Anda di halaman 1dari 15

Pendayagunaan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Di Perguruan Tinggi Untuk

Mendukung Program Pembinaan Anak Jalanan Di Indonesia

MAKALAH

Oleh :
ATEP SETYA T AFANDI
mit_afandi@yahoo.com, Bandung Indonesia

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2008
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
D. Sistematika Penulisan........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5

A. Urgensi Pembinaan anak Jalanan ........................................................ 5


B. Potensi kegiatan Pengabdian pada Masyarakat sebagai Wahana
Pembinaan anak Jalanan....................................................................... 6

C. Usaha Menciptakan Sebuah Sistem Sinergis dalam Upaya


Pemecahan Masalah Anak Jalanan di Indonesia.................................. 8

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 11

A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Rekomendasi......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang menjadi perhatian dunia
adalah masalah anak jalanan. Laporan Dunia tentang Situasi Anak, menyebutkan bahwa
terdapat 30 Juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan. Sedang di Asia, saat
ini paling tidak terdapat sekitar 20 juta anak jalanan. Jumlah tersebut diramalkan akan
meningkat dua kali lipat pada 30 tahun mendatang (Childhope,1991 dalam Tauran, 2008).
Selain jumlah anak jalanan yang terus bertambah, hal yang paling esensial yang perlu
diperhatikan adalah kondisi mereka yang harus dipaksa bekerja keras, hingga kasar dan
eksploitatif (de Beritez, 1996).
Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara dengan jumlah anak jalanan yang
tinggi (UNICEF’s State of the World’s Children (SWOC), 2007). Berdasarkan data dari
Yayasan Anak Indonesia (1994), jumlah anak jalanan yang ada semakin bertambah baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar anak
jalanan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Namun, hal ini tidak memberikan sebuah
kesimpulan yang tegas bahwa kemiskinan memberikan sumbangan yang paling utama
dalam masalah pertambahan anak jalanan ini. selain itu, ditemukan bahwa terdapat faktor-
faktor intermediet yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya harmoni keluarga, daya
dukung keluarga, kemampunan pengasuhan serta langkanya daya dukung keluarga (familiy
support) terhadap anak dalam keluarga (Tauran, 2008). Hal ini diperparah dengan kurang
mengenanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penuntasan masalah ini, seperti
didapat dari hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak,
menunjukkan ternyata hanya 10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan
baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat
(Publikasi YKAI,1994 dalam Tauran, 2008).
Masalah yang sangat besar lebih bersifat implisit dan akan berdampak jangka
panjang pada sebuah bangsa (komunitas) yang mempunyai permasalahan dengan anak
jalanan. Kehidupan anak jalanan yang lebih banyak di jalan akan menghilangkan beberapa
kesempatan untuk membentuk hubungan emosional untuk saling menjaga atau
kemampuan untuk bersosialisasi, pendidikan atau kecakapan kerja yang diperlukan dalam
komunitas kerja, kehidupan produktif serta kehidupan yang bermakna. Diantara anak-anak
muda tersebut, secara kronis, sebagian besar menjalani kehidupan yang merugikan yang
sangat sulit untuk diperbaiki, bertahan dalam kondisi fisikal dan emosional yang sangat
menyedihkan dalam status masyarakat pinggiran (de Benitez, 1996). Kondisi fisik dan
psikis anak jalanan yang sangat menyedihkan seperti diatas, ternyata diperparah dengan
buruknya berbagai perlakuan masyarakat di lingkungannya. Banyaknya kasus HIV/AIDS
yang ditemukan merupakan sebuah indikasi masalah tindak prostitusional yang dilakukan
terhadap banyak anak jalanan, khususnya anak perempuan. Berbagai kondisi yang
menyedihkan ini, merupakan `bom waktu` bagi bangsa Indonesia, dimana kehancuran
generasi muda sudah terjadi secara luas.
Dalam upaya pemecahan masalah anak janalan ini, diperlukan sebuah langkah yang
cepat dan tepat. Hal ini mengingat, masalah anak jalanan merupakan masalah yang pelik
dan sulit untuk dicari permasalahan yang sesungguhnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah
yang dibuat seharusnya tidak hanya mencakup pada upaya rehabilitatif, tapi juga harus
mencakup usaha preventif dan mencakup pengembangan kedepan (Tauran, 2008). Selain
itu, pemerintah memerlukan sebuah usaha `perangkulan` terhadap pihak-pihak lain yang
bisa diajak untuk membantu meringankan serta memecahkan masalah ini. Hal ini
dikarenakan, masalah anak jalanan merupakan masalah kompleks yang melibatkan banyak
pihak. Salah satu pihak yang cukup potensial, adalah kaum akademisi (civitas akademika),
khususnya mahasiswa.
Mahasiswa di perguruan tinggi merupakan bagian dari civitas akademika yang
masih mempunyai peluang berkarya yang sangat luas. Secara psikologis, mahasiswa
dinggap sudah memiliki kedewasaan dalam berpikir maupun bertindak. Selain itu, jika
dilihat dari segi intelektualnya, mahasiswa sudah memiliki taraf aplikatif yang tinggi dari
semua pemahaman teori yang dipelajari. Selain itu, sebagian besar organisasi-organisasi
kemahasiswaan yang ada di seluruh perguruan tinggi di Indonesia sudah cukup mapan
dalam melakukan atau merancang sebuah kegiatan yang bersifat eksternal (melibatkan
pihak luar). Salah satu jenis program yang sering banyak dilakukan oleh organisasi
kemahasiswaan di Indonesia adalah, Pengabdian pada Masyarakat (PPM). Program ini
mengkin memiliki kekhasan tersendiri di berbagai kampus di berbagai daerah, baik dilihat
dari segi nama, sasaran atau tema kegiatan yang diambilnya. Namun ada kesamaan dari
semua program PPM ini, yaitu, usaha untuk memberikan dampak positif (manfaat) bagi
masyarakat.
Melihat berbagai permasalahan anak jalanan yang dialami oleh Indonesia, serta
berbagai kesempatan yang dapat dilihat dari program kemahasiswaan, PPM, terbuka
peluang besar untuk mengarahkan, merapihkan gerak solutif masalah anak jalanan di
Indonesia melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang mempunyai keidentikan dengan
program tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bgaimana membangun kesinergisan antara kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PPM)


dengan upaya pemecahan masalah nasional-Anak Jalanan?

C. Tujuan Penulisan

1. Membentuk sebuah paradigma yang baru kegiatan kemahasiswaan, Pengabdian pada


Masyarakat (PPM) yang berbasis pemecahan masalah sosial nasional.
2. Membangun sebuah sistem yang sinergis antara Pemerintah, Masyarakat umum,
Mahasiswa (Civitas Akademika), dan NGO (Non-Government Organization).

D. Sistematika Penulisan

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan
B.Peluang dan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
PEMBAHASAN
B. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan

Anak merupakan generasi penerus sebuah bangsa. Pada kesempatannya sebuah


generasi akan mendapatkan peran penting dalam penentuan nasib bersama sebuah bangsa.
Oleh karena itu, anak (generasi muda) sekarang, baik secara aktif maupun pasif akan
memmerikan sebuah dampak dalam proses penentuan nasib bangsa Indonesia kedepan.
Dalam kaitannya dengan urgensi pembinaan kepada anak jalanan terdapat beberapa
faktor yang mendukung argumen tersebut, antara lain :
1. Melindungi hak asasi anak. Dalam kaitannya dengan hak asasi untuk anak, anak jalanan
sangat rentan bahkan ada yang sudah dipastikan kehilangan hak asasi yang seharusnya
didapatkannya, misalkan pendidikan, keamanan, mendapatkan perlindungan dll.
Mengingat hal ini, usaha pembinaan merupakan sebuah langkah yang nyata dilakukan
sebagai usaha mewujudkan tegaknya hak asasi anak.
2. Melindungi generasi penerus. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya anak, baik itu
anak normal yang mendapatkan kesempatan yang layak dalam pendidikan dan
kehidupan keluarga, ataupun anak jalanan yang mendapatkan hal sebaliknya besar atau
kecil akan memberikan sebuah dampak terhadap kondisi bangsa yang akan datang.
Kondisi pengalaman yang dimiliki oleh setiap individu saat mesa anak-anak akan
memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan watak saat dewasanya. Watak-
watak keras, indisipliner, dan kurang bisa melakukan sosialisaasi dengan lingkungan
lingungan sekitrnya merupakan beberapa masalah yang dibentuk dari kehidupan anak
jalanan.
3. Mengurangi kekacauan tata ruang lingkungan. Keberadaan anak jalanan yang bebas di
jalan-jalan, selain merupakan sebuah masalah besar bagi perkembengan pribadinya
sediri, hal ini juga merupakan masalah bagi masyarakat disekitarnya. Penggunaan
fasilitas-fasilitas umum sebagai tempat tinggal atau beteduh sementara oleh anak-anak
jalanan, besar atau kecil memberikan dampak bagi masyarakat disekitarnya. Selain itu,
keberadaan mereka akan memberikan sebuah sesan ketidakteraturan tata sosial serta tata
ruang sebuah masyarakat.
4. Mengurangi tindak kriminalitas. Kondisi kahidupan yang begitu berat yang dialami oleh
anak jalanan, akan memberikan sebuah intervensi yang begitu besar untuk terus
berusaha bertahan hidup bagaimanapun caranya. Oleh karena itu, tindak-tindak
kriminalitas akan mempunyai peluang yang sangat besar untuk dalam kondisi ini oleh
anak-anak jalanan.
Melihat berbagai poin penting dalam langkah besar pebinaan anak jalanan, ada satu
hal yang perlu di oerhatikan oleh setiap orang bahwa, keberadaan mereka yang sudah ada
sebagai anak-anak jalanan bukan merupakan sebuah keinginan mereka. Hal ini merupakan
sebuah bentuk `keterpaksaan` seseorang untuk menjalani kehidupan pinggiran yang
menggambarkan ketidakterimaan sosial yang telah menempatkan anak jalanan diluar arus
utama kehidupan masyarakat (de Moura, 2002).

B. Potensi Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat sebagai Wahana Pembinaaan


Anak Jalanan

Kegiatan Pengabdian pada masyarakat merupakan salah satu bagian kegiatan yang
dilakukan oleh banyak perguruan tinggi di Indonesia. Dalam konteks teknisnya, program
ini mungkin memiliki berbagai nama, tema, serta sasaran yang dituju. Hal ini bergantung
pada kondisi serta kultur yang berkembang dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di
suatu perguruan tinggi.
Berbagai kegiatan yang dilakukan mahasiswa (termasuk kegiatan PPM yang
disebutkan sebelumnya), merupakan sebuah bentuk realisasi idealisme dari mahasiswa.
Hal ini merupakan sebuah fondasi awal yang baik, dimana keberadaan sebuah kegiatan
merupakan sebuah hal yang dbutuhkan untuk eksistensi serta pemenuhan hasrat,
pemenuhan ide (keinginan) dari mahasiswa. Selain potensi keunggulan dari basis konsep
munculnya kegiatan ini, kegiatan kemahasiswaan mempunyai chance yang sangat besar
untuk mendapatkan kesempatan bantuan, dukungan dari masyarakat, minimalnya dari
komunitas alumni perguruan tinggi terkait, baik itu dari segi materiil ataupun dukungan
secara moriil. Hal ini kan memberikan kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai rencana
yang dibuat.
Hal yang lain yang dapat dilihat sebagai potensi kegiatan Pengabdian pada
Masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa adalah, tingkat kreatifitas serta taraf aplikatif
dari berbagai teori yang sudah cukup tinggi dari mahasiswa iu sendiri. Poin ini mempunyai
titik tekan pada pemilihan bentuk, sasaran tema yang bisa diambil oleh mahasiswa dalam
kegiatan berbasis PPM ini. Melihat berbagai potensi besar yang dimili oleh kegiatan PPM
diatas, hal iini akan menjadi sebuah hal yang sangat baik dimana dibangun sebuah
kesinergisan dari berbagai poin unggulan kegiatan ini kearah pemecahan masalah nasional-
Anak jalanan. Anak jalanan merupakan permasalahan yang bisa disebut sebagai
permasalahan yang hampir kosmopolitan‒hampir bisa ditemukan dimana saja.
Secara global, hal ini bisa dilihat dari data Consortium for Street Children’s (CSC)
(2007) tentang beberapa negara dengan jumlah anak jalanan yang tinggi dan dibandingkan
dengan Indeks Perkembangan Manusia (IPM) dari negara-negara tersebut (UNDP, 2006)
memperlihatkan bahwa masalah anak jalanan bisa ditemukan di semua negara, baik itu
negara yang tergolong negara berindeks perkembangan manusia yang tinggi, menengah,
atau pun rendah. (8 (13%) dari 63 negara digolongkan sebagai negara dengan Indeks
Perkembangan Manusia (IPM) yang tinggi, 41 (49%) of 83 negara digolongkan dengan
IPM menengah dan 20 dari 31 (65%) digolongkan ber-IPM rendah).
Jika dilihat dari segi regional maupun lebih lokal, maka akan didapatkan bahwa
kasus anak-anak jalanan akan sangat banyak ditemukan di beragai tempat di daerah kota-
kota besar (seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogjakarta, Surabaya dll.). Kondisi ini bisa
dijadikan sebuah lahan yang sanga luas, khususnya untuk mendapatkan sasaran kegiatan
PPM yang berorientasi Anak Jalanan. Selain itu lahan yang cukup luas, jarak antara pusat
aktifitas (kampus) dari mahasiswa dengan daerah-daerah yang banyak ditemukan masalah
anak jalanan sangat dekat. Hal ini akan memudahkan dalam akses pelaksanaan PPM
tersebut.
Dari berbagai potensi kesinergisan antara PPM dan masalah anak jalanan diatas,
pemerintah dalam hal ini sebagai bagian pengambil kebikjakan, memerlukan usaha yang
cermat dalam mendayagunakan berbagai potensi tersebut, ditambah dengan keberadaan
masyarakat umum, NGO (Non-Government Organization) menjadi sebuah sistem yang
berjalan sinergis untuk memecahkan masalah anak-anak jalanan tersebut.

C. Usaha Menciptakan Sebuah Sistem Sinergis dalam Upaya Pemecahan Masalah


Anak Jalanan di Indonesia
Seperti yang telah dipaparkan diatas, usaha yang sinergis antara berbagai pihak akan
memberikan dampak yang lebih efektif dalam proses realisasi tujuan program pemecahan
anak jalanan ini. salah satu alternatif solusi yang diberikan adalam Program Adik Asuh.
Program Adik Asuh, merupakan sebuah program yang sebenarnya secara teknis maupun
konseptual telah dilaksanakan oleh beberapa perguruan tinggi, namun dalam tulisan ini,
akan diberikan gambaran tentang urgensitas, mengapa hal ini harus menjadi perhatian
semua pihak, khususnya mahasiswa di perguruan tinggi yang lainnya. Secara konseptual,
Program ini merupakan program pemberian dukungan kepada anak jalanan baik secara
moriil, spirituil dan materil dari mahasiswa yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan
berjangka panjang. Program ini merupakan sebuah alternatif perpanjangan tangan dari
pendidikan formal yang sulit sekali diterapkan kepada anak-anak jalanan. Selain itu,
program ini juga memberikan akomodasi yang memadai bagi anak-anak jalanan tersebut
untuk dapat mengikuti sebuah alur pembinaan yang terfasilitasi dengan berbagai
kemudahan dan kenyamanan.
Secara jangka Panjang, program ini mempunyai dua fase pelaksanaan, yaitu fase
pengubahan paradigma dan fase tindak lanjut. Fase pertama dan kedua mempunyai
keterkaitan yang sangat erat, dan harus dilaksanakan sesuai dengan urutan untuk
mendapatkan sebuah progres hasil yang baik.
1. Fase Pengubahan Paradigma. Fase ini melibatkan sebuah mentoring intents yang
dilakukan oleh mahasiswa terhadap adik asuh yang menjadi tanggung jawabnya secara
informal tanpa terikat waktu dan tempat. Mentoring ini meliputi pembentukan rasa
kekeluargaan serta pengubahan cara berpikir anak jalanan secara bertahap dan tanpa
melibatkan sebuah unsur paksaan. Dalam fase ini, diperlukan sebuah tahapan yang jelas
kepada mahasiswa,agar dalam proses yang berlangsung, kegiatan ini dapat berlangsung
dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Fase Tindak Lanjut. Fase ini merupakan tindak lanjut dari fase yang pertama. Setelah
mendapatkan hasil yang cukup baik dalam hal motivasi, mental, serta paradigma hidup
dari anak jalanan yang telah mendapatkan mentoring, maka langkah selanjutnya adalah
proses pemberian pendidikan keagamaan, pendidikan formal ataupun keterampilan
hidup yang akan berguna dalam kehidupan anak tersebut kedepannya. Pada fase ini bisa
dilakukan dalam sebuah tempat terpusat, artinya anak-anak jalanan yang ada
dilokasisasi dalam sebuah tempat asrama yang memberikan berbagai akomodasi
kemudahan dan kenyamanan.
Secara teknis, kegiatan ini akan melibatkan banyak orang, khususnya mahasiswa
sebagai ujung tombak (direct touch) terhadap sasaran program ini sendiri, Anak Jalanan.
Dalam pelaksanaannya, setiap mahasiswa akan mempunyai 1-3 orang adik asuh (anak
jalanan) yang menjadi tanggung jawabnya dalam hal pembinaan serta pengawasannya.
Dalam kaitannya dengan komponen lain, seperti Pemerintah, Masyarakat umum dan NGO,
hal ini dapat digambarkan seperti skema dibawah ini :
1. Mahasiswa, Peran langsung dalam pengawasan serta pembentukan awal kesan
terhadap kegiatan ini.
2. Pemerintah, memberikan akomodasi kebijakan yang dapat menyatukan serta
memberikan peluang pelaksanaan program untuk berjalan dengan baik. Pemerintah
juga memberikan dorongan kepada semua pihak baik dari masyarakat umum,
mahasiswa dan NGO.
3. Msyarakat umum, memberikan akomodasi,seperti tempat, pemberian kondisi yang
kondusif bagi anak jalanan serta pengawasan jalannya program. Dalam hal teknis
hal ini bisa melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat.
4. NGO, bekerja sama dengan masyarakat pada umumnya untuk membangun kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan program. Untuk kedepannya NGO ini diharapkan
dalat mengelola tempat lokalisasi anak-anak jalanan yang telah mendapatkan tahap
persiapan (fase pertama) untuk nantinyabeerja sama dengan pemerintah utnuk
memberikan berbagai pendidikan yang penting untuk diberikan kepada anak-anak
jalanan.
Secara singkat diagram alur serta deskripsi peran masing-masing komponen dalam
program ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar II.1
Diagram alur serta Deskripsi singkat peran masing-masing Komponen
dalam Program Adik Asuh

Dalam Pelaksanaan program ini, dipastikan terdapat berbagai hambatan yang akan ada
diantaranya, adanya birokrasi yang rumit dari pemerintahan, masyarakat yang cenderung
apatis, mahasiswa yang kurang bisa melakukan kegiatan secara kontinyu serta adanya
individualisasi dari NGO yang ada. Namun dengan pemahaman yang benar serta keinginan
yang sama dari seluruh komponen, hal ini dapat diminimalisasi.

BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan

Permasalahan anak jalanan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan


perhatian yang lebih serta tindakan yang cepat. melihat berbagai kesempatan (peluang)
yang dapat dilihat dari program kemahasiswaan, PPM, terbuka peluang besar untuk
mengarahkan, merapihkan gerak solutif masalah anak jalanan di Indonesia melalui
kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang mempunyai keidentikan dengan program tersebut.
Salah satu contoh kegiatan yang bisa dilaksakan adalah Program Adik Asuh.
Program ini merupakan sebuah alternatif perpanjangan tangan dari pendidikan formal
yang sulit sekali diterapkan kepada anak-anak jalanan. Selain itu, program ini juga
memberikan akomodasi yang memadai bagi anak-anak jalanan tersebut untuk dapat
mengikuti sebuah alur pembinaan yang terfasilitasi dengan berbagai kemudahan dan
kenyamanan. Secara jangka Panjang, program ini mempunyai dua fase pelaksanaan, yaitu
fase pengubahan paradigma dan fase tindak lanjut. Fase pertama dan kedua mempunyai
keterkaitan yang sangat erat, dan harus dilaksanakan sesuai dengan urutan untuk
mendapatkan sebuah progres hasil yang baik. Fase-fase tersebut dapat didekripsikan
seperti di bawah ini :
1. Fase Pengubahan Paradigma. Fase ini melibatkan sebuah mentoring intents yang
dilakukan oleh mahasiswa terhadap adik asuh yang menjadi tanggung jawabnya secara
informal tanpa terikat waktu dan tempat.
2. Fase Tindak Lanjut. Fase ini merupakan tindak lanjut dari fase yang pertama.
Setelah mendapatkan hasil yang cukup baik dalam hal motivasi, mental, serta
paradigma hidup dari anak jalanan yang telah mendapatkan mentoring, maka langkah
selanjutnya adalah proses pemberian pendidikan keagamaan, pendidikan formal
ataupun keterampilan hidup yang akan berguna dalam kehidupan anak tersebut
kedepannya.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program terdapat berbagai komponen yang
mendukung, seperti Pemerintah, Masyarakat umum dan NGO, peran dari masing-masing
komponen dapat dideskripsikan seperti dibawah ini :
5. Mahasiswa, Peran langsung dalam pengawasan serta pembentukan awal kesan
terhadap kegiatan ini.
6. Pemerintah, memberikan akomodasi kebijakan yang dapat menyatukan serta
memberikan peluang pelaksanaan program untuk berjalan dengan baik. Pemerintah
juga memberikan dorongan kepada semua pihak baik dari masyarakat umum,
mahasiswa dan NGO.
7. Msyarakat umum, memberikan akomodasi,seperti tempat, pemberian kondisi yang
kondusif bagi anak jalanan serta pengawasan jalannya program. Dalam hal teknis
hal ini bisa melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat.
8. NGO, bekerja sama dengan masyarakat pada umumnya untuk membangun kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan program. Untuk kedepannya NGO ini diharapkan
dalat mengelola tempat lokalisasi anak-anak jalanan yang telah mendapatkan tahap
persiapan (fase pertama) untuk nantinyabeerja sama dengan pemerintah utnuk
memberikan berbagai pendidikan yang penting untuk diberikan kepada anak-anak
jalanan.

D. Rekomendasi

Untuk meminimalisasi hambatan yang kungkin muncul dalam kegiatan ini


sebaiknya, diperlukan sebuah kerjasama antara seluruh komponen yang ada dan
memahami tugas serta tenggung jawabnya dalam tanggung jawab menyelamatkan anak
jalanan dari masa depan yang suram.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2003) Street Children-What Are Street Chilren? [online]. Tersedia : http:// mexico-child-link.org//
[04 November 2008]
Anonim (2008). Street Children [online]. Tersedia : http://www.wikipedia.org// [04 November 2008]
Anonim (2008). Chilren Right`s: Street Children [online]. Tersedia : http://www.hrw.org// [04 November
2008]
De Benitez, Sarah Thomas (2000) Eksploitation of Children-A Worldwide Outrange. Laporan Statistik
Dunia: Casa Alianza
De Benitez, Sarah Thomas (1996) What Works in Street Children Programming:The JUCONI Model.
Maryland: International Youth Foundation
De Benitez, Sarah Thomas (2007) State of the World’s Street Children: Violence. London : Consortium for
Street Children
De Moura, Sergio Louiz (2002) The Social Construction of Street Children: Configuration and Implications.
British Journal of Social Work, volume 32: 353-367
Tauran (2008) Studi Profil Anak Jalanan Sebagai Upaya Perumusan Model Kebijakan Penanggulangannya
(Suatu Studi terhadap Profil Anak Jalanan di Terminal Bus Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara).
Skripsi : Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai