Anda di halaman 1dari 18

Tugas Mata Kuliah

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

IKLIM ETIKA DAN INTEGRITAS ORGANISASI

Kelompok 5
Erwin (120112140501)
Fatania Latifa (120112140516)
R. Putriana (120112140510)

PPAK - FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS PADJAJARAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. IKLIM ETIKA
1. Definisi Iklim
Menurut Victor dan Cullen (1987), iklim etika organisasi (organizational
ethical climate) adalah persepsian dan penerimaan individu-individu terhadap
praktik dan prosedur yang ada dalam organisasi karena etika yang muncul di
dalam organisasi akan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan pengetahuan
individu untuk mencapai kinerja yang baik. Maka dengan itu menurut Tseng dan
Fang (2011), iklim etika organisasi sangat terkait dengan manajemen pengetahuan
karena individu dapat berdiskusi dan berbagi pengetahuan yang dimiliki jika iklim
etika yang muncul dalam organisasi dapat mendorong individu-individu untuk
berbagi pengetahuan sesama mereka dengan baik melalui teknik dan cara tertentu.
Praktik etika dalam organisasi kemudian dikembangkan oleh Appelbaum et
al. (2005) dengan menyatakan bahwa iklim etika organisasi memberi kontribusi
yang signifikan terhadap hubungan kerja dan pembentukan perilaku yang baik
karena iklim etika organisasi merupakan seperangkat nilai dan norma yang dapat
membimbing tindakan karyawan. Iklim etika organisasi dapat mendorong
terciptanya perilaku yang etis dan sebaliknya juga dapat mendorong terciptanya
perilaku yang tidak etis dalam organisasi sehingga akan menyebabkan terjadinya
penyimpangan etika dan perilaku di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
perilaku berbagi pengetahuan.
Victor dan Cullen (1987 dan 1988) menyatakan terdapat tiga faktor utama
yang menyebabkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan. Pertama, terciptanya
budaya perusahaan yang baik. Kedua, terbangunnya suatu kondisi organisasi
berdasarkan saling percaya (trust-based organization). Ketiga, terbentuknya
manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management). Ketiga
faktor tersebut terjadi karena adanya beberapa interaksi yakni kepentingan diri
sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi dan kepentingan kelompok
yang mana terdiri dari egoism yaitu sifat yang mengutamakan kepentingan sendiri
sama ada kepentingan individu, organisasi atau masyarakat, kemudian iklim etika
yang terdiri dari benevolence merupakan sifat yang mengutamakan kepentingan
dengan orang lain yang terdiri dari persahabatan, kerjasama tim dan
tanggungjawab sosial, setelah itu principle yang bersifat mengutamakan
kepercayaan, peraturan, prinsip serta kode etik individu, organisasi atau

masyarakat yang terdiri dari moralitas pribadi, aturan dan prosedur, dan undangundang serta kode etik profesional (Victor dan Cullen 1987;1988 dalam Van Sandt
et al. 2006).
Pada sektor publik, hal yang menonjol dari persepsi individu tentang iklim
etika di organisasi mereka adalah terkait dengan peraturan dan kode etik (law and
code) serta tanggungjawab sosial (social responsibility) sedangkan untuk sektor
swasta, persepsi individu adalah lebih ke arah efisiensi (efficiency) dan moralitas
pribadi (personal morality). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tseng dan Fan
ini, iklim etika yang terdiri dari kepentingan pribadi, tanggungjawab sosial, dan
undang-undang serta kode etik profesional dimasukkan sebagai pendahulu
(antecedent) dari manajemen pengetahuan yang mana ketiga iklim etika ini
muncul dalam organisasi tersebut dengan mengacu pada persepsian anggota
organisasi terkait pola perilaku yang dibentuk oleh nilai-nilai umum dan
keyakinan serta normanorma individu-individu yang ada dalam organisasi
tersebut yang memberi dampak terhadap manajemen pengetahuan dan job
performance.
2. Komponen Iklim Etika
Untuk membentuk iklim etika dan perilaku anggota organisasi, beberapa
instrumen digunakan seperti kode etik, kebijakan, program pendidikan formal dan
pesan-pesan menejemen puncak (Schwepker, Ferrell, dan Ingram, 1997). Hal
tersebut serupa dengan yang diutarakan oleh Schwepker (2001) bahwa manajemen
puncak memainkan peran penting dalam pembentukan dan pelestarian sebuah
iklim etika organisasi.
Dalam membentuk iklim etika suatu organisasi, Schwepker (2001)
mengemukakan tiga komponen pembentuk, yaitu:
a) Kode Etik (Ethnical Codes)
Kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan
atau tata cara sebagai pedoman perilaku.
b) Kebijakan Organisasi (Corporate Policy)
Sama halnya dengan kode etik, kebijakan organisasi jjuga mempengaruhi
kesempatan bagi individu untuk berperilaku tida etis dan berdampak pada
iklim etik organisasi sebagai contoh, karyawanbagian pembelian barang
dilarang untuk menerima gratifikasi sebagai akibat dari kebijakan
organisasi tertulis.
c) Penghargaan dan Sanksi (Reward and Punishment)

Adapun penghargaan dan sanksi yang dibahas terait dengan tindakan top
manajemen terhadap iklim etika, seperti seorang supervisoe dapat
mempengaruhi perilaku bawahannya melalui pemberian penghargaan dan
sanksi.
B. INTEGRITAS ORGANISASI
Integritas merupakan kesadaran terpadu yang diperoleh dari penghayatan
mendalam akan suatu proses yang pernah dialami, melampaui kreatifitas, nilai,
intuisi, emosi dan daya analisis-rasional. Integritas bisa memunculkan gema, medan
gaya-energi, kreativitas, kebanggaan dan dapat diinteraksikan kepada orang lain
dalam hubungan individual, kelompok, dan keorganisasian. Integritas merupakan ciri
watak manusia yang patuh pada prinsip-prinsip moral dan etika, dalam keadaannya
yang menyeluruh, penuh dan utuh. Seorang pemimpin berintegritas adalah pemimpin
yang membuat komitmen dan setia kepada komitmen itu sendiri, kendati ia harus
menanggung resiko.
Integritas merupakan pondasi dalam merancang kinerja yang optimal
diseluruh aspek organisasi. Inilah yang menjadi pokok terbentuknya kerjasama yang
solid dalam tubuh organisasi. Integritas tidak hanya menjadi pegangan bagi seorang
pemimpin dalam bertindak, tapi juga bagaimana integritas itu totalitas bagi seluruh
anggota dan bawahan, sehingga kebulatan akan terintegrasi dalam tujuan organisasi
tersebut. Tidak dapat dipungkiri, begitu besar pengaruh integritas yang kokoh dalam
organisasi. Bagaimana tidak, kejujuran, kewibawaan, aktualisasi diri, kredibilitas,
dalam afiliasinya, menjadi jiwa untuk menghidupi tubuh organisasi. Setaip bagian
harus terpateri dalam membangun karakter yang dapat dipercaya. Walaupun pada
kenyataannya hal ini terkadang tidak disadari secara mendalam, namun komitmen
yang utuh akan terus mebangkitakan kesadaran akan pentingnya membangun
integritas, baik individu, maupun kelompok.
-Stephen R. CoveyIntegritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
-Denis WaitleyIntegritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan karena hal tersebut benar dan
bukan karena sedang digandrungi orang atau sesuai dengan tata krama. Gaya hidup,
yang tidak tunduk kepada godaan yang memikat dari sikap moral yang mudah, akan
selalu menang.

Membangun entitas korporasi dan menetapkan sasarannya. Pada saat itulah


perlu prinsip-prinsip moral etika ke dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan
diterapkan, baik dalam entitas korporasi, menetapkan sasaran bisnis, membangun
jaringan dengan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) maupun dalam proses
pengembangan diri para pelaku bisnis sendiri. Penerapan ini diharapkan etika dapat
menjadi hati nurani dalam proses bisnis sehingga diperoleh suatu kegiatan bisnis
yang beretika dan mempunyai hati, tidak hanya sekadar mencari untung belaka, tetapi
juga peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat, dan para pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Evaluasi terhadap kode perilaku korporasi dapat
dilakukan dengan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan
pedoman-pedoman. Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan
bimbingan dari Tim BPKP dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.
Dalam kajian organisasi, manajemen isu cenderung dilakukan banyak
pendekatan, namun salah satu yang cukup populer adalah pendekatan terintegrasi
(engagement approach), yang diperkenalkan Taylor,Vasques dan Doorley (2003).
Pendekatan terintegrasi menegaskan, dialog aktif atau keterlibatan antara organisasi
dan publik merupakan cara yang paling efektif dalam mengelola isu. Konsep
terintegrasi (engagement) dalam konteks ini mengacu kepada pemahaman bahwa
stakeholder relevan dipertimbangkan dan dilibatkan, dalam keputusan organsiasi.
Ada tiga asumsi penting yang berkaitan dengan pendekatan terintegrasi.
Pertama, semua organisasi berusaha memaksimalkan hasil atau outcome mereka.
Manajemen isu membantu organisasi tumbuh dan bertahan hidup karena memberikan
organisasi alat untuk memaksimalkan peluang.

Bagaimana pun kepentingan

organisasi tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Oleh karena itu, pendekatan
integrasi

mengedepankan

pemahaman,

bahwa

kepentingan

organisasi

dikontekstualisasikan oleh hubungan dengan beragam publiknya. Kedua, pendekatan


integrasi yang menjelaskan kepentingan publik merupakan konsekuensi yang muncul
dikarenakan asumsi pertama. Dalam pendekatan ini, publik dilihat sebagai sumber
daya dengan mana organisasi bergantung. Ketiga, pendekatan integrasi menghargai
nilai

hubungan.

Pendekatan

terintegrasi

merupakan

pendekatan

yang

mengintegrasikan kepentingan organisasi dan public dan mencermati bagaimana


proses komunikasi memainkan peran krusial dalam menyelesaikan isu.

BAB 2
STUDI KASUS INFOSYS

A. Profil Infosys Technologies, Ltd.


Infosys didirikan pada tanggal 2 Juli 1981 oleh tujuh pengusaha, Nagavara
Ramarao Narayana Murthy, Nandan Nilekani, Kris Gopalakrishnan, SD Shibulal, K
Dinesh dan dengan NS Raghavan resmi menjadi karyawan pertama perusahaan. Para
pendiri memulai perusahaan dengan investasi awal INR 10.000. Perusahaan ini
didirikan dengan nama "Infosys Consultants Pvt Ltd" terdaftar sebagai kantor di
Model Colony, Pune
Infosys go public pada tahun 1993. Menariknya, Infosys IPO sebelumnya
berada di bawah ketentuan yang dipersyaratkan tetapi hal itu diselamatkan oleh US
bankir investasi Morgan Stanley yang mengambil 13% dari ekuitas pada harga
penawaran Rs. 95 per saham. Harga saham melonjak ke Rs. 8.100 pada tahun 1999.
Pada tahun 2000 saham Infosys menyentuh Rs. 310 karena insiden bencana 11
September yang mengubah semua itu.
Menurut majalah Forbes, sejak listing di Bursa Efek Bombay hingga tahun
2000, penjualan Infosys dan pendapatan diperparah dengan lebih dari 70% per tahun.

Pada tahun 2000, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton memuji India atas prestasi di
bidang teknologi tinggi mengutip contoh dari Infosys. Infosys akan menginvestasikan
$ 100 juta (Rs 440 crore) untuk mendirikan kampus 20.000-seater di Shanghai.
Pada tahun 2001, Infosys dinilai sebagai Best Employer di India oleh Business
Today. Infosys dinilai sebagai employer terbaik yang bekerja untuk tahun 2000, 2001,
dan 2002 oleh Hewitt Associates. Pada tahun 2007, Infosys menerima lebih dari 1,3
juta aplikasi dan memperkerjakan sedikitnya 3% dari pelamar. Infosys adalah satusatunya perusahaan India yang memenangkan penghargaan Global MAKE (Most
Admired Knowledge Enterprises) untuk tahun 2003, 2004 dan 2005, dan dilantik ke
Global Hall of Fame pada saat yang sama.
Berikut ini adalah tahap perkembangan Infosys dari tahun ke tahun dimulai
dari awal didirikan hingga saat ini:
2015
Infosys memperoleh Panaya, Inc., penyedia terkemuka teknologi otomatisasi
untuk manajemen perusahaan perangkat lunak skala besar.
Infosys mengumumkan USD 250 juta 'Inovasi di Dana India ' untuk
mendukung start-up India.
2014

Dr Vishal Sikka mengambil alih sebagai CEO dan MD dari SD Shibulal.


Pendapatan melebihi 50.000 crore dalam term rupee.
Dewan memutuskan untuk meningkatkan rasio dividen pay-out sampai dengan
40% dari laba setelah pajak.
Kas dan setara kas (termasuk Available-for-sale financial assets and
certificates of deposit) mencapai 5 miliar dolar.

2013

Dewan Infosys menunjuk NR Narayana Murthy sebagai Ketua Eksekutif


Dewan Direksi.
Infosys mulai diperdagangkan di NYSE Euronext London dan pasar Paris.
Infosys Edge memenangkan NASSCOM Bisnis Innovation Award untuk
2013.
Infosys dianugerahi penghargaan 2013 Environmental Tracking Carbon
Ranking Leader'.

2012

Terdaftar di pasar NYSE.


Infosys mengakuisisi Lodestone Holding AG, sebuah konsultan manajemen
terkemuka yang berada di Swiss.
Forbes memberikan peringkat kepada Infosys di antara perusahaan paling
inovatif di dunia.
Infosys berada di antara top 25 pemain di Caring for Climate Initiative.

2011

NR Narayana Murthy menyerahkan kepemimpinan kepada KV Kamath.


S.D. Shibulal, COO, mengambil alih sebagai CEO dan MD dari Kris
Gopalakrishnan.
Infosys mencapai US$ 6 miliar revenue mark, kekuatan karyawan tumbuh
lebih dari 125.000.

2010

Infosys mencapai US $ 5 miliar revenue mark.

2009

Infosys terpilih sebagai anggota dari The Global Dow.


Kekuatan karyawan tumbuh menjadi lebih dari 100.000.

2008

Infosys mencapai pendapatan US $ 4.18 miliar.


Keuntungan bersih tahunan mencapai US $ 1 miliar.

2007

Infosys mencapai pendapatan US $ 3 miliar.


Karyawan tumbuh menjadi lebih dari 70.000.
Kris Gopalakrishnan, COO, mengambil alih sebagai CEO. Nandan Nilekani
M. Ditunjuk sebagai Co-Chairman of the Board of Directors.
Infosys membuka anak perusahaan baru di Amerika Latin.
Infosys melaporkan pendapatan Q2 lebih dari US $ 1 miliar.

2006

Infosys merayakan 25 tahun. Pendapatan mencapai US $ 2 miliar. Karyawan


tumbuh menjadi lebih dari 50.000.
NR Narayana Murthy pensiun dari layanan perusahaan saat berumur 60.
Direksi menunjuk dia sebagai Direktur tambahan. Dia melanjutkan sebagai
Chairman dan Chief Mentor dari Infosys.

2005

Mencatat sebagai the largest international equity offering of US$ 1 billion dari
India.
Dipilih untuk Global MAKE Hall of Fame.

2004

Pendapatan mencapai US $ 1 miliar.


Infosys Consulting Inc diluncurkan.

2003

Infosys menetapkan anak perusahaan di Cina dan Australia.


Infosys memperluas operasi di Pune dan China, dan mendirikan Pusat
Pengembangan di Thiruvananthapuram.

2002

Menyentuh pendapatan US $ 500 juta.


Nandan Nilekani M. mengambil alih sebagai CEO dari NR Narayana Murthy,
yang ditunjuk sebagai Ketua dan Chief Mentor
Membuka kantor di Belanda, Singapura dan Swiss.
Menjadi sponsor sekunder ADS offering.
Infosys dan Wharton School of University of Pennsylvania mendirikan The
Wharton Infosys Business Awards Transformasi (WIBTA).
Meluncurkan Progeon, yang menawarkan layanan proses bisnis outsourcing.

2001

Menyentuh pendapatan US $ 400 juta. Membuka kantor di UEA dan


Argentina, dan Pusat Pengembangan di Jepang.
NR Narayana Murthy berperingkat di antara Majalah Time/CNN 25
pengusaha paling berpengaruh di dunia.
Infosys dinilai sebagai Best Employer oleh Business World/Hewitt.

2000

Menyentuh pendapatan US $ 200 juta.


Membuka kantor di Perancis dan Hong Kong, pusat pembangunan global di
Kanada dan Inggris, dan tiga pusat pengembangan di AS.
Meluncuran ulang Bank 2000, solusi universal banking dari Infosys, sebagai
Finacle .

1999

Menyentuh pendapatan US $ 100 juta. Terdaftar di NASDAQ.


Infosys menjadi perusahaan ke-21 di dunia yang mencapai sertifikasi CMM
Level.
Membuka kantor di Jerman, Swedia, Belgia, Australia, dan dua pusat
pengembangan di AS.
Infosys Bisnis Consulting Services diluncurkan.

1998

Memulai praktek enterprise solutions (packaged applications).

1997

Membuka kantor di Toronto, Kanada.


Infosys dinilai pada CMM Level 4.

1996

The Infosys Foundation didirikan.

1995

Membuka kantor Eropa pertama di Inggris dan Pusat Pengembangan Global di


Toronto dan Mangalore. Mengatur praktek e-Bisnis.

1994

Kantor pusat perusahaan pindah ke Electronics City, Bangalore. Membuka


Pusat Pengembangan di Fremont.

1993

Memperkenalkan program Stock Options Karyawan (ESOP).


Mendapatkan sertifikasi ISO 9001 / TickIT.
Go public.

1987

Membuka kantor internasional pertama di Boston, AS.

1983

kantor pusat perusahaan pindah ke Bangalore.

1981

Infosys didirikan oleh NR Narayana Murthy dan enam insinyur di Pune, India,
dengan modal awal US $ 250
Menandatangani klien pertamanya, Data Basics Corporation, di New York.
B. Visi dan Misi Infosys
Visi
To be a globally respected corporation that provides best-of-breed business solutions
leveraging technology delivered by best-in-class people.
(Menjadi perusahaan global dihormati yang menyediakan best-of-breed teknologi
solusi bisnis leveraging yang dilakukan oleh orang terbaik di kelasnya.)
Misi
To achieve objectives in an environment of fairness, honesty, and courtesy towards
clients, employees, vendors andsociety at large.
(Mencapai tujuan dalam lingkungan keadilan, kejujuran, dan kesopanan terhadap
klien, karyawan, vendor dan masyarakat pada umumnya.)
C. Tantangan Infosys Dalam Lingkungan Bisnis yang Korup
India terkenal sebagai negara terkorup sejak dulu. Dan hal itu mempengaruhi
jalannya usaha Infosys. Tantangan pertama yang dihadapi Infosys terjadi pada tahun
1984, dimana pada saat itu Infosys memutuskan untuk mengimpor super
minicomputer agar Infosys dapat segera mengembangkan software untuk klien di luar
10

negeri. Ketika minicomputer tersebut sampai di Bandara Banglore, petugas setempat


menolak untuk mengurusnya kecuacli jika Infosys mau memberikan semacam
sogokan untuk meloloskannya. Satu-satunya cara untuk meloloskannya dengan bersih
(tanpa korup) hanyalah dengan membayar biaya sebesar 135% dari yang seharusnya.
Walaupun pada akhirnya Infosys harus membayar dua kali lipat dari harga super
minicomputernya itu sendiri, Infosys memilih melakukan cara bersih tersebut,
meskipun keadaan yang sebenarnya mengharuskan Infosys melakukan pinjaman
karena Infosys tidak ingin melakukan hal-hal yang berbau korup.
Tantangan korup kedua adalah ketika di masa-masa awal berdirinya Infosys.
Infosys bid kontrak senilai $1juta dari suatu perusahaan besar dalam keadaan
perekonomian yang sedang berkembang. CIO perusahaan tersebut kemudian
mengundang Narayana Murthy makan malam. Dalam acara makan malam itu, CIO
meminta sogokan berupa mobil mewah agar bid Infosys diterima. Narayana kemudian
menolak permintaan sogokan tersebut, dan Infosys pada akhirnya tetap memenangkan
bid tersebut.
Tantangan utama dalam lingkungan bisnis seperti yang dijelaskan dalam
wawancara dengan Narayana Murthy adalah banyaknya praktik korupsi. Saingan
usaha, petugas pemerintah, bahkan pegawai sendiri seringkali melakukan korup.
Dalam wawancara ini disebutkan tindakan korup yang paling sering adalah sogokan
(bribe), tidak membuat Infosys melakukan hal-hal seperti itu. Infosys selalu
berpegang teguh pada values perusahaan, mengikuti aturan hukum yang berlaku dan
memiliki etika dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini tidak membuat Infosys terpuruk,
justru memberikan keuntungan dengan semakin dipercayanya Infosys oleh para klien.
Kepercayaan ini membuat klien tidak segan untuk memberikan proyek yang lebih
besar skalanya dibandingkan perusahaan saingan Infosys. Lingkungan bisnis yang
korup memang menjadi tantangan besar Infosys, tetapi dengan values (yang
memegang teguh etika bisnis) yang terus ditanamkan kepada pegawainya membuat
Infosys dapat bertahan dan bahkan menjadi perusahaan yang dihormati.
D. Tindakan Infosys Technologies, Ltd.
1. Kunci Keberhasilan Infosys Dalam Mengatasi Tekanan Untuk Terlibat Korupsi dan
Membalikkan Situasi yang Dihadapi Sehingga Dapat Menjadi Perusahaan Global
Hal pertaman dan mendasar yang dilakukan Infosys adalah menanamkan
sifat-sifat mulia dan berbudi luhur di dalam diri masing-masing terlebih dahullu.
Lebih baik bersusah-susah di awal daripada harus korupsi di perjalanannya. Setiap
keputusan yang diambil merupaan values-based decision, tidak hanya melihat nilai
11

uang. Hal ini membuat seluruh pegawai Infosys, tidak hanya Narayana Murthy
selaku petinggi perusahaan, mendapatkan kepercayaan diri untuk melakukan segala
sesuatu mengikuti prosedur yang benar dan memang sudah seharusnya, bahkan
ketika keadaan di sekitar mereka seluruhnya melanggar aturan dan ketentuan yang
berlaku. Hal ini juga mendorong antusiasme mereka; mereka menjadi lebih
berkomitmen terhadap perusahaan dan menjadi lebih produktif. Karena ethnical
image inilah, Infosys justru mendapat kepercayaan lebih dari klien untuk
melakukan proyek yang lebih besar. Values yang ditanamkan sejak awal ini
kemudian menjadi keuntungan atau kelebihan utama Infosys, memberikan
pendapatan yang lebih besar, pegawai berkemampuan tinggi, investor besar, dan
semakin dihormati oleh pemerintah dan masyarakat. Values ini didapat dengan
komitmen yng kuat terhadap para klien, dan tentu saja kerja keras. Narayana
Murthy mengatakan : A good company always go beyond following the law.
Ethnical behavior transcends legal compliance is about satisfying the authorities.
---- (bisa liat lanjutannya di HBR) *keterbatasan dalam bahasa inggris, hehehe*--2. Perbandingan Tantangan yang Dihadapi Infosys di India dengan Tantangan yang
Dihadapi Perusahaan yang Beroperasi di Indonesia
Tantangan Infosys di India
Pada tahun 1981, Infosys menghadapi
berbagai
tantangan
pada
saat
pendiriannya di India, diantaranya
korupsi, nepotisme dan profiteering.

Pada Februari 1984, ketika Infosys


melakukan
impor
mesin
untuk
perawatan software dari luar negeri,
petugas pajak di airport mempersulit hal
ini dan meminta suap agar jalan Infosys
dipermudah.

Ketika harus bernegosiasi dalam proyek


yang melibatkan perusahaan asing,

12

Tantangan Perusahaan di Indonesia


Perusahaan
di
Indonesia
juga
mengahdapi tantangan yang sama.
Angka korupsi di Indonesia masih
menjadi salah satu yang tertinggi di
dunia. Indonesia menjadi Negara
dengan peringkat korupsi nomor 114
dari 177 negara.
Sama halnya seperti di India,
perusahaan yang beroperasi di
Indonesia juga menghadapi tantangan
dalam hal pungutan liar. Praktik
perpajakan bea cukai di pelabuhan dan
airport sangat marak dengan tindakan
suap menyuap. Dari data Transparency
International,angka penyuapan di
Indonesia bernilai 7,1 dari skala 10
yang menandakan praktik suap masih
sangat tinggi.
Seperti yang diketahui, di Indonesia
praktik negosiasi dengan suap sangat

Infosys juga menghadapi tantangan


yang sama yaitu paktik penyuapan,
terutama
pada
negara-negara
berkembang.
Infosys tidak ingin bertindak dalam
praktik abu-abu, sepert misalnya
melakukan praktik perpajakan yang
curang dan merugikan negara tapi
dalam kaca mata hukum hal tersebut
legal. Karena Infosys selalu berpegang
teguh pada nilai yang dibawa, Infosys
pun menghindari hal ini.
Pada tahun 1995, ketika Infosys
mengalami kerugian finansial, Infosys
secara gamblang mengungkapkannya di
dalam laporan keuangan. Investor
melihat hal ini sebagai sinyal positif
akan transparansi yang dipraktikkan
oleh Infosys

marak terjadi seakan-akan sudah


menjadi budaya dalam birokrasi di
Indonesia.
Contoh di Indonesia dalam praktik
abu-abu seperti ini kerap terjadi dalam
dunia perpajakan. Dalam kaca mata
hukum melakukan hal tersebut tidak
ilegal, tetapi dalam konsep etika, hal
tersebut dianggap tidak sesuai dengan
etika.

3. Evaluasi Praktik Corporate Governance yang Baik Dapat Membantu Dalam


Mengatasi Tekanan Untuk Terlibat Korupsi
Pada awalnya, Corporate Governance dan korupsi merupakan isu yang
kontroverisal dan jarang dibicarakan. Namun kini kedua isu tersebut sudah menjadi
prioritas pada pembangunan bagi sektor perusahaan, baik yang skalanya nasional
maupun

multinasional.

Korupsi dalam

bahasa

Latin: corruptio

dari

kata

kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,dan


menyogok.

Menurut

Kaufman

(2011),

korupsi

merupakan

tindakan

penyelewengan/penyalahgunaan kepentingan publik demi meraih keuntungan


pribadi/kelompok. Isu korupsi saat ini sudah menjadi permasalahan global.
Korupsi saat ini menjadi tantangan bagi pemerintahan di seluruh dunia. Baik
perusahaan publik maupun privat harus terlibat aktif untuk mengatasi korupsi .
Peningkatan tata kelola yang baik dan pengendalian korupsi merupakan materi
yang krusial bagi pembangunan. Sebuah negara dapat berkembang dengan
berkelanjutan jika strategi yang benar sudah diterapkan dan permasalahan politik
dapat diatasi.
Di Indonesia, Korupsi lebih terspesialisasi kepada tindakan para pejabat
publik atau aparat pemerintahan. Indonesia sebagai salah satu anggota
Transparancy International yang ikut serta dalam gerakan untuk meberantas
13

korupsi ternyata masih memiliki score Corruption Perception Index (CPI) yang
rendah. Score yang rendah ini menunjukan Indonesia belum mampu memberantas
korupsi dengan baik dan masih terdapat celah-celah bagi koruptor untuk
melakukan korupsi. Korupsi yang meluas menandakan penerapan tata kelola pada
sistem pemerintahan yang tidak baik.
Kaufmann (2011) mengungkapkan bahwa korupsi timbul karena rendahnya
dan lemahnya hak-hak politik, termasuk diantaranya pemilihan umum yang tidak
demokratis, adanya pihak legislatif, partai oposisi, dan lemahnya kebebasan warga,
yang juga mencakup hak untuk bersuara, media yang independen, dan kebebasan
berbicara. Korupsi dapat dikontrol dengan cara menghormati kebebasan bersuara,
berpolitik, dan juga dengan penerapan hukum yang baik. Dari segi perusahaan,
korupsi tidak bisa ditekan hanya dengan menaikkan gaji karyawan, tetapi harus
dengan adanya proses perekrutan yang profesional, metode training yang baik, dan
alur promosi yang mebuka kesempatan lebih besar bagi karyawan. Ketika korupsi
bisa diberantas atau dikontrol, peningkatan perekonomian yang mungkin terjadi
adalah kenaikan GDP per kapita sebesar 3 kali lipat, penurunan tingkat kematian
bayi sebesar 3 kali lipat, dan penurunan angka buta huruf sebesar 20% dalam
jangka panjang.
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) biasanya diterapkan untuk
pemberantasan korupsi di pemerintahan suatu negara. Bagi perusahaan yang telah
go public, penerapan GCG menjadi keniscayaan karena seluruh kegiatan usaha
yang dilaksanakan oleh organ-organ perusahaan (RUPS, Dewan Komisaris, dan
Dewan Direksi) harus dilakukan dalam kerangka pemenuhan hak dan tanggung
jawab seluruh pemegang saham, termasuk para pemegang saham minoritas yang
notabene dikuasai oleh publik, atas dasar kewajaran dan kesetaraan (fairness)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Penerapan GCG pada sektor swasta dan BUMN/BUMD merupakan salah satu
upaya pencegahan korupsi.
Penerapan Good Corporate Governance perlu didukung oleh tiga pilar yang
saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia
usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:
a)
Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang
menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan

14

peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten


b)

(consistent law enforcement) .


Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar

c)

pelaksanaan usaha.
Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang
terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan
melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung
jawab.
Salah satu tujuan dari implementasi GCG pada sektor usaha adalah agar

tercipta kondisi usaha yang bersih dari praktek-praktek korupsi, baik secara
internal perusahaan maupun dalam kaitannya dengan perusahaan atau lembaga
lain. Oleh karena itu, perlu didalami bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh
perusahaan dalam mencegah tindakan korupsi.
Beberapa hal yang dilihat dalam aspek pencegahan korupsi adalah:
a) Transparansi dan independensi dalam pemilihan pejabat perusahaan serta
b)
c)
d)
e)
f)

dalam pengambilan keputusa.


Tindakan yang dilakukan terhadap potensi terjadinya benturan kepentingan
Fairness dalam proses pemilihan perusahaan pemasok
Kontrol terhadap pelaksanaan berbagai peraturan atau pedoman perilaku
Tindakan pencegahan korupsi, dan
Kerjasama dengan lembaga penegak hukum
Aspek GCG mendorong keterbukaan informasi dan transparansi.

Mekanisme pencegahan korupsi oleh pemerintah dan lembaga pemberantasan


korupsi disertai juga pengawasan dari masyarakat merupakan beberapa hal yang
menyebabkan banyak kasus korupsi terungkap.
Peran penerapan GCG dalam perusahaan merupakan salah satu cara untuk
meminimalkan korupsi. Berbeda dengan korupsi dalam area pemerintahan yang
pada umumnya yang menghabiskan uang dan merugikan rakyat, korupsi pada
perusahaan dapat membuat perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan,
merugikan para stakeholder termasuk karyawan dan pemegang saham. Ditambah
lagi. Ketika perusahaan bangkrut, dampaknya bukan lagi hanya bagi investor dan
karyawanya saja tetapi negara dan masyarakat luas juga bisa terengaruh. Karena
negara tidak lagi mendapatkan penerimaan pajak dari perusahaan tersebut.
Contohnya adalah pada kasus penerapan GCG yang buruk pada Enron di Amerika.
Hal ini menyebabkan kerugian bagi pemegang saham, kreditor dan juga karyawan
di Enron. Selain itu kasus ini juga menyeret Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen ke masalah tersebut. KAP tersebut dianggap memiliki peran dalam kasus
tersebut dengan memberikan opini Wajar tanpa pengecualian, padahal Enron
15

terbukti melakukan aksi fraud. KAP Andersen bangkrut dan terpaksa menutup
seluruh cabangnya diseluruh dunia.
Pemberantasan korupsi merupakan hal yang sulit dan harus dilakukan
bersama. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas harus bekerjasama dengan
menggalakkan praktik GCG. Dengan ditanamkannya praktik GCG yang sistematis
dan kental akan nilai-nilai etis, diharapkan perusahaan dapat terhindar dari praktik
korupsi.

BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

16

Hasil dari peninjauan terhadap kasus Infosys, menurut kelompok kami,


Infosys merupakan perusahaan yang memang terbukti telah membangun perusahaan
mereka dengan nilai-nilai etika sebagai pondasinya. Bukan profit yang mereka kejar,
tapi dengan mengedepankan tata kelola yang beretika maka perusahaan dapat
mengejar ketinggalannya dalam segi profit.
Infosys juga telah merancang dan mengimplementasikan program etika,
sistem nilai yang disebut oleh Brooks, cultural values dalam perusahaan. N. R.
Narayana Murthy dan enam orang insinyur pendiri Infosys berhasil menciptakan
struktur korporasi yang beretika sejak tahun 1981.
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar, Yogi. 2014. Iklim Etika Dan Integritas Organisasi Resume. PPAK FE Universitas
Widyatama
Kartikadewi, Chitarani, dkk. 2014. Corporate Ethical Governance & Accountability.
MAKSI-PPAK FE Universitas Indonesia
https://www.scribd.com/doc/257817630/Korupsi-Di-Indonesia-Dalam-Praktik-Good-PublicGovernance
https://www.coursehero.com/file/p6nvtvp/Tantangan-korup-kedua-adalah-ketika-di-masamasa-awal-berdirinya-Infosys/
https://hbr.org/2011/11/why-dont-we-try-to-be-indias-most-respected-company#

17

18

Anda mungkin juga menyukai