PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir beresiko tinggi meliputi 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada
masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin
memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi. Masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan
penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas,
kelainan anatomi dan lingkungan kurang baik dalam kandungan. Pada
persalinan atau sesudah lahir masalah ini timbul sebagai akibat buruknya
kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, menejemen
persalinan yang tidak tepat dan tidak steril.
BAB II
PEMBAHASAN
denyut jantung terus menurun, tekanan darah akan semakin menurun, bayi
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya
pernapasan secara spontan. Pada fase iniakan terjadi apneu sekunder dan
akan terjadi kematian bila tidak segera dilakukan resusitasi dengan
pernapasan buatan (Syaifuddin, 2002).
Secara klinis keadaan apneu primer atau apneu sekunder sulit
dibedakan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi bayi dengan kondisi
apneu, harus dianggap bahwa bayi mengalami apneu sekunderdan harus
segera dilakukan resusitasi.
Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke
otak, jantung dan alat vital lainnya. Tindakan resusitasi mengikuti tahapan
yang dikenal sebagai ABC Resusitasi yaitu:
A: Airway, mempertahankan saluran napas terbuka melliputi kegiatan
meletakkan bayi dengan posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan
hidung bayi.
B: Breathing, memberikan napas buatan meliputi kegiatan melakukan
rangsang taktil untuk memulai pernapasan, melakukan ventilasi
tekanan positif dengan sungkup dan balon.
C: Circulation, mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah meliputi
kegiatan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres dada.
Etiologi
Towel dalam Jumiarni, dkk (1995) menggolongkan penyebab kegagalan
pernapasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta,
faktor janin dan faktor persalinan :
Faktor ibu
Meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun
penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin
seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus dan lain-lain.
Faktor plasenta
Meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta
tipis, plasenta tida menempel pada tempatnya.
Faktor janin atau neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, prematur, kelainan kongenital
pada neonatus dan lain-lain.
Faktor persalinan
Meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
2. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya kadar bilirubin dalam darah
lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang mengakibatkan jaundice,
warna kuning yang terlihat jelas pada kulit, mukosa, sklera dan urin, serta
organ lain, sedangkan pada bayi normal kadar bilirubin serum totalnya
5mg%.
Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang
timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim
G6PD. Hemolisis ini dapat timbul karena adanya perdarahan tertutup
(sefal hematoma, perdarahan subaponeoratik) atau inkompatilibitas
golongan darah Rh. Infeksi memegang peranan penting dakam terjadinya
hiperbilirubinemia: keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan
gastroenteritis. Beberapa faktor lain yag juga nmerupakan penyebab
hiperbilirubinemia adalah hipoksia atau anoksia, dehidrasi dan asidosis,
hipoglikemia dan polisitemia.
Kejadian yang sering
ditemukan
adalah
apabila
terdapat
metabolic
Stadium lanjut hipotermia
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh
lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema)
d. Penanganan
Penanganan hipotermia ditujukan untuk:
Mencegah hipotermia
Mengenal bayi dengan hipotermia
Mengenal resiko hipotermia
Tindakan pada hipoermia
b) Hipertermia
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam
ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakai dan selimut.
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir:
Suhu tubuh bayi >37,50C frekuensi panas bayi lebih 60 kali permenit
terdapatnya tanda-tanda dehidrasi seperti berat badan menurun, tugor kulit
kurang, jumlah urin berkurang
4. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir.
Etiologi
a. Faktor ibu
Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan ibu dengan komplikasi, seperti
diabetes mellitus, preeklamsia berat, eritroblastosis fetalis, kelahiran
kurang bulan.
b. Faktor janin
Faktor yang terdapat pada janin atau bayi seperti adanya gangguan aliran
ke tali pusat yang menumbung atau tali pusat melilit leher.
Terjadinya depresi pernapasan pada bayi karena obat atau analgetik
yang diberikan pada ibu
Adanya gangguan tumbuh kembang intrauterin dan kelainan bawaan
(aplasia paru, atresia saluran nafas)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium biasanya ditemukan penurunan kadar hematokrit dan
peninggian trombosit akibat hiperaktivitas sumsum tulang
Fungsi lumbal untuk menunjukan adanya cairan spinal yang bercampur
darah disertai dengan peninggian jumlah sel darah merah dan protein, serta
penurunan glukosa. Untuk memantau berbagai perubahan yang terjadi
akibat pendarahan.
5. Kejang
Kejang pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap
fungsi neurilogis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil
dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupan kelak.
Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang
bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi
dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling
sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Pendarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen
atau trauma pada kepala. Pendarahan subdural yang biasanya diakibatkan
oleh trauma dapat menimbulkan kejang.
3. Gangguan metabolik.
a. Kekurangan kadar gula darah (Hipoglikemia), sering timbul dengan
gangguan pertumbuhan daam kandungan dan pada bayi dengan ibu
penderita diabetes melitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan
waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu
timbulnya kejang.
b. Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat
badan lahir rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi
c.
Penatalaksanaan:
Bayi yang mengalami kejang dapat dilakukan tindakan diantaranya:
1. Memasukkan tong spatel atau sudip lidah yang telah dibungkus
dengan kassa steril pada saat bayi kejang agar jalan napas tidak
tertutup oleh lidah
2. Mengurangi rangsangan pada bayi seperti cahaya
3. Memberikan pengobatan anti kunvulsan
4. Untuk menghindari infeksi dapat diberikan antibiotik serta perawatan
tali pusat dengan menggunakan teknik septik
10
Penanganan:
Pada bayi dengan kelainan bawaan bibir sumbing harus menjalani
operasi. Operasi dapat dilakukan jika telah memenuhi syarat, yaitu berat
badan bayi lebih dari 5 kg, haemoglobin lebih dari 10 gr% serta umur
harus lebih dari 10 minggu atau 3 bulan. Penanganan bayi dengan bibir
sumbing melibatkan banyak multi disiplin ilmu dan tenaga ahli
diantaranya ahli bedah plasik, ahli THT, dokter gigi untuk memantau
kelainan pertumbuhan gigi, terapi untuk memanau perkembangan
berbicara anak, psikolog untuk mengatasi masalah psikologi anak terutama
menyangkut rasa rendah diri pada anak.
Bayi yang mengalami bibir sumbing akan mengalami gangguan
fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainan mencapai
langi-langi mulut. Jika keadaan demikian penanganan dalam memenuhi
kebutuhan ASI ibu dapat dilakukan dengan memompa ASI terlebih dahulu,
kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang pada bayi
dengan posisi tubuhnya ditegakkan serta menempel pada dada ibu.
b. Labiopalatoskizis
11
Faktor penyebab:
Penanganan:
7. Hydrocephalus
Hydrocephalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebro spinal (CSS) dengan atau penuh tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal tersebut. (IKA FKUI, 1985)
Klasifikasi:
a.
12
menyebabkan
obstruksi
seperti
neoplasma,
Penyebab:
Bayi berat badan lahir rendah terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu, seperti adanya kelainan plasenta, infeksi hypertensi dan
keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan suplai makan ke bayi jadi
berkurang. Gizi kurang saat hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir
cacat bawaan, anemia pada bayi, gaya hidup seperti mengonsumsi obatobatan, alcohol yang dapat mengakibatkan keguguran dan bayi lahir
premature.
Bayi berat baadan lahir rendah penatalaksanaannya terbagi atas:
13
Prematuritas murni
Adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
berat badan kurang dari 2500gr, panjang badan kurang dari 45cm,
lingkar kepala kurang dari 33cm, lingkar dada kurang dari 33cm,
masa gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan transparan,
kepala lebih besar dari badan, lanugo terutama pada dahi, pelipis,
telinga dan lengan, pernapasan belum teratur dan sering mengalami
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat
dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Beberapa keadaan neonatus dengan resiko tinggi:
1. sindroma gawat napas
2. Hyperbilirubinemia
3. Hypotermia dan hypertermia
4. Asfiksia
5. Kejang
6. Kelainan atau cacat bawaan
7. Labioskizis dan labiopalatoskizis
8. Hydrocephalus
9. Berat badan lahir rendah (BBLR)
3.2 Saran
14
15