Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KIMIA DASAR II
OLEH KELOMPOK 7
Nama
NIM
: F1D113024
Prodi
: Teknik Pertamabangan
2. Landasan Teori
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa). (Michael, 1995)
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.
(Arrhenius, 2009)
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga
titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau
asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asambasa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai
titik ekivalen. (Pudjaatmaka, 1989)
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik
pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana
terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang
dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu
diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.(Sutresna, 2003)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah
sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di
kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan
sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan
larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah
bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk
membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar
titrant.
3. Prosedur Kerja
Alat dan Bahan
Alat :
1. Labu ukur 100 mL
2. Buret 50 mL
3. Erlenmeyer 100 mL
4. Erlenmeyer 150 mL
5. Pipet Ukur 10 mL
6. Klem dan Standar
7. Batang Pengaduk
8. Gelas Ukur 100 mL
9. Gelas Ukur 50 mL
10. Kaca Arloji
11. Pipet Tetes
12. Spatula
Bahan
1. Asam Oksalat
2. Larutan NaOH
3. Asam Cuka Perdagangan
: 1 buah
: 2 buah
: 3 buah
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 5 buah
: 1 buah
4. Indikator PP
4. Skema Kerja
a. Penentuan Molaritas NaOH
Asam Oksalat 1.26 g
dalam labu ukur + 100
mL air suling
1 buret diisi
dengan larutan
asam oksalat
10 mL NaOh + 10 mL air
suling + 1-2 tetes
indicator pp, titrasi
dengan asam oksalat
hingga warna merah
Catat pada
hasil
pengamatan
Titrasi dengan
NaOH hingga
berubah warna
Ambil 10 mL larutan
encer masukkan dalam
Erlenmeyer + 2 tetes
indicator pp
Titrasi lakukan
hingga 3 kali
Catat Pada
Hasil
5. Data Pengamatan
E. Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pengamatan
Perlakuan
Hasil Pengamatan
memerlukan
larutan
NaOH
= 0,1427.25
18,76
=
: V CH3COOH = 25 ml
V NaOH = 19,98 ml
M CH3COOH = 0,189 M
Dit
: Konsentrasi NaOH = ?
Peny : M1 . V1
= M2 . V2
M2
M2
= 0,189 . 25
19,89
= 0,238 M
7.
Pembahasan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam metodenya.
Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan yang dibuat dari bahan baku
primer. Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung
ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadi
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi
larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada percobaan kali ini larutan baku
yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer HCl (asam klorida).
Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH ini distandarisasi terlebih
dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga
mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO 2 dalam udara. Di mana
pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu NaOH tidak akan
memberikan kepastian massa yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO 2 yang diserap oleh
NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan kensentrasi NaOH yang dihasilkan
juga tidak tepat. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai pereaksi dalam suatu
titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya.
Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 25 ml larutan asam klorida, larutan
ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak bersifat higroskopis dan
memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan
zat.
sudah terjadi perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH
yang digunakan. NaOH yang digunakan pada penetapan kadar asam cuka perdagangan sebesar
19,98 ml dan mol nya sebesar 0,238 M, sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan
(CH3COOH) dapat diketahui sebesar 0,189 M.
Karena saya melakukan percobaan di atas menggunakan virtual jadi saya tidak terlalu
mengetahui persis tentang percobaan ini, dengan mengandalkan referensi-referensi di internet
saya mendapat lebih kurang untuk menentukan standarisasi asam cuka dengan menggunakan
konsentrasi NaOH terlebih dahulu.
8. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan konsentrasi
NaOH sebesar 0,19 M.
2. Pada proses penetapan kadar asam cuka perdagangan terbentuk larutan berwarna merah
jambu dengan konsentrasi asam cuka perdagangan sebesar 0,189 M.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indratmoko, Septiana dan Taufan Ratri Harjanto, 2010, Petunjuk Praktikum Kimia
2.
3.
4.
5.
Larutan Standar: Larutan yang diketahui konsentrasinya secara pasti sehingga bisa
dipakai untuk menetapkan konsentrasi larutan lainnya.
2. M1 . V1 = M2 . V2
3. Untuk menetapkan molaritas larutan NaOH dan menstandarisasi asam cuka perdagangan
dengan larutan NaOH tersebut.