Hartono Saputra
Jurusan Akuntansi
Politeknik PalComTech Palembang
Abstrak
Perusahaan adalah sebuah organisasi yang cenderung pada aktivitas usaha untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, untuk mewujudkan hal tersebut,
manajemen selaku pihak yang bertanggung-jawab melaksanakan
aktivitas
perusahaan
berkewajiban melakukan pengelolaan berbagai sumber daya yang ada dengan efektif dan
efisien. Hal ini harus dilakukan pihak manajemen, mengingat kelangsungan hidup
perusahaan akan sangat ditentukan dari pengelolaan sumber daya yang dimiliki.Seperangkat
data yang diperlukan untuk menilai pihak manajemen dalam melakukan pengelolaan sumber
daya perusahaan dengan baik dan efisien serta sebagai bahan pertanggung-jawaban kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, data tersebut berupa informasi akuntansi yang disajikan
dalam bentuk laporan keuangan. Kewajaran informasi yang terdapat dalam suatu laporan
keuangan sangat ditentukan oleh kewajaran masing-masing unsurnya dimana salah satu unsur
laporan keuangan tersebut adalah aktiva tetap berwujud yang terdapat dalam neraca. Aktiva
tetap apabila ditinjau dari wujudnya terbagi menjadi dua bagian yaitu, aktiva tetap berwujud
dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap
Kata Kunci : Analisis,Perlakuan Akuntansi, Aktiva Tetap Berwujud.
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Aktiva Tetap
Menurut Kusnadi dkk (2001:528) aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki
oleh perusahaan yang memiliki nilai guna ekonomis serta mempunyai umur (masa) manfaat
lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan diakui serta di ukur berdasarkan
prinsip akuntansi yang diterima umum.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16.2) aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa serta
direntalkan kepada pihak lain untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode akuntansi.
Aktiva Tetap Berwujud
Menurut Baridwan (2002:271) Aktiva tetap berwujud adalah Aktiva-aktiva yang
berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan. Istilah permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu
penggunaan ini dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi. Jadi aktiva berwujud
yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap
berwujud.
Menurut Soemarso (2005:33) aktiva tetap berwujud adalah Aktiva tetap yang secara
fisik ada.
Penilaian dan Pelaporan Aktiva Tetap Berwujud
Menurut Soemarso (2005 : 30) Penilaian dan pelaporan aktiva tetap berwujud
dinilai sebesar nilai bukunya yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
peyusutan. Manfaat Ekonomi dari suatu aktiva tettap tidak lagi sebesar nilai bukunya,
maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat
ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut tercatat sebagai
kerugian. Aktiva tetap di dalam laporan keuangan dirinci menurut jenisnya, seperti: tanah,
gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lain-lain. Akumulasi penyusutan disajikan
sebagai pengurang terhadap aktiva tetap, baik seara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau
secara keseluruhan.
Menurut Soemarso (2005:30) mengatakan bahwa permasalahan yang harus
diperhatikan terhadap perlakuan akuntansi atas aktiva tetap adalah pada saat perolehan,
pemakaian dan pada saat penghentian pemakaian.
Depresiasi
Menurut Baridwan (2002:307) depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan
aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi.
Menurut Committee on terminology dari AICPA yang dikutip dalam buku Zaki
Baridwan (2002:308) depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk
membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap berwujud dikurangi
nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit itu ditaksir dalam suatu cara sistematis dan
rasional.
Menurut Wibowo (2002 : 161) Depresiasi adalah alokasi harga perolehan menjadi
beban selama masa manfaat.
Harga Perolehan
Menurut Baridwan (2002:309) harga perolehan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh suatu aktiva tetap agar dapat digunakan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16.2) harga perolehan adalah jumlah yang
dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset
pada saat perolehan atau konstruksi atau jumlah yang dikeluarkan dari aset pertama ke aset
lain.
Nilai Sisa
Menurut Baridwan (2002:309) nilai sisa (residu) adalah jumlah yang diterima bila
aktiva itu sudah tidak dapat digunakan lagi.
Menurut Soemarso (2005:33) Nilai sisa adalah taksiran nilai pasar aktiva pada
akhir massa manfaat.
Nama
peralatan kantor
komputer
komputer
ac
meja kursi
lemari
mesin foto
copy
fax
kendaraan
mobil
motor
Harga perolehan
Umur
Ekonomis
Bia
ya
Penyusu
tan
25-Jan-08
Rp
14.000.000
Rp
3.208.333
10-Apr-08
26-Jan-08
25-Jan-08
25-Jan-08
4
2
Rp
Rp
Rp
Rp
12.800.000
3.089.000
5.000.000
2.096.000
4
4
4
4
Rp
2.400.000
Rp
707.896
Rp
1.145.833
Rp
480.333
02-Mei-08
28-Jan-08
1
1
Rp
Rp
Rp
8.400.000
1.782.000
47.167.000
4
4
Rp
1.400.000
Rp
Rp
Rp
100.000.000
12.000.000
112.000.000
8
4
10-Jun-08
30-Jan-08
1
1
Rp
408.375
Rp
9.750.771
Rp
7.291.667
Rp
2.750.000
Rp 10.041.667
Debit
Kredit
Rp. 5.100.000
Pencatatan atas pembelian meja dan kursi pada CV. Widitama Mandiri belum sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) no 16 tahun 2007 karena perusahaan mencatat
harga perolehan sebesar Rp. 5.000.000,- ak an tetapi menurut SAK harga perolehan
aktiva tersebut seesar RP. 5.100.000,-, sehingga ada perbedaan nilai menurut CV. Widitama
Mandiri dengan Standar Akuntansi Keuangan. selisih Rp 100.000,- oleh perusahaan
dibebankan kepada beban operasional periode tersebut, yang seharusnya dimasukkan ke
dalam harga perolehan. Ayat jurnal atas pembelian meja dan kursi menurut Penulis adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Jurnal Pembelian Meja dan Kursi (menurut penulis)
Keterangan
Meja dan Kursi
Kas
Sumber : Data Olahan
Debit
Kredit
Rp. 5.100.000
-
Rp. 5.100.000
Debit
Kredit
Rp. 3.139.000
-
Rp. 3.139.000
Tanggal 2 Mei 2008 membeli Mesin foto copy seharga Rp 8.400.000,- dengan
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 50.000,- Ayat jurnal atas pembelian Mesin foto copy
menurut CV. Widitama Mandiri adalah sebagai berikut:
Debit
Kredit
Rp. 8.450.000
Pencatatan atas pembelian mesin foto copy pada CV. Widitama Mandiri belum
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 16 tahun 2007 karena perusahaan
mencatat harga perolehan sebesar Rp. 8.400.000,akan tetapi menurut SAK harga
perolehan aktiva tersebut seesar RP. 8.450.000,-, sehingga ada perbedaan nilai menurut CV.
Widitama Mandiri dengan Standar Akuntansi Keuangan. selisih sebesar Rp 50.000,- oleh
perusahaan dibebankan kepada beban operasional perode tersebut, yang seharusnya
dimasukkan ke dalam harga perolehan. Ayat jurnal atas pembelian mesin foto copy
menurut penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Jurnal Pembelian Mesin foto copy (menurut penulis)
Keterangan
Debit
Kredit
Debit
Mobil
Rp. 100.000.000
Beban Lain-lain
Rp.
418.000
Kas
Sumber :CV. Widitama Mandiri
Kredit
Rp. 100.418.000
Pencatatan atas pembelian Mobil pada CV. Widitama Mandiri belum sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 16 tahun 2007 karena perusahaan mencatat
harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,- akan tetapi menurut SAK harga perolehan
aktiva tersebut seesar RP. 100.418.000,-, sehingga ada perbedaan nilai menurut CV.
Widitama Mandiri dengan Standar Akuntansi Keuangan. selisih sebesar Rp 418.000,- oleh
perusahaan dibebankan kepada beban operasional perode tersebut, yang seharusnya
dimasukkan ke dalam harga perolehan. Ayat jurnal atas pembelian mobil menurut penulis
adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Jurnal
Jur Pembelian Mobil (menurut penulis)
Keterangan
Mobil
Kas
Sumber :Data Olahan
an
Debit
Kredit
Rp. 100.418.000
-
Rp. 100.418.000
Perhitungan penyusutan
an yang dilakukan perusahaan tidak tepat kareena perusahan
menentukan harga perolehan sebesar
se
harga beli yaitu Rp. 5.000.000,- sedanggkan menurut
SAK sebesar Rp.5.100.000,- yaitu harga beli sebesar Rp. 5.000.000,- ditambahkan
biaya yang dikeluarkan sebesar
sar Rp. 100.000,-. Dengan demikian besar penyyusutan untuk
tahun 2008 adalah sebagai beriku
kut :
Menurut Perusahaan harrga perolehan aktiva tetap untuk Meja Air Connditioner yang
dibeli pada tanggal 26 Januari 2008 sebesar Rp 3.089.000,- umur manfaat dit
itaksir 4 tahun,
maka penyusutan untuk tahun 20008 dihitung sebagai berikut :
Perhitungan penyusutan
an yang dilakukan perusahaan tidak tepat kareena perusahan
menentukan harga perolehan sebesar
se
harga beli yaitu Rp. 3.089.000,- sedanggkan menurut
SAK sebesar Rp.3.139.000,- yaitu harga beli sebesar Rp. 3.089.000,-- ditambahkan
biaya yang dikeluarkan sebesarr Rp. 50.000,-. Dengan demikian besar penyyusutan untuk
tahun 2008 adalah sebagai beriku
kut :
Perhitungan penyusutan
an yang dilakukan perusahaan tidak tepat kareena perusahan
menentukan
harga perolehhan
sebesar
harga
beli
yaitu
Rp. 8.400.0000,sedangkan menurut SAK sebesar
se
Rp.8.450..000,- yaitu harga beli se
sebesar
Rp.
8.400.000.,- ditambahkan biaya
bi
yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.0000,-. Dengan
demikian besar penyusutan untuk
uk tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Perhitungan penyusutan
an yang dilakukan perusahaan tidak tepat kareena perusahan
menentukan
harga
perolehhan
sebesar
harga
beli
yaitu Rp.. 10
100.000.000,sedangkan menurut SAK sebesar Rp.100.418.000,- yaitu harga belii sebesar Rp.
100.000.000.,- ditambahkan biaya
bi
yang dikeluarkan sebesar Rp. 4180.00
.000,-. Dengan
Berdasarkan perhitungan
gan yang dilakukan tentang harga perolehan ddan penusutan
maka daftar aktiva yang sesuai dengan
d
SAK adalah sebagai berikut :
Tanggal
Perolehan
n
Jumlah
Unit
peralatan
komputer
komputer
ac
meja kursi
lemari
mesin foto
fax
25-Jan-08
08
10-Apr-088
26-Jan-08
08
25-Jan-08
08
25-Jan-08
08
02-Mei-088
28-Jan-08
08
4
4
2
kendaraan
mobil
motor
10-Jun-088
30-Jan-08
08
1
1
3
1
1
Harga
Umur
Perolehan Ekonomis
Bia
Biaya
Peny
Penyusutan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4
4
4
4
4
4
4
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.208.333
2.400.000
719.354
1.168.750
480.333
1.408.333
408.375
9.793.479
Rp
Rp
Rp
8
4
Rp 7.322.146
Rp 2.750.000
Rp 110.072.146
10
11
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan tentang perlakuan akuntansi
aktiva tetap pada CV.Widitama Mandiri maka penulis menyimpulkan bahwa
pada
saat
perolehan aktiva tetap, harga perolehan pada CV.Widitama Mandiri hanya dicatat
sebesar harga beli sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan
aktiva tetap tersebut dianggap sebagai biaya operasional, sehngga erdapat perbedaan yang
cukup mendasar antara laporan keuangan perusahaan dengan analisis penulis yaitu dalam
perhitungan daftar aktiva tetap yang dibuat oleh CV. Widitama Mandiri dan penulis yaitu
sebesar Rp. 50.000,- pada harga perolehan Air Conditioner dan penyusutannya sebesar Rp.
11.418,- , untuk meja dan kursi sebesar Rp. 100.000,- pada harga perolehan dan Rp. 22.917,untuk penyusutannya, dan sebesar 50.000,- pada harga perolehan mesin foto copy dan Rp
8.333 pada penyusutannya serta Rp. 418.000,- pada harga perolehan mobil dan 30.479,- pada
penyusutannya. Hal ini terjadi karena CV. Widitama Mandiri mencatat aktiva tetap dengan
mencantumkapn harga beli tanpa menambahan biaya yang diperlukan untuk memperoleh
aktiva tetap sebagai harga perolehannya. Akibatnya biaya penyusutan aktiva tetap pada
CV. Widitama Mandiri menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Terjadi selisih dalam
perhitungan laporan Laba rugi CV. Widitama Mandiri dan penulis yaitu sebesar Rp.
544.813,-, hal ini terjadi karena CV.Widitama Mandiri mencatat biaya untuk
memperoleh aktiva tetap sebagai biaya operasional pada tahun berjalan. Hal ini pun membuat
biaya penyusutannya menjadi lebih besar dari pada yang seharusnya.
Perlakuan akuntansi aktiva tetap sangat berpengaruh dalam laporan keuangan.
Perlakuan akuntansi pada saat perolehan dan penggunaan aktiva tetap yang tidak sesuai dengan
standar akuntansi keuangan menyebabkan nilai aktiva tetap yang dilaporkan pada laporan
keuangan tidak sesuai. Hal ini juga mempengaruhi biaya operasional dan jumlah laba yang
terdapat pada laporan keuangan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2002. Intermediete Accounting. BPFE. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Kieso, Donald E et all. 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jilid 2. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Kusnadi , Lukman Samsudin dan Kertahadi. 2001. Teori Akuntansi. Edisi 19. Jilid 1.
Malang.
Soemarso S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 2. Edisi 5. Salemba Empat.
Jakarta.
Umar. 2007. Metode penelitian UntUk skripsi dan tesis bisnis. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
12
2002.
Akuntansi
Keuangan
Dasar
13
1.
Edisi
3.