Daftar Isi
Halaman
Daftar Isi ....................................................................................................................................... i
BAB I
BAB II
DESKRIPSI
1.1. Maksud dan Tujuan ...........................................................................................
1.1.1
Maksud .................................................................................................
1.1.2
Tujuan ..................................................................................................
1.2. Ruang Lingkup ...................................................................................................
1.3. Pengertian ..........................................................................................................
1.4. Fungsi Drainase Perkotaan ................................................................................
1.4.1
Secara Umum ......................................................................................
1.4.2
Berdasarkan Fungsi Layan ..................................................................
1.4.3
Berdasarkan Fisiknya ...........................................................................
1
1
1
1
1
3
3
3
4
KETENTUAN-KETENTUAN
2.1. Umum .................................................................................................................
2.2. Teknis .................................................................................................................
2.2.1
Data dan Informasi ...............................................................................
2.2.2
Kala Ulang ............................................................................................
2.2.3
Kriteria Perencanaan Hidrologi ............................................................
2.2.4
Kriteria Hidrolika ...................................................................................
2.2.5
Kriteria Konstruksi ................................................................................
2.2.6
Parameter Penentuan Prioritas Penanganan.......................................
5
5
5
6
6
7
7
8
BAB III
BAB IV
BAB V
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
5.1 Pekerjaan Persiapan ........................................................................................
5.2 Pekerjaan Kolam Retensi .................................................................................
5.3 Pekerjaan Tanggul Keliling ..............................................................................
5.4 Pekerjaan Bangunan Stasiun Pompa ..............................................................
5.5 Pekerjaan Bangunan Rumah Genset ..............................................................
5.6 Pekerjaan Saluran Inlet/Outlet .........................................................................
5.7 Pekerjaan Bangunan Pintu Air Inlet/Outlet .......................................................
22
22
23
24
24
25
25
26
26
27
28
29
BAB VI
BAB I
Deskripsi
1.1
Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
Tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk
bahan acuan kepada para penyelenggara PLP dalam perencanaan dan pembangunan
kolam retensi dan polder sebagai bagian dari penyelenggaraan sistem drainase di daerah.
1.1.2 Tujuan
Tujuan tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini adalah tersedianya Tata Cara
Pembuatan Kolam Retensi dan Polder yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan penyelenggaraan prasarana sarana drainase perkotaan di daerah.
1.2
Ruang Lingkup
Tata cara umum pembuatan ini mencakup :
1)
Ketentuan ketentuan
2)
Survei dan Penyelidikan
3)
Perencanaan Teknik Perhitungan Kolam Retensi dan Polder.
4)
Pelaksanaan Kontruksi
5)
Operasi dan Pemeliharaan
1.3
Pengertian
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK menteri PU 239
tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah:
Jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi
kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang
melintas di dalam kota.
Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut ini diperlihatkan beberapa pengertian
pokok tentang drainase :
1)
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air
atau ke bangunan resapan buatan.
2)
Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan
daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan
kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal,
sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan hidup manusia.
3)
Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelolaan drainase yang tidak
menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat 2 pola yang dipakai :
a.
Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam
penampung.
b.
Pola retensi (meresapkan ), antara lain dengan membuat sumur resapan,
bidang resapan atau kolam resapan
4)
Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar tidak
terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan kerugian.
5)
Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima aliran dari
sistem drainase perkotaan.
6)
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan
sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan daerah curam,
bangunan tersebut seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan,
jembatan, street inlet, pompa, pintu air.
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak ada ataupun tidak
berfungsinya sistem drainase.
Daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam
saluran.
Kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit banjir rencana
yang mungkin terjadi.
Tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur dari permukaan air maksimum sampai
permukaan tanggul saluran.
Waktu pengaliran permukaan adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang
jatuh ke permukaan tanah dan mengalir ke titik saluran drainase yang diamati.
Waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang mengalir dari
satu titik ke titik lain dalam saluran drainase yang diamati.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh pada
permukaan tanah mengalir sampai di suatu titik di saluran drainase yang terpanjang.
Zona adalah sub sistem pelayanan satu aliran saluran drainase.
Kolam Retensi adalah kolam/waduk penampungan air hujan dalam jangka waktu
tertentu. Fungsinya untuk memotong puncak banjir yang terjadi dalam badan
air/sungai.
Sistem Polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan cara
mengisolasi daerah yang dilayani dari pengaruh limpasan air hujan / air laut serta
limpasan dari prasarana lain (jalan, jalan kereta api), yang terdiri dari kolam
penampung, sistem drainase serta perpompaan.
SOP adalah Standar Operasi Prosedur
1.4
Fungsi Drainase Perkotaan
1.4.1 Secara Umum :
Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
BAB II
KETENTUAN - KETENTUAN
2.1
Umum
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
Pembuatan Kolam Retensi dan Sistem Polder disusun dengan memperhatikan
faktor sosial ekonomi antara lain perkembangan kota dan rencana prasarana dan
sarana kota.
Kelayakan pelaksanaan Kolam Retensi dan Sistem Polder harus berdasarkan
tiga faktor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
Ketersediaan dan tata guna lahan
Kolam Retensi dan Kolam Polder dilaksanakan berdasarkan prioritas zona yang
telah ditentukan dalam Rencana Induk Sistem Drainase.
2.2
2.2.1
Teknis
Data dan Informasi
Data dan informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, temperatur dari BMG (Badan
Meterologi dan Geofisika) terdekat.
b. Data hidrologi terdiri dari data tinggi muka air sungai, debit, laju sedimen, peil
banjir, pengaruh back water, karakteristik daerah aliran, data pasang surut
sungai / laut.
c. Data sistem drainase yang ada yaitu daerah genangan / banjir serta,
permasalahannya yang dihasilkan dari hasil studi rencana induk sistem.
d. Data peta yang terdiri dari peta dasar, peta sistem drainase, sistem jaringan
jalan, peta tata guna lahan, peta topografi dengan skala antara 1 : 5000 sampai
dengan 1 : 50.000 disesuaikan dengan tipologi kota.
e. Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan dan
penyebarannya serta data kepadatan bangunan.
2.2.2
Kala ulang
Kala ulang untuk desain kolam retensi & polder harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran (catchment area),
tipologi kota yang akan direncanakan kolam retensi / polder.
Tabel 1 Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran
Cathcment Area ( Ha )
Tipologi Kota
< 10
10 - 100
100 - 500
> 500
Kota Metropolitan
2 thn
2 - 5 thn
5 - 10 thn
10 - 25 thn
Kota Besar
2 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
5 - 20 thn
2 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
5 - 10 thn
b. Perhitungan curah hujan berdasarkan data hujan paling sedikit 10 tahun yang
berurutan.
c. Bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan saluran dimana
bangunan pelengkap itu berada.
2.2.3
2) Debit banjir
a. Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional yang telah
dimodifikasi (lihat pada lampiran A.6)
b. Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan.
c. Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan dan waktu
drainase.
d. Koefisien penyimpangan dihitung dari perbandingan waktu konsentrasi dan
waktu drainase.
2.2.4
Kriteria Hidrolika
Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut :
a. Kapasitas saluran dihitung dengan rumus Manning atau yang sesuai.
b. Saluran drainase yang terpengaruh oleh pengempangan (back water effect) perlu
diperhitungkan pasang surutnya dengan metode Standard Step Method.
c. Kecepatan maksimum (V) ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar saluran.
Untuk saluran tanah V = 0,7 m/dt, pasangan batu kali V = 2 m/dt dan pasangan
beton V = 3 m/dt.
d. Kecepatan minimum untuk saluran drainase ditentukan V = 0,4 m/det, kecuali
untuk saluran storage memanjang kecepatan minimumnya bisa mencapai 0,1
m/det dengan konsekuensi terjadi endapan di saluran tersebut.
2.2.5
Kriteria Konstruksi
Kriteria perencanaan konstruksi ditentukan sebagai berikut :
a. Pembebanan yang digunakan sesuai standar teknik praktis yang berlaku,
b. Kombinasi muatan atas konstruksi ditentukan secara individual sesuai fungsi,
cara, dan tempat penggunaannya.
c. Stabilitas konstruksi bangunan penahan tanah dikontrol keamanannya terhadap
daya dukung tanah (terhadap penurunan tanah / amblas), gaya geser dan gaya
guling. Faktor-faktor keamanan minimumnya sebagai berikut :
Fdaya dukung tanah
1,5
Fgeser (kondisi biasa)
1,5
Fgeser (kondisi gempa)
1,2
Fguling
1,5
d. Bahan konstruksi yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan bahan
bangunan yang telah ditetapkan.
2.2.6
BAB III
SURVEI DAN PENYELIDIKAN TANAH
3.1
Survey
1) Gunakan peta Topografi skala 1 : 5000 s/d 1 : 50.000 untuk mengidentifikasikan
Daerah Aliran Polder / Kolam Retensi.
2) Hitung luas masing-masing DAS / daerah tangkapan air.
3) Petakan rencana sistem retensi/polder dengan pengukuran geodetik. Dibuat
garis kontur ketinggian lahan dengan interval setiap ketinggian 0.25 s/d 0.50 m.
3.2
Penyelidikan Tanah
1) Rencanakan dimana instalasi pompa akan ditempatkan beserta konstruksi outlet
dan konstruksi bangunan yang terkait dengan instalasi pompa yaitu pada lokasi
yang paling dekat dengan badan air.
2) Lakukan investigasi Geologi terutama mekanika tanah untuk perencanaan
pondasi bangunan air.
3) Paramater mekanika tanah yang digunakan mengikuti standar teknik yang telah
ditetapkan.
BAB IV
PERENCANAAN TEKNIK
PERHITUNGAN KOLAM RETENSI & POLDER
Tentukan sistem dan arah aliran inlet, outlet dan stasiun pompa
Muka air di kolam retensi / kolam polder direncanakan dari dasar muka tanah
terendah di daerah perencanaan dan ditarik dengan lamanya tertentu sesuai
dengan kemiringan lahan.
Alternatif tipe kolam retensi, antara lain :
a) Kolam retensi tipe di samping badan sungai
10
8)
11
Gambar 5
Kelengkapan Sistem:
- Kolam Retensi
- Stasion Pompa
- Pintu Inlet
- Saluran Inlet
- Pintu Pembagi
- Pintu Outlet
- Saluran Outlet
- Tangggul Keliling
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Dipakai apabila tersedia lahan kolam retensi
- Kapasitas bisa optimal apabila lahan tersedia
- Tidak mengganggu sistem aliran yang ada
- Pemeliharaan lebih mudah
- Pelaksanaan lebih mudah
b) Sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam badan saluran/sungai
12
Gambar 6
c)
Kelengkapan Sistem:
- Kolam retensi
- Stasion Pompa
- Saluran Inlet
- Pintu Outlet
- Saluran Outlet
- Tangggul Keliling
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Dipakai apabila lahan sulit didapat
- Kapasitas kolam retensi terbatas
- Mengganggu aliran yang ada dihulu
- Pelaksanaan lebih sulit
- Pemeliharaan lebih mahal
Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang
13
14
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
4.3
4.4
15
9)
Pilih tipe pompa sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tipe-tipe pompa yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
a) Pompa Archemedian Screw.
Pompa archemedian screw digunakan untuk kondisi elevasi muka air yang
dipompa relatif aman, tidak sesuai untuk elevasi muka air yang
perubahannya relatif besar.
ELEVASI. MAKS
PENGELUARAN
MOTOR
ELEV. PEMASUKAN
16
17
BAB V
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
5.1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Buat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan.
2) Persiapkan bahan material dan tenaga kerja.
3) Sediakan atau buat direksi keet, gudang dan bengkel kontraktor.
4) Gunakan titik benchmark (usahakan yang tidak mudah bergeser) yang ada di
lapangan sebagai titik referensi untuk ketinggian dan koordinat.
5) Lakukan pengukuran konstruksi untuk mendapatkan tata letak bangunan sistem
polder.
6) Lakukan penyelidikan tanah yang diperlukan (boring, sondir, dll) di tempat yang
akan memikul konstruksi dan bangunan pelengkap.
7) Buat akses sementara berupa jalan kerja untuk memudahkan mobilisasi
pengangkutan bahan, alat dan pekerja ke lokasi pekerjaan.
8) Buatkan pagar pengaman dari kayu atau bahan lainnya.
5.2
5.3
18
4)
5)
5.4
5.5
5.6
19
4)
5)
6)
5.7
Buang sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai ke lokasi yang telah ditentukan.
Buat konstruksi saluran dengan pasangan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Kerjakan perapihan pekerjaan saluran inlet/outlet.
20
BAB VI
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
6.1
6.2
6.3
21
b.
Meskipun muka air di kolam retensi telah mencapai elevasi maksimum, pintu
air outlet tetap ditutup, sehingga air dari kolam retensi mengalir ke sungai
melalui pelimpah bendung
c. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka air di kolam retensi dikeluarkan
melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum, keadaan ini untuk
menerima banjir berikutnya / yang akan datang.
d. Di musim kemarau pintu outlet ditutup, sehingga di kolam retensi tetap ada
air.
3. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam di samping badan saluran/sungai
a. Pada saat banjir datang pintu pembagi ditutup. Sebaliknya pintu inlet dibuka,
sehingga air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi.
Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa.
b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu pembagi dibuka agar air di
saluran drainase bisa mengalir ke sungai secara gravitasi. Selain itu pintu air
inlet harus ditutup, agar air tidak masuk ke kolam retensi.
c. Di musim kemarau pintu air inlet ditutup, sesekali dibuka hanya untuk
memasukkan air ke kolam retensi, agar muka air di kolam retensi dalam
keadaan normal.
4. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam badan saluran/sungai
a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari saluran drainase akan
masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan
pengoperasian pompa.
b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu outlet dibuka agar air di
kolam retensi bisa mengalir ke sungai secara gravitasi.
c. Di musim kemarau pintu outlet dibuka secukupnya, sehingga di kolam
retensi tetap ada air.
5. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam tipe memanjang
a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari saluran drainase akan
masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan
pengoperasian pompa.
b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu outlet dibuka agar air di
kolam retensi bisa mengalir ke sungai secara gravitasi.
c. Di musim kemarau pintu outlet dibuka secukupnya, sehingga di kolam
retensi tetap ada air.
6.4
6.5
22
7. Tembok pasangan batu yang rusak segera diperbaiki, untuk ini harus secara
rutin dilakukan inspeksi terutama pada stalling basin pintu inlet. Atau kolam
retensi dilengkapi dengan saluran gendong biasanya saluran tersebut tepi kanan
dan kirinya dilapisi dengan pasangan batu kali.
8. Bersihkan kolam retensi yang ditumbuhi gulma seperti eceng gondok. Bila perlu
ajak pihak swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang
berguna seperti pembuatan tas, serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio.
23
BAB VII
LAIN-LAIN
7.1
Laporan
Laporan mengenai pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai berikut :
1) Setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun
bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang
berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan polder;
2) Laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan kepada
instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi
dan polder.
7.2
24
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN HIDROLOGI DAN HIDROLIKA
KAPASITAS KOLAM RETENSI DAN POMPA
A.1
KONDISI PERENCANAAN
Wilayah perencanaan berada di daerah perumahan di Jakarta. Wilayah ini mengalami
banjir dan genangan setiap tahunnya. Penyebabnya adalah elevasi muka air banjir di sungai
lebih tinggi dari elevasi tanah di daerah perumahan. Permasalahan ini diselesaikan dengan
merencanakan sistem polder.
Data perencanaan yang digunakan sebagai berikut :
Luas catchment area (A)
= 500 Ha
Panjang saluran (L)
= 5400 m
Data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun (1986 s/d 2005)
25
Stasiun hujan kadang tidak mempunyai data yang lengkap, jika ditemui data yang
kurang, perlu dilengkapi dengan melakukan pengisian data terhadap stasion yang tidak
lengkap atau kosong, dengan beberapa metode antara lain :
Bila perbedaan hujan tahunan normal di stasion yang akan dilengkapi tidak lebih dari
10 %, untuk mengisi kekurangan data dapat mengisinya dengan harga rata-rata
hujan dari stasiun-stasiun disekitarnya.
Bila perbedaan hujan tahunan lebih dari 10 %, melengkapi data dengan metode
Rasio Normal, yakni dengan membandingkan data hujan tahunan stasion yang
kurang datanya terhadap stasiun disekitarnya dengan cara sebagai berikut :
r=
Dimana : n
r
R
1 R rA R rB R rC
+
+
n R A
RB
RC
=
=
=
26
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai kala
ulang tertentu, kala ulang rencana untuk saluran mengikuti standar yang berlaku seperti
tabel berikut :
Tabel 2 Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran
Catcment Area ( Ha )
Tipologi Kota
< 10
10 - 100
100 - 500
> 500
Kota Metropolitan
2 thn
2 - 5 thn
5 - 10 thn
10 - 25 thn
Kota Besar
2 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
5 - 20 thn
Kota Sedang / Kecil
2 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
5 - 10 thn
Contoh Perhitungan 1 :
Tentukan kala ulang rencana untuk saluran di daerah Jakarta dengan luas catchment
area seluas 500 Ha.
Penyelesaian :
Dari tabel 2 di atas untuk daerah Jakarta dengan luas catchment area seluas 500 Ha
didapatkan kala ulang rencana 10 tahunan.
A.4
MENGANALISA HUJAN RENCANA
A.4.1 Metode Gumbel
Parameter - parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi harga ekstrim gumbel
adalah :
1. Menentukan harga tengahnya (R) :
R=
Sx
( R R)
=
n 1
K=
Yt Yn
Sn
dimana :
K =
Yt =
faktor frekuensi
Reduced Variable (lihat tabel 3 hubungan antara waktu
ulang T dengan Yt)
Yn = Reduced Mean (lihat tabel 4 hubungan antara lamanya
pengamatan n dengan Yn)
Sn = Reduced Standard Deviation (lihat tabel 4 hubungan antara
n dengan Sn)
Ri = Curah hujan
n = Jumlah data
4. Menentukan curah hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih, dengan rumus :
Rt = R + K .S x
27
2
5
10
25
50
100
0.3665
1.4999
2.2502
3.1985
3.9019
4.6001
28
Yn
Sn
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7
3
8
3
9
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
0.5371
1.1159
0.5380
1.1193
0.5388
1.1226
0.5396
1.1255
0.5402
1.1285
0.5410
1.1313
0.5418
1.1339
0.5424
1.1363
0.5430
1.1388
0.5436
1.1413
0.5442
1.1436
0.5448
1.1458
0.5453
1.1480
0.5458
1.1499
0.5463
1.1519
0.5468
1.1538
0.5473
1.1557
0.5477
1.1574
0.5481
1.1590
0.5485
1.1607
0.5489
1.1623
0.5493
1.1638
0.5497
1.1658
0.5501
1.1667
0.5504
1.1681
29
Contoh Perhitungan 2 :
Dengan menggunakan data curah hujan maksimum selama 20 tahun yang terdapat
pada tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Gumbel.
Penyelesaian :
1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1
Tabel 5 Merangking data curah hujan harian maksimum
No Urut CHHMax (Ri)
1
152
2
150
3
130
4
129
5
112
6
92
7
92
8
92
9
90
10
87
11
80
12
79
13
74
14
73
15
71
16
70
17
67
18
58
19
26
20
23
2) Menghitung nilai prosentase (%) : P = X 1 100 = 1100 = 4,8%
X total + 1 20 + 1
3) Menentukan nilai hujan rata-rata : Rr = Rtotal 1747 = 87,4
X total 20
4) Menentukan selisih curah hujan maksimum terhadap hujan rata-rata:
5) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 2), 3) dan 4) untuk urutan
berikutnya didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 6 Perhitungan metode Gumbel
No Urut
CHHMax (Ri)
P (%)
Ri - Rrata
(Ri-Rrata)2
1
152
4.8
64.7
4,179.6
2
150
9.5
62.7
3,925.0
3
130
14.3
42.7
1,819.0
4
129
19.0
41.7
1,734.7
5
112
23.8
24.7
607.6
6
92
28.6
4.7
21.6
7
92
33.3
4.7
21.6
30
No Urut
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
CHHMax (Ri)
92
90
87
80
79
74
73
71
70
67
58
26
23
1,747
P (%)
38.1
42.9
47.6
52.4
57.1
61.9
66.7
71.4
76.2
81.0
85.7
90.5
95.2
1,000.0
Ri - Rrata
4.7
2.7
-0.3
-7.3
-8.3
-13.4
-14.4
-16.4
-17.4
-20.4
-29.4
-61.4
-64.4
0.000
(Ri-Rrata)2
21.6
7.0
0.1
54.0
69.7
178.2
205.9
267.3
301.0
414.1
861.4
3,763.8
4,140.9
22,595
(R R )
22,595
=
= 34,48
n 1
20 1
7) Menentukan nilai Yn dan Sn yang tergantung pada n (lihat tabel 3)
N = 20,
Yn = 0,524
N = 20 ,
Sn = 1,063
8) Menentukan variasi fungsi kala ulang Yt (lihat tabel 2)
Variasi fungsi kala ulang 2 Thn Yt = 0,367
9) Menentukan hujan rencana kala ulang
Sr =
Kt =
Rt
Yt Yn 0,367 0,524
=
= 0,148
1,063
Sn
= Rr + (K t S x )
31
R1, R2, ...., Rn menjadi log R1, log R2, ...., log Rn
2. Menghitung harga tengahnya ( log R ) :
log R =
3.
LogR
n
Sx =
(LogR
LogR
n 1
Cs =
n. LogRi log R
(n 1)(n 2)S x 3
5. Menghitung besarnya logaritma hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih,
dengan rumus :
LogRt = LogR + K .S x
Dimana : R = tinggi hujan rata-rata daerah
n = jumlah tahun pengamatan data
Cs = Koefisien penyimpangan
Sx = standar deviasi
K = faktor kekerapan Log Pearson Tipe III
6. Menentukan nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III
Tabel 8 Nilai-nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III
Interval Ulang (tahun)
Faktor
1.001 1.2500
2
5
10
25
50
Kekerapan
Persen Peluang
(K)
99
80
50
20
10
4
2
3.0
-0.667
-0.636 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152
2.8
-0.714
-0.666 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114
2.6
-0.769
-0.696 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071
2.4
-0.832
-0.725 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023
2.2
-0.905
-0.752 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970
2.0
-0.990
-0.777 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912
1.8
-1.087
-0.799 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848
1.6
-1.197
-0.817 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780
1.4
-1.318
-0.832 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706
1.2
-1.449
-0.844 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626
1.0
-1.588
-0.852 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542
0.8
-1.733
-0.856 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453
0.6
-1.880
-0.857 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359
0.4
-2.029
-0.855 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261
0.2
-2.178
-0.850 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159
0
-2.326
-0.842
0
0.842 1.282 1.751 2.054
-0.2
-2.472
-0.830 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945
-0.4
-2.615
-0.816 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834
100
1
4.051
3.973
3.889
3.800
3.705
3.605
3.499
3.388
3.271
3.149
3.022
2.891
2.755
2.615
2.472
2.326
2.178
2.029
32
Faktor
Kekerapan
(K)
-0.6
-0.8
-1.0
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
-2.0
-2.2
-2.4
-2.6
-2.8
-3.0
1.001
1.2500
99
-2.755
-2.891
-3.022
-3.149
-3.271
-3.388
-3.499
-3.605
-3.705
-3.800
-3.889
-3.973
-4.051
80
-0.800
-0.780
-0.758
-0.732
-0.705
-0.675
-0.643
-0.609
-0.574
-0.537
-0.499
-0.460
-0.420
50
100
2
1.720
1.606
1.492
1.379
1.270
1.166
1.069
0.980
0.900
0.830
0.768
0.714
0.666
1
1.880
1.733
1.588
1.449
1.318
1.197
1.087
0.990
0.905
0.832
0.769
0.714
0.667
Contoh Perhitungan 3 :
Dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun yang
diperoleh di tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Log Pearson
Type III.
Penyelesaian :
1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1.
Tabel 9 Merangking data curah hujan harian maksimum
No Urut CHHMax (Ri)
1
152
2
150
3
130
4
129
5
112
6
92
7
92
8
92
9
90
10
87
11
80
12
79
13
74
14
73
15
71
33
No Urut
16
17
18
19
20
Total
CHHMax (Ri)
70
67
58
26
23
1,747
log R =
LogR = 38 = 1,90
n
20
(LogR
(LogR
) = (0,281)
log R ) = (0,281)
log R
= 0,079
6)
= 0,022
1
7) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 2) s/d 6) untuk data
berikutnya didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10 Perhitungan metode Log Pearson III
152
150
130
129
112
92
92
92
90
87
80
79
74
73
71
70
67
58
26
23
1,747
2.182
2.176
2.114
2.111
2.049
1.964
1.964
1.964
1.954
1.940
1.903
1.898
1.869
1.863
1.851
1.845
1.826
1.763
1.415
1.362
38.0
0.281
0.275
0.213
0.210
0.149
0.063
0.063
0.063
0.054
0.039
0.002
(0.003)
(0.031)
(0.037)
(0.049)
(0.056)
(0.075)
(0.137)
(0.486)
(0.539)
0.000000
0.079
0.076
0.046
0.044
0.022
0.004
0.004
0.004
0.003
0.002
0.000
0.000
0.001
0.001
0.002
0.003
0.006
0.019
0.236
0.290
0.841552
) (LogR
2
log R
0.022
0.021
0.010
0.009
0.003
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
-0.003
-0.115
-0.157
-0.208079
34
(LogR LogR )
Sx =
n 1
0,84155
= 0,211
20 1
n. LogRi log R
20 ( 0,208)
= 1,305
3
19 18 (0,21)
10) Menentukan faktor kekerapan Kf (lihat tabel 6)
Dengan data K = -1,305 dan kala ulang 2 tahun
Secara interpolasi didapatkan harga K:
(1,305) (1,2)
0,195 +
(0,225 0,195) = 0,211
(1,4) (1,2)
Maka untuk kala ulang 2 tahun didapatkan K sebesar 0,211
11) Menentukan hujan rencana kala ulang (Rt) :
LogR t = LogR + K .S x
Cs =
(n 1)(n 2)S x
= 101,945 = 88mm
12) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 3) s/d 11) didapatkan
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 11 Menentukan Hujan Rencana Kala Ulang Metode Log Pearson III
Kala ulang
Rt
K
Log Rt
log R
(Tahun)
(mm)
2
1.90
0.211
1,945
88
5
1.90
0.838
2,077
119
10
1.90
1.062
2,124
133
25
1.90
1.238
2,161
145
50
1.90
1.322
2,179
151
100
1.90
1.380
2,191
155
A.4.3 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel
Dengan cara yang sama dihitung pula data dari beberapa stasiun lainnya,
diupayakan yang berdekatan dengan daerah studi, setidaknya mempunyai sifat hujan yang
sama. Hasil hitungan rata-rata dari beberapa stasiun lainnya seperti tabel berikut.
Menghitung hujan rata-rata, dilakukan dengan rata-rata arimatik.
Tabel 12 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel
Stasiun
Hujan
Metode
Analisa
St. A
St. B
5 Thn
10 Thn
25 Thn
Log Pearson
III
88
119
133
145
151
155
Gumbel
82
119
143
174
197
220
Log Pearson
III
97
150
194
259
316
381
Gumbel
104
179
228
291
337
383
35
Stasiun
Hujan
Metode
Analisa
St. C
5 Thn
10 Thn
25 Thn
Log Pearson
III
99
158
205
260
320
395
Gumbel
110
180
235
300
345
418
97
151
190
238
278
325
Rata-rata (mm/hari)
A.5
R 24
It = t
24 t
R 24
It = t
24 t
97 24
It =
24 10 60
= 111mm / jam
2) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 1) untuk waktu berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
t
(Menit)
10
20
30
40
50
60
70
325
It 100 Thn
372
234
179
148
127
113
102
36
t
(Menit)
80
90
100
110
130
150
170
190
210
230
250
97
It 2 Thn
28
26
24
22
20
18
17
16
15
14
13
151
It 5 Thn
43
40
37
35
31
28
26
24
23
21
20
190
It 10 Thn
54
50
47
44
39
36
33
31
29
27
25
238
It 25 Thn
68
63
59
55
49
45
41
38
36
34
32
278
It 50 Thn
80
74
69
64
58
52
48
45
42
39
37
325
It 100 Thn
93
86
80
75
67
61
56
52
49
46
44
37
Qt = 0,278C.I . A
dimana : Qt
C
I
A
Koefisien C
0,18 0,22
0,75 0,95
0,50 0,70
0,3 0,5
0,4 0,6
0,6 0,7
0,5 0,7
0,5 0,8
0,6 0,9
Qt = 0,278C.Cs .I .A
Cs =
2t c
2t c + t d
tc = to + td
td =
dimana :
Q
C
=
=
Cs
I
A
tc
=
=
=
=
to
td
L
V
38
Perumputan
Business
Perumahan
Industri
Pertamanan, kuburan
Tempat bermain
Halaman kereta api
Daerah yang tidak
dikerjakan
Jalan
Untuk berjalan dan
naik kuda
Atap
Lempung
padat
0,40
0,50
0,60
0,40
0,55
0,60
0,60
0,70
0,80
Harga C
0,05 0,10
0,10 0,15
0,15 0,20
0,13 0,17
0,18 0,22
0,25 0,35
0,75 0,95
0,50 0,70
0,30 0,50
0,40 0,60
0,60 0,75
0,25 0,40
0,10 0,25
0,20 0,35
0,20 0,40
0,10 0,30
Beraspal
Beton
Batu
0,70 0,95
0,80 0,95
0,70 0,85
0,75 0,85
0,75 0,95
Secara matematis harga Q pada modifikasi ini akan lebih kecil dari pada Q sebelum
dimodifikasi. Dari gambar berikut dapat dilihat :
39
Qp
Waktu (menit)
Q p = 0,278C..I . A
Setelah dimodifikasi maka bentuk curve diatas akan menjadi sebagai berikut:
L
t = 0,0195
S
0 , 77
dimana :
t
L
=
=
Contoh Perhitungan 5 :
40
Analisa debit banjir saluran drainase hujan periode ulang 10 tahunan pada Contoh
Perhitungan 4 dengan data perencanaan sebagai berikut :
Luas catchment area (A)
= 500 Ha = 5 km2
Koefisien pengaliran (C)
= 0,73
Waktu awal (t0)
= 10 menit
Waktu konsentrasi (tc)
= 70 menit
Panjang saluran (L)
= 5400 m
Kecepatan rata-rata/velocity (V)
= 1,5 m/det
Hujan rencana kala ulang 10 tahunan (Rt) = 190 mm/hari (lihat tabel12)
Penyelesaian :
1) Waktu pengaliran sepanjang saluran :
L
5400
td =
=
= 60menit
60V 60 1,5
2) Waktu konsentrasi :
t c = t o + t d = 10 + 60 = 70menit
3) Koefisien penyimpangan :
2 tc
2 70
Cs =
=
= 0,7
(
2 tc + td
2 70 ) + 60
4) Intensitas hujan:
R 24
It = t
24 t
190 24
It =
24 70 60
= 59mm / jam
Contoh Perhitungan 6 :
Gunakan data yang diperoleh dari Contoh Perhitungan 5 untuk menghitung volume
kolam retensi dan kapasitas pompa.
PENYELESAIAN :
1) Data yang digunakan :
Waktu pengaliran sepanjang saluran (td) = 60 menit
Waktu konsentrasi (tc)
= 70 menit
Hujan rencana kala ulang 10 tahunan (Rt) = 190 mm/hari
Intensitas hujan (I)
= 59 mm/jam
Debit air yang masuk (Qin)
= 42 m3/det
2) Dari data diatas diperoleh hidrograf aliran masuk seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
41
50
3
Qin = 42m /det
40
30
20
10
t (menit)
to
td
tc
tc + td
42
Kumulatif Aliran
Rata-rata
Waktu
Masuk Aliran Masuk
(menit)
(m3/det)
(m3/det)
230
0.00
0.00
240
0.00
0.00
250
0.00
0.00
260
0.00
0.00
At
Volume
(m3)
1200
1200
1200
1200
0
0
0
0
Kumulatif
Volume 1
(m3)
504000
504000
504000
504000
4) Perhitungan Kapasitas Inflow, kritis dengan mencoba (trial & error) model hidrograf kondisi
kolam retensi kritis tc > t
Dicoba : kala ulang 10 tahunan dengan tc = 100 menit i = 47 mm/jam (lihat tabel
intensitas hujan)
2t c
2 100
= 0.76
=
2t c + t d (2 100 ) + 60
Qin '
= 0.278C.C s .i. A
Cs =
43
Kumulatif Aliran
Rata-rata
Waktu
Masuk Aliran Masuk
(menit)
(m3/det)
(m3/det)
50
30.00
27.00
60
36.00
33.00
70
36.00
36.00
80
36.00
36.00
90
36.00
36.00
100
36.00
36.00
110
33.75
34.88
120
31.50
32.63
130
29.25
30.38
140
27.00
28.13
150
24.75
25.88
160
22.50
23.63
170
20.25
21.38
180
18.00
19.13
190
15.75
16.88
200
13.50
14.63
210
11.25
12.38
220
9.00
10.13
230
6.75
7.88
240
4.50
5.63
250
2.25
3.38
260
0.00
1.13
At
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
Kumulatif
Volume
Volume 2
3
(m )
(m3)
32400
90000
39600
129600
43200
172800
43200
216000
43200
259200
43200
302400
41850
344250
39150
383400
36450
419850
33750
453600
31050
484650
28350
513000
25650
538650
22950
561600
20250
581850
17550
599400
14850
614250
12150
626400
9450
635850
6750
642600
4050
646650
1350
648000
44
Kumulatif Kumulatif
Waktu
Volume 2
(menit)
(m3)
130
419850
140
453600
150
484650
160
513000
170
538650
180
561600
190
581850
200
599400
210
614250
220
626400
230
635850
240
642600
250
646650
260
648000
Volume
Kumulatif
Pompa
39000
78000
42000
84000
45000
90000
48000
96000
51000
102000
54000
108000
57000
114000
60000
120000
63000
126000
66000
132000
69000
138000
72000
144000
75000
150000
78000
156000
Volume
Kolam
Retensi
380850
341850
411600
369600
439650
394650
465000
417000
487650
436650
507600
453600
524850
467850
539400
479400
551250
488250
560400
494400
566850
497850
570600
498600
571650
496650
570000
492000
8) Hasil Kumulatif dari tabel 16, 17 dan 18 kemudian di plot. Dari gambar tersebut terlihat
tidak terjadi aliran kritis pada daerah studi, aliran tersebut lebih besar dari perencanaan
berdasarkan waktu konsentrasi.
45
A.7
ANALISA DIMENSI SALURAN
A.7.1 Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit maksimum
(Ae).
1. Saluran Bentuk Trapesium
h
m
b
46
Ae = (b + m.h)h
P = b + 2h 1 + m 2
A
R= e
P
Dimana :
B = lebar saluran (m)
h = dalamnya air (m)
m = perbandingan kemiringan talud
R = jari jari hidrolis (m)
P = Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2)
2. Saluran Bentuk Segi Empat
Rumus yang digunakan :
Ae = b.h
A
R= e
P
P = b + 2h
47
A.7.2 Penampang basah berdasarkan debit air (Q) dan kecepatan (V)
Dimensi saluran diperhitungkan dengan rumus Manning sebagai berikut :
Q = V .A
V =
Dimana :
1
(R )2 / 3 (i )1 / 2
n
Q
V
n
R
i
A
:
:
:
:
:
:
0,017 0,029
0,020 0,025
0,025 0,045
1 - 2
1,5 - 2,5
Gambut kenyal
1 - 2
Gambut lunak
Tanah dipadatkan dengan
baik
3 - 4
2 - 5
1 - 1,5
48
H > 0,75 m
0,50 - 1,0
Q < 5 m /det
10 m3/det > Q > 5
m3/det
Q > 10 m3/det
F (m)
Polder (m)
0,20 0,30
0,30 0,50
0,70 1,00
0,75 1,00
1,00 1,25
1,25 1,50
i=
t1 t 2
x 100 %
L
Keterangan :
t1
t2
No
Sedang
Jelek
SALURAN BUATAN
1
0.017
0.02
0.023
0.025
0.023
0.028
0.03
0.04
0.02
0.03
0.033
0.035
0.035
0.04
0.045
0.045
0.025
0.03
0.035
0.04
0.028
0.03
0.033
0.035
5
6
49
No
Tipe Saluran
Baik
sekali
Baik
Sedang
Jelek
0.02
0.025
0.028
0.03
0.025
0.028
0.03
0.033
0.03
0.033
0.035
0.04
0.033
0.035
0.04
0.045
0.04
0.045
0.05
0.055
0.035
0.04
0.045
0.05
0.045
0.05
0.055
0.06
0.05
0.06
0.07
0.08
15
0.075
0.1
0.125
0.15
16
0.025
0.03
0.033
0.035
17
0.017
0.02
0.025
0.03
18
saluran beton
0.014
0.016
0.019
0.021
19
0.01
0.011
0.012
0.013
20
0.013
0.014
0.014
0.015
21
0.015
0.016
0.016
0.018
10
11
12
13
14
Contoh Perhitungan 7 :
Analisa dimensi saluran trapesium dengan menggunakan data perencanaan sebagai
berikut :
Debit air yang masuk (Qin)
= 42 m3/det (diambil dari contoh perhitungan
5)
Lebar saluran (b)
=5m
Dalamnya air (h)
= 1,9 m
Perbandingan kemiringan talud (m)
= 1,5
Kemiringan saluran yang diijinkan (i)
= 0,0025
Koefisien kekasaran Manning (n)
= 0,020
50
Penyelesaian :
1) Luas penampang basah saluran :
Ae = (b + m.h)h
P = b + 2h 1 + m 2
= 5 + 2(1,9) 1 + (1,5)
= 11,9m
3) Jari-jari hidrolis :
Ae
P
14,92
=
11,9
= 1,26m
R=
4) Kecepatan aliran :
1
(R )2 / 3 (i )1 / 2
n
1
(1, 26 )2 / 3 (0 , 0025
=
0 , 020
= 2 , 91 m / det
V =
)1 / 2
Qout = V . A
= 2,91 14,92
= 43,47 m 3 / det
6) Check :
Rem =
Qin
Qout
42
43,47
= 0,97
=
(OK )
51