MAKALAH
Oleh :
ATEP SETYA T AFANDI
mit_afandi@yahoo.com, Bandung Indonesia
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
D. Sistematika Penulisan........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Rekomendasi......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang menjadi perhatian dunia
adalah masalah anak jalanan. Laporan Dunia tentang Situasi Anak, menyebutkan bahwa
terdapat 30 Juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan. Sedang di Asia, saat
ini paling tidak terdapat sekitar 20 juta anak jalanan. Jumlah tersebut diramalkan akan
meningkat dua kali lipat pada 30 tahun mendatang (Childhope,1991 dalam Tauran, 2008).
Selain jumlah anak jalanan yang terus bertambah, hal yang paling esensial yang perlu
diperhatikan adalah kondisi mereka yang harus dipaksa bekerja keras, hingga kasar dan
eksploitatif (de Beritez, 1996).
Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara dengan jumlah anak jalanan yang
tinggi (UNICEF’s State of the World’s Children (SWOC), 2007). Berdasarkan data dari
Yayasan Anak Indonesia (1994), jumlah anak jalanan yang ada semakin bertambah baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar anak
jalanan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Namun, hal ini tidak memberikan sebuah
kesimpulan yang tegas bahwa kemiskinan memberikan sumbangan yang paling utama
dalam masalah pertambahan anak jalanan ini. selain itu, ditemukan bahwa terdapat faktor-
faktor intermediet yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya harmoni keluarga, daya
dukung keluarga, kemampunan pengasuhan serta langkanya daya dukung keluarga (familiy
support) terhadap anak dalam keluarga (Tauran, 2008). Hal ini diperparah dengan kurang
mengenanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penuntasan masalah ini, seperti
didapat dari hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak,
menunjukkan ternyata hanya 10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan
baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat
(Publikasi YKAI,1994 dalam Tauran, 2008).
Masalah yang sangat besar lebih bersifat implisit dan akan berdampak jangka
panjang pada sebuah bangsa (komunitas) yang mempunyai permasalahan dengan anak
jalanan. Kehidupan anak jalanan yang lebih banyak di jalan akan menghilangkan beberapa
kesempatan untuk membentuk hubungan emosional untuk saling menjaga atau
kemampuan untuk bersosialisasi, pendidikan atau kecakapan kerja yang diperlukan dalam
komunitas kerja, kehidupan produktif serta kehidupan yang bermakna. Diantara anak-anak
muda tersebut, secara kronis, sebagian besar menjalani kehidupan yang merugikan yang
sangat sulit untuk diperbaiki, bertahan dalam kondisi fisikal dan emosional yang sangat
menyedihkan dalam status masyarakat pinggiran (de Benitez, 1996). Kondisi fisik dan
psikis anak jalanan yang sangat menyedihkan seperti diatas, ternyata diperparah dengan
buruknya berbagai perlakuan masyarakat di lingkungannya. Banyaknya kasus HIV/AIDS
yang ditemukan merupakan sebuah indikasi masalah tindak prostitusional yang dilakukan
terhadap banyak anak jalanan, khususnya anak perempuan. Berbagai kondisi yang
menyedihkan ini, merupakan `bom waktu` bagi bangsa Indonesia, dimana kehancuran
generasi muda sudah terjadi secara luas.
Dalam upaya pemecahan masalah anak janalan ini, diperlukan sebuah langkah yang
cepat dan tepat. Hal ini mengingat, masalah anak jalanan merupakan masalah yang pelik
dan sulit untuk dicari permasalahan yang sesungguhnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah
yang dibuat seharusnya tidak hanya mencakup pada upaya rehabilitatif, tapi juga harus
mencakup usaha preventif dan mencakup pengembangan kedepan (Tauran, 2008). Selain
itu, pemerintah memerlukan sebuah usaha `perangkulan` terhadap pihak-pihak lain yang
bisa diajak untuk membantu meringankan serta memecahkan masalah ini. Hal ini
dikarenakan, masalah anak jalanan merupakan masalah kompleks yang melibatkan banyak
pihak. Salah satu pihak yang cukup potensial, adalah kaum akademisi (civitas akademika),
khususnya mahasiswa.
Mahasiswa di perguruan tinggi merupakan bagian dari civitas akademika yang
masih mempunyai peluang berkarya yang sangat luas. Secara psikologis, mahasiswa
dinggap sudah memiliki kedewasaan dalam berpikir maupun bertindak. Selain itu, jika
dilihat dari segi intelektualnya, mahasiswa sudah memiliki taraf aplikatif yang tinggi dari
semua pemahaman teori yang dipelajari. Selain itu, sebagian besar organisasi-organisasi
kemahasiswaan yang ada di seluruh perguruan tinggi di Indonesia sudah cukup mapan
dalam melakukan atau merancang sebuah kegiatan yang bersifat eksternal (melibatkan
pihak luar). Salah satu jenis program yang sering banyak dilakukan oleh organisasi
kemahasiswaan di Indonesia adalah, Pengabdian pada Masyarakat (PPM). Program ini
mengkin memiliki kekhasan tersendiri di berbagai kampus di berbagai daerah, baik dilihat
dari segi nama, sasaran atau tema kegiatan yang diambilnya. Namun ada kesamaan dari
semua program PPM ini, yaitu, usaha untuk memberikan dampak positif (manfaat) bagi
masyarakat.
Melihat berbagai permasalahan anak jalanan yang dialami oleh Indonesia, serta
berbagai kesempatan yang dapat dilihat dari program kemahasiswaan, PPM, terbuka
peluang besar untuk mengarahkan, merapihkan gerak solutif masalah anak jalanan di
Indonesia melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang mempunyai keidentikan dengan
program tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan
B.Peluang dan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
PEMBAHASAN
B. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan
Kegiatan Pengabdian pada masyarakat merupakan salah satu bagian kegiatan yang
dilakukan oleh banyak perguruan tinggi di Indonesia. Dalam konteks teknisnya, program
ini mungkin memiliki berbagai nama, tema, serta sasaran yang dituju. Hal ini bergantung
pada kondisi serta kultur yang berkembang dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di
suatu perguruan tinggi.
Berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa (termasuk kegiatan PPM yang
disebutkan sebelumnya), merupakan sebuah bentuk realisasi idealisme dari mahasiswa.
Hal ini merupakan sebuah fondasi awal yang baik, dimana keberadaan sebuah kegiatan
merupakan sebuah hal yang dbutuhkan untuk eksistensi serta pemenuhan hasrat,
pemenuhan ide (keinginan) dari mahasiswa. Selain potensi keunggulan dari basis konsep
munculnya kegiatan ini, kegiatan kemahasiswaan mempunyai chance yang sangat besar
untuk mendapatkan kesempatan bantuan, dukungan dari masyarakat, minimalnya dari
komunitas alumni perguruan tinggi terkait, baik itu dari segi materiil ataupun dukungan
secara moriil. Hal ini kan memberikan kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai rencana
yang dibuat.
Hal yang lain yang dapat dilihat sebagai potensi kegiatan Pengabdian pada
Masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa adalah, tingkat kreatifitas serta taraf aplikatif
dari berbagai teori yang sudah cukup tinggi dari mahasiswa iu sendiri. Poin ini mempunyai
titik tekan pada pemilihan bentuk, sasaran tema yang bisa diambil oleh mahasiswa dalam
kegiatan berbasis PPM ini. Melihat berbagai potensi besar yang dimili oleh kegiatan PPM
diatas, hal iini akan menjadi sebuah hal yang sangat baik dimana dibangun sebuah
kesinergisan dari berbagai poin unggulan kegiatan ini kearah pemecahan masalah nasional-
Anak jalanan. Anak jalanan merupakan permasalahan yang bisa disebut sebagai
permasalahan yang hampir kosmopolitan‒hampir bisa ditemukan dimana saja.
Secara global, hal ini bisa dilihat dari data Consortium for Street Children’s (CSC)
(2007) tentang beberapa negara dengan jumlah anak jalanan yang tinggi dan dibandingkan
dengan Indeks Perkembangan Manusia (IPM) dari negara-negara tersebut (UNDP, 2006)
memperlihatkan bahwa masalah anak jalanan bisa ditemukan di semua negara, baik itu
negara yang tergolong negara berindeks perkembangan manusia yang tinggi, menengah,
atau pun rendah. (8 (13%) dari 63 negara digolongkan sebagai negara dengan Indeks
Perkembangan Manusia (IPM) yang tinggi, 41 (49%) of 83 negara digolongkan dengan
IPM menengah dan 20 dari 31 (65%) digolongkan ber-IPM rendah).
Jika dilihat dari segi regional maupun lebih lokal, maka akan didapatkan bahwa
kasus anak-anak jalanan akan sangat banyak ditemukan di beragai tempat di daerah kota-
kota besar (seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogjakarta, Surabaya dll.). Kondisi ini bisa
dijadikan sebuah lahan yang sanga luas, khususnya untuk mendapatkan sasaran kegiatan
PPM yang berorientasi Anak Jalanan. Selain itu lahan yang cukup luas, jarak antara pusat
aktifitas (kampus) dari mahasiswa dengan daerah-daerah yang banyak ditemukan masalah
anak jalanan sangat dekat. Hal ini akan memudahkan dalam akses pelaksanaan PPM
tersebut.
Dari berbagai potensi kesinergisan antara PPM dan masalah anak jalanan diatas,
pemerintah dalam hal ini sebagai bagian pengambil kebikjakan, memerlukan usaha yang
cermat dalam mendayagunakan berbagai potensi tersebut, ditambah dengan keberadaan
masyarakat umum, NGO (Non-Government Organization) menjadi sebuah sistem yang
berjalan sinergis untuk memecahkan masalah anak-anak jalanan tersebut.
Dalam Pelaksanaan program ini, dipastikan terdapat berbagai hambatan yang akan ada
diantaranya, adanya birokrasi yang rumit dari pemerintahan, masyarakat yang cenderung
apatis, mahasiswa yang kurang bisa melakukan kegiatan secara kontinyu serta adanya
individualisasi dari NGO yang ada. Namun dengan pemahaman yang benar serta keinginan
yang sama dari seluruh komponen, hal ini dapat diminimalisasi.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2003) Street Children-What Are Street Chilren? [online]. Tersedia : http:// mexico-child-link.org//
[04 November 2008]
Anonim (2008). Street Children [online]. Tersedia : http://www.wikipedia.org// [04 November 2008]
Anonim (2008). Chilren Right`s: Street Children [online]. Tersedia : http://www.hrw.org// [04 November
2008]
De Benitez, Sarah Thomas (2000) Eksploitation of Children-A Worldwide Outrange. Laporan Statistik
Dunia: Casa Alianza
De Benitez, Sarah Thomas (1996) What Works in Street Children Programming:The JUCONI Model.
Maryland: International Youth Foundation
De Benitez, Sarah Thomas (2007) State of the World’s Street Children: Violence. London : Consortium for
Street Children
De Moura, Sergio Louiz (2002) The Social Construction of Street Children: Configuration and Implications.
British Journal of Social Work, volume 32: 353-367
Tauran (2008) Studi Profil Anak Jalanan Sebagai Upaya Perumusan Model Kebijakan Penanggulangannya
(Suatu Studi terhadap Profil Anak Jalanan di Terminal Bus Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara).
Skripsi : Universitas Brawijaya