Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan
patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Komplikasi fraktur
1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Syndrome kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni kompartemen osteofasial yang tertutup.
Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan. Gejala
utama dari sindrom kompartemen adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada
pergerakan pasif dan nyeri tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain adalah terjadinya
paralysis, dan berkurangnnya denyut nadi.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk
ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam. Serangan biasanya 2-3 hari
setelah cedera.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi
dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang
bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti
jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses
penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila
lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi.
Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting
dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat
esensial dalam penyembuhan fraktur.
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Fase hematoma
Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah
di sekitar fraktur. Pembuluh darah robek dan membentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
Hematoma ini disertai dengan pembengkakan jaringan lunak. Sel-sel darah membentuk fibrin
guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan
fibroblast.Pada ujung tulang yang patah terjadi iskemia sampai beberapa milimeter dari garis
patahan yang mengakibatkan matinya osteosit pada daerah fraktur tersebut. Stadium ini
berlangsung 24 48 jam.
2. Fase proliferatif
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel-sel periosteal dan endoosteal menjadi
fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Kemudian, hematoma akan terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi
oleh tubuh. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih
dalam dan di sanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Bersamaan
dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari
lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses dari periosteum
dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu dalam satu preses yang sama,
proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani
permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulaupulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak
dalam penyembuhan tulang. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang
menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan
kalsium. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat resorbsi
kalsium untuk penyembuhan. Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik
dan osteogenik mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast yang mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang
yang mati. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan
polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature
atau young callus. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk
kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal makapada akhir stadium akan
terdapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut external
callus. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas,
callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-lamela. Pada
setadium ini sebenarnya proses penyembuhan sudah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian
fibrous callus menjadi primary callus. Fase ini terjadi sesudah empat minggu, namun pada
umur-umur lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi
dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal.
Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
membawa beban yang normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan tulang
sudah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang. Apabila
union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi
daerah fraktur di luar maupun di dalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis.
Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan
kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.
Komplikasi
FRAKTUR
A. Pengertian:
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsi .
B. Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser.
C. Etiologi:
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh
- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
- Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
D. Patofisiologis :
Jenis fraktur :
-Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran
-Fraktur
inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
E. Manifestasi klinis:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
F. Komplikasi fraktur
-Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
-Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
-Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
-Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di
dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
-Shock,
-Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70
sam pai 80 fraktur tahun.
-Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila
terjadi pada bedah ortopedil
-Infeksi
-Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
-Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,
perubahan tropik dan vasomotor instability.
G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
Radiologi :
X-Ray
dapat
dilihat
gambaran
fraktur,
Venogram/anterogram menggambarkan arus
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
H. Penanganan fraktur
deformitas
dan
vascularisasi. CT
metalikment.
scan untuk
RENPRA FRAKTUR
N
o
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Nyeri
akut Setelah
dilakukan
b/d
agen Asuhan
injuri
fisik, keperawatan . jam
fraktur
tingkat
kenyamanan klien
meningkat, tingkat
nyeri terkontrol dg
KH:
Klien
melaporkan
nyeri berkurang dg
scala 2-3
-Ekspresi
wajah
tenang
klien
dapat
Manajemen nyeri :
4. Kontrol
faktor
lingkungan
mempengaruhi
nyeri
seperti
yang
suhu
nyeri
7. Ajarkan
teknik
non
farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
10. Kolaborasi
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analgetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
Resiko
terhadap
cidera
b/d
kerusakan
neuromuskul
er, tekanan
dan disuse
Setelah dilakukan
askep jam terjadi
peningkatan
Status
keselamatan
Injuri fisik dgn KH :
Memberikan
Klien:
posisi
yang
nyaman
untuk
Sindrom
defisit
self
care
b/d
kelemahan,
fraktur
Setelah dilakukan
akep
jam
kebutuhan
ADLs
terpenuhi dg KH:
-Pasien dapat
diri
-melakukan
aktivitas
hari.
sehari-
-Kebersihan
diri
pasien terpenuhi
-Beri
mempunyai
Risiko infeksi
b/d imunitas
tubuh primer
menurun,
prosedur
invasive,
fraktur
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
Kontrol infeksi :
-Tdk
normal
10.000 )
<
tangan.
-Monitor V/S
Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubunga
n
dengan
patah tulang
Setelah dilakukan
askep jam terjadi
peningkatan
Ambulasi
:Tingkat
mobilisasi,
Terapi ambulasi
-Kaji
kemampuan
ambulasi
pasien
dalam
melakukan
Perawtan diri Dg
KH :
-Peningkatan
ambulasi
aktivitas fisik
-Ajarkan
pasien
berpindah
tempat
secara
bertahap
Pendidikan kesehatan
-Edukasi
pada
pasien
dan
keluarga
tahap
ambulasi
Kurang
pengetahua
n
tentang
penyakit dan
perawatanny
a b/d kurang
paparan
terhadap
informasi,
keterbatan
kognitif
Setelah dilakukan
askep
.
Jam
pengetahuan klien
meningkat dg KH:
-Klien
dapat
mengungkapkan
kembali
yg
dijelaskan.
-Klien
kooperatif
saat
dilakukan
tindakan
-Berikan
informasi
perkembangan klien.
pada
keluarga
tentang