Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbolsimbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma
untuk berperilaku.
Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi
tersebut. Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok
yang berbeda-beda dan terpisah, tetapi ada juga yang memiliki
kecenderungan homohgen. Kelompok berbeda (distinct group) yang
ada dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai
subbudaya (subcultures). Indonesia adalah sebuah contoh negara yang
memiliki subbudaya yang sangat beragam baik etnis maupun agama.
Hal ini berbeda dengan Jepang yang hanya memiliki beberapa
subbudaya dan cenderung bersifat homogen.
Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal
karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga
mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu
kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan
cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.
Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti,
kepercayaan, standar, pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang
disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan
bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang
dirinya serta orang lain. Budaya suatu masyarakat disampaikan dari
generasi ke generasi dan aspek-aspek seperti bahasa,
kepercayaan/keyakinan, adat, dan hukum, akan saling berkaitan dan
membentuk pandangan masyarakat akan otoritas, moral, dan etika.
Pada akhirnya budaya akan bermanifestasi ke dalam bagaimana
seseorang menjalankan bisnis, menegosiasikan kontrak atau
menangani hubungan bisnis potensial.
Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh
beberapa komponen utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk,
diterima atau ditolak), norma-norma (tertulis dan tidak tertulis),
simbol-simbol (warna logo suatu perusahaan), bahasa, dan
pengetahuan. Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup anatara
lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni,
pendidikan, humor, dan organisasi sosial. Menurut Cateora, budaya
memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material, lembaga sosial,
sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
Budaya material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian,
yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara
yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi
suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya.
bekerja keras lebih baik daripada yang tidak bekerja keras. Mereka
juga benci terhadap kemiskinan dan menghargai kerja keras. Di
Indonesia, khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan
masih memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, sementara ada
kecenderungan bahwa nilai gotong royong mulai memudar di daerah
perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualistis.
Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk
siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan,
dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di
negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia
bisnis marih relatif rendah. Sementara, di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat dan Eropa, peran wanita di dunia bisnis sudah cukup
kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda
antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status
para eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang
bernuansa materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai
dengan ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja
eksekutif, dan sejumlah aksesoris yang menarik. Di Indonesia, status
seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang
terkesan luks dan seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.
Pengambilan Keputusan
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para
eksekutif selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam
mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak
berkaitan dengan suatu keputusan pokok atau utama, sedangkan halhal yang lebih rinci diserahkan kepada manajer yang lebih bawa. Lain
halnya di Amerika Latin dan Jepang, proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh manajer puncak umumnya berjalan lambat dan
bertele-tele.
Konsep Waktu
Sebagian besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa waktu
sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika
Serikat dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien dengan
memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu.
Oleh karena waktu sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka
cenderung langsung menuju pada pokok persoalan (to the point) dan
cepat. Hal ini berbeda dengan para eksekutif dari Amerika Latin dan
Asia, yang umumnya memandang waktu relatif luwes/fleksibel.
Menurut mereka, menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis lebih
penting daripada sekedar dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
Perilaku Etis
Perilaku yang etis dan tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di
beberapa negara, perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang
secara resmi untuk persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran
tersebut dianggap sebagai hal yang rutin, namun di negara Amerika
Serikat dan Swedia hal tersebut dikategorikan sebagai bentuk suap
sehingga tidak etis dan ilegal.
Perbedaan Budaya Perusahaan
Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan
sesuatu. Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara
orang bereaksi dengan orang lain. Ia juga dapat melihat bagaimana
pekerja melakukan tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan dan
bereaksi satu sama lainnya, dan bagaimana mereka memandang
perubahan. Saat ini, banyak perusahaan di Amerika Serikat mencoba
membuat aliansi strategis dengan perusahaan asing dan sebagian
mengalami kegagalan. Salah satu alasan kegagalannya adalah
pertentangan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya.
Negosiasi Lintas Budaya
Moran, Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang pelatihan lintas budaya (cross-cultural training),
membedakan budaya dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan
(surface culture) seperti makanan, liburan, gaya hidup, dan budaya
tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap dan nilai-nilai yang
menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai
pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu
ketidaksetujuan pun bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika
Serikat cenderung relatif impersonal dalam melakukan negosiasi.
Mereka melihat tujuan mereka dalam sudut pandang ekonomi dan
biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting di antara
mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka
pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda
sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan
personal (pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan hubungan
personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam proses
negosiasi.
Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai
suasana yang formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan
kepada pihak lain.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik
pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang
e. Salah Audience
Topik yang dipilih hendaknya relevan dan sesuai dengan ekspektasi
Kegiatan komersial ini, seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa.
Transaksi yang dapat dilakukan di internet, antara lain
pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirimkan melalui
pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual.
Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan
terbukti memberikan keuntungan, antara lain :
untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui
internet;
harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah
biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai
tempat;
internet merupakan media promosi perusahaan dan produk yang
paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah; serta
pembelian melalui internet selalu akan diikuti dengan layanan
pengantaran barang sampai di tempat pemesan.
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce
memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu :
a. Transaksi tanpa batas : Sebelum era internet, batas-batas geografi
seringkali menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang
ingin go-international, sehingga hanya perusahaan atau individu yang
bermodal besar saja yang dapat memasarkan produknya ke luar
negeri. Dewasa ini, dengan internet pengusaha kecil dan menengah
dapat memasarkan produknya secara internasional, cukup dengan
membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet
tanpa dibatas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh
dunia dapat mengakses situs tersebut serta melakukan transaksi
secara on line.
b. Transaksi anonim: Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui
internet tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Penjual tidak
memerlukan nama dari pembeli sepanjang pembayarannya telah
diotorisasi oleh penyedia layanan sistem pembayaran yang ditentukan,
pada umumnya dengan kartu kredit,
c. Produk Digital dan Non Digital : Produk-produk digital seperti software
computer, musik dan produk lain yang bersifat digital, dapat
dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara
elektronik. Dalam perkembangannya obyek yang ditawarkan melalui
internet juga meliputi barang-barang kebutuhan lainnya.
d. Produk barang tak berwujud; Banyak perusahaan yang bergerak di
bidang e-commerce menawarkan barang tak berwujud (intangible)
seperti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
Implementasi e-commerce pada dunia industri, semakin lama semakin
luas tidak hanya memberikan kemudahan dalam bisnis, tetapi juga
mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global.
Perkembangan teknologi tidak hanya mendukung kelancaran dan
keberlangsungan suatu aktivitas bisnis, namun juga menciptakan
industri baru dalam komunikasi bisnis.
Penerapan e-commerce, telah menciptakan suatu komunitas tersendiri
kebenarannya.
d. Mayoritas konsumen di Indonesia masih merasa lebih aman serta
nyaman dalam bertransaksi yang dilakukan dengan cara interaksi dua
arah secara langsung.
Bisnis di dalam era globalisasi akan diselenggarakan dalam dukungan
penuh suatu kerja tim yang memiliki kemampuan untuk memadukan :
1. Keuletan bernegosiasi dengan wawasan (vision)
2. Kesabaran dan keuletan hati (tenacity)
3. Fleksibilitas dengan fokus.
Bisnis dalam era globalisasi dilakukan dengan melintasi jarak,
keanekaragaman lingkungan dan waktu secara cepat dan mudah.
Untuk dapat bersaing dan berhasil dalam lingkungan global yang
dinamis, haruslah dibekali dengan kesungguhan, kemampuan dan
inovasi serta selalu siap dan waspada dalam menghadapi perubahan
lingkungan bisnis yang cepat.
Di era globalisasi ini, dunia bisnis menghadapi lingkungan persaingan
yang cenderung semakin turbulen. Peran komunikasi bisnis menjadi
semakin sangat penting, yaitu kemampuan membaca, menafsirkan
laporan dan informasi dari lingkungan. Disamping kemampuan
menyampaikan gagasan, baik lisan maupun tertulis secara sistematik.
Di era globalisasi, keterampilan lintas budaya menjadi tuntutan dan
persyaratan, berupa kemampuan berinteraksi dengan berbagai ragam
budaya, gaya manajemen / bisnis bangsa lain, maupun kerjasama tim,
baik intern maupun dalam suatu aliansi strategis dengan mitra bisnis.
III. Penutup
Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran pesan atau informasi
untuk mencapai efektivitas dan efisiensi produk kerja di dalam struktur
dan sistem organisasi. Dalam kegiatan komunikasi bisnis, pesan
hendaknya tidak hanya sekedar informatif tetapi juga haruslah
Persuasif, agar pihak lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan atau melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Di era globalisasi ini, tantangan seorang manajer di masa depan relatif
akan semakin sulit, karena dunia bisnis menghadapi lingkungan
persaingan yang cenderung semakin turbulen. Para manajer perlu
membekali diri dengan keterampilan lintas budaya, berupa
kemampuan berinteraksi dengan berbagai ragam budaya, gaya
manajemen / bisnis bangsa lain, maupun kerjasama tim, baik intern
maupun dalam suatu aliansi strategis dengan mitra bisnis. Disini peran
komunikasi bisnis menjadi semakin sangat penting, yaitu kemampuan
membaca, menafsirkan laporan dan informasi dari lingkungan.
Disamping menyampaikan gagasan, baik lisan maupun tertulis secara
sistematik.
Di era e-bisnis, Komunikasi berkembang menjadi suatu bisnis
tersendiri. Perkembangan sistim informasi dan teknologi mempercepat
proses Globalisasi dan memberikan peluang bagi dunia usaha di
Indonesia untuk mengembangkan usahanya, melalui berbagai
3.
Kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang
tertentu
4.
5.
6.
Sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau
mengungkapkan diri
7.
Sikap superior
8.
Sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok
tahu atau bersikap seolah-olah serba tahu maka kemungkinan orang
akan bersikap defensif terhadapnya
9.
Kekuasaan-kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau
menentukan tindakan orang lain
10. Hambatan derajat kesamaan atau ketidaksamaan (homofily atau
heterofily), hambatan komunikasi antarbudaya dapat ditimbulkan oleh
masalah prinsip-prinsip komunikasi yang ditetapkan pada konteks
kebudayaan yaitu tidak memahami, menyadari atau memanfaatkan
derajat kesamaan atau perbedaan kepercayaan, nilai-nilai, sikap,
pendidikan, status sosial anatara komunikator dan komunikan.
11. Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya, hambatan ini
terjadi dalam suatu proses akulturasi yang berlangsung antara imigran
dengan masyarakat pribumi. Masalah umum yang sering timbul adalah
hambatan stereotype dan prasangka yang biasanya berkembang sejak
semula pada saat kita melalui komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi massa.
Namun lain lagi menurut Barna, 1988 ; Ruben, 1985 dalam (Joseph A.
DeVito, 1997 : 488-491) hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya
dibagi menjadi 5 yaitu :
Mengabaikan Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara
Kultural Berbeda
hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk
dilalui
Bahasa (Linguistic). Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi
apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver)
menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang
tidak dimengerti oleh penerima pesan
Nonverbal. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang
tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi,
contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan
ketika pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang
dibuat tersebut dapat menjadi penghambatkomunikasi karena mungkin
saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk
mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
Kompetisi (Competition). Hambatan semacam ini muncul apabila
penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil
mendengarkan, contohnya adalah menerima telepon selular sambil
menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima
pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui
telepon secara maksimal.
Fisik (Physical)
Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga
perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang
lainnya.
3.
Persepsi (Perceptual)
Motivasi (Motivational)
Pengalaman (Experiantial)
6.
Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar.
Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi
yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7.
Bahasa (Linguistic)
Nonverbal
Kompetisi (Competition)
B.
9.
Page
11
of
12
miscommunication
). Ketidaktahuan
atas perbedaan budaya yang ada, dapat menjadi pemicu kegagalan ut
ama dalammenjalin kerja sama. Oleh karena itu, sebelum menjalin
kerja sama, sebaiknyakita mempelajari dahulu unsur-unsur budaya
negara asing yang bersangkutan.Jangan sampai ketika dalam proses
kerja sama, kita melakukan sesuatu yangmenurut kita etis, tetapi
dipandang tidak etis oleh lawan bicara kita.