Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

Mengenal dan memahami proses pembuatan gliserol sebagai produk pengolahan hilir
dari komoditi sawit

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Tyagita Pratiwi

(131710101035)

Aji Dwi Waskito

(131710101053)

Wulan Suci W.

(131710101108)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineneesis jacg) merupakan tumbuhan tropis yang
tergolong dalam family palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian,
tumbuhan ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit
merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis turunannya seperti minyak
alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit,
dan industri farmasi. Sisa pengolahannya dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan
campuran pakan ternak. Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang
paling besar. Kadar karotenoid dalam minyak sawit yang belum dimurnikan berkisar
antara 500-700 ppm dan lebih dari 80% nya adalah dan karoten. Dilihat dari
kadar aktivitas provitamin A, kadar karotenoid minyak sawit mempunyaiaktivitas 10
kali lebih besar dibanding wortel dan 300 kali lebih besar dibanding tomat.
Salah satu hasil olahan dari kelapa sawit adalah gliserol. Gliserol merupakan
senyawa kimia yang banyak digunakan pada industri farmasi dan kosmetik.
Pembuatan gliserol dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya melalui
reaksi transesterifikasi, saponifikasi dan hidrolisis minyak. Seiring dengan
berkembangnya industri di Indonesia, maka kebutuhan gliserol yang merupakan
bahan baku serta bahan penunjang industri kimia mengalami peningkatan. Istilah
gliserol digunakan untuk zat kimia yang murni, sedang gliserin digunakan untuk
istilah hasil pemurnian secara komersial (Kirk Othmer, 1966). Pada
penganekaragaman industri kimia khususnya, gliserol adalah salah satu bahan yang
penting di dalam industri. Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai
industri, misalnya: obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia,
larutan anti beku, dan tinta printer. Jika dilihat dari banyaknya kebutuhan gliserol di
Indonesia, maka untuk mencukupi kebutuhan bahan gliserol di Indonesia masih
didatangkan dari luar negeri.
Pengolahan gliserol dari kelapa sawit memang relatif susah karena proses
pemisahanya juga relative susah. Hal ini dikarenakan gliserol merupakan produk
sampingan yang dalam proses pembuatanya tidak murni hanya griserol saja, misalnya
biodoesel. Maka dari itu, makalah ini ditulis untuk mengetahui cara pembuatan
gliserol dari kelapa sawit. Karena dalam prospek pasar nantinya gliserol sangat
dibutuhkan untuk pembuatan berbagai macam produk kimia seperti obat-obatan,
bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia, larutan anti beku, dan tinta
printer

1.1 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dilakukannnya pendalaman tentang materi produk hilir
kelapa sawit antara lain :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian gliserol.


Mengetahui proses pengolahan gliserol.
Mengetahui Fungsi dan kegunaan gliserol.
Mengetahui prospek pasar dari produk gliserol.
.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Gliserol


Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh Scheele pada tahun 1770 yang
diperoleh dengan memanaskan minyak zaitun (olive oil). Pada tahun 1784, Scheel
melakukan penelitian yang sama terhadap beberapa sumber minyak nabati lainnya
dan lemak hewan seperti lard. Scheel menamakan hasil temuannya ini dengan
sebutan the sweet principle of fats. Nama gliserin baru dikenal setelah pada tahun
1811. Nama ini diberikan oleh Chevreul (orang yang melanjutkan penelitian Scheele )
yang diambil dari bahasa Yunani (Greek) yaitu dari kata glyceros yang berarti manis.
Pada tahun 1836, Pelouze menemukan formula dari gliserol dan pada tahun 1883
Berthlot dan Luce mempublikasikan formula struktur gliserol.
Tahun 1847, Sobrero menemukan nitoglycerine, suatu senyawa yang tidak stabil
yang mempunyai potensi besar untuk berbagai aplikasi komersial. Tahun 1836, Alfred
Nobel mendemostrasikan kemampuan daya ledak nitroglycerine. Pada tahun 1875,
Alfred Nobel menemukan suatu peledak yang disebut gelatin yaitu campuran dari
nitroglycerine dan nitrocellulose. Penemuan bahan peledak ini membuat permintaan
akan gliserin sangat meningkat terutama pada saat revolusi industri. Pada tahun 1883,
Runcon mematenkan recovery gliserin dari sabun alkali hasil distilasi.
2.2 Pengertian Gliserol
Biodiesel terdiri dari asam lemak alkil ester yang dihasilkan melalui suatu reaksi
transesterifikasi dari minyak tumbuhan dan lemak hewan. Ketika methanol digunakan
untuk reaksi transesterifikasi, maka akan terbentuk asam lemak metalester (fatty acid
methyl esters/FAME). Reaksi transesterifikasi pada proses produksi biodiesel dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema reaksi transesterifikasi dari trigliserida


Dalam pembuatan biodiesel, terdapat produk lain yaitu gliserol. Gliserol ialah
suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom karbon
mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, tiga molekul
asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida dan
trigliserida. Struktur kimia dari gliserol adalah sebagai berikut :
CH2OH
CHOH
CH2OH
Gambar 2. Struktur Kimia gliserol
Dalam istilahnya, gliserin dan gliserol adalah sama tetapi pemakaian kata
gliserol biasa dipakai jika kemurnian rendah (masih terkandung dalam air manis)
sedangkan pemakaian kata gliserin dipakai untuk kemurnian yang tinggi. Istilah
gliserol hanya berlaku pada senyawa kimia murni 1, 2, 3-propanatriol. Sedangkan,
istilah gliserin berlaku untuk produk yang dimurnikan, biasanya mengandung
>95% gliserol. Tetapi secara umum, gliserin merupakan nama dagang dari gliserol.
Gliserol merupakan suatu produk samping (by-product) cukup besar yang dihasilkan
dari proses produksi biodiesel. Gliserol yang dihasilkan pada setiap proses produksi
biodiesel mencapai 10%. Pencucian gliserol pada limbah biodiesel menggunakan air
(rasio 1 : 3, 1 : 4, dan 1 : 5) dan dilanjutkan dengan proses pemisahan gliserol
merupakan suatu proses penting berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan
(Karaosmanoglu et al., 1996).
Beberapa jenis gliserin tersedia dalam pasaran, berbeda dalam hal kandungan
gliserol serta karakteristik-karakteristik lain seperti: warna, bau, dan jumlah pengotor.
Gliserol merupakan suatu senyawa jernih, kental, dan bersifat higroskopis pada
temperatur ruangan di atas titik didihnya. Gliserol terlarut dalam air dan alkohol;

sedikit terlarut dalam dietil eter, etil asetat, dan dioksan; serta tidak terlarut dalam
hidrokarbon (Knothe et al.,2005). Beberapa sifat fisik gliserol terdapat pada Tabel 1
Tabel 1. Sifat Fisik Gliserol
Sifat
Nilai
18,17
Titik Lebur (C)
290
Titik didih (C), 101,3 kPa
1,2620
Spesific gravity (25.25) (C)
63,4
Tegangan Permukaan (20C, Mn/M)
Konduktivitas thermal (W/(Mk))
0,28
H pembentukan (kJ/mol)
667,8
117
Titik nyala (C)
204
Titik api (C)
Sumber: Knothe et al., 2005
Pengembangan gliserol yang merupakan suatu produk samping industri
biodiesel sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan luasnya aplikasi gliserol pada
berbagai industri. Beberapa aplikasi gliserol dalam industri antara lain: sebagai
emulsifier, agen pelembut, plasticizer, dan stabilizeres krim; sebagai pelembab kulit,
pasta gigi, dan obat batuk; sebagai media pencegahan pada reaksi pembekuan sel
darah merah, sperma, kornea, dan jaringan lainnya; sebagai tinta printingdan bahan
aditif pada industri pelapis dan cat; sebagai bahan antibeku, sumber nutrisi dalam
proses fermentasi, dan bahan baku untuk nitrogliserin (Syarif, 2002).
2.3 Proses Pembuatan Gliserol
Gliserol terdapat dalam minyak dan lemak, berkombinasi dengan asam
palmitat, asam stearat, dan asam oleat dalam bentuk gliseril ester dari asam-asam ini
(tripalmitin, tri stearin, tri olein). Gliserol juga berkombinasi dengan gliserida
berbagai asam lemak pada minyak seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak biji
kapas, minyak kacang kedelai, dan minyak zaitun yang menghasilkan sejumlah besar
gliserol daripada yang didapatkan pada lemak seperti lemak babi. Dalam beberapa
jenis lemak dan minyak, gliserol berkombinasi parsial dengan asam-asam lainnya
misalnya dalam mentega dimana 5% dari total lemak adalah gliserol-tributirat atau
tributirin. Gliserol juga terdapat dalam kuning telur dan otak manusia dalam bentuk
asam fosfo-gliserat. Penelitian Pasteur juga telah menemukan keberadaan gliserol
sebagai komponen tetap diantara produk-produk fermentasi. Gliserol juga terjadi
secara alami seperti trigliserida pada seluruh sel hewan dan tumbuhan dalam bentuk
lipida seperti lesitin dan sepalin.
Proses produksi gliserol dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:

1. Saponifikasi yaitu Penyabunan minyak / lemak dengan NaOH untuk membentuk


sabun dan larutan alkali sabun. Larutan alkali sabun yang terbentuk mengandung
4 20 % gliserol dan juga diketahui sebagai sweetwater atau gliserin.

2. Penggunaan enzim lipase yaitu hidrolisis trigliserida dengan lipase.

3. Hidrolisa CPO menggunakan H2O yaitu dengan menghidrolisis CPO dengan H2O
merupakan metode yang umum dipakai untuk menghasilkan gliserol dan asam
lemak.

Proses hidrolisa minyak atau lemak ini masih menghasilkan gliserol yang
terkandung dalam air manis. Kandungan gliserol dalam air manis harus diuapkan
untuk mendapatkan gliserol yang murni. Proses pemurnian gliserol dilakukan dengan
tahapan tahapan berikut:
1. Pemurnian menggunkan sentrifuge
2. Evaporasi
3. Filtrasi
Sentifuse dilakukan dengan tujuan menghilangkan asam lemak bebas sisa dan
kotoran padat yang masih ada pada air, Pada proses recovery gliserol dari sweet
water dilakukan dengan menggunakan triple effect evaporator. Untuk menguapkan 1
kg air diperlukan 1,1 kg uap. Tekanan evaporator pertama 1 at, evaporator kedua 3
atm dan evaporator ketiga 5 atm.

Proses atau diagram alir pembuatan gliserol dapat dilihat pada gambar
dibawah berikut :
.

Crude Gliserin

Pre-Heater

Distilasi

Air

Gliserin +Air

Distilasi gliserin

Carbon aktif

Bleaching

Filtrasi

Gliserin

Karbon aktif sebagai adsorben untuk memurnikan minyak jelantah menjadi


biodiesel. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan karbon aktif untuk memurnikan
gliserin karena karbon aktif adalah adsorben alternatif untuk menyerap zat organik
yang menyebab warna kuning kemerahan pada crude glycerine yaitu minyak,
posphoric acid, air.
2.4 Fungsi dan Kegunaan Gliserol
1. Pada produk makanan

a.
b.
c.
d.
e.

2.

3.

4.

5.

6.

Pelarut untuk pemberian rasa (seperti vanilla) dan pewarnaan makanan


Agen pengental dalam sirup
Pengisi dalam produk makanan rendah lemak (biskuit)
Pencegah kristalisasi gula pada permen dan es
Medium transfer panas pada kontak langsung dengan makanan saat
pendinginan cepat
f. Pelumas pada mesin yang digunakan untuk pengolahan dan pengemasan
makanan. Pada tahun-tahun terakhir, poligliserol dan poligliserol ester
meningkat, Penggunaannya dalam makanan, khususnya mentega dan lemak.
Pada obat-obatan dan kosmetik
a. Pada obat-obatan dan kedokteran gliserin bahan tambahan dalam larutan
alkohol dan obat penyakit
b. Gliserit pada kanji digunakan dalam selai dan obat salep
c. Obat batuk dan obat bius, seperti larutan gliserin-fenol
d. Pengobatan telinga dan media pembiakan bakteri
e. Turunannya digunakan sebagai obat penenang
f. Krim dan lotion untuk menjaga kehalusan dan kelembutan kulit
g. Bahan dasar pembentukan pasta gigi, sehingga diperoleh kehalusan, viskositas
dan kilauan yang diinginkan.
Tembakau
a. Pada pengolahan tembakau, gliserin adalah bagian penting dari larutan yang
disemprotkan pada tembakau sebelum daunnya dihaluskan dan dikemas.
b. Dengan pewarna, digunakan 3 % berat tembakau untuk mencegah daun
menjadi rapuh dan hancur selama pengolahan
c. Pengolahan tembakau kunyah untuk menambah rasa manis dan mencegah
pengeringan
d. Bahan pelunak pada kertas rokok.
Bahan pembungkus dan pengembang
a. Pembungkus daging, jenis khusus kertas, seperti glassine dan greasproof
memerlukan bahan pelunak untuk memberi kelenturan dan kekerasan
Pelumas
a. Gliserin dapat digunakan sebagai pelumas jika minyak tidak ada. Ini
disarankan untuk kompresor oksigen karena lebih tahan terhadap oksidasi
daripada minyak mineral.
b. Pelumas pompa dan bantalan fluida seperti bensin dan benzen
c. Pada industri makanan, farmasi dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai
pengganti minyak
d. Textile oils dalam operasi penenunan dan perajutan pada industri tekstil.
Lain-lain

a. Campuran semen, sabun, detergen, aspal, keramik, pengolahan kayu dan kulit,
emulsifier, jangka, komponen patri.
2.5 Sasaran Pasar
Penggunaan gliserol sangat ber macam-macam, mulai dari untuk pangan,
kosmetik, pengolahan tembakau, semen, pelumas, dan banyak lainnya. Kegunaan ini
akan memberikan prosepek pasar yang sangat baik dari segi sektor industri besar
hingga industri farmasi.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari artikel yang telah disusun, dapat disimpulkan bahwa:
1. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi
tiap atom karbon mempunyai gugus OH.
2. Proses produksi gliserol dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
sapoonifikasi, penggunaan enzim lipase, dan Hidrolisa CPO menggunakan
H2O.
3. Beberapa aplikasi gliserol dalam industri antara lain: sebagai emulsifier, agen
pelembut, plasticizer, dan stabilizeres krim; sebagai pelembab kulit, pasta
gigi, dan obat batuk; sebagai media pencegahan pada reaksi pembekuan sel
darah merah, sperma, kornea, dan jaringan lainnya.
4. Penggunaan gliserol sangat ber macam-macam, mulai dari untuk pangan,
kosmetik, pengolahan tembakau, semen, pelumas, dan banyak lainnya.
Kegunaan ini akan memberikan prosepek pasar yang sangat baik dari segi
sektor industri besar hingga industri farmasi.
3.2 Saran
Ditinjau dari artikel yang dibuat,sebaiknya proses pembuatan produk hilir kelapa
sawit ini di sosialisasikan kepada masyarakat sehingga banyak yang mengetahui cara
pengolahanya

DAFTAR PUSTAKA

Karaosmanoglu, V.M., T.H.Mc Hugh, J.de Berrtos., D. Olson., J. Pan and J.M.Krocht
1996. Glicerol Content Effect On The Tensile Properties of Whey Protein
Sheet Formed by Twin-Scren Extrusion. California Dairy Research.
Kick othmer, N and S. Guilbert. 1996. Bio Packaging : Tecnology and Properties of
Edible Biodegradable Material of Agricultural Origin, Food Packaging a
Preservation. The AVI Publ. Inc., Westport, Connecticut.
Knothe, J. M., E. A. Baldwin and M. O. Nisperos-Cariedo. 2005. Edible Coatings
and Films To Improve Food Quality. Technomic Publ. Co. FC, LancasterBasel
Syarief, R., S. Koswara, Y. Haryadi, C.C. Andjaya dan M. Arpah. 2002. Praktikum
Teknologi Pengemasan Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai