Muskuloskeletal
Muskuloskeletal
Novita Dewy
10.2010.110
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta
Pendahuluan
Pada tubuh manusia, terdapat suatu sistem yang memungkinkan adanya pergerakan
pada setiap organ tubuh manusia. Sistem tersebut adalah muskuloskeletal yang meliputi
tulang, persendian, dan otot. Secara umum, otot dapat menghasilkan gerakan pada tulang
tempat otot tersebut melekat sekaligus otot mampu menopang rangka dan mempertahankan
postur tubuh, selain itu otot juga melakukan gerakan dalam bagian-bagian organ dalam tubuh.
Pada manusia dapat dibedakan tiga jenis jaringan otot secara morfologis dan fungsional, yaitu
otot rangka (skelet), otot jantung, dan otot polos. Otot rangka merupakan otot yang berada
pada setiap bagian anggota gerak tubuh (rangka) yang dapat digerakkan secara sadar
(volunter) atau dengan kata lain dapat digerakkan sesuai kehendak sendiri, berbeda dengan
otot jantung dan otot polos yang mampu bekerja di luar sadar (involunter).
Gerakan anggota tubuh manusia yang dipengaruhi otot, selalu berkaitan dengan proses
kontraksi dan relaksasi. Jaringan otot yang mencapai hampir setengah berat tubuh, pada
umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel
otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Kontraksi dan relaksasi yang
dilakukan otot tentunya memiliki mekanisme tersendiri yang berperan penting sehingga
apabila ada suatu kesalahan atau kelainan pada mekanisme tersebut tentunya mampu
menimbulkan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Pembahasan
1. Tulang
Tulang berfungsi untuk: (1) memberikan topangan dan bentuk pada tubuh; (2)
pergerakan; (3) perlindungan; (4) pembentukan sel darah (hematopoiesis); dan (5) tempat
penyimpanan mineral.1
Tulang sebagai suatu jaringan terdiri dari sel-sel tulang (osteosit, osteoblas, dan
osteoklas)1, substansi dasar (proteoglikan), serabut kolagen, substansi semen, dan bermacam1
macam garam. Substansi dasar dan serabut-serabut kolagen membentuk substansi interselular,
osteoid. Serabut-serabut merupakan bagian zat organik. Garam-garam merupakan unsur-unsur
anorganik. Beberapa garam yang sangat penting seperti kalsium fosfat, magnesium fosfat, dan
kalsium karbonat. Selain itu terdapat senyawa-senyawa kalsium, kalium, dan natrium dengan
klorin dan fluorin juga ditemukan.2
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang. Ia juga
bertanggung jawab dalam pembentukan tulang.3 Dekomposisi komponen anorganik dari
tulang juga bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada
permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis.
Osteosit (berasal dari osteoblas) terletak di dalam lakuna yang terletak di antara
lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks
silindris yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit.
Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang
melebar mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih).4
Garam-garam menentukan kekerasan dan kekuatan tulang. Tulang yang tidak
mengandung kalsium atau dekalsifikasi bersifat lentur. Kadar kalsium yang rendah dapat
akibat dari kekurangan vitamin atau gangguan hormonal. Kekurangan vitamin dapat
meningkat, sebagai contoh, bila tidak terpapar sinar ultraviolet mengakibatkan kegagalan
perubahan provitamin menjadi vitamin. Kekurangan kalsium menyebabkan pelunakkan tulang
seperti pada riketsia.2
Unsur-unsur organik juga berperan dalam menentukan kelenturan tulang. Bila terjadi
kekurangan zat organik, kelenturan tulang hilang mengakibatkan tulang tidak tahan terhadap
tekanan karena rapuh. Persenyawaan antara kolagen dengan garam-garam anorganik
bertanggung jawab atas daya regang dan daya tekan tulang yang besar.1 Perbandingan antara
garam-garam anorganik dengan serabut-serabut kolagen berubah-ubah selama hidup. Pada
bayi jumlah garam anorganik lebih kurang 50% dan meningkat sampai 70% pada usia lanjut
yang disertai kehilangan elastisitas, seperti kelenturan dan daya tahan terhadap kejtan
menurun. Kerusakan zat organik dapat juga dilakukan secara buatan dengan pembakaran.2
Jaringan tulang ada dua, yaitu tulang cancellus (berongga) dan tulang kompak. Kedua
jenis tulang ini memiliki komposisi yang sama, namun porositasnya berbeda. Tulang
2
kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan di atas
jaringan tulang cancellus, porositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanalikuli)
yang mengandung pembuluh darah (berhubungan dengan saluran Havers). Tulang cancellus
tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang bercabang dan saling bertumpang
tindih untuk membentuk jaring-jaring spikula tulang dengan rongga-rongga yang
mengandung sumsum.
Tulang diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi: (1) tulang panjang; (2) tulang
pendek; (3) tulang pipih; (4) tulang ireguler; dan (5) tulang sesamoid.
Tulang panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk silindris,
serta terdiri dari: (1) diafisis (batang) dan (2) epifisis. Diafisis tersusun dari tulang kompak
silinder tebal yang membungkus rongga sumsum sentral yang besar, sementara epifisis adalah
ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-rongga sumsum dengan mudah
bersambungan. Fungsi tulang ini adalah untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam
pergerakan.
Tulang pendek adalah tulang-tulang karpal dan tarsal. Tulang tersebut berstruktur
kuboidal atau bujur, dan biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan
kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas. Sebagian besartulang pendek adalah
tulang cancellus, yang dilapisi lapisan tipis tulang kompak.
Tulang pipih ada pada tulang tengkorak, iga, dan tulang dada. Struktur tulang yang
mirip lempeng ini memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan
memberikan perlindungan. Dua lempeng tulang kompak (dikenal sebagai tabula luar dan
tabula dalam pada kranium) membungkus lapisan berongga (diploe).
Tulang ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak termasuk
kategori di atas; meliputi tulang vertebra dan tulang osikel telinga. Strukturnya sama dengan
struktur tulang pendek-yaitu tulang cancellus yang ditutupi lapisan tulang kompak yang tipis.
Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau
bersambung dengan kartilago, ligament atau tulang lainnya. Salah satu contohnya adalah
patella, yang merupakan tulang sesamoid terbesar.
Rangka manusia dewasa terdiri dari kurang lebih 206 tulang, yang terbagi menjadi: (1)
rangka aksial dan (2) rangka apendikular.
3
Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan
melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso. Bagian rangka aksial meliputi kolumna
vertebra, tengkorak, tulang hyoid, osikel auditori, sternum, dan tulang iga.
Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan
tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai
pada rangka aksial.1
2. Tulang Rawan
Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang banyak mengandung
glikosaminoglikan dan proteoglikan, yaitu makromolekul yang berinteraksi dengan serat
kolagen dan elastin. Variasi komposisi komponen matriks ini menghasilkan 3 jenis tulang
rawan, yang sesuai dengan kebutuhan biomekanika setempat.
Tulang rawan merupakan bentuk khusus jaringan ikat dengan konsistensi matriks
ekstrasel yang keras sehingga memungkinkan jaringan ini menahan stress mekanik tanpa
terbentuknya distorsi yang permanen. Fungsi lainnya adalah menyangga jaringan lunak.
Karena permukaannya licin dan lentur, tulang rawan merupakan peredam benturan dan daerah
pergeseran bagi sendi serta memudahkan pergerakan tulang.4
Tulang rawan dapat dimampatkan selenturnya, walaupun tahan terhadap tekanan dan
pembengkokkan, dan cukup lunak untuk dipotong. Tulang rawan terdiri dari sel-sel dan
substansi intersel yang hampir tidak mengandung pembuluh darah dan saraf. Sifat substansi
interselular menentukan jenis tulang rawan yang dapat dibagi atas bentuk hialin, elastin, dan
fibrosa.
Sel-sel tulang rawan (kondrosit) merupakan sel yang tetap dan mengandung banyak
air, glikogen, dan lemak. Bentuknya vesikular, seperti bola dan bentuk inti yang sama.
Substansi interselular sangat banyak mengandung air (sampai 70%), membentuk dasar fungsi
pelindung tulang rawan. Tulang rawan hampir selalu avaskular, tidak mengandung saraf dan
dibentuk oleh serabut-serabut dan substansi dasar yang tak berbentuk yang mengandung
proteoglikan, glikoprotein, lemak, dan elektrolit.2
3. Sistem Muskular
Jaringan otot, yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya tersusun
dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan
pergerakkan dan melakukan pekerjaan.
Sistem muskular memiliki 3 fungsi, yaitu: pergerakkan, penopang tubuh dan
mempertahankan postur, dan produksi panas. Selain itu, otot yang menyusun sistem itu
sendiri memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas, dan
elastisitas.
Otot diklasifikasikan secara struktural berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik),
dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunter atau involunter, dan juga
berdasarkan lokasi, seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung. Berdasarkan dasar
pengklasifikasian ini, ada 3 jenis otot, yakni: (1) otot rangka; (2) otot polos, dan; (3) otot
jantung.1
Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut ototnya
sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar antara 10 mikron
sampai 100 mikron. Tiap serabutnya memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian perifer.1
Kontraksi otot ini cepat, kuat, volunter, dan tidak bersambung.4.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga. Serabut ototnya berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
sampai 0,5 mm, berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi.1 Kontraksinya
lamban, lemah, dan involunter.
Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
Serabutnya terelongasi dengan panjang berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan
diameternya sekitar 15 mikron. Serabutnya juga membentuk cabang dengan satu nukleus
sentral, di ujung yang bersentuhan dengan sel-sel tetangga ada sambungan kuat khusus yang
bernama diskus interkalaris.1 Kontraksi otot ini cepat, kuat, involunter, dan berirama.4
utama garis M adalah keratin kinase. Kreatin kinase mengatalisis pemindahan sebuah gugus
fosfat dari fosfokreatin (yakni suatu bentuk simpanan gugus fosfat berenergi tinggi) ke ADP
sehingga ATP tersedia bagi kontraksi otot. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z
lainnya, panjangnya sekitar 2,5 mikron pada otot yang sedang beristirahat.
Aktin dijumpai sebagai polimer berfilamen (aktin-F) panjang yang terdiri atas 2 untai
monomer globular (aktin-G), berdiameter 5,6 nm, yang saling berpilin dalam bentuk spiral
ganda. Karakteristik yang terlihat pada semua molekul aktin-G adalah strukturnya yang
asimetris. Bila molekul aktin-G berpolimerisasi membentuk aktin-F, molekul tersebut akan
terikat dari depan ke belakang dan menghasilkan suatu filamen dengan polaritas yang dapat
dikenali. Setiap monomer aktin-G memiliki satu tempat pengikatan bagi miosin. Filamen
aktin, yang tertambat secara tegak luruspada garis Z, memperlihatkan polaritas yang
berlawanan pada masing-masing sisi garis.4
Tropomiosin, yakni suatu molekul halus dengan panjang sekitar 40 nm, memiliki 2
rantai polipetida. Molekul ini tergabung dari kepala sampai ekor, yang membentuk filamen
yang berjalan di atas subunit aktin di sepanjang tepian luar alur yang berada di antara 2 untai
aktin yang terpilin.
Troponin merupakan kompleks dari 3 subunit; TnT, yang melekat erat pada
tropomiosin; TnC, yang terikat pada ion kalsium; dan TnI, yang menghambat interaksi aktinmiosin. Sebuah kompleks troponin melekat pada tempat khusus di setiap molekul
tropomiosin.
Pada filamen tipis, setiap molekul tropomiosin merentangi 7 molekul aktin-G dan
memiliki satu kompleks troponin yang terikat pada permukaannya.
Miosin merupakan kompleks yang berukuran lebih besar. Miosin dapat diuraikan
menjadi 2 rantai berat yang identik dan 2 pasang rantai ringan. Rantai berat miosin adalah
molekul berbentuk batang halus dan terdiri atas 2 rantai berat yang terpilin bersama. Tonjolan
globulus kecil pada satu ujung setiap rantai berat membentuk kepala, yang memiliki tempat
penggabungan ATP, selain kapasitas enzimatik untuk menghidrolisis ATP (aktivitas ATPase)
dan kemampuan untuk mengikat aktin. Keempat rantai ringan berhubungan dengan kepala.
Beberapa ratus molekul miosin tersusun di setiap filamen tebal dengan bagian miripbatangnya yang saling bertumpuk dan kepala globularnya yang terarah ke salah satu ujung.1
8
mengubah energy kimia menjadi energy mekanis. Penghantaran impuls saraf dimulai dengan
adanya potensial membrane dan potensial aksi pada saraf. 6
depolarisasi. Saat potensial aksi mencapai nilai 30 milivolt, pintu natrium tidak dapat terbuka
lagi, sehingga natrium tidak dapat masuk ataupun keluar dari sel. Selanjutnya yang terjadi
ialah tahap repolarisasi.
Tahap Repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik sesudah membrane
menjadi sangat permeable terhadap ion natrium , kanal natrium mulai tertutup dan kanal
kalium terbuka dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke
bagian luar akan membentuk kembali potensial membrane istirahat negative yang normal.
Peristiwa ini disebut repolarisasi membrane.
yang inaktif tidak akan terbuka lagi sampai potensial membrane kembali ke atau mendekati
nilai potensial membrane istirahatnya.
Kanal kalium bergerbang voltase. Selama istirahat gerbang kanal kalium tertutup,
dan ion kalium terhalangi melalui kanal ini keluar. Bila potensial membrane meningkat dari
-90 milivolt menuju nol, perubahan voltase ini menyebabkan perubahan bentuk yang
membuka gerbang dan memudahkan peningkatan difusi kalium ke luar melalui kanal. Namun,
karena terjadi sedikit perlambatan pada pembukaan kanmal kalium ini, pada banyak bagian,
kanal kalium hanya terbuka pada saat yang bersamnaan ketika kanal natrium mulai tertutup
karena inaktivasi. Jadi menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan
peningkatanm pengeluaran kalium yang bersamaan waktunya dari sel secara bersama-sama
mempercepat proses repolarisasi, dan menimbulkan pemulihan sempurna pada potensial
membrane istirahat dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian.
Selain ion natrium dan kalium yang berperan, juga terdapat ion lain yang juga ikut
berperan dalam potensial aksi. Ion-ion bermuatan negative (anion) yang tidak permeable di
dalam akson. Ion-ion ini meliputi anion dari molekul protein dan banyak komponen fosfat
organic, senyawa sulfat dan sebagainya. Karena ion-ion ini tidak permeable, maka ketika
terjadi deficit ion positif akan menyebabkan kelebihan ion negative dalam sel. Selain anion
dari protein, ion kalsium turut berperan. Hampir seluruh membran sel tubuh mempunyai
pompa kalsium yamg mirip dengan pompa natrium, kalsium bekerja bersama dengan (atau
menggantikan) natrium di beberapa sel untuk menghasilkan sebagian besar potensial aksi.
Potensial aksi menyebar sampai ke ujung saraf selama saraf yang terlibat dalam
keadaan utuh dan baik. Dalam penghantaran potensial aksi terdapat hukum all or none. Di
mana begitu suatu potensial aksi timbul pada titik manapun dalam membrane serabut normal,
proses depolarisasi berjalan sepanjang membrane jika kondisinya memungkinkan, atau tidak
berjalan sama sekali jika keadaan tidak memungkinkan. Keadaan ini disebut prinsip all or
none dan prinsip tersebut berlaku di semua jaringan normal yang mudah tereksitasi. Selain itu,
ketika potensial aksi telah sampai pada trigger zone, maka besarnya potensial aksi yang
diteruskan sampai pada ujung saraf adalah sama.5
5. Kontraksi Otot1,4-7
12
Pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang memanjang dari dua lempeng
Z yang berurutan sedikit saling tumpang tindih satu sama lain. Sebaliknya, pada keadaan
kontraksi, filamen aktin ini telah tertarik ke dalam diantara filamen miosin, sehingga ujungujungnya sekarang saling tumpang tindih satu sama lain dengan pemanjangan yang maksimal.
Lempeng Z juga telah ditarik oleh filamen aktin sampai ke ujung filamen miosin. Jadi,
kontraksi otot terjadi tersebut merupakan mekanisme pergeseran filamen. Pergeseran filamenfilamen aktin ke dalam filamen-filamen miosin disebabkan oleh kekuatan yang dibentuk oleh
jembatan silang dari filamen aktin dengan filamen miosin.
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut: (1) suatu
potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut
otot; (2) bila suatu impuls saraf tiba di taut neuromuscular, sekitar 125 vesikel asetilkolin
dilepaskan dari terminal dan masuk ke dalam ruangan sinaps. Dengan terlepasnya asetil kolin
ke dalam ruang sinaps, maka kanal asetilkolin akan membuka dan memungkinkan sebagian
besar ion natrium untuk berdifusi ke dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan
menimbulkan suatu potensial aksi pada membran; (3) potensial aksi akan berjalan di
sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di
sepanjang membran serabut saraf; (4) potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran
otot, dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini,
potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium,
yang telah tersimpan di dalam reticulum ini; (5) ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan
menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser
satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi; dan (6) setelah kurang dari satu detik, ion
kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca2+, dan
ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi.
Pengeluaran ion kalsium akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.5 Proses inilah yang
disebut dengan relaksasi.4
Bila sebuah otot berkontraksi, timbul suatu kerja dan energi diperlukan. Sejumlah
besar ATP dipecah membentuk ADP selama proses kontraksi; semakin besar jumlah kerja
yang dilakukan oleh otot, semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan, yang disebut efek
Fenn. Berikut ini adalah rangkaian peristiwanya: (1) sebelum kontraksi terjadi, kepala miosin
berikatan dengan ATP. Aktivitas ATPase di kepala miosin segera memecah ATP menjadi ADP
dan ion fosfat yang tetap terikat pada kepala. Pada keadaan ini, bentuk kepala memanjang
13
secara tegak lurus kea rah filamen aktin tetapi masih belum melekat pada aktin; (2) bila
kompleks troponin-tropomiosin berikatan dengan ion-ion kalsium, bagian aktif pada filamen
aktin menjadi tersingkap, dan kepala miosin kemudian berikatan dengan bagian ini; (3) ikatan
antara kepala miosin dan bagian aktif filamen aktin menyebabkan perubahan bentuk kepala,
yaitu kepala menekuk kearah lengan miosin.5 Kedudukan ini memberikan power stroke untuk
menarik filamen aktin menuju pita H.1 Energi yang mengaktifkan power stroke adalah energi
yang disimpan, seperti senjata terkokang oleh perubahan bentuk pada kepala bila molekul
ATP telah dipecahkan sebelumnya; (4) begitu kepala jembatan silang menekuk, keadaan ini
menyebabkan pelepasan ADP dan ion fosfat yang sebelumnya melekat pada kepala. Di tempat
pelepasan ADP, terikat molekul ATP yang baru. Ikatan ATP baru ini kemudian menyebabkan
terlepasnya kepala miosin dari aktin; (5) setelah kepala terpisah dari aktin, molekul ATP yang
baru dipecah untuk memulai siklus baru, yang menimbulkan suatu power stroke yang baru.
Artinya, energi sekali lagi mengokang kepala kembali ke kedudukan tegak lurusnya dan
siap untuk memulai siklus power stroke yang baru; (6) bila kepala yang terkokang (disertai
dengan energi simpanannya yang berasal dari pemecahan ATP) berikatan dengan bagian aktif
yang baru pada filamen aktin, kepala menjadi tidak terkokang dan sekali lagi menyediakan
power stroke.
Proses ini akan berlangsung terus sampai filamen aktin menarik membran Z
menyentuh ujung akhir filamen miosin atau sampai beban pada otot menjadi terlalu besar
untuk terjadinya tarikan lebih lanjut.
14
kontraksi otot. Oleh karena itu, kekuatan netto yang tersedia untuk menumbulkan kecepatan
pemendekan akan berkurang secara sesuai.
15
Sumber energy ketiga ialah reaksi aerob (memakai oksigen). Saat aktivitas
berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria
sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat (trikarboksilat) untuk oksidasi. Jika ada
oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbon dioksida, air, dan energy (ATP).
Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasiilkan energy samapai 36 mol ATP
per mol glukosa.1
Sumber energy keempat adalah metabolisme oksidatif. Hal ini berarti
mengombinasikan okjsigen dengan produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan untuk
membebaskan ATP. Lebih dari 95% energy yang digunakan oleh otot untuk kontraksi jangka
panjang yang berkesinambungan berasal dari sumber ini. Zat makanan yang dikonsumsi
adalah karbohidrat, lemak dan protein. Untuk aktivitas otot maksimal yang berlangsung
sangat lama-lebih dari berjam-jam-proporsi energy yang terbesar berasal dari lemak, tetapi
untuk periode kontraksi selama 2 sampai 4 jam, separuh dari energinya berasal dari
karbohidrat.5
untuk kontraksi otot maka fosfogen memungkinkan kosentrasi ATP tersebut dipertahankan,
tetapi jika rasio ATP/ADP tinggi, konsentrasi ATP dapat meningkat untuk berfungsi sebagai
simpanan fosfat berenergi-tinggi.
5.2.2.1 Glikolisis
Glukosa + 2 ADP + 2 P 2 Laktat + 2 ATP + 2 H2O
Pada mulanya, glukosa difosforilasi oleh ATP dengan bantuan enzim heksokinase
(glukokinase di hati) menjadi Glukosa 6-Fosfat (G6P). G6P kemudian diubah ke fruktosa 6fosfat (F6P) yang dikatalisis oleh enzim fosfoheksosa isomerase. F6P membutuhkan enzim
fosfofruktokinase dan fosfat lain dari ATP untuk memproduksi fruktosa 1,6-bisfosfat (F1,6BP). Kemudian, dengan bantuan aldolase, F1,6-BP diubah menjadi 2 molekul fosfat triosa,
yakni dihidroksiaseton fosfat (DHAP) dan gliseraldehid 3-fosfat (G3P). DHAP akan diubah
menjadi G3P oleh triose phosphate isomerase.10 Sehingga pada akhirnya terbentuklah 2
molekul G3P dari satu molekul F1,6-BP.
Oksidasi dan fosforilasi G3P secara simultan dengan bantuan gliseraldehida-3-fosfat
dehidrogenase memproduksi 1,3-bisfosfogliserat (1,3-BPG) dan NADH. Fosforilasi ini
menggunakan fosfat inorganic daripada fosfat yang berasal dari ATP. Lalu, 1,3-BPG dengan
bantuan fosfogliserat kinase akan mentransfer fosfat ke ADP, sehingga ADP menjadi ATP.
Karena kehilangan satu fosfat, 1,3-BPG berubah menjadi 3-fosfogliserat (3GP). Dengan
bantuan enzim fosfogliserat mutase, 3GP diubah menjadi 2-fosfogliserat (2GP). Penghilangan
sebuah molekul air mengubah 2GP menjadi fosfoenolpiruvat (PEP); fluoride menginhibisi
17
enolase dengan cara bergabung dengan Mg2+. Fosfat pada PEP dipindahkan ke ADP oleh
piruvat kinase untuk membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang
dioksidasi.10
19
Penutup
Ternyata, semua pergerakkan anggota tubuh yang menunjang kehidupan kita seharihari tidak lepas dari serangkaian proses yang rumit. Proses tersebut berjalan dengan
pengaturan yang sedemikian rupa dan berlangsung dengan sangat cepat sehingga kita tidak
menyadarinya. Akan tetapi apabila proses tersebut terganggu-entah karena kekurangan O2
atau lain sebagainya-kegiatan sehari-hari kita pun juga akan terganggu dan dapat membuat
kita tidak nyaman.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2004.h.92-150.
2. Platzer W. Color atlas of human anatomy: Locomotor system 6th edition. New York:
Thieme, 2009.
3. Bulstrode C, Swales C. The musculoskeletal system at a glance. Oxford: Blackwell
Publishing, 2008.p.9-35.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: Teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007.h.128-96
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007.h.74-92.
6. Murray RK. Otot & sitoskeleton. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW,
penyunting. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.h.582604.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2001.h.77-245.
8. Bender DA, Mayes PA. Glikolisis & oksidasi piruvat. Dalam: Murray RK, Granner DK,
Rodwell VW, penyunting. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2009.h.158-65.
20
9. Bender DA, Mayes PA. Siklus asam sitrat: Katabolisme asetil-KoA. Dalam: Murray RK,
Granner DK, Rodwell VW, penyunting. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2009.h.152-7.
10. Pelley JW. Elseviers integrated biochemistry. Philadelphia: Elsevier Inc, 2007.p.47-64.
21