ABSTRAK
Tujuan: Downbeat nystagmus (DBN) merupakan bentuk yang paling umum
dari gerakan bola mata involunter yang di provokasi oleh fiksasi mata.
Menurut penelitian sebelumnya, penyebab DBN tidak diketahui pada 44%
kasus. Kami melakukan penelitian pada 117 pasien untuk menentukan
apakah penelitian pada jumlah pasein yang lebih banyak dan dengan
diagnosis yang lebih baik dapat mengurangi jumlah kasus dengan DBN
idiopatik sehingga mengubah spektrum etiologi dari DBN
Cara: menganalis rekam medik pasien yang di diagnose dengan DBN pada
Neurological Dizziness Unit antara tahun 1992 hingga tahun 2006. Pada
analisa akhir, hanya data pasien dengan MRI kepala yang terdokumentasi
yang di gunakan. Data yang ada termasuk anamnesa yang mendalam,
pemeriksaan neurologis, neurootology dan neurooftamologi yang sesuai, dan
pemeriksaan laboratorium tambahan
Hasil: pada 62% pasien (n=72) etiologinya ialah (DBN sekunder),
penyebab paling tersering ialah degenerasi serebelar (n=23) dan iskemik
serebelar (n=10). Pada 38% (n=45), tidak di temukan penyebab yang jelas
(DBN idiopatik). Temuan bermakna yang di temukan yaitu komorbiditas
DBN idiopatik dan sekunder dengan vestibulopati bilateral (36%) dan
asosiasi dengan polineuropati dan ataksia cerebellar bahkan tanpa patologi
cerebellar pada MRI
Kesimpulan: DBN idiopatik tetap sering di temukan walaupun dengan
teknik diagnostic yang terbaru. Temuan kami dapat membedakan DBN
idiopatik menjadi 3 subgrup:
DBN murni (n=17); DBN serebelar (contoh, DBN dengan gejala serebelar
lanjut tanpa patologi di gambaran MRI di serebelar; n=6); dan bentuk
sindromatik dari DBN yang memiliki paling tidak 2 gejala dari :
vestibulopati bilateral, tanda-tanda serebelar, dan neuropati perifer (n=16).
Nuropati perifer dapat disebabkan oleh neorodegeneratif multisistem
Downbeat nystagmus (DBN) merupakan bentuk yang paling umum dari
gerakan bola mata involunter yang di provokasi oleh fiksasi mata. Memiliki
karekteristik komponen lambat ke atas dan komponen cepat ke bawah.
Kecepatan komponen lambat meningkat pada lirikan ke lateral dan bawah,
walaupun ada gambaran atipikal dengan peningkatan DBN pada lirikan ke
atas.1 gejala yang paling umum yang muncul ialah ketidakseimbangan dari
gerakan dan vertigo to-and-fro. Pada temuan berikutnya, pasien
mengeluhkan pandangan kabur atau oscillopsia yang meningkat pada lirikan
ke lateral. DBN kadang di kaitkan dengan gangguan okulomotor lainnya,
umumnya defisit gerakan kejar halus dan gangguan refleks optokinetik dan
supresi fiksasi visual dari refleks vestibular okular
DBN dapat di sebabkan dari lesi di vestibuloserebelum dan, pada kasus yang
langka, kerusakan batang otak paramedian bilateral.2 pada jumlah pasien
yang lebih banyak, tidak di temukan adanya kerusakan anatomis (yang di
kenal dengan DBN idiopatik).3 patofisiologi yang mendasari masih
kontroversial. Teori input dari vestibuler perifer yang asimetris begitu pula
dengan ketidakseimbangan pusat sistem vestibular okular vertikal.4-6 Ada
juga yang mengusulkan adanya ketidakseimbangan dari gerakan kejar halus
atau ketidakcocokan dari sistem koordinasi penghasil gerakan sakadik dan
integrasi saraf posisi kecepatan mata.7-9 Etiologi dari DBN sendiri amat luas.
Malformasi kranioservikal, kerusakan vaskuler, gangguan inflamasi dan
intoksikasi dari lithium atau obat antiepilepsi juga pernah di temukan.3 5 10
12 Pada salah satu kasus, juga terdapat DBN karena ektopi serebelar
(ArnoldChiari-malformation (ACM)).13 Pada survey awal dari DBN,
malformasi kranioservikal di diagnosa pada 8 dari 27 pasien, yang menjadi
etiologi utama yang paling banyak.14 pada salah satu survei yang
komperhensif saat ini, gangguan ini menjadi tetap menjadi satu penyebab
yang paling sering menyebabkan DBN (ACM pada 17 dari 62 pasien).3 Pada
penelitian ini tidak ada penyebab dari DBN yang teridentifikasi pada 27 dari
62 pasien.
Namun penelitian retrospektif ini dilakukan sebelum adanya ketersediaan
MRI. Sehingga infark lakunar, plak demielinisaasi, dan lesi ringan pada fossa
posterior mungkin tidak dapat di deteksi. Pada penelitian kecil terhadap 24
pasien dengan DBN yang di periksa dengan MRI. ACM dan degenerasi
serebelar menjadi penyebab paling umum dari DBN.15 Untuk memastikan
apakah penyebab ini masih tetap sama pada penelitian yang lebih besar
dengan bantuan radiologi, kami secara retrospektif menganalisa 117 pasien
yang telah menjalani MRI kepala dan pemeriksaan neurologis,
neurooftamologi, neurootologi yang terstandar.
PASIEN DAN CARA
Agar secara retrospektif dapat menentukan frekuensi dari DBN diantara
penyebab kongenital dan gerakan bola mata involunter yang di provokasi
oleh fiksasi mata, data dari 4854 pasien dari unit perawatan dengan pusing
berputar di analisa. Rekam medik dari 136 pasien yang di diagnosa memiliki
DBN di unit perawatan dengan pusing berputar dari Universitas Munich
selama periode 14 tahun diantara tahun 1992 dan 2006 di periksa.
Anamnesa yang detail dan terstruktur di lakukan pada seluruh pasien.
Parameter yang relevan dalam inklusi dan eksklusi terhadap diagnosa
banding pusing berputar di analisa.
1. Pusing berputar / ketidakseimbangan gerak: onset, durasi, perjalanan
waktu, frekuensi, gejala yang berkaitan dengan pandagan dan gerakan
mata (termasuk oscillopsia, penglihatan ganda
2.
form of involuntary fixation nystagmus of central origin (table 1). Only those
patientswho had cranial MRI (n=117) were included in the finalnanalysis.
They were evaluated for aetiology, epidemiology,npresentation and
associated findings.
Aetiology
In 62% (72 of 117) of patients with DBN, a possible (n=46) orndefinite
(n=26) causative factor was identified. The mostnfrequent single identifiable
cause of DBN in our patients was cerebellar degenerative disease (20%,
n=23). This group included multisystem atrophy (according to the diagnostic
criteria of the International Consensus Conference), spinocerebellarnataxia
(ataxia with suspected autosomal dominant inheritance) and sporadic adult
onset ataxia (progressive ataxia without established symptomatic cause).16
17 In one patient, the diagnosis (spinocerebellar ataxia 6) was confirmed by
genetic
testing. Degenerative cerebellar disease as a cause for DBN was followed in
frequency by posterior fossa vascular lesions (9%, n=10), and craniocervical
malformations with cerebellar ectopia (7%, n=8) (fig 1; for a list of individual
entities included in the diagnostic groups listed above see tables 2 and 3). In
38% (n=45) of all patients with DBN, no causative factor was identified. In
these cases DBN was therefore considered
idiopathic. As idiopathic DBN might represent a distinct nosological entity
of unknown aetiology, it will henceforth be considered separately, especially
in terms of its association with other neurological symptoms.
Age and gender
Median age of all DBN patients was 62 years (range 1092). In those with
idiopathic DBN, median age was 67 years with a
peak between the seventh and eighth decade (range 2492). Patients with
secondary DBN had a mean age of 59 years, with the peak onset in the
seventh decade (range 1082 years) (fig 2). Thus patients with idiopathic
DBN were older than those with secondary DBN (p,0.001). Whereas the
male-to-female ratio was roughly equal in idiopathic DBN, there was a slight
female preponderance in secondary DBN (total male to female: 55% vs
45%; idiopathic: 51% vs. 49%; secondary: 41% vs 59%).
Tampilan karakteristik dari DBN
Tampilan karakteristik dari DBN ialah adanya SPV pada gaze lateral.
Beberapa pasien tampaknya didapatkan peningkatan tampilan atau bahkan
kurangnya reduksi dari SPV. Pada pemeriksaan kami, SPV meningkat pada
gaze lateral pada (77%) n=90) dan tidak tampak peningkatan pada 18%
(n=21) dari pasien(n=41 ys n=4 pada idiopatik DBN dan n=49 ys n=17 pada
DBN sekunder). Pada enam oasien modulasi dari DBN pada gaze lateral
adalah sulit untuk didokumentasikan> idiopatik DBN lebih sering
diasosiasikan dengan meningkatnya nistagmus pada gaze lateral
dibandingkan DBN sekunder. SPPV meningkat pada arah turun maupun
keatas dari gaze. Peningkata SPV konfergen pada 64%(n=29) dari pasien
dengan DBN idiopatik dan 61%(n=44) pada pasien dengan DBN sekunder.
Cakupan SPV dari gaze vertical dan konfergen adalah tidak berbeda diantara
pasien DBN idiopatik dan sekunder. Pada Sembilan pasien(enam dengan
idiopatik dan 3 dengan DBN sekunder) cakupan dari SPV diujikan posisi
kepala. Dimana tujuh(empat idiopatik DBN dan 3 DBN sekunder) SPV
menurun saat pasien berada pasa posisi supinasi dan meningkat saat
pronasi. Pada satu pasien dengan DBN idiopatik, SPV meningkat pada kedua
posisi, dimana seorang pasien lagi didaptkan SPV menurun pada kedua
posisi.
Tebal 1. Frekuensi dari osilasi ocular kongenital maupun didapat dari total
4854 total pasien berurutan yang diobservasi selang waktu 1995-2006 pada
neurological dizziness unit
Type of nystagmus/ocular oscillation n
Downbeat nystagmus
101
Upbeat nystagmus
54
Central positional nystagmus
26
Pendular nystagmus
15
Congenital nystagmus
12
Torsional nystagmus
12
See-saw nystagmus
8
Ocular flutter
8
Square wave jerks
7
Opsoclonus
1
Periodic alternating nystagmus
1
Downbeat nystagmus was the most frequent fixation nystagmus.
Research paper
Simptom yang terlihat dan tanda-tanda klinis.
Simptom tersering yang terlihat adalah ketidakseimbangan dari gait atau toand fro vertigo (idiopatik 89%; sekunder 81%). Kebanyakan pasien dengan
DBN idiopatik ataupun sekunder melaporkan gangguan permanen
dibandingkan symptom episodic. Oscillipsia dilaporkan pada 44% pasien
idiopatik dibandingkan 38% DBN sekunder.
Temuan neurologis pada deficit vestibuler perifer
Temuan tersering dari pasien dengan DBN adalah vestibulopathy unilateral
ataupun bilateral. Vestibulopathy didefinisikaan sebagai berkurangnya
respon irigasi kalori dan/atau tampak sebagai keadaan patologis pada uji
head-thrustuji (dorong-kepala). Empat puluh lima pasien telah melakukan uji
kalro ataupun tes head-thrust. 36 menghasilkan tes positif untuk keduanya
dan pada 36 lainnnya(28 DBN sekunder, 8 DBN idiopatik) fungsi vestibuler
perifer tidak dilakukan uji. Pada mereka yang dilakukan uji kedua-duanya
(n=36) 32% dari pasien dengan DBN idiopatik dan 39% pasien degan DBN
sekunder mempunyai deficit vestibular bilateral. Dari mereka yang
melakukan tes irigasi kalori dang uji head-thrust (n=36) 19 diataranya
didapatkan vestibulopathy bilateral. Delapan mempunyai hasil patologis
pada uji head-thrust dengan hasil normal pada hasil uji kalori dan 2 pasien
menampallam nerkurangnya respon perifer bilateral uji kalor(n=1) atau
fisiologis unilateral (n=1) pada uji head-thrust
.
Tabel 1 Etiology dari Down Beat nistagmus(DBN). Diperlihatkan sejumlah
frekuensi relative dari DBN idiopatik maupun sekunder. Penyebab dari DBN
sekunder diperinci( peresntase merujuk pada frekuensi relative dari semua
kasus DBN). GAD, asam glutamate decarboksilase..
Table 2 Etiologi detail penyebab DBN sekunder
Etiology
n
Degenerative
Spinocerebellar ataxia
13
Sporadic adult onset ataxia
Multisystem atrophy (cerebellar type)
Posterior fossa vascular lesions
Craniocervical malformation
8
ArnoldChiari malformation type I
ArnoldChiari malformation type II
1
Toxic
5
Chronic ethanol abuse with cerebellar atrophy
Chronic ethanol abuse without cerebellar atrophy
Anticonvulsants (phenytoin, carbamazepine)
Amiodarone
Inflammatory/infectious
Pancerebellar syndrome post-tick borne encephalitis
Cerebellitis of unclear aetiology
Chronic aseptic meningitis
Pontine encephalitis
Neoplastic
4
Pontomedullary astrocytoma
1
Cerebellar meningeoma
Ependymoma; hydrocephalus
Plexus papilloma 4th ventricle
Episodic ataxia type 2
4
Paraneoplastic
3
Paraneoplastic (anti-yo/anti-Purkinje-Cell positive)
Paraneoplastic (anti-yo/anti-Purkinje-Cell negative)
Other
23
9
1
10
7
1
1
2
1
4
1
1
1
1
1
1
1
2
1
11
1
Thrombosis of the basilar artery; ischaemic infarction of the left
caudate, left
paramedian mesencephalon, small ischaemic lesions in both
cerebellar hemispheres
2
Sudden onset of symptoms, diffuse microangiopathic changes
3
Venous angioma paramedially pontomesencephal; two small
ischaemic
lesions in both cerebellar hemispheres
4
Infarction of the left superior cerebellar artery
5
Dissection of both vertebral arteries; infarctions of both
cerebellar hemispheres
6
Infarction of the left anterior and posterior inferior cerebellar
artery with
involvement of the left tonsilla, cerebellar peduncle and the
pontine
tegmentum
7
Infarction of both cerebellar hemispheres and in the area of the
right posterior cerebral artery
8
Stenosis of the left vertebral artery; defect of the left cerebellar
tonsilla.
9
Pontomesencephalic arteriovenous malformation
10
Brainstem haemorrhage on the basis of a pontomesencephalic
venous malformation
Research paper
Polyneuropathy
PNP was frequently associated with DBN (16 patients with idiopathic, 18 with
secondary DBN). Patients with known aetiologies of PNP, such as diabetes
mellitus (n=9), were excluded from this group. The neuropathies diagnosed
were heterogeneous, including sensory, motor, demyelinating, axonal and
mixed types.
Cerebellar signs
Cerebellar signs, including limb ataxia and dysarthria, were frequently seen
in the secondary DBN group (limb ataxia in 70% and dysarthria in 46%).
They were also present in patients with idiopathic DBN (limb ataxia in 42%
and dysarthria in
13%)that is, those patients who did not have cerebellar lesions on MRI or
evidence of cerebellar disease in other technical investigations. Notably,
there was considerable overlap between idiopathic DBN, cerebellar signs,
bilateral vestibulopathy and peripheral
neuropathy (fig 3). Thirteen patients had DBN associated with varying
combinations of two of these disorders and, in three patients, with all three
of them.
Associated neuro-ophthalmological findings
reflex and fixation suppression of the VOR); (2) a cerebellar form (ie, DBN
associated with cerebellar ataxia or dysarthria but without cerebellar atrophy
on routine MRI). This form may be a distinct
nosological entity or the early manifestation of another cerebellar
degenerative disease. Follow-up studies will be needed to clarify this issue;
and (3) a syndromatic form (ie, DBN associated with at least two of the
following: BVP, cerebellar signs and/or PNP). The association of these
disorders suggest that this syndrome may reflect a multisystem
neurodegeneration or channelopathy.