PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang
telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam.
Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Fungsi saluran
Eustachius ini adalah menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan
menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar dan mengalirkan sedikit lendir
yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung.
Otitis media akut biasanya terjadi karena faktor pertahanan tuba Eustachius ini
terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga
tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.
Apabila otitis media akut mencapai stadium perforasi dan dibiarkan selama lebih
dari 2 bulan tanpa penanganan yang adekuat maka akan menjadi otitits media supuratif
kronik.
Penyakit otitis media ini masih sering dianggap remeh oleh sebagian besar
masyarakat padahal komplikasi lanjut dari penyakit ini bila tidak diobati adalah
gangguan pendengaran menjadi tuli dan timbul abses di otak sampai menyebabkan
kematian.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Otitis media dan bahayanya komplikasi
yang ditimbulkan maka perhatian dan pengobatan pada penyakit ini tidak boleh
diabaikan agar terhindar dari komplikasi, berdasarkan kondisi tersebut maka dokter
muda perlu mengetahui tentang dasar klinis pada penyakit otitis media agar dapat
menegakkan diagnosis yang tepat dan penatalaksanaan yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
mengangkat laporan kasus pada pasien dengan otitis media supuratif kronik.
BAB II
LAPORAN KASUS
1
A. Identitas Pasien
Nama
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Tanggal berobat :
Ny. S
Perempuan
34 tahun
Bintara 6
Ibu rumah tangga
11 Agustus 2015
B. Anamnesis
1. Keluhan utama:
5. Riwayat allergi:
Pasien allergi debu, bersin dan mata merah gatal bila terpapar debu. Riwayat
allergi makanan, cuaca, dan obat-obatan disangkal
6. Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah berobat untuk sakit ini.
7. Riwayat psikososial:
Merokok dan mengkonsumsi kopi disangkal. Pasien tinggal dilingkungan padat
penduduk dengan banyak barang dirumah, pasien memelihara ayam. Sering
berenang disangkal.
C. Pemeriksaan Fisik
2
Keadaan umum
Kesadaran
Berat badan
Tanda Vital
Tekanan darah
Penafasan
Nadi
Suhu
Status Generalis
1. Kepala
:
normocephal
2. Mata
:
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), refleks pupil (+/+) pupil bulat isokor
3. Telinga
:
lihat status lokalis
4. Hidung
:
lihat status lokalis
5. Mulut
:
mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-),
gigi ada karies(+), gigi berlubang (-)
6. Tenggorok
:
lihat status lokalis
7. Leher :
lihat status lokalis
8. Ekstremitas
a. Superior :
b. Inferior :
AS
Aurikula
Preaurikula
Tanda radang(-), pus(-), nyeri
tekan(-), fistula(-)
edema (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-), fistula (-),
tumor (-), sikatriks (-)
Hiperemis(-), edema (-),
MAE
sekret (+), serumen(-),
massa(-)
Membran timpani
Refleks cahaya (+), perforasi
(-), sekret (-), serumen (-)
Uji Rinne
Lateralisasi (+)
Uji Weber
Lateralisasi (-)
Memanjang
Uji Schwabach
2. Hidung
Tabel 2. Pemeriksaan hidung
Dextra
Rhinoskopi anterior
Hiperemis (-)
Sinistra
Hiperemis (-)
Mukosa
Livide (+)
Livide (+)
Sekret
Menyempit
Konka inferior
Eutrofi
Deviasi (+)
Septum
Deviasi (-)
(-)
Massa
(-)
4
a. Sinus paranasal
1) Inspeksi
:
Pembengkakan pada wajah (-)
Pembengkakan daerah atas orbita (-)
2) Palpasi : Nyeri tekan pipi (-)
Nyeri tekan media orbita (-)
3. Tenggorok
Tabel 3. Pemeriksaan Nasofaring
Naofaring (Rhinoskopi posterior) (tidak dilakukan)
Konka superior
Torus tubarius
Fossa Rossenmuller
Plika salfingofaringeal
Tabel 4. Pemeriksaan Orofaring
Dextra
Pemeriksaan Orofaring
Sinistra
Hiperemis (-)
Mukosa mulut
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Palatum molle
Hiperemis (-)
Karies (+)
Gigi geligi
Karies (+)
Simetris
Uvula
Simetris
Tenang
Mukosa
Tenang
Mulut
Tonsil
T1
T1
Besar
Tidak melebar
Kripta
Tidak melebar
Detritus
Perlengketan
Tenang
Mukosa
Tenang
Granula
Faring
Pemeriksaan
Sinistra
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Tiroid
Kelenjar submental
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submandibula
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
6
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar suprasternal
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar supraklavikularis
Pembesaran (-)
E. Resume
Pasien wanita 34 tahun datang ke poli THT dengan keluhan keluar cairan dari
telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Cairan berawarna bening dan encer. Telinga
mendengung sejak 1 hari dan lega bila cairan keluar dengan cara memiringkan
kepala, sakit telinga sudah dirasakan sejak 1 bulan. Merasa penurunan pendengaran
pada telinga kanan. Bersin bila bangun tidur dan terpapar debu. Kebiasaan
mengorek telinga sejak lama. Pada hasil pemeriksaan didapatkan sekret dan
perforasi sentral membran timpani pada telinga kanan, uji penala: rinne AD (-), test
weber lateraisasi ke kanan, swabach AD memanjang, dan konka inferior kanan
menyempit, terdapat karies gigi.
F. Diagnosa Kerja
Otitis media supuratif kronis AD + Rhinitis alergi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen mastoid
2. Foto rontgen sinus paranasal
3. Bakteriologi sekret
4. Audiogram
H. Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
a. Hindari telinga dari kemasukan air
b. Menjaga pola hidup sehat
c. Menutup telinga dengan kapas saat mandi dan mengurangi aktivitas
berkeringat
2. Medikamentosa
1.
2.
3.
4.
BAB III
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
A. Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media
Perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah.
fungsi tuba eustakius yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga
tengah.
1. Gangguan fungsi Ventilasi
Normalnya tuba akan berusaha menjaga tekanan di telinga tengah dan
udara luar stabil, ketika terdapat oklusi tuba, maka udara tidak akan dapat
masuk ke telinga tengah, sedangkan secara fisiologis udara (Oksigen dan
Nitrogen) akan diabsorbsi di telinga tengah 1 ml tiap hari pada orang dewasa.
Keadaan ini kan menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah, keadaan
vacum di telinga tengah menyebabkan transudasi cairan di telinga tengah.
2. Gangguan Fungsi drainase
Dalam keadaan normal mukosa telinga tengah akan menghasilkan
sekret yang akan di dorong oleh gerakan silia ke arah nasofaring, ketika
terjadi oklusi tuba fungsi ini akan terganggu, sehingga terjadi penumpukan
sekret di telinga tengah. Akumulasi cairan di telinga tengah akan lebih
banyak dengan adanya transudasi akibat tekanan negatif. Sekret ini
merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman.
3. Gangguan fungsi proteksi
Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring
masuk ke telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi
tuba, fungsi silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari
nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi sekret yang baik untuk
pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga tengah.
Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah sekret purulen,
penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret ini kan
menyebabkan membran timpani (bagian sentral) mengalami iskemi dan
akhirnya nekrosis, dengan adnya tekanan akan menyebabkan perforasi dan
sekret mukopurulen akan keluar dari telinga tengah ke liang telinga.
Jika proses peradangan ini tidak mengalami resolusi dan penutupan
membran timpani setelah 6 minggu maka OMA beralih menjadi OMSK.
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal
ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi
yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.
Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi
9
E. Klasifikasi
OMSK dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari
perjalanan penyakit dan tergantung jenis aktifitas sekret yang dihasilkan oleh
telinga tersebut. Berikut ibi pembagian OMSK
1.
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.
a. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna
tidak terdapat kolesteatoma.
11
Berikut ini adalah perbedaan antara OMSK benigna dan maligna, terlihat
dari tabel berikut ini.
12
2. Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK
tenang.
a. OMSK aktif
Merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif. Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli.
Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang
telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen
b. OMSK tenang
OMSK yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering. Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering
dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa
tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo,
tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang
dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
2. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK berbahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini, mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga
luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teraturuntuk control, supaya tidak terjadi
infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat
pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada
rongga operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi
kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar
menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik,
tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan
dinsing posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal
juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada
membrane timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinnga
tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan
14
juga
rekonstruksi
tulang
pendengaran.
Berdasarkan
bentuk
tanpa
melakukan
teknik
mastoidektomi
radikal
(tanpa
G. Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian.
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik
yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang
efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi
didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau
suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun
dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi
akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
15
16
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
keenam. Jakarta: FKUI, 2007.
2. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah Dan Mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1997.
3. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis Dan Mastoiditis. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007.
4. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial Complication Of Chronic Suppuratif Otitis
Media, Attico-Antral Type: Experience At TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 3639 Available from URL: http://www.jneuro.org/ diunduh tanggal 4 Mei 2012.
Pkl 22.00 WIB
5. Dugdale AE. Management Of Chronic Suppurative Otitis Media. Medical
Journal of Australia. 2004. Available from URL: http://www.mja.com.au/.
6. http://emedicine.medscape.com/article/784176-overview
7. http://www.scribd.com/doc/41793489/Guideline-OtitisMedia
17