Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia


1 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat di ramalkan yang terjadi pada semua orang
pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (4).
Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pandang individu
orang tua yang sudah menginjak 35 tahun dapat dianggap tua oleh anakanaknya, orang sehat yang aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia
75 tahun sebagai pemulaan lanjut usia. Lanjut usia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan
djalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan (4).
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki kerusakan yang
diderita, merupakan proses yang terus menerus atau berlajut secara alami (7).
2

Batasan Lansia
Batasan lansia menurut Departemen kesehatan RI dibagi kedalam
beberapa kelompok yaitu: Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun)
sebagai masa vibrilitas, Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai
presenium, Kelompok usia lanjut (65 tahun>) sebagai senium. Dan menurut
9

10

organisasi kesehatan dunia WHO, lanjut usia meliputi: usia pertengahan


(middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara
60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)
diatas 90n tahun (7).
Menurut undang-undang no 4 tahun 1965 pasal 1 :Seseorang
dinyatakan sebagai orang jompo atau lansia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain (4).
3

Tugas Perkembangan Lansia


Seiring tahap kehidupan lansia, lansia memiliki tujuh tugas
perkembangan khusus: lansia harus menyesuaikan terhadap penurunan
kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan terhadap masa pensiun dan
penurunan

pendapata,

menyesuaikan

terhadap

kematian

pasangan,

menerima diri sendiri sebagai individu lansia, mempertahankan kepuasan


pengaturan hidup, mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang
dewasa, menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup (8).
Dengan mengetahui tugas perkembangan lansia, lansia mampu untuk
menyesuiakan diri dengan menurunya kesehatan pisik dan psikis secara
bertahap, mencari kegiatan untuk mengganti kegiatan terdahulu, menghadiri
kegitan-kegiatan sosial, lansia perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri
dengan peristiwa kehilangan pasangan, membangun ikatan dengan anggota
dari kelompok lansia untuk menghindari kesepian dan menerima kematian
dengan tentram (4).

11

B. Konsep Dukungan Keluarga


1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan untuk orang lain
meliputi moral dan material agar orang yang diberikan dukungan menjadi
termotivasi dalam melakukan kegiatan (9).

Menurut Friedman, 1998. Studi-studi tentang dukungan keluarga


telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik
dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat
bermanfaat. Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat,
pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok
rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga
internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung,
atau dukungan dari anak (10).
Dukungan keluarga sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang
akrab dengan

subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa

kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau


yang berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (4).
2

Jenis Dukungan Keluarga


Jenis dukungan keluarga dibagi kedalam lima bentuk (Sheridan,
Radmacher, Sarafino, dan Taylor) yaitu :
a Dukungan instrumental (tangible assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjem uang, pemberian
barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat

12

mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan


masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental
sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih
mudah.
b Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau
umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, jenis informasi seperti
ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi maslah
dengan lebih mudah.
c

Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memikliki rasa nyaman,
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat

dikontrol.
d Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,
pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan
yang fositip dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu
e

individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.


Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari
suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial
dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

Sumber Dukungan Keluarga


a Dari Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial utama yang mempunyai
ikatan emosi yang paling besar dan terdekat dengan klien. Keluarga dapat

13

melakukan hal-hal dibawah ini untuk melakukan dukungan sosial: Saling


berkomunikasi, mencari kesibukan, jika liburan (4).

b Berasal dari teman dekat


Ada kalanya seseorang lebih dekat dan terbuka kepada teman
terdekatnya, sehingga memungkinkan untuk bisa tercapainya tujuan
c

pemberian dukungan sosial (4).


Berasal dari orang yang mempunyai ikatan emosi
Yang dimaksudkan disini adalah dengan orang profesional seperti
Ners, Dokter, Pekerja sosial, Rohaniawan. Ikatan profesional ini secara
langsung akan menimbulkan minat untuk memberikan dukungan kepada
klien yang sedang mengalami persoalan. Misalnya : memberikan
informasi tentang pengobatan, pencegahan penyakit lansia, latihan,
pendekatan kepada tuhan (4).

C. Kemandirian
1 Pengertian Kemandirian
Salah satu kriteria orang mandiri adalah dapat mengaktualisasikan
dirinya (self actualized ) tidak menggantungkan kepuasan-kepuasan utama
pada lingkungan dan kepada orang lain. Mereka lebih tergantung pada
potensi-potensi mereka sendiri bagi perkembangan dan kelangsungan
pertumbuhannya. Adapun kriteria orang yang mandiri menurut Koswara
(1991) adalah mempunyai (1) kemantapan relatif terhadap pukulanpukulan,

goncangan-goncangan

atau

frustasi

(2)

kemampuan

mempertahankan ketenangan jiwa (3) kadar arah yang tinggi (4) agen
yang merdeka aktif dan (5) bertanggung jawab. Lanjut usia yang mandiri

14

dapat menghindari diri dari penghormatan, status, prestise dan popularitas


kepuasan yang berasal dari luar diri mereka anggap kurang penting
dibandingkan dengan pertumbuhan diri (28).
Kemadirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara
komulatif selama perkembangan. Dimana individu akan terus belajar
untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan.
Sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan
kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang
kearah yang lebih baik (28).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kemadirian
adalah kemampuan diri sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan mampu
berinisiatf, mampu memecahkan masalah, mempunyai rasa percaya diri
untuk mengatasi situasi dilingkungannya. Kemandirian juga dapat
merawat dirinya sendiri dan dapat melakukan activity of daily living
seperti makan, minum, mandi, berjalan, tidur, duduk, BAB, BAK, dan
2

bergerak tanpa bantuan orang lain.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
Meliputi faktor kondisi kesehatan, faktor kondisi ekonomi, dan
faktor kondisi sosial (5).
a Kondisi Kesehatan
Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah
mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup
prima. Hal ini disebabkan karena kondisi kesehatan mereka baik fisik
maupun psikis yang kadang-kadang sakit atau mengalami gangguan,
sehingga aktivitas sehari-hari tidak semuanya dapat dilakukan sendiri.

15

Pada beberapa kegiatan mereka memerlukan bantuan orang lain,


misalnya mengerjakan pekerjaan yang berat atau mengambil keputusan.
Dengan demikian orang lanjut usia dengan kondisi kesehatan baik
dapat melakukan aktivitas apa saja sedangkan yang memiliki kondisi
kesehatan sedang cenderung memilih aktivitas yang memerlukan sedikit
kegiatan fisik. Untuk mengerjakan beberapa aktivitas fisik dan psikis
yang berat mereka memerlukan pertongan dari orang lain. Dengan
menurunnya kondisi kesehatan seseorang secara bertahap dalam ketidak
mampuan secara fisik mereka hanya tertarik pada kegiatan yang
b

memerlukan sedikit tenaga dan kegiatan fisik.


Kondisi Ekonomi
kondisi ekonomi seseorang yang mandiri memiliki kondisi
ekonomi sedang. Seseorang dengan kondisi ekonomi sedang berusaha
tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar tidak tergantung
pada anak atau keluarga lain.
Keterlibatan lanjut usia dalam aktivitas produktif akan menunjang
kemandirian mereka dalam rumah tangga. Pekerjaan jasa yang mereka
lakukan misalnya mengurus surat-surat, menyampaikan undangan orang
yang punya hajatan, baik undangan secara lisan maupun berupa surat
undangan. Walaupun upah yang mereka terima sedikit, tetapi mereka
merasa puas yang luar biasa. Karena ternyata dirinya masih berguna bagi
orang lain. Lanjut usia yang tidak mandiri juga berada pada ekonomi
sedang. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka tidak bekerja,

tetapi mendapat bantuan dari anak-anak atau keluarga.


Kondisi Sosial

16

Mereka

yang

beragama

Islam

aktif

dalam

perkumpulan

keagamaan, seperti Yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian


setiap bulan, yang beragama Kristen/Katolik aktif dalam Kebaktian.
Kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga
dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia. Mereka
berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini
didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan
yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan
berinteraksi dengan orang lain.
Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut
usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat
keluarga dan teman-teman dan hubungan sosial antara orang lanjut usia
dengan anak yang telah dewasa adalah menyangkut keeratan hubungan
mereka dan tanggung jawab anak terhadap orangtua yang menyebabkan
orang lanjut usia menjadi mandiri.
Tanggung jawab anak yang telah dewasa baik yang telah berumah
tangga maupun yang belum, atau yang tinggal satu rumah, tidak tinggal
satu rumah tetapi berdekatan tempat tinggal atau yang tinggal berjauhan
(tinggal di luar kota) masih memiliki kewajiban bertanggung jawab
terhadap kebutuhan hidup orang lanjut usia seperti kebutuhan sandang,
pangan, kesehatan dan sosial.
D. Activity of Daily living (ADL)
1. Pengertian Activity of Daily living
Activity of daili living (ADL) adalah kegiatan melakukan pekerjaan
rutin

sehari-hari. ADLmerupakan

aktivitas

pokok

bagi

perawatan

17

diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan),


mandi, dan berpindah tempat

(11)

ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus


dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan
seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan
dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (12).
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai
telfon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti
berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat
tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain) (12).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Activity of daily living (ADL)


Kemauan dan kemampuan untuk melakukan activity of daily living
tergantung pada beberapa faktor, yaitu: (11)

a. Umur dan status perkembangan


Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda
kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap
ketidakmampuan

melaksanakan

activity

of

daily

living.

Saat

perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahanlahan


berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of
daily living.

18

b. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous
mengumpulkan,

menghantarkan

dan

mengolah

informasi

dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem


nervous sehingga dapatmerespon sensori yang masuk dengan cara
melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit,
atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living.
c. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan
proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor
stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental
memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam
berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan
activity of daily living.
d. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu
cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara
perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal
contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan

19

interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau


disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam
pemenuhan activity of daily living.
e. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai
macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor),
dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu
keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti
injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur
lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal
(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi
yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama
sirkardian membantu aktivitas pengaturan meliputi tidur, temperatur
tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama
sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,
seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
g. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.
Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan
kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang
dikutip

dari

Baltes,

salah

satu

yang

dapat

mempengaruhi

20

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah


keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai
menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami 24 apraksia
tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
kebutuhan dasarnya.
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis
pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan
Activity of Daily Living.
Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu,
kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
posyandu (13).

3. Pengukuran Activity Of Daily Living (ADL)


Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan
atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengukuran ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif
denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis
ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &

21

minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi


buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas(12).
Indeks Barthel
Indeks Barthel (IB) mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat
digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi
pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada
pasien pasca stroke (12).
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial.
Item-item dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang
diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat
sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit.
Indeks Barthel juga digunakan untuk mengkaji kemampuan pasien
merawat diri mereka sendiri, namun pokok-pokoknya ditekankan untuk
jumlah bantuan fisik yang akan diperlukan bila pasien tidak mampu
melakukan fungsi yang diberikan. Dalam suatu penelitian pada suatu unit
perawatan pasien dengan gangguan neuromuskular, indeks Barthel
digunakan untuk mendokumentasikan perbaikan-perbaikan yang terjadi.
Pasien yang tidak mampu memperbaiki angka perolehan hasil indeks ini
dipercaya memiliki kemungkinan penyembuhan yang buruk (12).

22

Indeks Barthel mungkin bisa menjadi indikator yang baik untuk


mengkaji ada tidaknya kebutuhan akan dukungan-dukungan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari hari (12).

Tabel 2.1 Indeks Barthel


1

Status Buang Air Besar

Status Buang Air Kecil

0
1
2
0
1
2

Merawat diri (mencuci muka,

0
1

Inkontinensia
Kadang-kadang (sekali seminggu)
Terkontrol penuh
Tidak bisa mengontrol (perlu dikateter dan
tidak dapat mengatur
BAK
Kadang-kadang (sekali /24jam) terkontrol
penuh (lebih dari tujuh hari)
Perlu bantuan
Mandiri

23

menyisir, gosok gigi)


Penggunaan toilet (ke/ dari
WC, menyiram, menyeka,
melepas/ pakaian celana)

Makan

Berpindah (tidur- duduk)

Mobilisasi

Berpakaian

Naik turun tangga

10

Mandi

0 Tergantung orang lain


1 Perlu bantuan tetapi dapat melakukan
sesuatu sendiri
2 Mandiri
0 Tidak dapat
1 Perlu bantuan untuk memotong makanan,
dll
2 Mandiri
0 Tidak dapat
1 Banyak dibantu/ dibantu dua orang
2 Dapat duduk dengan sedikit
3 Bantuan/ mandiri
0 Tidak bergerak/ tidak mampu
1 Mandiri dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan
3 mandiri
0 tergantung
1 Sebagian dibantu/ perlu bantuan
2 Mandiri
0 Tidak mampu
1 Perlu bantuan
2 mandiri
0 Tergantung orang lain
1 Mandiri/ mandi dengan shower

E. Kerangka Teori
Dukungan keluarga sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akrab
dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan

24

hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau yang berpengaruh


pada tingkah laku penerimanya (4).
Menurut Sheridan, Radmacher, Sarafino, dan Taylor dukungan keluarga
terdiri dari lima komponen yaitu, dukungan instrumental, dukungan
informasional, dukungan emosional, dukungan pada harga diri, dan dukungan
dari kelompok sosial (4).
Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk
melakukan activity of daily living tergantung pada beberapa faktor, yaitu: Umur
dan status perkembangan, kesehatan fisiologis, fungsi kongnitif, fungsi
psikososial, tingkatstres, ritme biologi, ststus mental, dan pelayanan kesehatan
(11)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Emosional
Dukungan
Keluarga

3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Pada Harga
Diri

25

5. Dukungan dri kelompok


sosial
Faktor yang mempengaruhi
ADL:
a. Umur dan status
perkembangan
b. Kesehatan fisiologis
c. Fungsi kognitif
d. Fungsi psikososial
e. Tingkat stress
f. Ritme biologi
g. Status mental
h. Pelayanan kesehatan

Sumber: (4), (11)

Kemandirian dalam
Activity of Daily
Living (ADL)

Anda mungkin juga menyukai