TUGAS LAPSUS
FLEXION CONTRACTURE DIGITI 2,3,4,5 PEDIS SINISTRA
OLEH :
Ayu Miftakhun Nikmah
H1A 010 010
SUPERVISOR:
dr. Badriyatut Dini, Sp.BP
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kontraksi merupakan suatu proses yang normal pada proses penyembuhan
luka, sedangkan kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari
suatu kontraksi. Kontraktur merupakan kontraksi yang menetap dari kulit dan atau
jaringan dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak.
Kelainan ini disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka,
kelainan bawaan maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak dijumpai
adalah akibat luka bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kontraktur
Kontraktur didefinisikan sebagai pengikatan permanen kulit yang
dapat mempengaruhi otot dan tendon yang berada dibawahnya yang akan
membatasi ruang gerak (range of motion), serta kemungkinan defek maupun
degenerasi saraf di daerah tersebut (Adu, 2011). Keterbatasan ruang gerak
sendi karena kerusakan yang bersifat anatomis, fisiologis, maupun neurologis
dapat berakibat pada pemendekan jaringan ikat sekitar sendi tersebut.
Kontraktur terjadi ketika jaringan ikat normal yang bersifat elastis digantikan
oleh jaringan fibrous yang tidak elastis (Perdanakusuma, 2009). Keterbatasan
gerakan yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bersifat
multipel dan komplikatif secara medis. Namun pada umumnya sebagian besar
restriksi pada sendi ditandai oleh pemendekan jaringan ikat sendi dan bersifat
reversibel jika mendapat perawatan yang tepat. Untuk merencanakan
perawatan yang efektif harus diperhatikan bahwa pemendekan jaringan ikat
sendi bukan merupakan penyebab dari kontraktur, tetapi lebih merupakan
konsekuensi lanjutan dari etiologi perimernya (Ledbetter, 2010).
B. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi dari jaringan yang menyebabkan ketegangan, maka
kontraktur dapat diklasifikasikan menjadi (Adu, 2011) :
1. Kontraktur dermatogen atau dermogen
Kontraktur yang disebabkan karena proses terjadinya di kulit, hal
tersebut dapat terjadi karena kehilangan jaringan kulit yang luas misalnya
pada luka bakar yang dalam dan luas, loss of skin/tissue dalam kecelakaan dan
infeksi.
2. Kontraktur tendogen atau myogen
Kontraktur yang tejadi karena pemendekan otot dan tendon-tendon. Dapat
terjadi oleh keadaan iskemia yang lama, terjadi jaringan ikat dan atropi,
misalnya pada penyakit neuromuskular, luka bakar yang luas, trauma,
penyakit degenerasi dan inflamasi.
3. Kontraktur Arthrogen .
Kontraktur yang terjadi karena proses didalam sendi-sendi, proses ini
bahkan dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat
immobilisasi yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan
pemendekan kapsul dan ligamen sendi, misalnya pada bursitis, tendinitis,
penyakit kongenital dan nyeri.
C. Penyebab
Kontraktur diakibatkan karena kombinasi berbagai faktor meliputi:
posisi anggota tubuh, durasi imobilisasi, otot, jaringan lunak, dan patologis
tulang. Individu dengan luka bakar sering diimobilisasi, baik secara global
maupun fokal karena nyerinya, pembidaian, dan posisinya. Luka bakar dapat
meliputi jaringan lunak, otot, dan tulang (Schneider et al, 2006). Semua faktor
ini berkontribusi terhadap kejadian kontraktur pada luka bakar. Berbagai hal
yang dapat menyebabkan kontraktur adalah sebagai berikut (Adu, 2011):
1. Trauma suhu
2. Trauma zat kimia
3. Trauma elektrik
4. Post-trauma (Volkmanns)
5. Infeksi ulkus buruli
6. Idiopatik (Dupuytrens)
7. Kongenital (camptodactyly)
yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Fase proliferasi mempunyai 3 komponen, yaitu (Kumar, 2007) :
a. Komponen epitelisasi
Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah
mengisi permukaan luka, kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses
mitosis. Proses migrasi hanya dapat terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar.
Proses ini berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka.
b. Komponen kontraksi luka
Kontraksi luka disebut juga pertumbuhan intussuseptif, tujuan utama adalah
penutupan luka atau memperkecil permukaan luka. Proses terjadinya kontraksi
luka ini berhubungan erat dengan proses fibroplastik. Fibroblast berasal dari sel
mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
aminoglisin dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan luka. Serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian
diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengkerut. Sifat ini bersamaan
dengan sitat kontraktil miofibroblast menyebabkan tarikan pada tepi luka.
c. Reparasi jaringan ikat
Luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan kolagen yang disertai dengan adanya
peningkatan vaskularisasi karena proses angiogenesis membentuk jaringan
berwarna kemerahan dengan permukaan berdungkul halus yang disebut jaringan
granulasi.
3. Fase remodeling
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali
jaringan yang berlebihan. Fase ini dimulai akhir minggu ketiga sampai berbulan
bulan dan dinyatakan berakhir jika tanda radang sudah menghilang. Udem dan sel
radang diserap, sel mudah menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap,
kolagen yang berlebihan diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan
yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas
serta mudah digerakkan dari dasar. Pada akhir fase ini perupaan luka kulit mampu
menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kirakira 3-6 bulan setelah penyembuhan.
E. Patofisiologi
Patofisiologi yang jelas terbentuknya parut hipertrofi belum diketahui
namun banyak faktor yang berkontribusi terhadap proses fibroproliferatif kulit
tersebut. Terbentuknya kontraktur biasanya diawali dengan perawatan luka yang
salah dan immobilisasi. Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi
memendek dalam jangka waktu yang lama, serabut-serabutotot dan jaringan ikat
akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang
dipertahankan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan parut
otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan jaringan
sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat
sekitar sendidan otot akan menebal menyebabkan kontraktur (Adu, 2011).
F. Prevensi Kontraktur
Kontraktur dapat dicegah dari penyebab awal mulanya. Kontraktur banyak
disebabkan akibat luka bakar. Pencegahan luka bakar dibagi menjadi pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan
insidensi luka bakar melalui cara memasak yang aman, pemadam kebakaran, dan
edukasi tentang zat yang menyebabkan trauma panas di sekolah atau komunitas.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan beratnya luka bakar melalui
edukasi terhadap pertolongan pertama. Pencegahan tersier bertujuan untuk
mengurangi mortalitas dan morbiditas terhadap luka bakar (Schwarz, 2007).
Terdapat dua kunci penting dalam pencegahan kontraktur. Hal pertama
adalah area yang terbakar dibidai pada posisi anatomis dan berlatih maksimal
lingkup gerak sendi tiap persendian. Perkembangan bidai selama lima belas tahun
terakhir berkontribusi terhadap penurunan kejadian kontraktur dan hal ini semakin
dikembangkan (Schwarz, 2007). Secara umum terdapat berbagai cara pencegahan
kontraktur, yaitu (Procter, 2010):
1. Posisi yang mencegah kontraktur
Posisi yang melindungi dari kontraktur harus dimulai dari hari pertama
sampai beberapa bulan setelah trauma. Posisi ini penting karena dapat
mempengaruhi panjang jaringan dengan menurunkan ruang lingkup gerak sebagai
akibat dari parut jaringan. Ketika luka bakar terjadi pada bagian fleksor tubuh,
b. Leher belakang
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah ekstensi leher dan
pererakan leher yang lain sedangkan posisi yang mencegah terjadinya kontraktur
adalah duduk dengan posisi leher fleksi, berbaring dengan menggunakan bantal di
belakang kepala (Procter, 2010).
protraksi ketika luka bakar juga ada di dada sedangkan posisi yang
mencegah terjadinya fraktur adalah berbaring dan duduk lengan abduksi 900
ditopang dengan menggunakan bantal atau alat lain diantara dada dan lengan
(Procter, 2010).
10
d. Siku depan
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi siku sedangkan posisi
yang mencegah terjadinya fraktur adalah ekstensi siku (Procter, 2010).
e. Punggung tangan
Posisi
yang
dapat
menyebabkan
kontraktur
adalah
hiperekstensi
11
f. Telapak tangan
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah adduksi dan fleksi jari-jari
tangan, telapak tangan ditarik ke dalam sedangkan posisi yang mencegah
terjadinya kontraktur adalah ekstensi pergelangan tangan, fleksi minimal MCP,
ekstensi dan abduksi jari-jari tangan (Procter, 2010).
12
g. Groin
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi dan adduksi pangkal
paha sedangkan posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah berbaring
tengkurap dengan ekstensi tungkai, batasi duduk dan berbaring posisi
menyamping. Jika dengan posisi supine, berbaring dengan posisi ekstensi tungkai,
tanpa bantal di bawah lutut (Procter, 2010).
13
h. Belakang lutut
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi lutut sedangkan
posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah ekstensi tungkai pada saat
berbaring dan duduk (Procter, 2010).
14
i. Kaki
Kaki adalah struktur komplek yang dapat ditarik dengan arah yang berbedabeda oleh jaringan yang telah menyembuh. Hal ini dapat mengakibatkan mobilitas
yang tidak normal. Posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah
pergelangan kaki diposisikan 90 derajat terhadap telapak kaki dengan
menggunakan bantal untuk mempertahankan posisi. Jika pasien dalam keadaan
duduk maka posisi kakinya datar di lantai (Procter, 2010).
j. Wajah
Kontraktur pada wajah dapat meliputi berbagai hal termasuk ketiakmampuan
untuk membuka maupun menutup mulut dengan sempurna, ketidakmampuan
menutup mata dengan sempurna, dan lain sebagainya.posisi yang mencegah
terjadinya kontraktur adalah secara teratur merubah ekspresi wajah dan
peregangan seperlunya. Tabung empuk dapat dimasukkan ke dalam mulut untuk
melawan kontraktur mulut (Procter, 2010).
15
2. Bidai
Pembidaian sangat efektif untuk membantu mencegah kontraktur dan
merupakan hal yang perlu dilakukan sebagai program rehabilitasi komprehensif.
Pembidaian membantu mempertahankan posisi yang mencegah kontraktur
terutama terhadap pasien yang mengalami nyeri hebat, kesulitan penyesuaian atau
dengan area luka bakar yang dengan menggunakan posisi pencegahan kontraktur
saja tidak cukup (Procter, 2010).
Pembidaian dilakukan dengan posisi yang diregangkan sehingga
memberikan suatu latihan peregangan awal yang lebih mudah. Parut tidak hanya
berkontraksi namun juga mengambil rute terdekat, parut sering menimbulkan
selaput atau anyaman diantara jari-jari, leher, lutut, aksilda, dan lain-lain. Bidai
membantu merenovasi jaringan parut karena membentuk dan mempertahankan
kontur anatomis. Bidai adalah satu-satunya modalitas terapeutik yang tersedia dan
berlaku yang dapat mengatur tekanan pada jaringan lunak sehingga dapat
menimbulkan remodeling jaringan (Procter, 2010).
Bidai dapat dibuat dari berbagai macam bahan. Bahan yang ideal adalah
yang memiliki temperature rendah dan ringan, mudah dibentuk, dan disesuaikan
kembali kemudian juga sesuai dengan kontur.
16
17
5. Terapi tekanan
Terapi tekanan adalah modalitas primer dalam penatalaksanaan parut
akibat luka bakar meskipun efektivitas klinis secara sains masih belum terbukti.
Pemberian tekanan pada area luka bakar diduga dapat mengurangi parut dengan
mempercepat maturasi parut dan mendorong reorientasi terbentuknya serta
kolagen. Pola parallel yang bertentangan dengan pola luka yang berputar pada
parut. Mekanisme yang diduga adalah pemberian tekanan dapat menciptakan
hipoksia lokal pada jaringan parut sehingga mereduksi aliran darah yang
sebelumnya hipervaskuler pada luka parut. Hal ini mengakibatkan menurunnya
influks kolagen dan penurunan pembentukan jaringan parut. Sesegera setelah luka
menjadi tertutup dan dapat menerima tekanan, pasien menggunakan pakaian
tekanan (Procter, 2010).
G. Penatalaksanaan Kontraktur
1. Pembebasan kontraktur
Pembebasan kontraktur yang tuntas harus dilakukan dengan mencegah
kerusakan berbagai struktur penting seperti arteri, saraf, tendon, dan lain-lain.
Insisi dimulai di pada lintasan ketegangan yang maksimal yaitu daerah yang
paling kencang. Titik ini biasanya berlawanan dengan garis persendian. Insisi
diperdalam sampai jaringan yang tidak ada parutnya. Z-Plasty Adalah tindakan
operasi yang bertujuan untuk memperpanjang garis luka, sehingga dapat
mencegah terjadinya kontraktur terutama pada persendian. Tindakan ini dilakukan
dengan cara melakukan transposisi flap sehingga didapatkan garis luka yang lebih
panjang (Ogawa R, 2012).
Metode Z-plasti adalah suatu teknik operasi untuk memperbaiki skar dan
kontraktur. Pada metode ini, kulit di sekitar jaringan parut akan dibuat flap dalam
bentuk segitiga-segitiga kecil yang biasanya mengikuti bentuk huruf Z. teknik
yang dipilih disesuaikan dengan bentuk jaringan parut yang ada. Kemudian flap
dijahit kembali sesuai garis dan lipatan asli kulit. Jaringan skar yang baru biasanya
akan tampak lebih samara. Metode Z-plasti berguna pula mengurangi tekanan
pada jaringan yang terjadi kontraktur (Ledbetter, 2010).
18
2. Penutupan kulit
Penutupan dengan menggunakan skin grafts atau skin flap. Umumnya area
dibuangnya setelah dibuangnya jaringan kontraktur akan ditutup dengan
menggunakan skin grafts. Penutupan menggunakan flap digunakan pada situasi
yang khusus. Lapisan grafts diusahakan dibuat luas dengan menggunakan tautan.
a. Skin flap (Pedicle Flap)
Suatu teknik operasi untuk dapat memperbaiki skar dan kontraktur dimana kulit
dan subkutan dll dipindah dari suatu bagian badan ke bagian badan yang lain
dengan suatu pedicle vascular.
Design flap harus memperhatikan :
Supply vaskuler
Daerah jangkauannya
Arah putar rotasi
Ikut sertanya fascia profunda yang kaya pembuluh darah
Macam-macam:
a. Random Flap
Misal: Z-plasti, advancement flap, rotation flap, transpotition, interpolation.
19
b. Axial Flap
Vaskularisasi langsung dari pembuluh darah arteri kulit. Panjang flap tergantung
daerah vaskularisasi arteri. Misal: Forehead flap, deltopectoral flap, inguinal flap.
c. Musculocutaneus Flap
Pedicle vascular di dalam otot-otot tertentu (perlu tahu vascularisasi otot-otot
tertentu)
d. Free Flap
Flap kulit/musculocutaneus dilepaskan dari vaskularisasinya disambungkan
kembali pada pembuluh darah resipien.
Tipe-tipe skin flap menurut lokasi:
1. Lokal
a. Flap yang diputar pada titik poros (Pivot Point)
Rotation flap/ pemutaran
Transpotition flap/ pemindahan
Interpotition flap/ penyisipan
b. Advancement Flap/Pemajuan
Simple
V-Y
Bipedicle
2. Jauh
a. Direct (langsung): dari donor defek
20
2. Skin Graf
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan
pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor)
tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu
defek. Pada prosedur skin graft, jaringan kulit diambil dari bagian yang sehat
kemudian ditransplantasikan ke bagian tubuh yang terkena jejas. Jaringan kulit
yang diambil yaitu segmen epidermis dan dermis dipisah sempurna dari blood
supply donor sebelum ditanam di daerah lain tubuh (resipien) (Ogawa R. 2012).
Metode skin graft tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan, karena
sering kali struktur dan warna jaringan kulit yang ditransplantasikan berbeda
dengan jaringan kulit di sekitarnya. Area kulit yang diambil untuk skin graft
biasanya juga akan digantikan oleh jaringan parut, tetapi skin graft dapat
mengembalikan fungsi kulit dengan baik (Sjamsuhidajat, 2007).
21
Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan kembali
dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
22
Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
proses graft, karakteristik kulit normal dapat terjaga setelah proses graft selesai.
Hal ini disebabkan karena jumlah kolagen, pembuluh darah dermis, serta
komponen epitelial yang lebih banyak jika dibandingkan dengan Split Thickness
Skin Graft (STSG) (Sjamsuhidajat, 2007).
FTSG jarang digunakan dalam penanganan luka bakar yang baru. Hal ini
disebabkan FTSG cukup membebani jaringan resipien karena memerlukan
vaskularisasi yang cukup banyak dan adanya kontaminasi bakteri. Indikasinya
terbatas pada luka bakar yang kecil dan berbatas tegas yang memiliki fungsi
cukup penting misalnya wajah dan jari-jari tangan (Ogawa R. 2012).
23
Sifat-sifat:
Mendekati tekstur kulit normal meliputi: tekstur/kelenturan, warna,
pertumbuhan rambut, retraksi kulit lebih sedikit.
Donor:
o Makin dekat resipien sifat makin mirip
o Paling sering dipakai: retro auricular, supra clavicular, lengan atas
sebelah dalam, lipat paha (inguinal), abdomen bagian bawah.
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas
sehingga tidak dapat ditutup primer
Graft-meshing machine
Weck Knives
Davol dermatome
24
25
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. LH
Usia
: 31 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Gunung Sari
Suku
: Sasak
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
No. RM
: 119807
MRS
: 16 Juni 2015
Tanggal pemeriksaan
: 17 Juni 2015
II. SUBYEKTIF
Keluhan Utama : jari-jari kaki kiri lengket satu sama lain.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli bedah plastik RSUP NTB dengan keluhan jari-jari
menempel satu sama lain. Keluhan ini dialami pasien sejak 5 bulan yang lalu.
Pasien mengeluh jari-jarinya lengket, kaku dan sedikit menekuk. Keluhan ini
dialami pasien setelah kaki pasien terkena luka bakar akibat perahu yang
ditumpangi pasien meledak. Saat itu pasien sebagai awak kapal illegal yang akan
menyeberang ke Malasya dan kapalnya tertangkap oleh polisi malasya dan
ditembak hingga kapal meledak. Pasien mengalami luka bakar pada daerah
punggung, pantat, dan kaki pasien. Pasien mengaku melakukan perawatan sendiri
terhadap luka bakarnya tersebut karena sebagai warga illegal yang tinggal di
Malasya.
26
27
III.
OBYEKTIF
Status Generalis
Keadaan umum : baik
Nadi
: 84x/menit
Pernapasan
: 18x/menit
: 36,7C
Status Gizi
o Berat Badan
: 55 kg
o Tinggi Badan
: 165 cm
o BMI
: 19,36 (normal)
Status Lokalis
Kepala:
Ekspresi wajah
: normal
: normal
Rambut
: normal
Edema
: (-)
Malar rash
: (-)
Parese N. VII
: (-)
: (-)
Massa
: (-)
Mata:
Simetris
Alis : normal
Exopthalmus (-/-)
Ptosis (-/-)
28
Kornea : normal
Telinga:
Hidung:
Penghidu normal
Mulut:
Simetris
Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-)
Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan
di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Mukosa : normal
Leher:
Simetris
Scrofuloderma (-)
Pemb.KGB (-)
29
Thoraks:
1. Inspeksi:
Permukaan dada: ikterik (-), papula (-), petechiae (-), purpura (-),
ekimosis (-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-),
ginekomasti (-)
2. Palpasi:
Fremitus vocal:
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra, thrill (-).
3. Perkusi:
Densitas
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Batas paru-hepar:
o Inspirasi
: ICS VI
o Ekspirasi
: ICS IV
Ekskursi 2 ICS
Batas paru-jantung:
o Kanan
30
o Kiri
4. Auskultasi:
Cor
Pulmo
o Vesikuler (+/+)
o Suara napas tambahan rhonki (-/-), wheezing (-/-)
o Tes bisik normal
o Tes percakapan normal
Abdomen:
1. Inspeksi:
Permukaan kulit: ikterik (-), vena collateral (-), massa (-), caput
medusae (-), spider naevi (-), scar (-), mengkilap (-)
2. Auskultasi:
3. Perkusi:
Orientasi
: timpani (+)
4. Palpasi:
Ekstremitas:
Akral hangat : + +
+ +
Sianosis
: - - -
31
Edema
: -
Clubbing finger : - - -
Tampak jari 2,3,4,5 kaki kiri menempel satu samalain, tampak fleksi pada jari 2,3,
syndaktil pada jari2-3,3-4,4-5. Tampak scar pada telapak kaki kanan
IV. RESUME
Pasien laki-laki usia 31 tahun datang dengan keluhan jari-jari kaki kiri
menempel satu sama lain. Keluhan ini dialami pasien sejak 5 bulan yang lalu.
Sebelumnya terjadi luka bakar pada jari-jari tersebut dan pasien melakukan
perawatan sendiri terhadap lukanya. Setelah satu bulan, luka bakarnya mengering
namun jari-jarinya mulai lengket dan susah dilepas satu sama lain.
Pada pemeriksaan fisik umum baik, tanda vital : GCS E4V5M6,, TD
110/700 mmHg, nadi 84x/menit, RR 18x/menit, Tax 36,7 C. Pada status lokalis
pada pedis sinistra tampak kontraktur pada digiti 2,3,4,5 dan syndaktyl pada digiti
2-3,3-4,4-5 pedis sinistra.
V. DIAGNOSIS
Flexion contracture digiti 2,3,4,5 pedis sinistra + syndactyly gigiti 2-3, 3-4, 4-5
pedis sinistra.
VI. TERAPI
Pro release contracture + FTSG
32
Hasil
Nilai Rujukan
HGB
14,7
RBC
4,83
HCT
39,4
40 50 %
MCV
81,6
82,0 92,0 fl
MCH
30,4
27,0 31,0 pg
MCHC
37,3
WBC
9,50
PLT
304
Kimia Klinik
Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
GDS
81
SGOT
23
< 40 mgl/dl
SGPT
18
< 41 mgl/dl
Kreatinin
21
Ureum
0,6
10 50 mg/dl
Foto Rontgen
33
Prognosis:
Lampiran
34
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Kontraktur adalah kontraksi yang menetap dari kulit dan atau jaringan
dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak. Kelainan ini
disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka, kelainan
bawaan maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak dijumpai adalah
akibat luka bakar.
2.
Rehabilitasi luka bakar harus dilakukan dengan baik dan benar untuk mencegah
terjadinya kontraktur.
3.
35
DAFTAR PUSTAKA