Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada
dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini
biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai
tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis (TBC) merupakan
penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi
yang cukup lama.Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama
menyerang pada usia produktif (15-50 tahun) dan anak-anak. Dan dari satu
literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal setelah 5 tahun bila
tidak di obati.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka
kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan
ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah
penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat
menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat
besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan anak dengan Tuberkulosis
1.2.2

Paru.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Tuberkulosis paru.
2. Mengetahui penyebab terjadinya Tuberkulosis paru.
3. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya Tuberkulosis paru.
4. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul saat mengalami
Tuberkulosis paru.

5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien


yang mengalami Tuberkulosis paru.
6. Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami Tuberkolosis paru.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
pernafasan khususnya TB paru.
2. Bagi mahasiswa agar pengetahuan

dapat

dikembangkan

ketika

mempelajari Keperawatan Anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,
2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah
TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi

kompleks

Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).


Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat
dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius
yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain,
terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
2.2

Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas
dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um.
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:

Mycobakterium tuberculosis

Varian asian

Varian african I

Varian asfrican II

Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan

mycobakterial

othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :

Mycobacterium cansasli

2.3

Mycobacterium avium

Mycobacterium intra celulase

Mycobacterium scrofulaceum

Mycobacterium malma cerse

Mycobacterium xenopi

Klasifikasi
1. Pembagian secara patologis :

Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).

Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

2. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

Tuberkulosis Paru BTA positif.

Tuberkulosis Paru BTA negative

3. Pembagian secara aktifitas radiologis :

Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.

Tuberkulosis non aktif .

Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

4. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )


1.

Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat


non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak
melebihi satu lobus paru.

2.

Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan


diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak
lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari
satu pertiga bagian satu paru.

3.

For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas


yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

5. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American


Thorasic Society memberikan klasifikasi baru:

Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat


kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.

Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya


infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.

Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.

Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

6. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan


kasus baru dengan batuk TB berat.

Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal


dengan sputum BTA positf.

Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan


paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang
disebut dalam kategori I.

2.4

Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar
bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya
sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan
limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi


sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian
bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh
organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh
makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus
difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui
getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini
butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang
biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan

perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak


dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan
bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini
dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis
penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
2.5

Pathway
Mycobacterium
tuberculosis
Masuk traktus
respiratorius
Tinggal di alveoli

MK :
Resiko
tinggi

Pertahanan
primer tidak
adekuat
reaksi
inflamasi

Rrespon

Gangguan

imun

termoregulasi

Kerusakan
membran

Pembentuk

alveolar

MK :

an sputum

Hiperterm

dan sekret

Gangguan
respirasi

Penumpuk
an secret
Ketidakseimban
gan suplai dan
kebutuhan
oksigen
MK :
Intolerans
i aktivitas

Sesak
nafas
MK : Bersihan
Sianos
is

jalan nafas tidak


efektif

Hipoksi
a
MK : Gangguan
pertukaran gas

Pelepasan

Respon

mediator kimia

tubuh

seperti histamin,

menurun

bradikinin dan

Batuk
refleks

MK : Nyeri

muntah
Obstruk
si
Anoreksi
a
MK : Gangguan

2.6

Manifestasi Klinis
keseimbangan
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
nutrisi

khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya


dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang.

2.7 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan

kematian

karena

syok

hipovolemik

atau

karena

tersumbatnya jalan napas.

2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus


akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi
10 mm) terjadi 48 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara
berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;
ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru
luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /

10

fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis
luas).
2.9 Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya
adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat
dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6).
2.10 Pencegahan
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan
sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera
diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan
terjadi penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak
melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah

11

dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik
ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter
dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identifikasi Klien
1. Identifikasi klien
Nama

: An.E

Umur

: 7 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Batu benawa simpang empat

Tanggal MRS

: 02-01-2014

Tanggalpengkajian

: 03-01-2014

Diagnosa medis

: Tuberculosis Paru

2. Identitas Orang Tua


Nama Ayah

: Tn.P

Usia

: 45 tahun
12

3.1.2.

Agama

: Islam

Suku

: Banjar

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Batu benawa simpang

Nama Ibu

: Ny.S

Usia

: 35

Agama

: Islam

Suku

: Bugis

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Batu benawa simpang empat

Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Saat MRS

: Ibu klien mengatakan anaknya

batuk terus menerus.


2. Keluhan Saat Pengkajian

: Klien mengalami, batuk, sesak dan

anoreksia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu klien mengtakan anaknya batuk
selama 1 minggu. Batuk terjadi secara terus menerus disertai
sekret, sehingga anaknya kelelahan. Batuk pasien akan bertambah
parah pada malam hari. Karena khawatir dengan keadaan anaknya,
ibu pasien membawa pasien ke RSUD Tanah Bumbu.
3.1.3. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan termasuk kecelakaan lahir/persalinan, bila pernah
(jenis dan waktu) : Tidak ada
b. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada
c. Penyakit kronis/akut:Klien sering menderita batuk-batuk sejak
usia 6 tahun kemudian di beri obat dan sembuh.
d. Terakhir kali MRS : Tidak ada
2. Imunisasi
13

a.
b.
c.
d.
e.
3.1.4.

Klien telah mendapat imunisasi yang tidak lengkap


BCG
: Campak : 1kali
DPT
: 3 kali
Polio
: 4 kali
Hepatitis : 3 kali

Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Penyakit yang di derita kelurga : Ibu mengungkapakan bahwa
sepupu klien menderita TBC sudah 2 bulan dan sudah mulai di
obati.
2. Lingkungan rumah dan komunitas : Ibu klien mengatakan bahwa
klien dan kelurganya tinggal yang tidak padat penduduknya.
Rumah klien tepat didalam gang kecil.
3. Prilaku yangmempengaruhi kesehatan : ibu klien mengatakan
anaknya hanya mau makan telur dan ayam tapi tidak mau makan
sayur.
4. Presepsi kelurga terhadap penyakit : Kelurga klien sangat
khawatir dengan kondisi yang di derita anaknya.

3.1.5.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Klien lahir dengan berat badan dan lahir 3000 gram, lahir

langsung dan menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu sering
periksa ke dokter maupun bidan praktek. Klien juga di beri ASI selam
1 tahun dan din berikan susu formula samapai sekarang.
3.1.6.

Pola Akitivitas dan Istrahat


Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak

(nafas pendek), demam, menggigil.


Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.

3.1.7.

Pola Nutri-Metabolik
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat

badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan
lemak sub kutan.

14

3.1.8.

Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak
simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural).

3.1.9.

Rasa nyaman dan nyeri


Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.

3.1.10. Integritas ego


Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak

berdaya/tak ada harapan.


Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.

3.1.11. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
3.1.12. Interaksi sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.

3.1.13. Pemeriksaan fisik


1 KeadaanUmum
Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compos mentis,
anak tampak batuk-batuk dan tampak sesak.
a. Kesadaran
: Compos mentis
15

b. GCS
: 4-5-6
c. BB SMRS
: 30 Kg
d. BB MRS: 29 Kg
e. TB
: 110 cm
Tanda-tanda vital
a TD :110/70 mmHg
b HR : 85 x/menit
c RR : 37 x/menit
d Suhu tubuh : 37,8C
Integumen
a. Inspeksi : Kulit sianosis, lesi (-), edema (-), diaphoresis (-),
inflamasi (-), kuku sianosis.
b. Palpasi : Akral kering, tekstur kasar, turgor >2 detik, nyeri

tekan (-), tekstur kuku halus, capillary refill time > 2 detik.
Kepala
a. Inspeksi : Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala
sesuai, rambut lurus, tersebar merata dan terpotong pendek.
b. Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan deformitas,

nyeri tekan tidak ada, kulit kepala lembab.


Mata
a. Inspeksi : Posisisi metris, alis sejajar, daerah orbita normal,
kelopak mata normal, bulu mata normal, konjungtiva anemis
-/-, ikterik -/-, perdarahan -/-, iris simetris, warna hitam, reflex
pupil (+), akomodasi normal ki/ka.
b. Palpasi : edema (-), nyeri (-).

Telinga
a. Inspeksi : posisi sejajar, proporsional, simetris, otorea (-),
kemerahan (-), battle sign (-), serumen (-), tidak kotor.
b. Palpasi :tekstur lembut, nyeri tekan (-), pembengkakan (-).
Hidung
a. Inspeksi : ukuran proporsional, secret (+), bulu hidung normal,
rhinorea (-), perdarahan (-), lesi (-), pernapasan cuping hidung

(-).
b. Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-).
Bibir, mulut dan faring
a. Inspeksi :warna sianosis, lesi (-), mukosa bibir kering, gigi
utuh bersih, pendarahan gusi (-), lidah bersih, tidak bau mulut,

faring kemerahan.
Leher

16

a. Inspeksi : M. Sternokleidomastoideus simetris, kontraksi (-),


deviasitrakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran limfe (-),
pembesaran vena jugularis (-), eritema (-).
b. Palpasi : posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid (-),
nyeri tekan (-), pembesaran limfe (-).
10 Thoraks
a. Inspeksi : bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding
dada tidak simetris, retraksi otot bantu pernafasan berat, bentuk
mamae simetris, ukuran sama, putting menonjol, kulit halus,
RR 37 x/menit, rasio inspirasi:ekspirasi 1:2.
b. Palpasi : massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-),
ictus cordis teraba di midclavikula sinistra 4-5 ICS,
pembengkakan (-), emfisema sub kutis (-), fremitus lemah
dekstra sinistra.
c. Perkusi : Pekak, batas jantungkiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL kiri,
batas kanan ICS 2 SL kanan dan ICS 5 MCL kanan,
pembesaran jantung (-), pekak.
d. Auskultasi : Bunyi ronki kasar pada apek paru ki/ka.
Ronki (+)
+
-

+
-

Vokal fremitus lemah ki/ka.


11 Abdomen
a. Inspeksi :Bentukrata, penegangan abdomen (-), caput medusa
(-), kulit pruritus, massa (-).
b. Palpasi : Massa (-), hepartidakteraba, lien tidakteraba,
fesestidakteraba,

VU

tidakteraba,

nyeritekan

(-)

padasemuaregio.
-

c. Perkusi : Timpani.
d. Auskultasi : Bisingusus 3 x/menit.
12 Inguinal-Genitalia-Anus

17

Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh


limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, warna feses kuning lembek,
urine kuning bening.
13 Ekstremitas
a. Inspeksi : garisan atomi lurus, persendian normal, eritema (-).
b. Palpasi : kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
deformitas (-).
c. Pergerakan normal, kekuatan otot5/5.
5

5
5

14 Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
15 ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +, babinski : +
3.2. Pemeriksaan Penunjang
Labotorium
No
.
1.

Jenis Pemeriksaan

Kategori normal

Hasil pemeriksaan

3,5-5,0 g/dl
10-30 mg/dl
20-30 mEq/L
135-145 mEq/L
4,5-6,0 juta/mm3
13,5-18,0 g/dl
5000-10000/mm3
Negatif

3,0 g/dl
7 mg/dl
60 mEq/L
130 mEq/L
4,7 juta/mm3
13 g/dl
12000/mm3
Positif

Pemeriksaan darah :
Albumin
BUN
Karbon dioksida
Natrium
Eritrosit
Hb
Leukosit
Tes Kulit :
Mantoux

3.3. Analisa Data


Nama klien : An. EP
18

Umur
Ruang
No.
1.

: 7 tahun
: Anak

Tanggal
04-01-

Analisa Data
Data Subjektif :

Problem
Ketidakefektifan

Etiologi
Respon imun

2014

Ibu klien mengatakan

bersihan jalan

menurun

anaknya batuk terus-

nafas.

menerus selama 1

Pembentuka

minggu

n sputum

Data Objektif :

dan sekret

TTV :
-

TD 110/70 mmHg
HR 85x/menit
RR 37x/menit
Suhu 37,8 0C

Penumpukan
secret

Keadaan umum :

2.

- Sesak (+)
- Batuk (+), sekret (+).
Data Subjektif : (-)
Data Objektif :

Gangguan

Sesak napas

pertukaran gas

- Takipnea (+)
- RR : 37 x/menit
- Ronki (+)
+
-

Sianosis

Hipoksia

+
-

- Membran mukosa dan


kuku sianosis
- Fremitus lemah ki/ka
- Karbon dioksida darah
3.

: 60 mEq/L
Data Subjektif :

Gangguan

Repon tubuh

Ibu klien mengatakan

keseimbangan

menurun

anaknya tidak mau

nutrisi kurang

makan

dari kebutuhan

Batuk refleks

tubuh

muntah

Data Objektif :

19

Turgor kulit > 2 detik


BB menurun
Mukosa bibir kering
Bising usus 3 x/menit
Anoreksia (+)
Hasil Lab :
BUN : 7 mg/dl
Albumin : 3 g/dl

Anoreksia

3.4. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.

20

3.5. Asuhan Keperawatan


3.6. N 3.7. Diagnosa
o

Keperawat

.
3.13. 3.14.
1.

3.8. Tujuan

an
Bersiha 3.15.

jalan

Setelah

3.9. Intervensi
1. Kaji

ulang

3.10.

Rasional

3.11.

Implementasi

fungsi1. Penurunan bunyi napas1. Mengkaji

3.12.

Evaluasi

ulang fungsi

3.18.

S:O : sesak

diberikan

pernapasan: bunyi napas,

indikasi atelektasis, ronki

pernapasan: bunyi napas,

3.19.

napas tidak

tindakan

kecepatan,

irama,

indikasi

kecepatan,

irama,

berkurang, rr : 30

efektif

keperawatan

kedalaman

dan

kedalaman

dan

x/menit, produksi

berhubung

kebersihan

an dengan

jalan

penumpuka

efektif,

n sekret.

dengan

membersihkan jalan napas penggunaan otot aksesori.


2. Mencatat
kemampuan
sehingga otot aksesori
untuk
mengeluarkan
digunakan
dan
kerja
batuk
efektif,
catat
secret atau batuk efektif,
pernapasan meningkat.
karakter, jumlah sputum,2. Pengeluaran sulit bila catat karakter, jumlah

secret/ketidakmampuan

penggunaan otot aksesori.


2. Catat kemampuan untuk
napas
mengeluarkan secret atau

criteria hasil:

akumulasi

adanya hemoptisis.
Mempertah3. Berikan pasien posisi semi
ankan
jalan atau
Fowler,
napas pasien.
Bantu/ajarkan
batuk

sekret

tebal,

sputum

sputum,

adanya

berdarah akibat kerusakan hemoptisis.


3. Memberikan pasien posisi
paru atau luka bronchial
semi
atau
Fowler,
yang
memerlukan
Mengeluar efektif dan latihan napas
Bantu/ajarkan
batuk
evaluasi/intervensi lanjut
kan sekret tanpa dalam
3. Meningkatkan
ekspansi efektif dan latihan napas
4.
Bersihkan
sekret
dari
bantuan.
paru, ventilasi maksimal dalam.

sekret berkurang
3.20.

A:

masalah teratasi
sebagian
3.21.

P:

intervensi
dilanjutkan

21

Menunjukk
an

prilaku

bila perlu.
3.16.

membuka area atelektasis4. Membersihkan sekret dari


dan peningkatan gerakan

bila perlu.
Mempertahankan

pengobatan

bronkodilator,

obat:

sesuai kondisi.

kortikosteroid

Mengidenti

indikasi.

secret

komplikasi dan

cairan

minimal

ml/hari

intake
2500
kecuali

kontraindikasi.
Melembabkan
udara/oksigen inspirasi.
Kolaborasi: memberikan
agen

mukolitik,

bronkodilator,
kortikosteroid

sesuai

indikasi.

sekret,

lingkaran ukuran lumen

tindakan tepat.

trakeabronkial,
jika

Setelah

mudah

sesuai dikeluarkan.
6. Mencegah
pengeringan

kekentalan

melakukan

Ganggu 3.24.

sehingga

membran mukosa.
7. Kolaborasi : Menurunkan

fikasi potensial

3.22. 3.23.

mulut dan trakea, suction

sekret
agar
mudah
3.17.
5.
memperbaiki 5. Pertahankan intake cairan dikeluarkan.
4. Mencegah
bersihan jalan minimal 2500 ml/hari
obstruksi/aspirasi. Suction
kecuali kontraindikasi.
napas.
6. Lembabkan udara/oksigen dilakukan bila pasien
Berpartisip
6.
inspirasi.
tidak
mampu
asi
dalam7. Kolaborasi: berikan obat:
mengeluarkan sekret.
7.
program
agen
mukolitik,5. Membantu mengencerkan
untuk

mulut dan trakea, suction

1. Kaji

dispnea,

terjadi

berguna
hipoksemia

pada kavitas yang luas.


takipnea,1.
Tuberkulosis
paru1.

Mengkaji

dispnea,

3.31.
22

S:-

2.

an

diberikan

bunyi

pertukaran

tindakan

abnormal.

gas

keperawatan

upaya

respirasi,

dalam

berhubung

pertukaran

keterbatasan

ekspansi

berasal

an dengan

gas

kerusakan

dengan

Peningkatan

efektif, dada dan kelemahan.


2. Evaluasi
perubahan-

dapat

rnenyebabkan

meluasnya

jangkauan

paru-pani

bronkopneumonia

yang

takipnea,

bunyi

pernapasan

abnormal.

Peningkatan

upaya

3.32.

kemerahan, suara

dari

respirasi,

keterbatasan

ronki berkurang

yang

ekspansi

dada

3.33.

dan

A:

meluas menjadi inflamasi, kelemahan.


masalah teratasi
2. Mengevaluasi
kriteria hasil:
nekrosis, pleural effusion
sebagian
tanda-tanda sianosis dan
perubahan-tingkat
dan meluasnya fibrosis
3.34. P :intervensi
Melaporka
perubahan warna kulit,
kesadaran, catat tandadengan
gejala-gejala
dilanjutkan
n tidak terjadi
membran mukosa, dan
tanda
sianosis
dan
respirasi distress.
dispnea.
warna kuku.
2.
Akumulasi
secret perubahan warna kulit,
Menunjukk3. Demonstrasikan/anjurkan
dapat
menggangp membran mukosa, dan
an
perbaikan untuk mengeluarkan napas
oksigenasi di organ vital warna kuku.
ventilasi
dan dengan bibir disiutkan,
3. Mendemonstrasikan/
dan jaringan.
oksigenasi
terutama pada pasien3.
Meningkatnya
anjurkan
untuk
jaringan
dengan
fibrosis
atau resistensi aliran udara mengeluarkan
napas
adekuat dengan kerusakan parenkim.
GDA
dalam4. Anjurkan untuk bedrest,
rentang normal.

O : kulit

tampak

tingkat kesadaran, catat

membran
alveolar

pernapasan

Bebas dari

untuk

mencegah

kolapsnya jalan napas.


batasi dan bantu aktivitas4.
Mengurangi
sesuai kebutuhan.

konsumsi oksigen pada

dengan bibir disiutkan,


terutama
dengan

pada

pasien

fibrosis

atau

kerusakan parenkim.
23

gejala

distress5. Monitor GDA.


periode respirasi.
4. Menganjurkan
untuk
6. Kolaborasi:
berikan5.
Menurunnya saturasi
pernapasan.
bedrest, batasi dan bantu
oksigen sesuai indikasi.
oksigen
(PaO2)
atau
aktivitas
sesuai
3.25.
meningkatnya
PaC02
kebutuhan.
3.26.
menunjukkan
perlunya5. Memonitor GDA.
6. Kolaborasi: memberikan
3.27.
penanganan yang lebih.
oksigen sesuai indikasi.
adekuat atau perubahan
3.28.
terapi.
6.
Kolaborasi
:3.29.
Membantu

mengoreksi3.30.

hipoksemia yang terjadi


sekunder

hipoventilasi

dan penurunan permukaan


3.35. 3.36.
3.

Ganggu 3.37.

Setelah

alveolar paru.
1. Catat status nutrisi pasien:1. Berguna

an

diberikan

turgor kulit, timbang berat

mendefinisikan

keseimban

tindakan

badan, integritas mukosa

masalah

gan nutrisi

keperawatan

mulut,

kurang dari

diharapkan

kebutuhan

kebutuhan

dan

dalam1. Mencatat

status

nutrisi

derajat

pasien:

turgor

kulit,

timbang

berat

badan,

intervensi

kemampuan yang tepat.


2. Membantu
intervensi
menelan, adanya bising
kebutuhan yang spesifik,
usus,
riwayat

3.38.

S : ibu

mengatakan
anaknya sudah

integritas mukosa mulut,

mau makan

kemampuan

3.39.

adanya

bising

menelan,
usus,

O : BB

naik, anoreksia (-)

24

tubuh

nutrisi

berhubung

adekuat,

an dengan

dengan

anoreksia.

mual/rnuntah atau diare.


2. Kaji ulang pola diet

pasien.
pasien yang disukai/tidak3. Mengukur

disukai.
3. Monitor intake dan output4.
Menunjukk secara periodik.
an berat badan4. Catat adanya anoreksia,
kriteria hasil:

riwayat mual/rnuntah atau

nutrisi dan cairan.


Dapat menentukan jenis

pasien yang disukai/tidak

disukai.
diet dan mengidentifikasi3. Memonitor

intake

dan

tujuan dengan
nilai

medikasi.Awasi frekuensi,

energi khusus saat demam

hubungannya

laboratoriurn

volume,

terjadi

medikasi.Awasi frekuensi,

mencapai

konsistensi

peningkatan

Buang Air Besar (BAB).


metabolik.
Anjurkan bedrest.
6. Mengurangi rasa tidak
Lakukan perawatan mulut
enak dari sputum atau5.
sebelum dan sesudah
6.
obat-obat yang digunakan
Melakukan tindakan pernapasan.
yang dapat merangsang
perubahan 7. Anjurkan makan sedikit
muntah.
sering
dengan
pola
hidup dan
7. Memaksimalkan
intake
makanan tinggi protein
7.
untuk
nutrisi dan menurunkan
meningkatkan dan karbohidrat.
iritasi gaster.
normal

dan
5.
bebas
tanda6.
malnutrisi.

3.40.

diare.
keefektifan2. Mengkaji ulang pola diet

pemecahan masalah untuk output secara periodik.


mual,
muntah,
dan
4. Mencatat
adanya
meningkatkan
intake
tetapkan
jika
ada
anoreksia, mual, muntah,
nutrisi.
hubungannya
dengan5. Membantu
menghemat dan tetapkan jika ada

meningkat

meningkatkan intake diet

volume,

masalah teratasi
sebagian
3.41.

P : intervensi

dilanjutkan

dengan
konsistensi

Buang Air Besar (BAB).


Menganjurkan bedrest.
Melakukan
perawatan
mulut

sebelum

sesudah
pernapasan.
Menganjurkan

A:

dan

tindakan
makan

sedikit dan sering dengan

25

dan

8. Kolaborasi: rujuk ke ahli8. Kolaborasi : memberikan

mempertahank

gizi

untuk

makanan tinggi protein

menentukan

bantuan dalarn perencaaan dan karbohidrat.


8. Kolaborasi: merujuk ke
an berat badan komposisi diet.
diet
dengan
nutrisi
9. Awasi
pemeriksaan
ahli
gizi
untuk
yang tepat.
adekuat unruk kebutuhan
laboratorium.
(BUN,
menentukan
komposisi
metabolik dan diet.
protein
serum,
dan9. Nilai rendah menunjukkan diet.
9. Mengawasi pemeriksaan
albumin).
malnutrisi dan perubahan
laboratorium.
(BUN,
program terapi.
protein
serum,
dan
albumin).
3.42.

26

3.43. BAB IV
3.44. PENUTUP
4.1.
4.2. Kesimpulan
4.3. Tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim
paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama
meningen, tulang, dan nodus limfe.
4.4. TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut : ketika
seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet
nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka
orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis.
4.5. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
1. Imunisasi BCG pada anak balita
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati
sampai tuntas
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak
melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan
dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi
udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta

tidak

meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan


tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan
untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
4.6.
4.7. Saran
4.8. Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan
tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru.

27

4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
4.16.
4.17.
4.18.
4.19.
4.20.
4.21.
4.22.
4.23.
4.24.
4.25.
4.26.
4.27.
4.28.
4.29.
4.30.
4.31.
4.32.
4.33.
4.34.
4.35.

4.36. DAFTAR PUSTAKA


4.37.
4.38.

Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV.

Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.


28

4.39.

Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jakarta: UI


4.40.

Price, Sylvia A dan Mary P. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit . Edisi 6. Jakarta. Buku Kedokteran ECG


4.41.

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika


4.42.

29

Anda mungkin juga menyukai