Topik
: Penyakit Tetanus
Sub Topik
: Pencegahan Tetanus
Hari/tanggal
Waktu
: 10.30 WITA
Penyaji
Tempat
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara merupakan negara kepulauan
(maritim), dimana 65% wilayahnya terdiri atas perairan dan 35% adalah daratan. Daratan
terdiri atas 17.508 pulau maupun gugusan pulau-pulau kecil (Bahrudin, 2014). Indonesia
memiliki luas daratan 1.922.570 km sedangkan luas perairannya 3.257.483 km. Dari
luas daratan dan luas wilayah perairan tersebut maka mata pencaharian penduduk
Indonesia pun beragam. Ada yang bermata pencaharian pertanian, perkebunan,
perternakan, perikanan, dan ada pula yang bermata pencaharian sebagai pekerja kantoran
seperti di kota-kota besar di Indonesia. Namun demikian, lebih kurang 70% mata
pencaharian penduduk Indonesia adalah dalam bidang pertanian (Kuswanto, 2008).
Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan
hewan. Orang yang bekerja dalam bidang pertanian sering melakukan kontak dengan
tanah untuk mengolah tanah dan bercocok tanam. Di dalam tanah terdapat mikroba yang
sebagian besar terdiri dari bakteri, jamur, dan mikroba lainnya. Salah satu mikroba yang
hidup di tanah yakni Clostridium tetani yang dapat menyebabkan penyakit tetanus apabila
kontak dengan kulit yang tidak utuh atau kulit yang mengalami luka. Selain itu perawatan
luka yang tidak baik dapat menyebabkan penyakit tetanus (Anonim, 2009).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani yang berbentuk spora, hidup anaerob, dan tersebar di tanah yang dapat
menyebabkan kekakuan otot. Tetanus tesebar di seluruh dunia dengan angka kejadian
tergantung pada jumlah populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat pencemaran
biologik lingkungan peternakan/pertanian, dan adanya luka pada kulit. Tempat hidup
kuman Clostridium tetani adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko
penyakit ini di daerah pertanian dan peternakan sangat tinggi.
Tetanus dapat terjadi pada bayi baru lahir, anak-anak, dewasa muda dan orang tua.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya tetanus yakni orang yang
tidak mendapatkan immunisasi atau sudah mendapat imunisasi tapi tidak adekuat, dan
tingginya tingkat pencemaran spora Clostridium tetani di lingkungan terutama di lahan
pertanian dan peternakan, serta tidak terdapat penggunaan alat perlindungan diri selama
bekerja, dan belum terjangkaunya pelayanan kesehatan yang higienis.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting untuk dilakukan penyuluhan
mengenai pencegahan tetanus sebagai bekal mereka untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus.
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat menyebutkan
dan menjelaskan tentang Pencegahan Tetanus.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan :
1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian tetanus
2. Peserta dapat menjelaskan tentang penyebab tetanus
3. Peserta dapat menjelaskan tentang tanda gejala tetanus
4. Peserta dapat menjelaskan tentang komplikasi tetanus
5. Peserta dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan tetanus
6. Peserta dapat menjelaskan tentang pencegahan tetanus
C.
Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini merupakan keluarga dari klien yang sedang menjalani
perawatan di Ruang Angsoka 3 RSUP Sanglah Denpasar
D.
Tempat
Tempat yang digunakan pada penyuluhan ini adalah ruang tunggu di Ruang
Angsoka 3 RSUP Sanglah Denpasa
E.
Pelaksanaan :
No
Kegiatan
1
Pendahuluan
Waktu
5 menit -
Penyuluh
Salam pembuka
Menyampaikan
penyuluahn
Apersepsi
tujuan -
Peserta
Menjawab salam
Menyimak
Mendengarkan,
menjawab
pertanyaan
2
Penyampaian
25 menit
Materi
Penutup
5 menit
Penyampaian
garis
besar -
materi mengenai:
a. Peserta
dapat
menyebutkan
tentang
penyakit
tetanus,
Mendengarkan
dengan
perhatian
meliputi:
1. Pengertian tetanus
2. Penyebab tetanus
2. Tanda gejala tetanus
3. Penanganan tetanus
4. Komplikasi tetanus
5. Pencegahan tetanus
1. Evaluasi
- Tanya jawab (diskusi)
- Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
2. Menyimpulkan
3. Salam penutup
-
Menanyakan hal-hal
yang belum jelas
Memperhatikan
jawaban
Metode
Metode dari penyuluhan ini merupakan ceramah dan diskusi.
G.
Media
pertanyaan
Menjawab salam
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah slide dan leaflet.
H.
Pengorganisasian Kelompok
Pembawa acara
: Ida Ayu Sri Utamawati
Pemateri
: Ni Luh Anik Utami
Notulis
: Ni Luh Pt. Nopita Apsari
Sie Perlengkapan
: I Made Agus Alam Sugiri
Fasilitator
: I Putu Pande Eka Krisna Yoga
Gusti Ayu Ratih Kurniasari
- Observer
: Kadek Sri Rosiani
I.
dari
penceramah
Menjawab
F.
penuh
1102105043
1102105018
1102105033
1102105047
1102105064
1102105044
1102105013
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Pada evaluasi struktur terbagi menjadi lima bagian yang meliputi :
1) Materi
Materi yang digunakan dalam penyuluhan ini diapatkan dari berbagai referensi
yang terpercaya dan akurat seperti buku KMB (Smeltzer, S.C. 2002), serta link
kesehatan (doktersehat.com, 2013) dan lain-lainnya. Disini penyuluh juga
berkoordinasi dengan kepala ruangan di Ruang Angsoka 3 RSUP Sanglah
Denpasar dan bagian PKRS RSUP Sanglah Denpasar mengenai materi yang
akan disuluhkan.
2) Media
Persiapan media yang digunakan dalam penyuluhan ini yang meliputi
pembuatan power point, leaflet dilakukan 3 hari sebelum dilakukan penyuluhan.
3) Ruangan
Ruangan yang digunakan untuk melakukan penyuluhan adalah di ruang
Angsoka 3 RSUP Sanglah Denpasar, karena sasaran dari penyuluhan ini adalah
keluarga pasien. Dimana peminjaman ruangan dilakukan dua hari sebelum
dilakukan penyuluhan dengan berkoordinasi kepada Kepala Ruangan Angsoka 3
RSUP Sanglah Denpasar.
4) Alat
Persiapan alat-alat yang diperlukan yang meliputi peminjaman LCD, Layar
Proyektor dilakukan pengurusan peminjaman alat di ruang PKRS RSUP
Sanglah satu hari sebelum pelaksanaan penyuluhan. Persiapan secara lengkap
tentang pemasangan layar proyektor, LCD, laptop, microfone, serta catatan
untuk mendokumentasikan kegiatan dilakukan 30 menit sebelum dimulainya
pelaksanaan penyuluhan.
5) Peserta
Peserta yang digunakan dalam penyuluhan ini meliputi keluarga pasien yang
dirawat di ruang Angsoka 3 RSUP Sanglah Denpasar. Dimana peserta yang
diharapkan hadir pada penyuluhan ini mencapai minimal 6 orang peserta.
2. Evaluasi Proses
Dalam tahap awal pelaksanaan, pembawa acara memberikan salam dan
menyampaikan maksud serta tujuan dari pelaksanaan penyuluhan pada saat itu kepada
keluarga. Pada evaluasi proses ini, dilakukan penilaian mengenai jumlah peserta yang
hadir ketika penyuluhan berlangsung, keaktifan dari peserta penyuluhan dalam
bertanya dan memberikan umpan balik dari hasil penyuluhan, serta hambatan yang
ditemui penyuluh ketika penyuluhan berlangsung seperti adanya lingkungan yang
tidak kondusif (terlalu ramai, pencahayaan kurang jelas, adanya gangguan dari luar,
dan sebagainya). Untuk menjaga fokus peserta suluh, anggota kelompok akan
mendampingi keluarga pasien sebagai fasilitator sehingga apabila ada yang dirasa
tidak mengerti keluarga bisa bertanya ke fasilitator. Selain itu, untuk tetap menjaga
lingkungan yang kondusif, salah satu anggota kelompok akan menginstruksikan
kepada keluarga pasien lainnya untuk tetap tenang selama proses penyuluhan
berlangsung. Untuk mengantisipasi pemateri yang tiba-tiba berhalangan dalam
pelaksanaan,
anggota
kelompok
yang
lain
atau
pemateri
cadangan
akan
Refrensi
Terlampir
Lampiran
Terlampir
Lampiran
PENCEGAHAN TETANUS
1. Pengertian
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani yang berbentuk spora, hidup anaerob, tersebar di tanah dan
mengeluarkan eksotoksin (Pusponegoro, 2004). Spora kuman Clostridium tetani
masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit yang tidak utuh oleh karena
terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta infeksi tali pusat pada bayi yang
menyebabkan kejang dan kaku otot. Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum
diimunisasi, orang yang diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi lengkap tetapi
tidak memperoleh imunitas yang cukup karena tidak melakukan booster secara
berkala. (Tolan, 2008)
2. Penyebab
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif, Clostridium tetani. Bakteri ini
berbentuk spora, dapat dijumpai pada kotoran binatang terutama kuda, juga bisa
pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan kotoran binatang
atau kotoran manusia tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa
tahun di tanah, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda,
daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
Spora kuman Clostridium tetani ini mampu bertahan hidup dalam lingkungan
panas, kotor, dan di jaringan tubuh. Spora ini juga bisa bertahan hidup beberapa
bulan bahkan bertahun-tahun (Ritarwan, 2004). Bakteri yang berbentuk batang ini
sering terdapat dalam kotoran hewan dan manusia, dan bisa terkena luka melalui
debu atau tanah yang terkontaminasi (Arnon, 2007).
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk
paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada
bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu
tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat.
Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati
akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau
jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun
toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
aritititoksin. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot
menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan
dan rata-rata 10 hari.
Faktor resiko terjadinya tetanus, meliputi :
a. Faktor pencemaran lingkungan fisik dan biologik
Lingkungan khususnya tanah merupakan tempat hidup kuman clostridium tetani
dan berkembang biak tanpa memerlukan oksigen. Kuman clostridium tetani
tersebar luas di tanah yang terkontaminasi kotoran hewan dan manusia. Juga
terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Di
lahan pertanian dan perkebunan tradisional yang masih menggunakan kotoran
hewan sebagai pupuk memiliki tingkat pencemaran spora clostridium tetani di
lingkungannya yang sangat tinggi. Tidak jarang kita lihat banyak penduduk yang
memelihara binatang peliharaan membiarkan kotoran hewannya begitu saja
ditanah tanpa diperlakukan seharusnya akan memperberat resiko terjadinya
tetanus. Kotoran hewan yang sudah terfermentasi menjadi salah satu tempat
hidup kuman clostridium tetani hingga bertahun-tahun.
b. Faktor program imunisasi
Indonesia memiliki program imunisasi berupa imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
yang diberikan sebanyak 4 kali dan imunisasai ulangan (booster) setiap 10 tahun
dimulai pada awal masa bayi yakni pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 1518 bulan. Imunisasi ulangan yang pertama biasanya didapat ketika anak masih
duduk di Sekolah Dasar. Akan tetapi program ini belum menyentuh semua
lapisan masyarakat seperti anak dengan orang tua yang tidak mengetahui bahwa
imunisasi tetanus sangat penting, anak yang tidak bersekolah, remaja yang
belum mendapatkan imunisasi ulangan, dan lansia karena imunitas menurun
seiring bertambahnya usia. Prevalensi kekebalan tetanus pada individu yang
telah mendapatkan vaksinasi pada kelompok usia 6-39 tahun sebesar >80%
tetapi pada usia >70 tahun sebesar 28%. Oleh karena itu individu yang tidak
Semakin dekat luka dengan SSP maka prognosisnya akan semakin serius dan jelek.
Gejala penyakit tetanus, meliputi:
1. Kekakuan yang terjadi pada otot wajah,leher, dada,perut, dan punggung samapi
terasa ke tulang punggung berubah menjadi melengkung, serta pada otot tangan
dan tungkai
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengalami demam
Berkeringat berlebihan
Tekanan darah tinggi
Detak jantung cepat
Susah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
Kejang
yang
dapat
dilakukan
yakni
dengan
mengurangi
hingga
Bila terdapat luka harus dibersihkan dengan cara dicuci dibawah air mengalir agar
kuman terbawa oleh air. Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus
dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah
pertumbuhan kuman clostridium tetani. Apabila seseorang memiliki luka dan curiga
terinfeksi kuman clostridium tetani maka datanglah ke pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan anti tetanus serum (ATS) dalam beberapa jam setelah luka untuk
mendapatkan kekebalan pasif, sehingga mencegah terjadinya tetanus.
Bila terjadi luka berat pada seorang anak yang telah mendapat imunisasi atau tetanus
toksoid 4 tahun yang lalu, maka kepadanya wajib diberikan pencegahan dengan
suntikan sekaligus antitoksin dan toksoid pada kedua ekstremitas (berlainan tempat
suntikan). Dan pada seseorang yang memiliki luka, jika:
1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksin lebih lanjut
2. Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera
diberikan vaksin
3. Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinnya tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus sebanyak 2 kali dengan jarak 3 bulan dari
suntukan pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arief, dkk.2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta: media
Aesculapius