BAB I
PENDAHULUAN
terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara (IDF, 2009).
Jumah penderita DM terbesar berusia antara 40 59 tahun (IDF, 2011).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan
keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir
80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style
yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati,
penduduk dengan obesitas mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk
yang tidak obesitas (KEMENKES, 2011).
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus. Salah satunya
adalah asupan makanan yang tidak seimbang serta tingginya asupan alkohol.
Ditambah lagi makanan cepat saji, sangat memepengaruhi kejadian Diabetes Melitus
di negara yang maju seperti Amerika ( ADA, 2006). Walaupun dari beberapa
penelitian mengenai hubungan asupan makan tidak terlalu berpengaruh terhadap
kejadian Diabetes Melitus di Indonesia (Zahtamal dkk, 2007) melalui penelitian yang
dilakukannya di RSUD Riau, Namun beberapa literatur masih menyebutkan adanya
hubungan antara faktor asupan makan terhadap kejadian Diabetes Melitus (ADA,
2006).
Makanan yang memiliki resiko terhadap kejadian Diabetes Melitus adalah
Makanan yang mengandung tinggi glukosa, baik yang dalam bentuk nasi, gula /
pemanis buatan, alcohol dan panganan yang memiliki erasa manis yang dominan
lainnya. Tingginya kadar lemak tak jenuh dan kolesterol berpengaruh terhadap kadar
gula dalam plasma 2 jam post parandial. Rendahnya kandungan mikronutrien dalam
bentuk vitamin dan mineral juga beresiko terhadap terjadinya diabetes mellitus.
Terakhir, adanya pengaruh obat, misalnya glukokortikoid yang beredar bebas sangat
berperan dalam terjadinya glukoneogenesis di dalam tubuh dan beresiko sebagai
trigger Diabetes mellitus (ADA, 2006).
Dari data yang diperoleh oleh kelompok kami terhadap jumlah kunjungan pada
Puskesmas Kedungsolo pada tahun 2012 menunjukkan presentasi yang tinggi dari
kasus Diabetes dan menjadi penyakit tujuh besar (profil Puskesmas Kedongsolo
2012).
Dari hasil survei awal terhadap sebaran penderita diabetes melitus yang
berkunjung di Puskesmas Kedungsolo pada Bulan Juli 2013, dengan jumlah pasien
Diabetes Melitus tipe 2 yang tercatat dalam rekam medik sebesar 21 pasien, kami
mendapatkan bahwa Desa Kebon Agung merupaakan desa dengan penderita diabetes
terbanyak ( 10 orang ). Untuk itu kelompok kami sangat ingin mengangkat masalah
Diabetes Melitus tipe 2 ini sebagai bahan penelitian dan mencari apakah ada
hubungan asupan makanan yang memiliki resiko Diabetes Melitus terhadap kejadian
Diabetes Melitus masyarakat di Desa Kebon Agung. Asupan makanan ini
menyangkut akan kuantitasnya (jumlah dan frekuensi makan) dan kualitasnya
(makanan yang berisiko terhadap Diabetes Melitus, yaitu
makanan yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b.
c.
6
Desensitasi/kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
10
b. Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
3. Tipe lain
insulin
a. Defek genetik fungsi sel
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Sebab Imunologi yang jarang
4. Diabetes Melitus
Gestasional
11
12
Disfungsi sel dalam sekresi insulin merupakan salah satu dari empat gangguan
metabolic pada penderita Diabetes Melitus tipe 2. Gangguan metabolic lain
adalah obesitas, kegagalan aksi insulin dan peningkatan glukosa endogen (EGO).
Meskipun demikian, kenyataannya disfungsi sel beta, kegagalan aksi insulin dan
obesitas merupakan substansi gangguan metabolic utama yang terjadi pada
individu sebelum terjadi Diabetes Melitus tipe 2 yang berpengaruh dalam
perkembangan toleransi glukosa normal (NGT) sampai terjadi gangguan
toleransi glukosa (IGT), pada akhirnya menjadi Diabetes Melitus tipe 2 (Reno,
2006).
13
14
kembali
sampai
pengambilan
sampel
darah
untuk
15
dan umur. Sedangkan faktor resiko yang dapat dipengaruhi adalah hipertensi,
gaya hidup, pola makan, obesitas, pekerjaan, pendidikan, obat-obatan, tingkat
stess (Bustan, 2000).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
menyatakan bahwa sosiodemografi, factor perilaku dan gaya hidup serta keadaan
klinis atau mental berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Melitus (Irawan,
2010).
Faktor
risiko
Diabetes
Melitus
tipe
dikategorikan
menjadi
sosiodemografi, riwayat kesehatan, pola hidup, dan kondisi klinis dan mental.
Faktor sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan. Untuk faktor riwayat kesehatan terdiri dari riwayat DM keluarga dan
berat lahir. Faktor-faktor pola hidup terdiri dari aktivitas fisik, konsumsi sayur
dan buah, terpapar asap rokok, dan konsumsi alkohol. Sementara itu, faktor
kondisi klinis dan mental terdiri dari indeks massa tubuh,lingkar perut, tekanan
darah, kadar kolesterol dan stress. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa faktor
risiko DM Tipe 2 (Irawan, 2010).
2.7.1 Hipertensi
Tekanan darah dapat diketahui dari pengukuran arteri brachialis di
lengan atas. Dibawah ini adalah table klasifikasi tekanan darah. Hipertensi
dikaitkan sebagai faktor resiko terjadinya Diabetes Melitus karena adanya
penebalan pada pembuluh darah arteri sehingga distribusi glukosa ke dalam
16
Sistolik (mmHg)
120
Diastolik (mmHg)
80
Prehipertensi
121-139
81-90
Hipertensi Derajat I
140-159
91-99
Hipertensi Derajat II
160
100
17
risiko untuk menderita DM adalah 75%. Orang yang memiliki ibu dengan
DM memiliki risiko 10-30% lebih besar daripada orang yang memiliki
ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam
kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM
maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang
menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK,2010).
18
19
20
menunjukkan
bahwa
adanya
hubungan
dalam
21
minum perhari atau kurang untuk wanita dan 2 kali minum sehari
untuk laki laki).
2. Untuk mengurangi resiko kadar gula rendah saat malam hari
setiap individu menggunakan insulin atau saat pengeluaran
insulin, alkohol harus dikonsumsi dengan makanan.
3. Setiap individu dengan diabetes melitus, mengkunsumsi alkohol
dalam jumlah yang cukup, tidak memiliki efek pada gula darah
dan konsentrasi insulin tetapi karbohidrat yang dikonsumsi dengan
alkohol (sebagai campuran minuman) meningkatkan resiko
meningkatnya gula darah.
c. Rekomendasi Manajemen Kolesterol dan Lemak Dalam Diabetes
Tingginya angka kejadian dari penyakit cardiovascular pada
individu dengan Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi oleh asupan
dari makanan berlemak dan berkolesterol. Maka dari itu terdapat
batasan dari asupan lemak dan kolesterol yang harus dihindari agar
kejadian ini dapat dihindari. Batasan dari lemak jenuh yang dapat
dikonsumsi maksimal 7% dari total kalori dari lemak yang
dikonsumsi. Sedangkan untuk kolesterol maksimal yang dapat
dikonsumsi adalah kurang dari 200 mg/ hari. Semua ini cukup
mengkonsumsi misalnya 2 daging ikan fillet yang yang tinggi akan
lemak tak jenuh (ADA 2006)
22
menyebabkan
sedikitnya
kebutuhan
akan
insulin,
dan
23
24
2.7.7 Usia
Hasil penelitian di negara maju menunjukkan bahwa kelompok usia
yang berisiko terkena DM Tipe 2 usia 65 tahun ke atas. Di Negara
berkembang, kelompok umur yang berisiko untuk menderita DM Tipe 2
adalah usia 46-64 tahun karena pada usia tersebut terjadi intoleransi
25
2.7.8 Pendidikan
Tingakat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya
akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya
pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga
kesehatannya (Irawan, 2010).
Namun,selain
dari
pengetahuan,
tingkat
pendidikan
juga
26
nicotinic acid,
2.7.11 Stres
Stres adalah perasaan yang dihasilkan ketika seseorang bereaksi
terhadap peristiwa tertentu. Ini adalah cara tubuh untuk bersiap
menghadapi situasi yang sulit dengan focus,kekuatan,stamina, dan
kewspadaan tinggi. Peristiwa yang memancing stress disebut stressor, dan
meliputi berbagai macam situasi-fisik seperti cedera atau sakit. Stresor
27
lainnya
dapat
berupa
keadaan
mental
seperti
masalah
dalam
28
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Dapat Dipengaruhi :
3.1 Kerangka Teori
Tidak Dapat Dipengaruhi :
Genetik
Umur
Gaya Hidup
Obesitas
Hipertensi
Jenis
Kelamin
Karbohidrat
Asupan Makanan
Penggunaan
Obat
Lemak Jenuh
dan
Kolesterol
Mikronutrien
29
Pengetahuan
Jamu atau
Obat
Pekerjaan
Tingkat
Stress
DIABETES MELITUS TIPE 2
Keterangan :
: dilakukan penelitian
: tidak dilakukan penelitian
Secara garis besarnya, faktor resiko Diabetes Melitus terbagi menjadi dua
yaitu faktor resiko yang dapat dipengaruhi dan faktor resiko yang tidak dapat
dipengaruhi. Faktor resiko yang tidak dapat dipengaruhi diantaranya adalah
genetik, jenis kelamin dan umur. Faktor resiko ini tidak diambil dalam penelitian
ini. Yang kedua, faktor resiko yang dapat dipengaruhi terdiri dari gaya hidup,
asupan makanan, obesitas, hipertensi, penggunaan obat-obatan, pengetahuan,
pekerjaan dan tingkat stress. Faktor resiko asupan makanan diambil sebagai
Keterangan
: Variabel Dependent
penelitian, sedangkan faktor resiko lainnya tidak dilakukan penelitian. Dari
: Variabel Indevendent
Asupan Makanan Meliputi :
asupan makanan ini, dikelompokkan lagi berdasarkan
jenis makanan yangStress
sering
Pekerjaan
Makanan berminyak
Pengetahuan
Asupan gula/karbohidrat berlebih
Frekuensi makan berlebih
Konsumsi buah dan sayur kurang
30
3.2
Hipotesis Penelitian
Dari Tinjauan Pustaka yang telah disusun kelompok kami mendapatkan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang ditemui, yaitu faktor asupan
makanan yang mempunyai resiko Diabetes Melitus berpengaruh terhadap
Diabetes Melitus tipe 2 di Desa Kebon Agung, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur.
a. Konsumsi tinggi karbohidrat berpengaruh terhadap Diabetes Melitus
tipe 2.
b. Konsumsi tinggi lemak jenuh dan kolesterol berpengaruh terhadap
Diabetes Melitus tipe 2.
c. Konsumsi rendah mikronutrien berpengaruh terhadap Diabetes
Melitus tipe 2.
d. Konsumsi jamu atau obat-obatan berpengaruh terhadap Diabetes
Melitus tipe 2.
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
ini
desain
merupakan
penelitian
deskriktif
obervasional-kasus-kontrol
yang
analitik
dengan
bertujuan
untuk
32
n = Z21-2 P (1-P)
d2
Keterangan :
n
33
Z21-2
0,12
= 14,256193 dibulatkan menjadi 14 orang.
Dari hasil penghitungan didapatkan jumlah sampel minimal
yang harus diambil adalah 14 orang. Dari kebijaksanaan peneliti
dan konsultasi
orang.
Dari survey awal yang kami lakukan, kami memilih data
sekunder berupa rekam medis Puskesmas Kedungsolo pada Bulan
Juli 2013. Dan dari data rekam medis Bulan Juli 2013, terdapat 21
pasien terdiagnosis menderita Diabetes Melitus baik itu kasus baru
ataupun lama. Dari 21 pasien tersebut, Desa Kebon Agung adalah
Desa dengan pasien diabetes tertinggi, berjumlah 10 pasien. Sisa
34
35
36
37
38
semua jawaban yang telah diisi oleh responden di kuesioner dan melihat
kelengkapannya.
b. Mengkode Data (Coding)
Setelah data lengkap, peneliti memberikan pengkodean data dengan
penyederhanaan jawaban dengan cara mengganti dengan score. Skor
yang digunakan adalah 1 dan 2. Skor 1 menunjukkan konsumsi dari
variable independen, tidak pernah atau jarang (kurang bermakna). Skor
2 menunjukkan konsumsi dari variabel independen sering atau tiap hari
(bermakna).
39
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
41
42
43
Gambar
5.3
Gambaran
Distribusi
Responden
yang
Mengkonsumsi
Mikronutrien
Kecukupan dari kebutuhan mikronutrient dilihat dari konsumsi sayur atau buahbuahan. Dari hasil kuesioner diadapatkan sebagian sebagian besar masyarakat di Desa
Kebon Agung mengkonsumsi zat gizi mikronutrien dalam jumlah yang rendah,
dengan jumlah responden yang mengkonsumsi mikronutrien dalam jumlah yang
rendah sebanyak 19 orang (63%) dan sisanya sebanyak 11 (37%) orang
mengkonsumi tinggi mikronutrien.
44
5.1 Tabel Ringkasan Distribusi Asupan Makanan yang Beriko Diabetes Melitus
di Desa Kebon Agung.
No
1
Variabel
Konsumsi
Karbohidrat
Konsumsi
Kategori
Konsumsi rendah karbohidrat
Konsumsi tinggi karbohidrat
Konsumsi rendah lemak jenuh
Jumlah Persentase
8
27
22
73
18
60
45
Lemak Jenuh
dan kolesterol
Konsumsi tinggi lemak jenuh
12
40
dan kolesterol
Konsumsi rendah mikronutrien
Konsumsi tinggi mikronutrien
19
11
63
37
18
12
60
40
dan Kolesterol
3
4
Konsumsi
Mikronutrien
Konsumsi Jamu Konsumsi rendah jamu / obat
Konsumsi tinggi jamu / obat
/ Obat
Kategori
Tidak Terdiagnosis Diabetes Melitus
Terdiagnosis Diabetes Melitus
Jumlah Persentase
20
67
10
33
Melitus Tipe 2
BAB VI
PEMBAHASAN / ANALISIS
Tinggi
Rendah
6
4
2
18
Jumlah
8
22
10
20
30
46
ad/bc
= 108/8
= 13,5
Dari hasil analisis asupan tinggi karbohidrat, didapat Rasio Oddsnya
sebesar 13,5 ( RP >1). Jadi asupan tinggi karbohidrat merupakan faktor resiko
terjadinya Diabetes Melitus tipe 2.
Tinggi
Rendah
8
2
4
16
Jumlah
12
18
10
20
30
ad/bc
128/8
16
47
Dari hasil analisis asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol, didapat Rasio
Odds sebesar 16 ( RP >1). Jadi asupan
Rendah
Tinggi
5
5
14
6
Jumlah
19
11
10
20
30
48
6.2 Analisis Hubungan Konsumsi Obat atau Jamu Terhadap Diabetes Melitus
Tabel 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Jamu atau Obat dan
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus tipe 2
Terdiagnosis
Tidak
Konsumsi Jamu
Tinggi
Rendah
6
4
6
14
Jumlah
12
18
10
20
30
atau Obat
Jumlah
ad/bc
84/24
3,5
Dari hasil analisis asupan jamu atau obat, didapat Rasio Oddsnya sebesar
3,5 ( RO >1). Jadi asupan jamu atau obat merupakan faktor resiko terjadinya
Diabetes Melitus tipe 2.
49
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data kuesioner dan analisis hipotesis menggunakan
rasio prevalensi, didapatkan kesimpulan :
1. Masyarakata Desa Kebon Agung yang didiagnosis menderita Diabetes
Melitus tipe 2 mengkonsumsi asupan makanan tinggi karbohidrat 13,5
kali lebih tinggi daripada masyarakat yang tidak didiagnosis Diabetes
Melitus tipe 2.
2. Masyarakat Desa Kebon Agung yang didiagnosis menderita Diabetes
Melitus tipe 2 mengkonsumsi asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol
16 kali lebih tinggi daripada masyarakat yang tidak didiagnosis
Diabetes Melitus tipe 2.
3. Masyarakat Desa Kebon Agung yang didiagnosis menderita Diabetes
Melitus tipe 2 mengkonsumsi asupan makanan rendah mikronutrien
0,42 kali dari masyarakat yang tidak terdiagnosis Diabetes Melitus tipe
2.
50
7.2 Saran
Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang singkat dan jauh dari baik.
Diharapkan akan dilakukan penelitian yang lebih baik lagi dalam persiapan,
pengelolaan waktu dan perhitungan variabel asupan makanan yang lebih spesifik
lagi.
51
iii
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). http://www.diabetes.org/
[diakses 27 Agustus 2013 pukul 21:35]
International Diabetes Federation.2011. Diabetes Evidence Demands
Real Action From The Un Summit On Non-Communicable Diseases.
http://www.idf.org/diabetes-evidence-demands-real-action-un-summit-noncommunicable-diseases [diakses 27 Agustus 2013 pukul 11:04]
International Diabetes Federation. 2011. One Adult In Ten Will Have
Diabetes
By
2030.
http://www.idf.org/media-events/pressreleases/2011/diabetes-atlas-5th-edition [diakses 27 Agustus 2013 pukul 11:34]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 prevalensi
diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Jakarta: Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia;
2011.
Tersedia
pada:
URL:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.htm
[diakses 27 Agustus 2013 pukul 07:49]
World Health Organization. Definition and diagnosis of diabetes
mellitus and intermediate hyperglycemia. Amerika Serikat; 2006. Tersedia
pada:
URL:
[http://www.idf.org/webdata/docs/WHO_IDF_definition_diagnosis_of_diabete
s.pdf [diakses 27 Agustus 2013 pukul 07:49]
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
52