Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Rizki Adimas Bagus
22010112220194
2201011222203
2201011222205
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan
terus meningkat serta adanya hubungan dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal.1 Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga
terbesar penyebab kematian dini. The Third Nacional Health and Nutrition
Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke
sebesar 24%.2
Kini prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan
gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial.
Hampir di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai
penyakit yang paling sering dijumpai. 3 Menurut laporan pertemuan WHO di
Jenewa tahun 2002 didapatkan prevalensi penyakit hipertensi 15-37% dari
populasi penduduk dewasa di dunia. Setengah dari populasi penduduk dunia yang
berusia lebih dari 60 tahun menderita hipertensi. Angka Proportional Mortality
Rate akibat hipertensi di seluruh dunia adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian. 4
Selain itu pada tahun 2001, WHO juga melaporkan penelitian di Bangladesh dan
India dengan hasil prevalensi hipertensi 65% dari jumlah penduduknya, dengan
prevalensi tertinggi pada penduduk di daerah perkotaan. Sesuai dengan data WHO
bulan September 2011, disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta kematian
per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia
Tenggara.5
Sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan
gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini
sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita
hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya.
Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.
Pada pembinaan kasus kali ini akan dikemukakan mengenai penyakit,
hipertensi,
dan
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
keberhasilan
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.
1.3 MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran
bagi dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara
langsung kepada pasien dengan Hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.6
Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila sistoliknya 120-140
mmHg dan diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan Hipertensi bila
lebih dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi.
Batasan ini berlaku bagi orang dewasa diatas 18 tahun.3
Hipertensi
adalah
suatu
gangguan
pada
pembuluh
darah
yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar,
yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,
timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi.7
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga
timbul kerusakan lebih berat seperti Stroke (terjadi pada otak dan berdampak
pada kematian yang tinggi), Penyakit Jantung Koroner (terjadi pada
kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik
kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut dapat pula
menyebabkan Gagal Ginjal, Penyakit Pembuluh lain, Diabetes Mellitus dan
lain-lain.7,8
2.2 ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:9
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stres Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu : (Mansjoer, A. 2001)10
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar
95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti gangguan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosterinisme
primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap
hipertensi. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1
juta orang di seluruh dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The
American
Heart
Association
memperkirakan
tekanan
darah
tinggi
mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa di Amerika Serikat yang
berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi juga diperkirakan
mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi
jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.3
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2004, hipertensi
menempati urutan ketiga sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh
pasien rawat jalan. Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua
penyakit yang paling sering diderita pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia
(4,67%) setelah ISPA (9,32%). Berdasarkan penelitian tahun 1975 diketahui
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 7,1% dengan 6,6% pada
wanita dan 7,6% pada pria. Sedangkan pada survei faktor risiko penyakit
kardiovaskuler, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat menjadi 13,6%
pada pria dan 16% pada wanita
Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational
Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun
1988 angka hipertensi mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus
meningkat hingga 16,9% pada survei 5 tahun kemudian. Gaya hidup modern
telah membuat hipertensi menjadi masalah besar. Di Indonesia saja prevalensi
hipertensi cukup tinggi 7% sampai 22%. Bahkan berdasarkan hasil penelitian,
penderita akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke 15%, dan gagal
ginjal 10%.
2.4 PATOFISIOLOGI
Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari pembuluh
darah yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol. Arteriol
membagi darah ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut kapiler.
Tugas kapiler-kapiler ini adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen.
Darah akan kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena.
Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan
mengecil (meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks.
Namun peristiwa ini sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan
(Penyakit atau kelainan) yang bisa membuat pembuluh darah tidak membesar
atau tidak elastis lagi akibatnya akan terjadi kekurangan darah pada organ
tertentu. Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari makanan, maka suatu
proses umpan balik akan terjadi.
Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan
darah lebih banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya
peningkatan tekanan darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang
tidak mengirim tanda tersebut. Dan yang paling beresiko tinggi pada ginjal
dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal dan otak mengakibatkan
kerusakan kedua organ tersebut.5
2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau
hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut
hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti
obesitas dan merokok.10,11
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang
penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi.
Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi
hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain
penggunaan
estrogen,
penyakit
ginjal,
hipertensi
vaskular
renal,
Sistol (mmHg)
<120
Dan / atau
Dan
Diastol (mmHg)
<80
Pre hipertensi
Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 2
120-139
140-159
160
Atau
Atau
Atau
80-89
90-99
100
2.6.
FAKTOR RISIKO (Mansjoer, A. 2001)
Faktor risiko hipertensi dibedakan atas:
1. Factor yang tidak dapat diubah atau dikontrol
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat keluarga
d. Genetik
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a. Merokok
b. Konsumsi garam/makanan asin
c. Konsumsi lemak jenuh
d. Konsumsi minuman beralkohol
e. Kurangnya aktivitas/olahraga
2.7.
MANISFESTASI KLINIS
Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain
Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.10
2.8.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain
atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisis, darah
perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin), gula darah
puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. 10
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti
klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan
ekokardiografi. 10
2.9.
DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi tidak bisa ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran
pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau
gejala-gejala klinis. Pengukuran dilakukan dalam keadaan pasien duduk
bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus
lengan yang sesuai (80% menutupi lengan).10
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan
lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala
yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan
(seperti merokok), konsumsi makananm riwayat obat-obatan bebas, hasil
dan efek samping terapi hipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor
psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya). (Mansjoer,
A. 2001)
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua
kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada
lengan kolateral. Kemudian dilakukan funduskopi untuk mengetahui
10
Kelompok Risiko
Kelompok Risiko
Kelompok Risiko
Darah
130-139/85-89
A
Modifikasi gaya
B
Modifikasi gaya
C
Dengan obat
11
140-159/90-99
160/100
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan obat
hidup
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
2. Pilihan Obat :
a. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretik, beta blocker
b. Indikasi tertentu : ACE-Inhibitor, penghambat reseptor angitensin
II, alfa blocker, alfa-beta-blocker, beta blocker, antagonis Ca,
diuretik
c. Indikasi yang sesuai :
i. Diabetes melitus tipe 1 dengan proteinuria : ACE-Inhibitor
ii. Gagal Jantung : ACE-Inhibitor, diuretik
iii. Hipertensi sitolik terisolasi : diuretik, antagonis Ca
dihidropiridin kerja lama
iv. Infark miokard : beta blocker (non ISA), ACE-Inhibitor
(dengan disfungsi sitolik)
Tabel.3 Penanganan Hipertensi dan pemilihan obat
Klasifikasi
tekanan
darah
Normal
Pre-
Tekanan
Tekanan
darah
darah
Modifikasi
Tanpa indikasi
Dengan
sistolik
diastolic
gaya hidup
khusus
indikasi khusus
(mmhg)
< 120
120-139
(mmhg)
<80
80-89
Himbauan
Ya
Tidak perlu
Obat-obatan
hipertensi
untuk indikasi
12
tersebut
Diuretic
golongan tiazid.
Dapat
Hipertensi
grade I
140-159
90-99
Ya
dipertimbangka
n pemberian
ACEI, B, B,
CaCB atau
kombinasi
Kombinasi
Obat-obatan
untuk indikasi
khusus tersebut.
Ditambah obat
antihipertensi
(diuretic, ACEI,
B, B, CaCB)
kedua obat.
Hipertensi
gredeII
Biasanya
160
atau 100
Ya
diuretic dengan
ACEI, B, B,
CaCB atau
kombinasi
2.11.
KOMPLIKASI
Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak, akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak,
sedangkan bagian lain dari otak tidak mendapat aliran / supply darah yang
cukup, sehingga bagian otak menjadi rusak.
2.
Kerusakan jantung
Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung,
disebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mempompa darah.
3.
Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal
tertekan. Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan
fungsi ginjal menurun. Hingga bisa mengalami gagal ginjal.
13
4.
Kerusakan mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan
syaraf pada mata, sehingga penglihatan terganggu.
14
hidup
yang
dipengaruhi
oleh
budaya,
serta
pendidikan
dan
lingkungannya.
d. Hakikat Ekologik
Aspek ekologik dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesama manusia juga hubungannya dengan lingkungan fisik
dalam rumah tangganya. Timbul dan berkembangnya penyakit tidak saja
disebabkan oleh faktor intrinsik dalam tubuh manusia, bahkan anggota keluarga
lainnya serta berbagai komponen biologis dalam rumah tangga serta faktor kimia
dan fisik yang ada.
e. Hakikat Medik
Aspek medik pada dasarnya merupakan disiplin ilmu kedokteran yang
dimanfaatkan pada pelayanan garis terdepan, yang erat kaitannya dengan
kehidupan manusia dalam lingkungannya. Adanya temuan-temuan baru di bidang
teknologi kedokteran, serta pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Prinsip Kedokteran Keluarga
Prinsip yang digunakan dalam pelayanan kedokteran keluarga ada 4 yaitu :
1. Personal Care
Pelayanan kedokteran keluarga memandang manusia dalm berbagai aspek
yang lebih luas, namun tetap mengedepankan pelayanan kesehatan terhadap
manusia sebagai seorang individu yang mempunyai permasalahan kesehatan.
2. Continuous Care
15
16
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
I. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. Muharisah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 71 tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 42 tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
II.
Kedudukan Jenis
Umur Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan Tinggal
Kelamin (th)
1
Rosyid
Tn
Rohmah,
Ny
Muharisah,
4
5
Ny
Minna
keponakan
Surtiah, Ny pembantu
6
7
W, Kepala
keluarga
Istri
Dea, An
Zidan, An
ibu
Anak
Anak
Serumah
Lk
42
S1
PNS
Sehat
Ya
Pr
38
D3
Ya
SD
tangga
Ibu rumah
Sehat
Ya
18
73
SMA
Tidak
tangga
pembantu
Sehat
Sehat
Ya
Ya
13
8
sekolah
SMP
SD
Sehat
Sehat
Ya
Ya
Pr
Pr
Pr
Pr
Lk
71
18
:-
Keadaan umum
: Sadar, composmentis
Tanda Vital
Tensi : 150/90mmHg
RR
Nadi
Suhu : afebris
: 76x/menit
Kepala
: Mesosefal
Mata
Telinga
: Discharge (-)
Hidung
Mulut
: Sianosis (-)
Leher
Dada
Paru depan :
In
: 16x/menit
Pa
Pe
19
Au
Paru belakang :
In
Pa
Pe
Au
Jantung :
In
Pa
Pe
Au
Abdomen :
In
Au
Pa
Pe
: Timpani
Ekstremitas
Superior
Inferior
Oedema
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
f. Diagnosa Kerja
Hipertensi grade 2
20
Terapi edukasi
garam
dalam
makanannya.
Pasien
merasa
untuk kontrol ke
tetapi
21
pasien
tidak
mempedulikan
cara
mengontrol
tekanan
darahnya,
dan
tidak
mengetahui
IV.
Sasaran
Pasien
dan
keluarga
Pasien
tidak
ada
mengenai hipertensi
yang Memotivasi keluarga untuk
Pasien
keluarga
keluarga
4.
Pasien
termasuk
22
Pasien
dan
dengan
anggota
keluarga
lainnya
baik,
bila
ada
23
keyakinan
bahwa
penyakit
yang
dideritanya
24
pengobatan
ditanggung
sendiri).
Pasien
sehari-hari
25
26
Ruang Makan
KM
Kamar Tidur
Dapur
Ruang Keluarga
Garasi
IX.
KM
Kamar Tidur
Teras
Ruang Tamu
Fungsi Biologis
2.
Fungsi Psikologi
3.
Fungsi Sosial
27
4.
5.
6.
Faktor Perilaku
Menggunakan moto dan penyedap rasa dalam setiap makanan yang
dimasak. Pola konsumsi makanan sehari-hari keluarga lebih sering
dan menyukai makanan asin seperti ikan asin. Lebih suka membeli
obat di warung jika muncul keluhan kesehatan (mengobati sendiri)
kemudian jika keluhan kesehatan tersebut tidak kunjung membaik
maka pasien dan keluarganya baru berobat ke puskesmas.
7.
X.
28
Genetik
Yankes
Status
Kesehatan
Lingkungan
Puskesmas
Perilaku
XI.
Tgl.
25-03-14
Keluarga
Hasil kegiatan
yang terlibat
Pasien
Pasien mengetahui bahwa hipertensi
hipertensi
25-03-14
Pasien
mengelola hipertensi
29
digoreng
Pasien bersedia untuk rutin
Pasien
memeriksakan tekanan
memeriksakan tekanan
darahnya/berobat ke
darahnya/berobat ke
25-03-14
ada keluhan
Memberikan booklet mengenai
Pasien
ada keluhan
Pasien mendapatkan booklet
25-03-14
penyakit hipertensi
Memberi pengertian kepada pasien
Pasien
mengenai hipertensi
Pasien mengerti penyebab
memeriksakan diri ke
memeriksakan diri ke
yang dialami.
1. Tingkat pemahaman
2. Faktor pendukung
3. Faktor penyulit
pasien
untuk
periksa
ke
dokter
30
Rumah tampak
depan
Ruang tamu dengan
Ruang keluarga
yang lembab karena
tidak ada ventilasi,
pencahayaan siang
hari kurang
lantai plester
31