................39


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................40

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mudigah pada akhir minggu ketiga
Gambar 2. Pembelahan mitosis
Gambar 3 Pembelahan Meiosis
Gambar 4 Diferensiasi Menjadi Oogenia
Gambar 5 Potongan Ovarium pada Berbagai Tahap Perkembangan
Gambar 6 Folikel pada Setiap Tahap
Gambar 7 Perkembangan folikel primer
Gambar 8Pertumbuhan folikel sekunder
Gambar 9 Tahapan Oogenesis
Gambar 10 Korda Primitif Neonatus Pria
Gambar 11 Produksi Meiosis selama Spermato-genesis pada Manusia
Gambar 12 Tahapan Spermatogenesis
Gambar 13 Remodelling dan Packaging Spermatid
Gambar 14 Siklus Ovarium
Gambar 15 Folikel
Gambar 16 Siklus Ovarium
Gambar 17 Hubungan Fimbriae dan Ovarium
Gambar 18 Tiga Fase Penetrasi Oosit
Gambar 19 Fertilisasi
Gambar 20 Perkembangan Zigot
Gambar 21 Reaksi Plasminogen
Gambar 22.Tahap implantasi
Gambar 23. Decidua
Gambar 24 Perjalanan oosit setelah ovulasi hingga implantasi

6
8
12
13
14
14
16
17
18
20
20
21
21
23
24
24
25
27
28
29
35
36
37
38

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Embriologi merupakan suatu studi yang mempelajari fenomena perkembangan
satu sel menjadi bayi selama 9 bulan dimana objek kajiannya mencakup faktor
molekular, seluler dan struktural yang berperan dalam pembentukan suatu
organisme.
Proses perkembangan embrio manusia terbagi dalam 2 tahap yaitu masa
embriogenesis yaitu perkembangan dari satu sel melalui periode pembentukan
organ-organ primordial selama 8 minggu pertama kehidupan manusia sehingga
disebut juga masa organogenesis. Periode dari 8 minggu hingga lahir disebut dengan
masa janin (fetal period) yaitu masa disaat diferensiasi berlanjut sementara janin
tumbuh dan bertambah beratnya.
Sebelum terjadi proses perkembangan embrio dan selanjutnya menjadi janin,
terlebih dahulu sel germinativum primordial (SGP) berasal dari endoderm yang
melapisi kantung telur (yolk sac) saling menempel dan bermigrasi ke arah dorsal
sepanjang dinding kantung telur (yolk sac), usus tengah (mid gut) dan mesenterium
dorsal pada minggu keempat menuju gonad yang sedang terbentuk dan mengalami
proses mitotic berulang kali untuk memperbanyak jumlah hingga tiba di gonad pada
akhir minggu kelima.
Selanjutnya sel germinativum primordial akan mengalami gametogenesis
melalui proses meiosis dan mengalami sito-diferensiasi menjadi gamet pria (sperma)
maupun gamet wanita (oosit).
Untuk memenuhi kebutuhan reproduksi dan mempertahankan keturunan agar
tidak punah, manusia bereproduksi melalui proses fertilisasi (penyatuan gamet pria
dan gamet wanita) dengan di awali proses ovulasi pada wanita. Hasil fertilisasi yang
disebut zigot selanjutnya akan mengalami perkembangan embryogenesis dan
organogenesis setelah menanamkan diri (implantasi) dalam endometrium ibunya
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut, diantaranya adalah :
1.

Bagaimana proses gametogenesis?


4

2.

Bagaimana proses ovulasi?

3.

Bagaimana proses Fertlisasi?

4.

Bagaimana proses Cleavage ( pembelahan) ?

5.

Bagaimana proses terbentuknya Blastokista?

6.

Bagaimana proses terjadinya implantasi?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang :
1.

Memahami proses gametogenesis

2.

Memahami proses ovulasi

3.

Memahami proses Fertlisasi

4.

Memahami proses Cleavage ( pembelahan)

5.

Memahami proses terbentuknya Blastokista

6.

Memahami proses terjadinya implantasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Gametogenesis
1. Sel Germinativum Primordial
Perkembangan berawal dari pembuahan (fertilisasi), proses penyatuan gamet
pria (sperma) dan gamet wanita (oosit) untuk menghasilkan zigot. Gamet berasal dari
sel germinativum primordial (primordial germ cells) yang terbentuk di epiblas
selama minggu kedua dan yang bergerak menuju dinding yolk sac. Selama minggu
keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac menuju ke gonad yang sedang
terbentuk, tempat sel-sel ini sampai pada akhir minggu kelima. Pembelahan mitotik
meningkatkan jumlah sel ini sewaktu bermigrasi dan juga ketika tiba di gonad.
Sebagai persiapan untuk fertilisasi, sel germinativum mengalami gametogenesis
yang mencakup meiosis, untuk mengurangi jumlah kromosom dan sitodiferensiasi
untuk menuntaskan pematangannya.

Gambar 1. Mudigah pada akhir minggu ketiga

2. Teori Pewarisan Kromosom


Pada sel somatik, kromosom tampak sebagai 23 pasangan hmolog untuk
membentuk jumlah diploid, yaitu 46. Terdapat 22 pasangan kromosom yang
sepadan, otosom dan satu pasang kromosom seks. Jika pasanganya adalah XX,
6

individu secara genetis adalah wanita dan jika pasanganya XY, individu tersebut
secara genetis pria. Satu kromosom dari setiap pasangan berasal dari gamet ibu
(oosit) dan satunya lagi dari gamet ayah (sperma). Karena itu setiap gamet
mengandung jumlah haploid, yaitu 23 kromosom dan penyatuan kedua gamet saat
fertilisasi memulihkan jumlah diploid (46).
a. Mitosis
Mitosis adalah proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua sel
anak yang secara genetis identik dengan sel induk. Setiap sel anak menerima
komplemen lengkap 46 kromosom. Sebelum suatu sel mengalami mitosis, setiap
kromosom mereplikasi asam deoksiribonukleatnya (DNA). Selama fase
replikasi ini, kromosom menjadi sangat panjang, tersebar difus ke seluruh
nukleus, dan tidak dapat dikenali dengan mikroskop cahaya. Saat mitosis
dimulai, kromosom mulai membentuk kumparan, berkontraksi dan memadat dan
proses ini menandai dimulainya profase.
Mitosis terdiri atas 4 fase yang terjadi secara berurutan yaitu:
1) Profase
Memasuki profase, kromatin mengalami kondensasi membentuk
kromosom. Kromosom cepat memendek dan menjadi lebih tebal. Tiap
kromosom terdiri atas 2 kromatid yang dihubungkan oleh sebuah sentromer.
Selama profase, nukleolus dan membran inti menghilang. Mendekati akhir
profase terbentuklah spindel. Pada akhir profase, kromosom kromosom
mulai menempatkan diri di bidang ekuator dari sel.
2) Metafase
Kedua kromatid dalam satu kromosom, sering disebut kromatid
kakak beradik (sister chromatids) masih dihubungkan oleh satu sentromer
dan terletak di bidang ekuator sel.
3) Anafase
Kedua kromatid kakak beradik memisahkan diri dan masing-masing
bergerak sebagai kromosom anakan menuju ke kutub dari spindel yang
berlawanan letaknya. Proses ini didahului oleh membelahnya sentromer
menjadi dua bagian. Fase ini menyelesaikan pembagian jumlah kromosom
secara kuantitatif sama ke dalam sel anakan.
4) Telofase
Datangnya kromosom anakan di kutub spindel merupakan tanda
dimulainya telofase. Terbentuknya membran inti baru, anak inti baru dan
menghilangnya spindel terjadi selama fase ini. Benang-benang spindel
7

mengumpul membentuk dinding pemisah sehingga terbentuklah dua sel


anakan. Setelah tahap telofase, inti sel memasuki tahap interfase (istirahat).
Pada fase ini, butir-butir kromatin tampak halus dan anak inti (nukleolus)
tampak jelas.

Gambar 2. Pembelahan mitosis

b. Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur
(Sadler, 2012).
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi dalam pembentukan sel-sel
kelamin (sel telur dan sel sperma) (Sloane, 2008).
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, meiosis I dan meiosis II, untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid 23. Seperti pada mitosis,
sel germinativum pria dan wanita (spermatosit dan oosit primer) pada awal
meiosis I mereplikasikan DNA mereka sehingga setiap 46 kromosom tersebut
digandakan menjadi sister chromatid.
Namun, berbeda dengan mitosis kromosom-kromosom homolog
kemudian bergabung membentuk pasangan-pasangan, suatu proses yang disebut
sinapsis. Pembentukan pasangan bersifat eksak dan titik demi titik kecuali
8

kombinasi XY. Pasangan-pasangan homolog kemudian berpisah menjadi dua sel


anak. Segera sesudahnya, terjadi meiosis II yang memisahkan kromosom ganda
(sister chromatid) tersebut. Karena itu, setiap gamet mengandung 23 kromosom.
Meiosis I terdiri atas 4 fase yang terjadi secara berurutan yaitu:
1) Profase I
Perbedaan penting antara mitosis dan meiosis terutama pada profase.
Profase 1 dibedakan menjadi beberapa stadium yaitu:
a) Leptonema
Kromatin dari inti sel induk nampak seperti benang-benang panjang
yang halus dan melingkar-lingkar.
b) Zygonema
Benang-benang kromatin berubah bentuknya dan menjadi batang-batang
kromosom. Masing-masing kromosom mencari pasangannya sendiri
yang sama dan sebangun atau yang serupa (kromosom homolog). Proses
berpasangan ini disebut sinapsis.
c) Pachynema
Benang-benang kromosom menjadi lebih tebal dan jelas. Tiap benang
tampak dobel. Masing-masing kromosom dari sepasang kromosom
homolog terdiri dari dua kromatid. Pada profase mitosis, kromosomkromosom terpisah dan tidak saling berhubungan. Dalam profase I
meiosis, kromosom-kromosom homolog berpasangan sebagai bivalen,
dan inilah yang dijumpai sebagai haploid. Pachynema merupakan stadia
yang sangat penting yaitu pindah silang (crossing over).
Crossover (tukar silang), suatu proses yang penting dalam meiosis I,
adalah pertukaran segmen-segmen kromatid antara pasangan kromosom
yang homolog. Segmen-segmen kromatin terputus dan dipertukarkan
sewaktu kromosom homolog memisah. Sewaktu terjadi pemisahan,
titik-titik pertukaran menyatu untuk sementara dan membentuk strutur
seperti huruf X (kiasma). Proses ini akan nampak jelas pada fase
berikutnya.
Pada meiosis I, satu oosit primer menghasilkan empat sel anak, masingmasing dengan 22 kromosom plus 1 kromosom X. Namun, hanya satu
dari sel anak ini berkembang menjadi gamet dewasa (oosit), tiga sisanya
akan menjadi badan polar, hanya mendapat sedikit sitoplsma dan
mengalami degenerasi pada perkembangan selanjutnya. Demikian juga
spermatosit primer menghasilkan 4 sel anak, dua dengan 22 kromosom
9

plus 1 kromosom X dan dua dengan 22 kromosom plus 1 kromosom Y.


Namun, berbeda dengan pembentukan oosit, keempat sel tersebut
berkembang menjadi gamet matang.
d) Diplonema
Fase ini ditandai dengan mulai memisahnya kromatid-kromatid yang
semula berupa tangan membentuk bivalen. Memisahnya kromatidkromatid paling kuat terjadi pada bagian sentromer. Akan tetapi bagianbagian tertentu dari kromosom homolog tetap berdekatan dan bagian ini
disebut kiasma, karena pada tiap kiasma kromatid-kromatid yang yang
menjauhkan diri itu tampak bersilang.
Di tempat persilangan (kiasma) itu kromatid-kromatid tak serupa
(nonsister chromatids) putus. Ujung-ujung dari kromatid yang putus tadi
bersambungan secara resiprok. Proses penukaran segmen-segmen
kromatid tak serupa dari pasangan kromosom homolog beserta gen-gen
yang berangkai secara resiprok dinamakan pindah silang.
e) Diakinesis
Kromosom-kromosom menjadi lebih pendek. Stadium ini diakhiri
dengan menghilangnya membran inti, nukleolus, dan terbentuknya
spindel.
2) Metafase I
Pasangan-pasangan kromosom homolog berada di bidang ekuator.
3) Anafase I
Kromosom homolog yang mengadakan sinapsis mulai bergerak
untuk berpisah. Tiap kromosom masih tersusun atas dua kromatid yang
masih berhubungan pada daerah sentromer.
4) Telofase I
Kromosom-kromosom tiba di kutub spindel. Membran inti dan
nukleolus terbentuk lagi.
Meiosis II terdiri dari beberapa stadium seperti pada mitosis.
1) Profase II
Peristiwa dalam profase II sama dengan peristiwa pada profase mitosis,
dimana sentriol memisah dan bergerak kekutub yang berlawanan.
Mikrotubulus dari setiap sentromer melekat pada benang dari sentriol di
kutub yang berlawanan.
2) Metafase II
10

Kromatid berbaris pada bidang ekuator sel dan tersusun berpasangan, namun
tidak dalam bentuk tetrad seperti metafase I
3) Anafase II
Sentromer membelah dan kromatid yang terpisah menjadi kromosom.
Kromatid yang terpisah pada anafase II bukanlah kromatid berpasangan.
Berlawanan dengan kromatid pada pembelahan mitosis, kromatid tersebut
secara genetik tidak identik akibat persilangan atau kombinasi ulang.
4) Telofase II
Membran nuklear terbentuk kembali, kromosom melebar dan terjadi
sitokenesis. Setiap sel baru berisi satu dari setiap jenis kromosom, jumlah
kromosom adalah haploid.
Hasil penting dalam pembelahan meiosis adalah empat sel yang masingmasing mengandung satu kromotid dari tetrad asli pada profase I, dihasilkan
dari satu sel induk. Setiap sel mengandung setengah jumlah kromosom,
seperempat jumlah DNA normal yang diproduksi pada tahap interfase.

11

Gambar 3 Pembelahan Meiosis


3. Perubahan Morfologis Selama Pematangan Gamet
a. Oogenesis
1) Definisi
Oogenesis merupakan proses pembentukann ovum di dalam
ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan
sperma

dalam waktu

yang

bersamaan,

oogenesis

hanya

mampu

menghasilkan satu ovum matang sekali waktu (Sherwood, 2012).


Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam
ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang
disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia
dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus wanita
(Guyton & Hall, 2008).
Oogenesis is the process whereby oogonia differentiate into mature
oocytes (Sadler, 2012).
Pematangan oosit dimulai sebelum lahir. Pada wanita genetik,
setelah tiba di gonad sel germinativum primordial berdiferensiasi menjadi
oogenia.

Gambar 4 Diferensiasi Menjadi Oogenia

Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik, dan pada akhir


bulan ketiga sel-sel ini tersusun dalam kelompok-kelompok yang dikelilingi
oleh satu lapisan sel gepeng. Sementara semua oogenia dalam satu
12

kelompok mungkin berasal dari satu sel, sel epitel gepeng ang dikenal
sebagai sel folikular, berasal dari epitel permukaan yang menutupi ovarium.
Sebagian besar oogenia telah membelah dengan mitosis, tetapi sebagian
diantaranya terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan
pembelahan oosit primer.

Gambar 5 Potongan Ovarium pada Berbagai Tahap Perkembangan

Selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat pesat


dan pada akhir bulan kelima perkembangan pranatal, jumlah total sel
germinativum diovarium mencapai maksimal (7 juta). Pada waktu ini sel-sel
mulai mati dan banyak oogonia serta oosit primer menjadi atretik. Pada
bulan ketujuh, sebagian besar oogonia telah mengalami degenerasi kecuali
beberapa yang terletak dekat dengan permukaan. Semua oosit primer yang
bertahan hidup telah masuk ketahap profase meiosis I, dan sebagian besar di
antaranya masing-masing dibungkus oleh satu lapisan epitel gepeng. Oosit
primer bersama dengan sel epitel gepeng disekitarnya, dikenal sebagai
folikel primordial.

13

Gambar 6 Folikel pada Setiap Tahap


Pematangan oosit berlanjut saat pubertas. Menjelang kelahiran,
semua oosit primer telah memulai profase meiosis I, tetapi sel-sel ini tidak
melanjutkan pembelahan ke tahap metafase namun masuk ke stadium
siploten, suatu tahap istirahat selama profase ang ditandai adanya jala-jala
kromatin.
Oosit primer tetap tertahan diprofase dan tidak menuntaskan
pembelahan meiotik pertama mereka sebelum pubertas tercapai. Keadaan
tertahan ini ditimbulkan oleh Oocyte Maturation Inhibition (OMI) suatu
peptida kecil yang dikeluarkan oleh sel folikular. Jumlah total oosit primer
saat lahir diperkirakan bervariasi dari 600.000 sampai 800.000. selama masa
anak-anak, sebagian besar oosit menjadi atretik, hanya sekitar 400.000 yang
ada pada permulaan pubertas, dan kurang dari 500 yang akan diovulasikan.
Sebagian oosit yang mencapai kematangan pada tahap kehidupan lanjut
telah berada dalam keadaan dorman pada stasium diploten pembelahan
meiotik pertama selama 40 tahun atau lebih sebelum ovulasi.
2) Tahap-tahap Oogenesis
a) Pembentukan oosit primer dan folikel primer (Pra-antral)
Selama bagian terakhir kehidupan janin, oogonia memulai
tahap-tahap

awal

pembelahan

meiotik

pertama

tetapi

tidak

menuntaskannya. Oogonia tersebut, yang kini dikenal sebagai oosit


primer, mengandung jumlah diploid 46 kromosom replikasi, yang
dikumpulkan ke dalam pasangan homolog tetapi tidak memisah. Oosit
primer tetap berada dalam keadaan meiotic arrest. Sebelum lahir, setiap
oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa. Bersama-sama,
14

satu oosit dan sel-sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer.


Saat lahir hanya sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masingmasing mengandung satu oosit primer yang mampu menghasilkan satu
ovum.
Reservoar folikel primer menghasilkan folikel yang sedang
berkembang secara terus menerus. Folikel primer ini akan mencapai
kematangan dan berovulasi. Dari cadangan total folikel, hanya sekitar
400 akan matang dan mengeluarkan ovum, 99,98% tidak pernah
berovulasi dan mengalami atresia pada suatu tahap perkembangannya.
Saat menopause, yang rerata terjadi pada usia 50-an awal, hanya
beberapa folikel primer yang tersisa yang tidak pernah berovulasi atau
mengalami atresia. Sejak tahap ini, kapasitas reproduksi wanita yang
bersangkutan berhenti.

Gambar 7 Perkembangan folikel primer

b) Pembentukan oosit sekunder dan folikel sekunder


Oosit primer di dalam folikel primer masih merupakan suatu sel
diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Dari pubertas sampai
menopause sebagian dari kumpulan folikel ini mulai berkembang
menjadi folikel sekunder (antrum secara siklis. Pembentukan folikel
sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi
serta diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar. Oosit membesar sekitar
15

seribu kali lipat. Pembesaran oosit ini disebabkan oleh penimbunan


bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh mudigah.
Pada pembelahan oosit primer menghasilkan dua sel anak,
masing masing menerima set haploid 23 kromosom ganda, analog
dengan pembentukan spermatosit sekunder. Namun hampir semua
sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak, yang dinamai oosit
sekunder dan akhirnya menjadi ovum. Kromosom sel anak yang lain
bersama dengan sedikit sitoplasmanya membentuk badan polar
pertama. Dan hal ini calon ovum kehilangan separuh kromosomnya
untuk membentuk gamet haploid tetapi mempertahankan.

Gambar 8Pertumbuhan folikel sekunder

c) Pembentukan ovum matang sitoplasma tersebut segera mengalami


degenerasi
Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk
memicu pembelahan meiotik kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi
tidak pernah menyelesaikan pembelahan final ini, separuh set
kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai
badan polar kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom yang tidak
berpasangan) tetap tertinggal dalam apa yang sekarang dinamai ovum
16

matang. Dua piluh tiga kromosom ibu ini menyatu dengan 23


kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk menuntaskan
pembuahan. Jika badan polar pertama belum berdegenerasi maka sel ini
juga mengalami pembelahan meiotik kedua pada saat yang sama ketika
oosit sekunder yang dibuahi membagi kromosomnya.

Gambar 9 Tahapan Oogenesis


b. Spermatogenesis
Spermatogenesis

adalah

suatu

proses

kompleks

di

mana

sel

germinativum primordial yang relatif belum berdiferensiasi, spermatonia


berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa yang sangat khusus dan dapat
bergerak, masing-masing mengandung set haploid 23 kromosom yang
terdistribusi secara acak (Sherwood, 2012).
Spermatogenesis yang dimulai saat pubertas, mencakup semua proses
pengubahan

spermatogonia

menjadi

spermatozoa.

Saat

lahir,

sel-sel

germinativum pada bayi pria dapat dikenali di korda seks testis sebagai sel besar
pucat yang dikelilingi oleh sel penunjang. Sel penunjang yang berasal dari epitel
17

permukaan kelenjar dengan cara seperti sel folikular, menjadi sel sustentakular
atau sel sertoli.
Segera sebelum pubertas, genjel seks membentuk suatu lumen dan
menjadi tubulus seminiferus. Pada waktu yang hampir bersamaan, sel-sel
germinativum primordial membentuk sel tunas spermatogonia. Dari populasi sel
tunas ini muncul sel-sel dalam interval-interval yang teratur untuk membentuk
spermatogonia

tipe

A,

dan

pembentukannya

menandai

dimulainya

spermatogenesis.
Sel tipe A mengalami pembelahan mitotik dalam jumlah terbatas untuk
membentuk suatu klonal sel. Pembelahan sel yang terakhir menghasilkan
spermatogonia tipe B yang kemudian membelah untuk membentuk spermatosit
primer. Spermatosit primer kemudian memasuki tahap profase yang
berkepanjangan diikuti oleh penuntasan secara cepat meiosis I dan membentuk
spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiotik kedua, sel-sel ini cepat
membentuk spermatid haploid.
Selain itu, spermatogonia dan spermatid tetap terbenam di dalam sel
sertoli selama perkembangannya. Dengan cara ini, sel sertoli menunjang dan
melindungi sel germinativum, ikut serta memberi nutrisinya dan membantu
pembebasan spermatozoa matur.
Spermatogenesis diatur oleh produksi LH (Luteining Hormone) oleh
hipofisis. LH mengikat reseptor di sel leydig dan merangsang produksi
testosteron, yang pada gilirannya berkaitan dengan sel sertoli untuk mendorong
spermatogenesis. FSH (Folicle Stimulating Hormone) juga esensial karena
pengikatan hormon ini ke sel sertoli merangsang pembentukan cairan testis dan
sintesis protein reseptor androgen intrasel.
Serangkaian perubahan yang menyebabkan transformasi spermatid
menjadi

spermatozoa

disebut

spermiogenesis.

Perubahan-perubahan

ini

mencakup a) Pembentukan akrosom yang menutupi separuh permukaan nuklues


dan mengandung enzim untuk membantu penetrasi telur dan mengandung enzim
untuk membantu penetrasi telur dan lapisan disekitarnya sewaktu fertilisasi, b)
Pemadatan nukleus, c) Pembentukan leher, bagian tengah dan ekor, dan d)
Pengelupasan sebagian besar sitoplasma. Pada manusia, waktu yang diperlukan
spermatogonia untuk berkembang menjadi spermatozoa matur adalah sekitar 74
hari, dan sekitar 300 juta sel sperma dihasilkan setiap harinya.
18

Gambar 10 Korda Primitif Neonatus Pria

Gambar 11 Produksi Meiosis selama Spermato-genesis pada Manusia

19

Gambar 12 Tahapan Spermatogenesis

Gambar 13 Remodelling dan Packaging Spermatid


B. Ovulasi
Saat pubertas, wanita mulai mengalami siklus bulanan secara teratur. Ovarium
secara terus menerus mengalami dua fase secara bergantian fase folikular dan fase
luteal. Siklus seksual ini dikendalikan oleh hipotalamus. Gonadotropin-realising
hormone (GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus, bekerja pada sel-sel kelenjar
hipofisis anterior yang pada gilirannya mensekresikan gonadotropin. Hormon-hormon
20

ini Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) merangsang
dan mengontrol perubahan siklik pada ovarium.
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai
perkembang. Namun hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular, saat
lingkungan hormonal tepat untuk mendorong pematangannya, yang berlanjut melalui
tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena tidak mendapat bantuan
hormon,

mengalami

atresia.

Selama

pembentukan

folikel,

seiring

dengan

pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer untuk digunakan jika dibuahi,
terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang mengelilingi oosit dalam
persiapan untuk pembelahan sel telur dari ovarium.
Pada keadaan normal, hanya satu dari folikel-folikel ini mencapai tingkat
kematangan sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan; yang lain mengalami
degenerasi dan atretik. Ketika suatu folikel menjadi atretik maka oosit dan sel
folikular disekitarnya berdegenerasi dan digantikan oleh jaringan ikat, membentuk
korpus luteum. FSH juga merangsang pematangan sel folikular (granulosa) yang
mengelilingi oosit. Sebaliknya, proliferasi sel-sel ini diperantarai oleh Growth
Differentiation Factor 9 (GDF9), anggota dari famili Transforming Growth Factor
(TGF).
Sel granulosa dan sel teka bekerja sama untuk menghasilkan estrogen yang
menyebabkan endometrium uterus masuk ke fase folikular atau proliferatif,
menyebabkan penipisan mukus serviks sehingga sperma mudah lewat dan merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan LH. Di pertengahan siklus, terjadi lonjakan LH yang
meningkatkan

konsentrasi

maturation-promoting

factor,

menyebabkan

oosit

menuntaskan meiosis I dan memulai meiosis II, merangsang pembentukan


progesteron oleh sel folikular stroma (luteinisasi) dan menyebabkan folikel pecah dan
ovulasi.

21

Gambar 14 Siklus Ovarium

Pada hari-hari segera sebelum ovulasi, dibawah pengaruh FSH dan LH, folikel
sekunder tumbuh cepat. Bersamaan dengan pembentukan akhir folikel sekunder,
terjadi peningkatan mendadak LH yang menyebabkan oosit primer menuntaskan
meiosis I dan folikel masuk ke stadium preovulasi. Meiosis II juga dimulai, tetapi
oosit terhenti pada metafase sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Sementara itu, permukaan
ovarium mulai menonjol secara lokal dan di apeks, muncul suatu titik avaskular
(stigma).
Tingginya konsentrasi LH meningkatkan aktivitas kolagenase, menyebabkan
dicernanya serat-serat kolagen yang mengelilingi folikel. Kadar prostaglandin juga
meningkat sebagai respon terhadap lonjakan LH dan menyebabkan kontraksi otot
lokal di dinding ovarium. Kontraksi ini mendorong keluar oosit yang bersama-sama
dengan sel granulosa di sekitarnya dari regio kumulus ooforus, lepas bebas (ovulasi)
dan mengapung keluar dari ovarium. Sebagian sel kumulus ooforus kemudian menata
dirinya dengan mengelilingi zona pelusida untuk membentuk korona radiata. Folikelfolikel yang lain sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan
berovulasi kemudian mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali.

22

Gambar 15 Folikel

Gambar 16 Siklus Ovarium


1. Korpus Luteum
Setelah ovulasi, sel granulosa yang tetap berada di dinding folikel yang
pecah, bersama dengan sel dari teka interna, mengalami vaskularisasi oleh
pembuluh sekitar. Dibawah pengaruh LH, sel-sel ini membentuk pigmen
kekuningan dan berubah menjadi sel luteum yang membentuk korpus luteum
dan mengeluarkan hormon progesteron. Progesteron, bersama dengan hormonhormon

estrogenik,

menyebabkan

mukosa

uterus

masuk

ke stadium

progestasional atau sekretorik sebagai persiapan untuk implantasi mudigah.


2. Transpor Oosit
Segera sebelum ovulasi, fimbriae tuba uterina menyapu permukaan
ovarium dan tuba ini sendiri mulai berkontraksi secara ritmis. Oosit yang
dikelilingi oleh beberapa sel granulosa terbawa ke dalam tuba oleh gerakan
menyapu dari fimbriae ini dan oleh gerakan silia di lapisan epitel. Setelah berada
di dalam tuba, sel-sel kumulus menarik prosesus sitoplasmanya dari zona
23

pelusida dan kehilangan kontak dengan oosit. Setelah berada di tuba uterina,
oosit didorong oleh silia dengan kecepatan transportasi diatur oleh status
endokrin selama dan setelah ovulasi. Pada manusia, oosit yang telah dibuahi
mencapai lumen uterus dalam waktu sekitar 3 sampai 4 hari.
3. Korpus Albikans
Korpus luteum akan menciut akibat degenerasi sel luteum dan
membentuk masa jaringan parut fibrotik, korpus albikans. Secara bersamaan,
produksi progesteron menurun yang memicu perdarahan haid. Jika oosit
dibuahi, degenerasi korpus luteum akan dihambat oleh human chorionic
gonadotropin (hCG), suatu hormon yang dikeluarkan oleh sinsiotrofoblas
mudigah yang sedang terbentuk. Korpus luteum terus tumbuh dan membentuk
korpus luteum kehamilan.

Gambar 17 Hubungan Fimbriae dan Ovarium


C. Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan gamet
wanita, terjadi di daerah ampula tuba uterina. Spermatozoa mungkin tetap dapat
hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama beberapa hari.Spermatozoa tidak
mampu membuahi oosit segera setelah tiba di saluran genitalia wanita karena harus
menjalani kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah periode pengondisian di saluran reproduksi wanita yang
pada manusia berlangsung sekitar 7 jam. Selama periode ini, selubung glikoprotein
dan protein plasma semen disingkirkan dari membran plasma yang menutupi regio

24

akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang telah terkapasitasi dapat menembus selsel korona radiata dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom yang terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida, dipicu oleh
protein-protein zona. Reaksi memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, termasuk bahan irip-akrosin dan mirip
tripsin. Fase pembuahan mencakup fase I, penetrasi korona radiata, fase 2, penetrasi
zona pelusida, dan fase 3 penyatuan membran sel sperma dan oosit. Fertilisasi dibagi
dalam 3 fase yaitu :
1. Fase 1 : Penetrasi Korona Radiata
Dari 200 sampai 300 juta spermatozoa yang diletakkan di saluran
genitalia wanita, hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuahan.
Hanya salah satu dari jumlah ini yang membuahi sel telur. Diperkirakan bahwa
spermatozoa yang lain membantu spermatozoa yang membuahi untuk
menembus sawar pelindung gamet wanita. Sperma yang telah menjalani
kapasitasi dapat bebas melewati sel-sel korona.
2. Fase 2 : Penetrasi Zona Pelusida
Zona ini adalah suatu selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur
yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu
reaksi akrosom.Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma
berkontak dengan permukaan oosit. Sebaliknya, enzim-enzim ini mengubah sifat
zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah penetrasi sperma dan
menginaktifkan tempat-tempat reseptor spesifik-spesies untuk spermatozoa di
permukaan zona. Spermatozoa lain dapat ditemukan terbenam di zona pelusida
tetapi hanya satu yang dapat menembus oosit.
3. Fase 3 : Fusi Membran Sel Sperma dan Oosit
Perlekatan awal sperma ke oosit sebagian diperantarai oleh interaksi
integrin oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma. Setelah melekat, membran
plasma sperma dan sel telur menyatu. Karena membran plasma yang
membungkus tudung kepala akrosom lenyap sewaktu reaksi akrosom, penyatuan
sebenarnya terjadi antara membran oosit dan membran yang membungkus
bagian posterior kepala sperma.

25

Gambar 18 Tiga Fase Penetrasi Oosit


Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur berespons dengan tiga
cara:
1. Reaksi Korteks dan zona
Akibat pembebasan granula oosit di korteks yang mengandung enzimenzim lisosom maka membran menjadi tidak dapat ditembus oleh spermatozoa
lain dan zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah
pengikatan dan penetrasi sperma. Reaksi ini mencegah polispermi (penetrasi
lebih dari satu spermatozoa ke dalam oosit).
2. Melanjutkan Pembelahan Meiotik Kedua
Oosit menuntaskan pembelahan meiotik keduanya segera setelah
masuknya spermatozoa. Salah satu dari sel anak yang hampir tidak mendapat
sitoplasma, dikenal sebagai badan polar kedua. Sel anak yang lain adalah oosit
definitif. Kromosomnya 22 plus X yang dikenal sebagai pronuklues wanita.
3. Pengaktifan Metabolik Sel Telur
Faktor yang mengaktifkan ini mungkin dibawa oleh spermatozoa.
Pengaktifan pascafusi dapat dianggap untuk meliputi proses selular dan
molekular awal yang berkaitan dengan embriogenesis dini.
Sementara itu spermatozoa bergerak maju hingga terletak berdekatan dengan
pronukleus waniat. Nukleus spermatozoa membengkak dan membentuk pronuklus
pria, ekor terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus pria dan wanita
tidak dapat dibedakan dan akhirnya keduanya berkontak erat dan kehilangan
26

selubung nukleusnya. Selama pertumbuhan pronuklear pria dan wanita, masingmasing pronukleus harus mereplikasi DNAnya. Jika tidak, masing-masing sel dari
zigot dua sel hanya memiliki separuh dari jumlah normal DNA. Hasil utama
pembuahan adalah sebagai berikut :
1. Pemulihan Jumlah Diploid Kromosom
Separuh dari ayah dan separuh dari ibu. Karena itu, zigot mengandung
kombinasi baru kromosom yang berbeda dari kedua orang tuanya.
2. Penentuan Jenis Kelamin
Sperma pembawa kromosom X menghasilkan mudigah wanita (XX), dan
sperma pembawa kromosom Y menghasilkan mudigah pria (XY). Karena itu,
jenis kelamin koromosomal mudigah ditentukan saat pembuahan.
3. Inisiasi Pembelahan
Tanpa pembelahan, oosit biasanya berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.

Gambar 19 Fertilisasi
D. Pembelahan (Cleavage)
Jika telah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian
pembelahan mitotik sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini yang semakin
kecil pada setiap kali pembelahan, dikenal sebagai Blastomer. Sampai stadium
delapan sel, sel-sel ini berkumpul secara longgar membentuk gumpalan. Namun
setelah pembelahan ketiga, blastometr memaksimalkan kontak satu sama lain,
membentuk suatu bola sel padat yang disatukan oleh taut erat. Proses ini, pemadatan
(compaction), memisahkan sel-sel bagian dalam yang berkomunikasi secara
ekstensif melalui tautan celah (gap junction) dari sel-sel luar. Sekitar 3 hari setelah
27

pembuahan, sel-sel mudigah kembali membelah untuk membentuk morula 16 sel.


Sel di bagian dalam morula membentuk masa sel dalam (inner cell mass), dan sel-sel
disekitarnyamembentuk masa sel luar. Masa sel dalam menghasilkan jaringan
mudigah yang sebenarnya dan masa sel luar membentuk trofoblas yang kemudian
berkembang menjadi plasenta.

Gambar 20 Perkembangan Zigot


E. Pembentukan Blastokista
Pada waktu morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai merembes
menembus zona pelusida ke dalam ruang antar sel masa sel ke dalam. Secara
bertahap, ruang antarsel menjadi konfluen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga
(blastokel). Pada keadaan ini mudigah disebut blastokista. Sel-sel di massa sel dalam
yang sekarang disebut embrioblas, terletak di satu kutub dan sel di masa sel luar
(trofoblas), menggepeng dan membentuk dinding epitel blastokista.
Zona pelusida telah lenyap sehingga implantasi dapat dimulai. Pada manusia,
sel-sel trofoblastik diatas kutub embrioblas mulai menembus di antara sel-sel epitel
mukosa uterus sekitar hari keenam. Studi-studi baru mengisyaratkan bahwa LSelektin di sel trofoblas dan reseptor karbohidrat di epitel uterus memerantai
perlekatan awal blastokista ke uterus. Selektin adalah protein pengikat karbohidrat
yang terlibat dalam interaksi antara leukosit dan sel endotel yang memungkinkan
leukost dalam aliran darah tertangkap. Setelah selektin tertangkap, perlekatan dan
invasi lebih lanjut oleh trofoblas dan molekul matriks ekstrasel laminin dan
fibronektin. Reseptor integrin untuk laminin mendorong perlekatan, sedangkan
reseptor untuk fibronektin merangsang migrasi.
Molekul-molekul ini juga berinteraksi di sepanjang jalur transduksi sinyal
untuk mengtaur diferensiasi trofoblas sehingga implantasi adalah hasil dari kerja
28

sama trofoblas dan endometrium. Karena itu, pada akhir minggu pertama
perkembangan, zigot manusia telah melampaui stadum morula dan blastokista dan
telah tertanam di mukosa uterus.
F. Implantasi
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus
diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium,
menembus lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem
sirukulasi ibu. implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah
dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai
dengan menempelnya blastokis pada epitel uterus.
Implantasi pada manusia terjadi antara hari keenam atau ketujuh setelah
terjadinya fertilisasi, dibagi menjadi 3 tahap yaitu aposisi blastosis/pendekatan
blastosis ke endometrium, dilanjutkan dengan perlekatan blastosis pada permukaan
epitel endometrium dan invasi dimana sitotropoblas menembus epitel endometrium .
Dinding uterus terdirindari tiga lapisan, (a) endometrium, atau lapisan
mukosa didinding bagian dalam, (b) miometrium, lapisan tebal otot polos dan (c)
perimetrium, lapisan peritonium yang menutupi dinding sebelah luar. Selama siklus
haid, endometrium melewati 3 stadium, fase folikular atau proliferatif, fase
sekretorik atau progestasional dan fase haid.
Pada saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat
kelenjar-kelenjar dari arteri-arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan menjadi
tebal basah. Akibatnya, dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium lapisan
kompaktum dibagian superfisial, lapisan spongiosum di tengah, dan lapisan basale
yang tipis. Dalam keadaan normal, blastokista manusia tertanam diendometrium di
sepanjang dinding anterior atau posterior korpus uteri, tempat blastokista itu
terbenam di antara lubang-lubang kelenjar.
Persyaratan untuk terjadi kontak antara blastosis dan uterus adalah hilangnya
zona pelusida dimana zona pelusida lisis oleh komponen cairan uterus. Walaupun
lingkungan hormon dan komposisi protein uterus memudahkan implantasi, tetapi hal
ini tidak akan terjadi bila embrio tidak dalam tingkat perkembangan tertentu.
Kesimpulan dari keterangan ini adalah harus ada maturasi perkembangan permukaan
embrio sebelum ia mampu berimplantasi. Proses implantasi berlangsung melalui tiga
tingkat yaitu.
29

1. Apposisi
Apposisi dapat diartikan sebagai upaya berhadap-hadapan untuk
dapat saling melekatkan diri dengan suatu proses tertentu. Proses ini
dimulai dengan di tembusnya zona pelusida oleh sitoplasma dari
trofektoderm, sebagai cikal bakal dari trofoblas sel. Sementara blastokis
telah dapat membagi diri menjadi inner cell mass, sebagai calon embrio
dan trophectoderm, sebagai cikal bakal dari plasenta.
Perubahan pada endometrium dijumpai paling sedikit terdapat
sitokinin (bahan yang dapat merangsang proses pembelahan sel)
diantaranya:
a. Colony stimulating factor 1 (CSF-1) dijumpai juga pada blastokis
b. Leukimia-inhibitory factor (LIF)
Lapisan endometrium uterus tampaknya menghasilkan suatu
molekul yang bersifat hidrosoluber, yang disebut sebagai Leukimia
Inhibitor Factor (LIF) yang pengeluarannya dirangsang oleh progesteron.
Sementara di sisi lain blastokista juga akan menghasilkan LIF-reseptor.
Selama periode implantasi lapisan desidua bersama dengan limfositlimfosit Th2 akan menghasilkan LIF, dan sel-sel sinsiotrofoblas akan
menghasilkan reseptor LIF. Diperkirakan ekspresi LIF pada desidua dan
reseptor LIF pada blastokista akan memfasilitasi proses implantasi. Selain
itu, interaksi antara LIF dan reseptornya juga terbukti dapat memicu
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel trofoblas
Leukemia inhibitory factor merupakan sitokin yang bekerja secara
parakrin, menyebabkan proliferasi dan diferensiasi epitel endometrium
sehingga endometrium siap untuk implantasi (Chen et al., 2000).
Leukemia inhibitory factor bekerja dengan cara melekat pada reseptor LIF
(LIFR) pada sel-sel epitel luminal. LIF juga beraksi dengan cara
mengaktivasi gp130 pada epitel luminal sehingga menyebabkan aktivasi
LIFR.
c. Interleukin-1 (IL-1)
Tingginya kosentrasi ini dihubungkan dengan keberhasilan proses
implantasi embrio. Saat ini telah banyak penelitian yang membuktikan
peran IL-1 pada proses implantasi melalui beberapa mekanisme
antara

lain

aktivasi

dari

30

molekul

adhesi

(integrin),

aktivasi

Cyclooxygenase-2 (COX-2), induksi matrix metalloproteinase (MMP),


induksi urokinasi plasminogen aktivator (u-PA).
Kekurangan atau hilangnya faktor tersebut di atas dapat menggagalkan
terjadinya implantasi. Diduga bahwa perubahan pertama pada maternal
adalah meningkatnya permeabilitas kapiler dekat implantasi karena
blastokis dapat mengubah dan berikatan dengan heparin-binding
epidermal growth factor (HB-EGF) yang banyak pada permukaan
epitelium. Dengan ikatan ini, akan terjadi pertumbuhan trofokderm dan
membuat lubang zona pelusida makin besar sehingga tumbuh
kembangnya sel trofoblas makin nyata, untuk dapat melakukan invasi.
2. Adhesi
Dalam proses pelekatan mengikut sertakan melekul perlekatan di
antaranya: integrins dan selektins. Pada waktu pembentukan desidualisasi
dan permulaan embrional,endometrium di penuhi oleh bahan esktraseluler
terutama laminin dan fibronection yang dapat menjadi perantara dengan
sel pelekat.
Demikianlah blastokis melalui trofokdermnya mengadakan ikatan
dengan menggunakan bahan ekstraseluler sehingga dapat berikatan atau
melekat dengan sel pelekat terutama integrin, dan diikuti dengan invasi.
Integrin merupakan gugus transmembran reseptor permukaan sel,
seperti fibrinektin dan laminin. Integrin merupakan substransi yang
dipergunakan untuk melakukan interaksi antara sel-sel atau sel dengan
bahan matrik ekstraseluler yang dapat menimbulkan migrasi, diferensiasi
struktur jaringan. Puncak tertimbunnya integrin terjadi saat implantasi.
Demikian juga tertimbun dan tertumpuknya integrin yang berasal
dari blastokis pada saat implantasi sehingga adhesi antara blastokis dengan
endometrium dapat berlangsung dan selanjutnya diikuti invasi oleh
trofoblas sel.
3. Invasi
Implantasi merupakan proses yang kompleks mulai dari kontaknya
epitelial endometrium,destruksi jaringan ikat dan sampai invasi pembulu

31

darahnya sehingga terbentuk retroplasenter sirkulasi,serta tertanamnya


hasil konsepsi keseluruhannya.
Pembentukan plasenta pada minggu kedua setelah ovulasi dan
berakhir sekitar minggu ke-16 kehamilan Dasar pembentukannya,mulai
dari blastokis dengan inner mass cell dan terbentuknya trofektoderm
yang akan tumbuh-kembang menjadi sitotrofoblas dan sinsitio trofoblas.
Tumbuh-kembang trofektoderm yang pesat menyebabkan pecahnya zona
pelusida sehingga sel tropoblasnya langsung dapat berhadapan dengan
ephitel endometrium sebagai titik awal apposisi.
Terdapat tiga bentuk interaksi trofoblas dalam implantasi dengan
endometrium sebagai berikut :
1. Trofoblas yang jauh ke dalam endometrium sampai mencapai stratum
basalis, disebut chorion fondosum. Bentuk ini sangat penting seolaholah plasenta menanamkan diri dengan dibatasi lapisan jaringan
Nitabush
2. Trofoblas yang tidak mencapai stratum basalis, menjadi bercabangcabang sehingga permukaannya lebih luas. Bagian ini merupakan
bagian fungsional plasenta dalam arti memberikan kesempatan dan
nutrisi tumbuh kembangnya embrio dan janin dalam rahim.
3. Sebagian kecil trofoblas berhubungan langsung dengan sel maternal,
yang dapat menimbulkan reaksi immunologis
Invasi trofoblas ke dalam endometrium serta terbentuknya plasenta, ternayata
merupakan proses biologis enzimatik yang kompleks sehingga masih terus
merupakan lahan penelitian.
Sebagai gambaran yang kini diterima proses tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Kelangsungan hormonal ini hanya mungkin dalam situasi hormonal penuh,
artinya pada alat reproduksi dipengaruhi oleh sistem hormonal dengan progesteron
dominan sehingga endometrium dalam keadaan fase sekresi atau dalam proses
desidualisasi. Seperti dikemukakan bahwa proses desidualisasi berkelanjutan jika
terjadi sentuhan blastokis, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
pembuluh darah sehingga terjadi sekresi dan timbunan nutrisi diantaranya glukosa,
protein, lemak dan vitamin dalam sel endometrium. Dalam situasi gembur demikian,
kemungkinan nidasi (implantasi) lebih besar.
32

Konsep dasarnya adalah perubahan plasminogen menjadi plasmin yang dapat


merangsang enzim keluarga metalloproteinnase bekerja untuk melakukan
destruksi sehingga hasil konsepsi (blastokis) menanamkan diri pada lapisan
kompakta endometrium.
Dalam proses menanamkan diri terjadi keseimbangan sehingga membentuk
plasenta terbatas sesuai dengan kebutuhan. Bagaimana peranan masing-masing
komponen sehingga terjadi keseimbangan dan pembatasan untuk terbentuknya
plasenta, masih belum diketahui secara pasti. Konsep keseimbangan dapat
dijabarkan secara singkat sebagai berikut:
1. Blastokis (embrio) dapat merangsang plasminogen activator yang akan
mengubah plasminogen menjadi plasmin. Perubahan ini berjalan tidak dalam
satu arah, tetapi saling memengaruhi sehingga aktivitas plasminogen activator,
akan dihambat kerja oleh plasminogen activator inhibitor.
2. Plasminogen activator inhibitor, aktivitasnya dipengaruhi secara seimbang oleh
Human Chorionicgonadotrophin (HCG) untuk menguatkan, sedangkan
transforming growth factor beta (TGF) menekannya sehingga perubahan
plasminogen menjadi plasmin berlangsung sesuai dengan kebutuhan.
3. Transforming growth factor beta (TGF), dapat memengaruhi kerja tissue
inhibitor

metalloproteinase

(TIMP)

dapat

mengendalikan

pembentukan

metalloproteinase family sehingga destruksi yang menimbulkan degradasi materi


ekstraseluler endometrium dapat dikendalikan.
4. Insuline like growth factor dapat meningkatkan timbunan integrin yang sangat
diperlukan sehingga perlekatan dan invasi trofoblas berlangsung lebih baik.
Insuline like growth factor dapat memengaruhi plasmin sehingga mengeluarkan
metalloproteinase family makin tinggi, dengan demikian pemecahan ekstraseluler
matriks, berlangsung lebih cepat.

33

Gambar 21 Reaksi Plasminogen

Dapat dikemukakan bahwa kunci invasi trofoblas, masuk jauh ke dalam


endometrium dengan menghancurkan ekstraseluler matriks dan selnya menjadi lebih
tajam, seimbang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pemecahan tersebut terjadi
keseimbangan terutama oleh embrio sehingga invasi berlangsung tertib terkendali
dalam pembentukan plasenta.Penghancuran ini memberikan gambaran perubahan
pemberian nutrisi hasil konsepsi sebgai berikut:
1. Setelah ovulasi, ovum mendapat nutrisi dari sitoplasmanya dan korona radiata
sam[ai batas tertentu. Dalam perjalanannya, megalami kematian karena tidak
terjadi fertilisasi
2. Setelah terjadi fertilisasi, nutrisi dari sitoplasmanya korona radiata, sambil
berjalan menuju kavum uteri. Dalam zona pelusida dijumpai mikrokanalis yang
menyalurkan nutrisi menuju sitoplasma korna radiata
3. Dalam kavum uteri terjadi perubahan untuk mendapatkan nutrisi sebagai berikut:
a. Fase sekresi dan terjadinya hipermeabilitas kapiler, ada kemungkinan
cairannya mengandung cukup nutrisi sehingga trofokderm (akan menjadi

34

trofoblas) sudah mampu menyerap atau terjadi filtrasi sehingga untuk


sementara mendapat nutrisi dari cairan fase sekresi.
b. Setelah apposisi dan adhesi, nutrisi didapatkan dari ekstraseluler matriks
karena terjadi hipermeabilitas kapiler yang menganung banyak glukosa,
protein dan lemak.
c. Setelah invasi, nutrisi berasal dari ekstraseluler matriks dan sel endometrium,
karena trofokderm telah mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas
mencari nutrisi.
d. Invasi berlangsung pada hari ke 12-13 pembuluh darah vena mulai terbuka
sehingga saat ini terjadi pemberian nutrisi dari ekstraseluler matriks dan
darah vena.
e. Pada hari ke-14 telah terjadi destruksi pembuluh darah arteria sehingga mulai
terjadi aliran retroplasenta permulaan, dengan demikian nutrisi mulai saaat
itu diambil alih oleh fungsi plasenta

Gambar 22.Tahap implantasi

Proses nidasi dengan tertanamnya hasil konsepsi di dalam endometrium,


terjadi perubahan posisi endometrium sebagai berikut:
1. Desidua kapsularis: bagian dari endometrium yang menutupi hasil konsepsi.
Khorion yang tumbuhnya kurang subur akan mengalami atropi tipis yang disebu
khorion leave.
35

2. Desidua parietalis: desidua yang tidak berhubungan dengan proses kehamilan,


artinya tidak ikut memberikan suplai nutrisi. Setelah minggu ke-14, desidua
kapsularis dan desidua parietalis akan bersatu, karena kavum uteri menghilang,
sesuai dengan tumbuh kembangnya janin dalam uterus
3. Desidua reflekta atau desidua vera: adalah desidua yang terletak antara desudua
parietalis dan desidua kapsularis, atau perubahan antara desidua kapsularis
dengan menjadi desidua parietalis
4. Desidua basalii : adalah desidua yang langsung berhubungan dengan plasenta
dan memberikan nutrisi pada janin sehingga tumbuh kembangnya menjadi
sempurna.

Gambar 23. Decidua

36

Jika oosit tidak dibuahi, venula dan ruang sinusoid secara bertahap dipenuhi
oleh sel darah, dan tampak diapedesis darah yang ekstensif ke dalam jaringan. Saat
fase haid dimulai, darah keluar dari arteri-arteri superfisial, dan kepingan-kepingan
kecil stroma dan kelenjar terlepas. Selama 3 sampai 4 hari kedepan, lapisan
kompaktum dan spongiosum dikeluarkan dari uterus, dan lapisan basale menjadi
satu-satunya yang tersisa. Lapisan ini memiliki pasokan arteri sendiri, arteri basalis
yang berfungsi sebagai lapisan regeneratif dalam membentuk kembali kelenjar dan
arteri pada fase proliferasi.

Gambar 24 Perjalanan oosit setelah ovulasi hingga implantasi

37

BAB III
KESIMPULAN
Sel germinativum primordial muncul di dinding yolk sac pada minggu keempat
kehidupan emnrional dan bermigrasi ke arah gonad indiferen tempat sel-sel tersebut tiba pada
akhir minggu kelima. Selanjutnya gonad manusia mengalami diferensiasi sehingga secara
histologis dapat dibedakan gonad pria dan gonad wanita pada minggu kedelapan kehidupan
embrional.
Untuk persiapan fertilisasi, sel germinativum pria maupun wanita mengalami
gametogenesis yaitu proses konversi sel germinativum primordial menjadi gamet pria
(sperma) dan gamet wanita (oosit). Proses gametogenesis pada laki-laki disebut dengan
spermatogenesis dan pada wanita disebut degan oogenesis.
Oogenesis merupakan proses pembentukann ovum di dalam ovarium. Pematangan
oosit dimulai sebelum lahir. Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitotik.
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks di mana sel germinativum primordial yang
relatif belum berdiferensiasi, spermatogonia berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa
yang sangat khusus dan dapat bergerak. Spermatogenesis yang dimulai saat pubertas,
mencakup semua proses pengubahan spermatogonia menjadi spermatozoa.
Saat pubertas, wanita mulai mengalami siklus bulanan secara teratur. Ovarium secara
terus menerus mengalami dua fase secara bergantian fase folikular dan fase luteal yang
dikendalikan oleh hipotalamus. Pada keadaan normal, hanya satu dari folikel-folikel ini
mencapai tingkat kematangan sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan; yang lain
mengalami degenerasi dan atretik.
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan gamet wanita, terjadi
di daerah ampula tuba uterina. Fertilisasi dibagi menjadi 3 fase penyatuan yaitu penetrasi
korona radiata, penetrasi zona pelusida, dan fusi membran sel sperma dan oosit. Selanjutnya
akan terjadi reaksi korteks dan zona, yang kemudian dilanjutkan dengan pembelahan meiotik
dan pengaktifan metabolik sel telur. Hasil utama pembuahan adalah pemulihan jumlah diploid
kromosom, penentuan jenis kelamin dan inisiasi pembelahan. Selanjutnya akan terjadi
pembelahan (Cleavage) dan pembentukan blastokista.

38

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2014. Obstetri Williams Volume 1, Edisi
24. Jakarta : EGC
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, AC & Hall, JE. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Rohen, JW. (2009). Funktionelle Embryologie. New York : Schattauer GmbH
Sadler, TW. (2012). Langmans Medical Embryology. 10th Edition. USA : Lippincott
Williams.
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

39

Anda mungkin juga menyukai