Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini.
dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah ,yaitu Aspek Sosial Budaya
Yang Berkaitan Dengan Nifas, Dan Bayi Baru Lahir . Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Malang,17 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantari
Daftar Isi.ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
1.2 Tujuan Masalah..
1.3 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aspek-aspek social budaya yang berkaitan dengan praktek kebidanan
2.2 Aspek social budaya dalam masa nifas.
2.3 Aspek social budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran..
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan yang
mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu,
kami akan membahas hal tersebut dalam makalah ini.

1.2

Tujuan Makalah
Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktek kebidanan
Untuk mengetahui aspek sosial budaya dalam masa nifas
Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir

1.3
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan praktek kebidanan?
Bagaimana aspek Sosial Budaya dalam masa nifas?
Bagaimana aspek Sosial Budaya yang Berkaitan Bayi Baru Lahir?

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTEK
KEBIDANAN
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini di hadapkan pada masyarakat
yang lebih terdidik dan mampu membeli pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan
( Martoyo, 1998 ). Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman sehingga
memberi kepuasan ( sembuh cepat dengan pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu
mengembangkan suatu system pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik,
biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat
( Martoyo, 1998 ). Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi
jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan kebidanan ) untuk masyarakat, menggunakan
bebagai sumber daya seperti ketenangaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energy dan waktu
( timpe, 2000 ).
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggungjawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal
dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24
jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional ataupun global
Wheeler, (1999) dalam Hamid (2001). Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan
baik maka perlu aanya pendekatan social budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada
pasien.
Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang
professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidahkaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang adekuat, menggunakan pendekatan
asuhan kebidanan.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan
budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan oleh bidan dalam
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
PENDEKATAN DALAM SISTEM KESENIAN TRADISIONAL
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya
kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius
atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang
berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit
rumit / kecil
1. Pengertian menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin
disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok

b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam
suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu
dalam rohaninya penerimanya
Merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus, setelah manusia dapat
mencykuoi kebutuhan fifiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi
kebutuhan psikisnya manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu uga
pandangan indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian.
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara
naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam
kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita
memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya
itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat batiniah dalam mengadakan
pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan , perabaan dan
perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka
warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah iitu untuk lebih jauh
menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu serta idea yang melantar belakangi
kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya
bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari
kata yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti
kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
PENDEKATAN DALAM SISTEM PAGUYUBAN
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para
warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat
batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih
Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para
warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat
batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih ekonomi.
Ciri-ciri paguyuban :Menurut Ferdinand tones cirri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :
1Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja
dan tidak untuk orang lain diluar kita
Sedangkan secara umum cirri-ciri paguyuban yaitu :
1.Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2.Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3.Tidak suka menonjolkan diri
4.Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif

5.Sifat gotong royong masih kuat


6.Hubungan kekeluargaan masih kental
2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS
Arti sederhana dari Masa Nifas merupakan masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu , jadi masa nifas itu sendiri
merupakan masa di mana bagian dalam rahim ibu akan memulih .
Berbagai macam Aspek Sosial Budaya Pada Masa Nifas , diantaranya :
Pada ibu yang sedang masa nifas dilarang makan telur , daging , udang , ikan laut,nanas , dan
makanan yang berminyak .
dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur , daging , udang , ikan laut , nanas , dan
makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan
makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari
larangan ini tidak ada , karena seharusnya ibu mengkonsumsi telur , ikan karena baik untuk hasil
produksi susu ibu bagi bayinya .
Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang .
Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat
sedangkan pada masa ini seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat , selain
itu ibu pun harus makan yang teratur , karena saat masa nifas ibu bukan hanya memberikan
vitamin atau pun zat lainnya untuk tubuh , tapi ibu pun memberikan asupan untuk bayinya
dengan menyusui .
Selama masa nifas ibu hanya boleh mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa rasa (tanpa di beri
rasa atau di beri garam) , selain itu ibu pun di larang untuk banyak makan dan banyak minum ,
bahkan ada yang beredar bahwa bila ibu ingin makan harus di sangrai terlebih dahulu sebelum di
konsumsi . Padahal seharusnya ibu memakan makanan yang sehat karena akan mempercepat
penyembukan pada kandung ibu .
Pada masa nifas dan saat menyusui , ibu harus puasa , tidak makan makanan yang padat setelah
waktu maghrib .
Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan
masa nifas mengalami penimbunan lemak , namun terdapat dampak negatifnya yaitu ibu menjadi
kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang
Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa
kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0 - 7 hari dan 8 - 30
hari .

Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat atau diurut , diberi pilis atau lerongan dan
tapel .
Dalam hal ini jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi lancar namun
jika pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan . Pilis dan tapel dapat
merusak kulit bagi yang tidak kuat atau menyebabkan alergi .
Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air , disaring , dicampur garam dan asam
diminumkan supaya ASI banyak.
Dalam hal ini sama sekali tidak memiliki dampak yang positif karena abu , dan asam tidak
mengandung zat yang di gunakan ibu untuk memproduksi ASInya , dan abu serta asam ini tidak
mempengaruhi ibu untuk memproduksi ASInya lebih banyak.
Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dari sisi medis , sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan .
Alasannya , aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun
involusi rahim , yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula Contohnya
infeksi atau akan perdarahan ataupun pengaruh psikologis , kekhawatiran akan robeknya jahitan
maupun ketakutan bakal hamil lagi .
Adapun sosial budaya yang terjadi pada kalangan masyarakat , contoh lainnya adalah seorang
ibu yang ingin keluar rumah harus memakai sendal jepit selama 40 hari selama masa nifas .
Kemudian harusd smeminum jamu , agar rahim ibu cepai memulih . Padahalksebenarnya ,
tidak harus meminum jamu pun rahim ibu akan memulih , hanya dengan mengkonsumsi
makanan yang bernutrisi .
2.2 ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN BAYI BARU LAHIR
Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 3.6 kg dengan
panjang 45 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat tubuhnya dalam hari-hari
setelah kelahiran. Kemudian pada akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik
kembali.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan beberapa
minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik lunak dari kepala
disebut fontonel. Dimana tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan meutup dengan sempurna.
Fontonel anterror.
Menjadi orang tua baru memang menyenangkan, tapi terkadang juga bisa menjadi gugup
atau penakut karena banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa turun temurun dari orangorang tua kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari mitos-mitos yang dianut orang
tua kita. Namun menurut saya mitos-mitos itu tidak selalu salah, mungkin hanya beda pengertian

saja namun juga tidak semuanya benar, bahkan ada yang benar-benar salah menurut dokter.
Inilah beberapa mitos yang masih beredar di masyarakat.
1. Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja jantung
akan lebih berat memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan
nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan motorik si bayi karena tidak ada
kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat cuaca
dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya dengan pembentukan
kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di dalam perut tidak ada
ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu lahirpun masih bengkok, tapi akan
lurus dengan sendirinya.
2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
Sebenarnya tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua
tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan si bayinya
"sakit tau..." Jadi mau ditarik-tarik setiap detikpun kalo memang tidak mancung ya ga bakal
mancung.
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Ini jelas salah karena pemakaian gurita akan menghambat perkembangan organ-organ
perut. Sekarang bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa sesak dan tidak
nyaman bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang
terutama di bagian dada agar jantung n paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika
tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun
tidak kencang.
4. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari bendabenda asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu
denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena
dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin
lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang
kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus
membelikan pakaian yang baru lagi.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya
salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang sakit
tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke

dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak
boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah
masker penutup mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan
karena ASI nya.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta
tanggung jawabnya.
Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi
tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif
untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan
kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.
3.2

Saran
Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu
mengadakan komunkasi efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Norma

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal Oleh Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai