Disusun Oleh :
Asterina Wulan Sari
12/335195/PN/13030
Golongan A
I.
PENDAHULUAN
A. Tinjauan Pustaka
Pada bidang industri pangan, perbaikan produk maupun pemilihan
produk terbaik merupakan salah satu alternatif penunjang pemasaran.
Keinginan konsumen yang selalu menghendaki produk dengan mutu yang
terbaik harus dapat dipenuhi. Dalam hal tersebut uji skoring dapat diterapkan
untuk mengukur dan membandingkan produk-produk sejenis dengan
memberikan penilaian atau skor (Setyaningsih et al., 2010).
Uji skoring artinya pemberian skor untuk atribut yang dinilai menurut
kesan mutu atau intensitas karakteristik sensoriknya, menurut skala numerik
yang telah disediakan untuk masing-masing deskripsinya (Raharjo,1988).
Dalam hal ini diperlukan panelis yang benar-benar mengerti atribut mutu yang
diminta, misalnya panelis terpilih dan panelis terlatih (Anonim, 2012). Uji
skoring dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan penyeleksian panelis
terlatih yakni dengan uji triangle.
Uji skoring termasuk dalam jenis uji skalar dalam evaluasi sensori.
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya.
Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk
skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis lurus berarah
dengan pembagian skala dengan jarak yang sama atau pita skalar yaitu dengan
degradasi yang mengarah. Skala numerik dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan skor dari atribut mutu yang diuji. Dengan demikian uji skoring
merupakan jenis pengujian skalar yang dinyatakan dalam skala numerik
(Susiwi, 2009).
Menurut Anonim (2012), respon uji skoring berupa angka yang
langsung merupakan data kuantitatif. Data tersebut kemudian ditabulasi dalam
bentuk matriks respon. Data respon ini dapat dianalisa sidik ragam dengan
contoh sebagai perlakuan dan panelis sebagai blok. Tiap skor yang diberikan
oleh panelis dalam pengujian skoring melambangkan tingkat nilai. Nilai dalam
uji skoring mempunyai analogi dengan nilai ujian, tiap angka melambangkan
atau menyatakan tingkat mutu.
Secara umum menurut Kartika et al. (1988) uji skoring merupakan uji
yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar tahu mengenai atribut
yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu
bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, warna.
Selain itu juga digunakan untuk mencari korelsi pengukuran subyektif dengan
obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat).
Sampel yang digunakan untuk uji triangle adalah bakso ikan. Bakso
ikan merupakan salah satu produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari ikan
untuh atu lumatan daging ikan yang ditambahkan pati atau tepung tapioka dam
bumbu-bumbu dan direbus dalam air panas (Veranita, 2011). Bakso ikan
merupakan salah satu produk lahan yang memiliki sifat yang kenyal sehingga
bakso tergolong produk fish jelly.
B. Tujuan
1. Mengetahui prinsip pengujian skoring.
2. Mengetahui hasil pengujian skoring berdasarkan tekstur bakso.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 30 Maret 2015
Waktu
Tempat
II.
METODE PRAKTIKUM
Cup plastic
Scrosheet
Alat tulis
Bahan
Bakso Ikan
Permen fox
B. Cara Kerja
1. Panelis menyiapkan 3 sampel bakso ikan
2. Panelis terlatih diberi scoresheet dan melakukan uji skoring
3. Panelis diminta mengurutkan sampel yang terkenyal sampai terkeras
dengan skala nilai yang digunakan adalah 0 (putih telur) sampai 8
(permen fox)
4. Analisis data menggunkan ANOVA
III.
A. Hasil
Nama
panelis
1 Rizqi
2 Andika
3 Lovina
4 Lulu
5 Sheila
6 Almira
Jumlah (yi)
Rerata
Yi2
Yi2
No
314
2
2
6
2
4
5
21
3.5
441
Kode sampel
145
458
5
4
3
4
7
3
4
3
3
4
3
4
25
22
4.167
3.667
625
484
1550
Jumlah
(Yj)
11
9
16
9
11
12
68
Yj2
121
81
256
81
121
144
4624
0
Yj
2
804
B. Pembahasan
Uji skoring merupakan uji yang dilakukan dengan menggunakan
panelis terlatih yang tahu mengenai atribut yang dinilai. Uji skoring dilakukan
dengan menggunakan pendekatan skala atau nilai yang dihubungkan dengan
deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Uji skoring dilakukan setelah
terlebih dahulu diadakan penyeleksian panelis terlatih, yakni dengan pengujian
triangle. Menurut Setyaningsih et al. (2010), penggunaan dalam hal uji skoring
dapat diterapkan untuk mengukur dan membandingkan produk-produk sejenis
dengan memberikan penilaian atau skor.
Uji skoring bertujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan kualitas
diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor
terhadap sifat tertentu dari suatu produk (Stone dan Joel, 2004). Menurut
Wagiyono (2003), pengujian dengan uji skoring menentukan nilai mutu dari
produk yang akan diuji. Hasil pengujian berguna bagi suatu perusahaan untuk
menentukan harga dasar produk sebelum dipasarkan kepada konsumen,
sedangkan bagi konsumen nilai mutu akan berguna untuk menilai dan memilih
jenis produk yang menurut konsumen bagus untuk dikonsumsi sehingga secara
tidak langsung konsumen akan merasa puas dengan barang yang telah mereka
beli.
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uji skoring artinya pemberian skor untuk atribut yang dinilai menurut
kesan mutu atau intensitas karakteristik sensoriknya, menurut skala
numerik yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu
produk.
2. Berdasarkan hasil perhitungan Anova diperoleh F hitung sampel dan
panelis < F tabel maka tidak ada beda nyata tingkat kekenyalan antara
ketiga sampel yang diujikan yaitu 314, 145 dan 458 sehingga tidak
diperlukan uji lanjutan untuk menentukan adanya perbedaan antara ketiga
sampel.
B. Saran
Diharapkan pada praktikum berikutnya, untuk panelis tidak terlatih
ditunjukkan cara melakukan skoring dengan memperlihatkan kontrolnya,
sehingga praktikan lebih mengetahui cara pengujian skoring.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensoris. Purwokerto: Program Studi
Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman.
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
PAU Pangan Gizi. UGM. Yogyakarta.
Rahardo, J. T. M. 1998. Uji Inderawi. Universitas Jenderal Soedirman-Press.
Purwokerto.
Setyaningsih, D.,Apriyantono, A., dan Sari, M. P., 2010.Analisis Sensori Untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
Stone, Herbert dan Joel L Sidel. 2004. Sensory Evaluation Practices, edisi ketiga.
California, USA: Elsevier Academic Press.
Susiwi. 2009 . Penilaian Organoleptik Regulasi Pangan. Jurusan Pendidikan Kimia.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Veranita, D. 2011. Strategi pengembangan usaha bakso ikan tuna surimi dan campuran
(Studi Kasus pada CV. Bening Jati Anugerah, Bogor). Sekolah Pascasarjana.
Institur Pertanian Bogor. Tesis.
Wagiyono, 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Bagian Proyek
Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Jakarta.
LAMPIRAN
1. Tabel ANOVA
Source of
Variation
panelis
sampel
Error
JK
11.11111
1.444444
18.55556
Total
31.11111
FK
JK panelis l
JK sampel
JK total
yij2/ni
(yj2/nj)-FK
(yi2/ni)-FK
(yij2-FK
JK total -JK
panalis - JK
sampel
JK Error
df
5
2
10
KT
2.222222
0.722222
1.855556
F
1.197605
0.389222
P-value
0.376585
0.687416
17
256.8889
11.11111
1.444444
31.11111
18.55556
2. Perhitungan
()
(68)
FK = = 6 3 = 256,8889
JK Total = (Sampel) - FK = (2+5+4+..+4) 256,8889 = 31,1111
JK Panelis =
JK Sampel =
(Total Y)
FK =
(Total X)
FK =
ni
256,8889 = 11,1111
256,8889 = 1,4444
: Tidak ada beda nyata tingkat kekenyalan antara sampel bakso 314,
145 dan 458
H1
4. Pengambilan Keputusan
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
F crit
3.325835
4.102821
Atau
Jika P-value > 0,05 maka Ho diterima
Jika P-value < 0,05 maka Ho ditolak
5. Kesimpulan
Diperoleh nilai F hitung
disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata kekenyalan antara ketiga sampel yang
diujikan yaitu 314, 145 dan 458 sehingga tidak diperlukan uji lanjutan untuk
menentukan adanya perbedaan antara ketiga sampel.
Atau
Diperoleh nilai P-value > 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada beda nyata antara ketiga sampel yang diujikan sehingga tidak
diperlukan uji lanjutan untuk menentukan adanya perbedaan antara ketiga
sampel.