Antiretrovirus (ARV)
Indikasi pemberian ARV yaitu pada infeksi HIV akut, ODHA yang menunjukkan gejala klinis
atau ODHA tanpa gejala klinis yang memiliki CD4 < 500/mm3 dan atau RNA HIV > 20.000/ml.
serta pada PPE HIV.
Kombinasi ARV merupakan dasar penatalaksanaan pemberian antivirus terhadap ODHA; karena
dapat mengurangi resistensi, menekan replikasi HIV secara efektif sehingga kejadian
penularan/IO/komplikasi lainnya dapat dihindari, dan meningkatkan kualitas serta harapan hidup
ODHA. Dua golongan ARV yang diakui Food and Drug Administration (FDA) dan World
Health Organization (WHO) adalah penghambat reverse transcriptase (PRT), yang terdiri dari
analog nukleosida dan non-analog nukleosida, serta penghambat protease (PP) HIV. Ketiga jenis
ini dipakai secara kombinasi dan tidak dianjurkan pada pemakaian tunggal.
Penggunaan kombinasi ARV merupakan farmakoterapi yang rasional; sebab masing-masing
preparat bekerja pada tempat yang berlainan atau memberikan efek sinergis terhadap yang
lain. Preparat golongan PRT analog nukleosida menghambat beberapa proses polimerisasi
deoxyribo nucleic adid (DNA) sel termasuk sintesis DNA yang tergantung pada ribonucleic
acid (RNA) pada saat terjadi reverse transkripsi; sedangkan PRT analog non-nukleosida secara
selektif menghambat proses reverse transkripsi HIV-1. Penghambat protease bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein inti HIV.
United States Public Health Service (USPHS) dan WHO menganjurkan kombinasi ARV yang
dipakai sebagai pengobatan pertama kali adalah 2 preparat PRT analog nukleosida dengan PP,
atau 2 preparat PRT analog nukleosida dikombinasikan dengan analog non-nukleosida.
Sedangkan kombinasi antara PRT nukleosida, non-nukleosida dengan PP dipertimbangkan
sebagai kombinasi pada pengobatan kasus lanjut.
Perlu diperhatikan kombinasi saquinavir dengan ritonavir akan meningkatkan kadar saquinavir
dalam plasma, karena ritonavir menghambat kerja enzim sitokrom P450. Sedangkan
zidovudin (ZDV) dengan stavudin dan efavirenz dengan saquinavir merupakan kombinasi
antagonis satu dengan yang lain. Nevirapin akan menurunkan berturut-turut kadar dalam
plasma saquinavir, ritonavir, indinavir dan lopinavir jika dikombinasikan, sehingga kombinasi
ARV ini jangan dilakukan.
Tabel 1. Kombinasi antiretroviral
Kriteria Penghambat Penghambat
Kombinasi Reverse Transcriptase Protease
Stavudin+Zidovudin
Tidak dianjurkan
Zalsitabin+Didanosin
Zalsitabin + Lamivudin
Zalsitabin + Stavudi
Sumber: US. Deportment of Health and Human Services. Guidelines for the use
of antiretroviral agents in hiv-infected adults and adolescents. MMWR 2001;
50: 1-115
Antiretroviral (ARV),
Pencegahan post exposure (PPE) HIV dengan ARV sebaiknya dimulai secepat mungkin tanpa
kecuali (hamil atau tidak). Pada percobaan binatang, didapatkan bahwa pemberian ARV setelah
36 jam paparan tidak efektif mencegah infeksi HIV; narnun pada manusia belum ada penelitian
mengenai hal ini.
Saat ini, CDC dan USPHS menganjurkan pemberian kombinasi ARV untuk PPE, walaupun
ZDV sendiri mampu menurunkan serokonversi sampai 79% pada penelitian retrospektif.
Kombinasi dasar ARV oral selama 4 minggu yang diberikan terdiri dari ZDV 300 mg 2 kali
sehari, lamivudin 150 mg 2 kali sehari atau lamivudin 150 mg 2 kali sehari dengan stavudin 40
mg 2 kali sehari atau stavudin 40 mg 2 kali sehari dengan didanosin 400 mg sekali sehari.
Sedangkan kombinasi lanjut ARV yang diindikasikan untuk kasus HIV positif kelas 1 dengan
cidera kulit dalam dan HIV Positif kelas 2 terdiri dari regimen kombinasi dasar ditambah salah
satu dari ARV yang disebutkan berturut-turut dengan dosisnya sebagai berikut:
infinavir 800 mg 3 kali sehari, nelfinavir 750 mg 3 kali sehari, efavirenz 600 mg sekali sehari
atau abakavir 300 mg 2 kali sehari
sumber:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenatalaksanaanBaku.pdf/10_Penatalaksanaan
Baku.html