Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bab
Proses perencanaan merupakan proses yang terus berlanjut bagaikan suatu siklus.
Demikian halnya dengan sebuah produk rencana tata ruang seperti RTRW Kabupaten, yang
dalam proses perencanaannya tidak akan berhenti pada dokumen yang telah dihasilkannya.
Mengingat dinamika pertumbuhan dan perkembangan sosial ekonomi pada suatu wilayah
yang begitu cepat sehingga seringkali membuat apa yang telah diarahkan dalam dokumen
tata ruang wilayah tersebut tidak lagi sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam pengertian
ini, peninjauan kembali merupakan bagian dari proses yang memperbaiki rencana tata ruang
yang telah disusun serta menilai implementasinya terhadap rencana yang ada tersebut.
Sesuai dengan KepMen Kimpraswil Nomor 327 Tahun 2002 Tentang Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten bahwa Peninjauan kembali
dan/atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) merupakan
suatu proses yang dilakukan secara berkala selama jangka waktu perencanaan berjalan agar
selalu memiliki suatu rencana tata ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan.
2.1
2-1
peraturan atau rujukan baru, maka penyempurnaan RTR dilakukan setelah juga
memperhatikan faktor eksternal wilayah. Kegiatan peninjauan kembali Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) kabupaten tidak terlepas dari kegiatan penyusunan rencana ataupun
kegiatan revisi, karena didalam suatu mekanisme penanganan rencana tata ruang yang utuh,
kegiatan tersebut satu dengan lainnya merupakan satu sikuensis, dimana output kegiatan
yang satu akan merupakan input bagi kegiatan lainnya. Secara diagramatis, kedudukan
peninjauan kembali dalam rencana tata ruang masuk dalam kegiatan Evaluasi, secara garis
besar dapat di gambarkan dalam diagram sebagai berikut ini.
Gambar 2.1
Kedudukan Peninjauan Kembali dalam Rencana Tata Ruang
Dari gambar di tersebut terlihat bahwa untuk melakukan evaluasi, dalam hal ini
peninjauan kembali diperlukan adanya masukan yang berasal dari monitoring mengenai
implementasi suatu rencana. Adapun keluaran peninjauan kembali dapat berupa suatu
informasi dan rekomendasi yang akan dipergunakan sebagai dasar terbentuknya suatu
kebijaksanaan sehubungan dengan kemungkinan adanya perbaikan/revisi rencana atau
penyusunan rencana yang baru. Inti tujuan kegiatan peninjauan kembali adalah menilai
sejauh mana RTRW Kabupaten telah/dapat dilaksanakan, atau sebagai upaya menilai
efektifitas RTRW melalui pengendalian pemanfaatan lahan.
2.2
Pada kegiatan penyusunan rencana tata ruang, dalam hal ini Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten, pengkajian terhadap aspek-aspek sumberdaya alam, manusia
dan buatan, perumusan konsepsi, strategi yang didasarkan pada asumsi tertentu dan faktor
sosial ekonomi yang bersifat internal maupun eksternal terhadap wilayah perencanaan
merupakan hal yang wajib dilakukan. Dalam perjalanan penyusunan rencana sebagai dasar
pemanfaatan ruang dapat terjadi berbagai kemungkinan yaitu antara lain:
a.
b.
c.
Kekurangtepatan
simpangan.
menggunakan
rencana
dan
pengendalian
sehingga
terjadi
Laporan Pendahuluan
2-2
b.
Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perlunya peninjauan kembali,
yaitu:
2-3
5. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun
lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.
B.
Faktor Internal
Beberapa
adalah:
faktor
internal
yang
2. Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis
dan prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang.
2.3
2.
b.
Data kesimpulan
Kabupaten.
c.
Data
pembangunan
d.
Data atau informasi arahan RTRWN, RTR Pulau atau Perwilayahan, RTRW
Kabupaten terhadap Kabupaten.
kebijaksanaan
b.
2-4
3.
4.
5.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2-5
dan
pencapaian
2.
3.
4.
5.
6.
Analisis Demografi
a.
b.
c.
d.
Analisis struktur
perdesaan.
kecamatan,
e.
pekerjaan
penduduk
perkotaan
dan
b.
c.
d.
e.
Analisis Ekonomi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
b.
c.
2-6
7.
b.
c.
Analisis struktur dan pola ruang yang ada dan kecenderungan perkembangannya
Analisis ini dinyatakan lengkap apabila dapat dirangkum faktor-faktor
pembentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang dari kesimpulan analisis pola
sebaran penduduk, pola sebaran kegiatan pembangunan (kegiatan budidaya),
dan pola sebaran jaringan sarana-prasaran.
8.
9.
C.
Analisis potensi dan kondisi sumber daya alam, sumber daya buatan dan
sumber daya manusia
a.
b.
c.
Kemampuan sumber daya manusia yang ada untuk mengelola sumbersumber di atas.
pembangunan
b.
Analisis PAD, subsidi pemerintah pusat, dan subsidi dari tingkat propinsi.
c.
D.
1.
2.
3.
4.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2-7
3.
E.
b.
c.
d.
e.
2.
3.
Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dari semua pihak dan
mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan dari rencana tata ruang yang lebih
tinggi.
Penentuan kriteria dan tata cara penilaian dalam evaluasi bertujuan untuk
menghasilkan rumusan kebijaksanaan akibat terjadinya penyimpangan pelaksanaan
RTRW Kabupaten. Kebijaksanaan dimaksud akan menyangkut apakah RTRW
Kabupaten berdasarkan evaluasi perlu direvisi atau tidak dan kapan RTRW
Kabupaten tersebut perlu disusun ulang walaupun masa berlaku rencana tersebut
belum habis.
2.4
Evaluasi data dan informasi dari hasil kegiatan, pengendalian pemanfaatan ruang
dari pelaporan dan pemantauan
a.
dan
b.
c.
Laporan Pendahuluan
2-8
2.
b.
c.
b.
c.
Jika sekurang-kurangnya salah satu dari kriteria indikatif tersebut atau lebih
dipenuhi, maka diperlukan proses peninjauan kembali atau penyempurnaan
terhadap seluruh proses penataan ruang yang ada, dan sebaliknya apabila tidak
dipenuhi maka RTRW masih dianggap dapat dipergunakan sebagai mata spasial
pembangunan.
3.
Tipologi A
Kondisi RTRW sah, terjadi simpangan kecil dan tidak terjadi perubahan
faktor eksternal
RTRW tersebut memiliki kondisi berlaku/digunakan sebagai acuan
pembangunan dan memenuhi syarat ketentuan-ketentuan prosedur dan proses
penyusunan rencana dan terpenuhi substansi RTRW. Simpangan-simpangan
dalam pemanfaatan dan pengendalian rencana secara prinsip tidak
mempengaruhi perubahan tujuan, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan
ruang wilayah, demikian pula faktor-faktor eksternal masih sangat kecil
pengaruhnya pada perubahan wilayah.
b. Tipologi B
Kondisi RTRW sah, terjadi simpangan kecil, namun terjadi perubahan
signifikan pada faktor-faktor eksternal berpengaruh terhadap kinerja
RTRW.
RTRW tersebut memiliki kondisi berlaku digunakan sebagai acuan pembangunan
dan memenuhi syarat ketentuan-ketentuan prosedur dan proses penyusunan
Laporan Pendahuluan
2-9
rencana, namun karena adanya pengaruh faktor eksternal, RTRW tersebut tidak
lagi dapat sepenuhnya dijadikan acuan pembangunan karena tidak lagi dapat
mengakomodasi perkembangan yang ada. Secara mendasar RTRW memerlukan
perubahan-perubahan mendasar dalam tujuan, sasaran, strategi serta struktur
dan pola pemanfaatan ruang wilayahnya.
c.
Tipologi C
RTRW sah, terjadi simpangan besar dan perubahan faktor eksternal secara
signifikan.
Dalam pemanfaatan RTRW terjadi simpangan-simpangan yang menyalahi
ketentuan yang diinginkan dalam RTRW, disebabkan oleh pengaruh faktorfaktor eksternal yang secara signifikan. Perlu dilakukan perubahan tujuan,
sasaran, strategi serta struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah.
d. Tipologi D
RTRW sah, terjadi simpangan besar, namun tidak terjadi perubahan pada
faktor-faktor eksternal.
Dalam pelaksanaan RTRW telah terjadi simpangan dalam pemanfaatan dan
pengendalian yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diinginkan
dalam RTRW, walaupun kondisi RTRW sendiri telah memenuhi prosedur dan
ketentuan penyusunan RTRW.
e. Tipologi E, F,G dan H
Keempat tipologi ini pada dasarnya memiliki kondisi yang sama yaitu
RTRW yang bersangkutan tidak sahih.
Perbedaan tipologi hanya dibedakan atas dasar pelaksanaan pemanfaatan serta
pengaruh faktor-faktor eksternal, meliputi :
b. Kebijakan baru, baik yang dilakukan oleh Pusat, Daerah maupun Sektor
Dalam hal ini melihat sejauh mana kebijakan tersebut mempengaruhi
strategi, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kabupaten yang ada
dalam RTRW Kabupaten, misalnya dapat berupa perubahan strategi
Laporan Pendahuluan
2 - 10
2.
3.
4.
2 - 11
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
Laporan Pendahuluan
2 - 12
5.
2.
Gambar 2.2
Proses Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Laporan Pendahuluan
2 - 13