Disusun Oleh :
HOTDEN MANURUNG
12 306 058
BAB I PENDAHULUAN
I-1
Maksud
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak media gerus
terhadap distribusi ukuran butir dan nilai kalor bakar batubara
1.4 Batasan Masalah
Walaubagaimanapun juga, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,
diantaranya:
1. Batubara yang diteliti adalah yang telah tersedia di Pusat Penelitian
Teknologi Mieneral Bandung
2. Proses penggilingan dilakukan pada sebuah silinder horizontal berongga
dengan media gerus batang dan bola
3. Perbedaan karakteristik produk penggilingan diasumsikan sepenuhnya
disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan percobaan
I-2
2.
3.
2.
3.
1.7 Outcome
Outcome dari penelitian ini adalah :
1. Lebih memahami teknologi pengolahan batubara yang ada.
2. Sebagai awal penciptaan kerjasama antar lembaga (Institut Teknologi Medan)
dengan Puslitbang TekMIRA untuk pengembangan teknologi pengolahan
batubara.
3. Memahami dan mendapatkan data akurat tentang alat percobaan yang dapat
digunakan untuk penelitian ke hal yang lebih spesifik atau khusus.
I-3
II-1
Abu (ash)
II-2
b. Abu
Abu batubara merupakan sisa organik yang terjadi setelah batubara
dibakar. Abu terdira dari inherent minal matter dan extranous mineral
matter. Inherent mineral matter yaitu unsur pengotor yang berhubungan
dengan proses pembentukan batubara atau tergabung dbesamaan saat
pembentukan batubara. Extraneous mineral matter yaitu pengotor batubara
yang berasal dari tana penutup batubara atau lapisna antar batubara.
c. Zat terbang
Bagian dari batubara yang mengup pada saat dipanaskan tanpa udara
(dalam tungku tertutup) dengan suhu 9000 9500 C. Zat terbang terdiri
dari gas gas yang mudah terbakar seperti H2, CO, dan CH4.
d. Karbon tertambat
Karbon yang terdapat pada batubara berupa zat padat.
2.4 Poses Penggilingan
Proses penggilingan terjadi saat terjadinya tumbukan antara media giling dan
ruang remuk berupa silinder berongga horizontal, dapat juga terjadi antara media
giling. Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Media adalah salah satu
alat atau sarana yang terletak di antara dua belah pihak, pada kegiatan ini media
yang digunakan adalah ruang remuk berupa silinder berongga horizontal
dilengkapi batang baja dan bola.
2.4.1 Grinding
Alat penggerusan pada penggilingan batubara menggunakan ball mill, bowl mill,
vertical roller mill, roller mill, jet mill dan lain lain (Barry and Golebioski,
2009) . Prosess penggerusan dilakukan sebagai lanjutan dari pereduksian primer
baik dengan jaw crusher, roll crusher dan hammer mill.
II-3
Pergerakan medaia gerus dalam tubling pada saat penggerusan dipengaruhi oleh
gerakan liners dan daya angkat (lifters) media gerus dalam tubling.
Liners yaitu terjadinya gesekan antara tubling dan media gerus yang bergerak
bebas. Lifters (daya angkat) yaitu putaran yang terjadi pada media gerus dan
tubling akibat dari putaran dari mesin penggerak. Proses penggerusan yang terjadi
dalam tubling dapat terlihat seperti gambar berikut, dimana material dan media
gerus mengikuti arah putaran atau gerakan tubling (King.R.P, 2000).
2.4.2 Kecepatan Kritis
Keseimbangan gaya dalam suatu rotasi dipengaruhi oleh :
a. Gaya Sentripugal
Fc = mp2
Keterangan :
-
= kecepatan angular
mp
= massa partikel
Dm
= diameter mill
b. Gaya gravitasi
Fg = mp.g
Keterangan :
-
Fg
= gaya
mp
= massa partikel
= gravitasi
Ball Mill
Ball mill mempunyai konsepan yang mirip dengan rod mill, namun ball
menggatikan rod. Penggerusan dengan dengan ball mill menggunakan tubling
yang diisi dengan bola baja (ball) sampai 40% volume tubling. Partikel pada
tubling dengan umpan 125 mm dan menghasilkan produk dengan ukuran
0,005mm. Namun ukuran produk sangat dipengaruhi oleh durasi penggerusan
selama berada dalam zona gerus. Kecepata rotasi optimum yaitu sekitar 75%
kecepatan kritis. Beberapa ball digolongkan dalam beberapa golonya yaitu ball
ukuran kecil, sedang dan besar.
II-4
Rod Mill
Penggerusan dengan rod mill adalah salah satu jenis tubling dimana persentase
volumenya (30% 40%) terisi dengan silinder baja. Penggerusan dengan rod mill
diterapkan dengan cara penggerusan basah dan kering, rod mill digunakan pada
prymary grinding sebelum dilanjutkan dengan ball mill. Ukuran umpan untuk rod
mill yaitu 25 mm dengan menghasilkan produk dengan ukuran 2 0,1 mm
II-5
Turbomill salah satu media dalam penggerusan batubara yang dilengkapi dengan
rotor dan sebuah baja pendek sebagai penggerus. Kecepatan rotor dapat
ditingkatkan hingga 7,45m/s turbomilling sering digunakan dalam penggilingan
batubara dengan ukuran produk 600 m.
II-6
II-7
II-8
II-9
D60
D10
Dimana :
Cu
= koefisien keseragaman
D60
D10
( D30 ) 2
Cc =
D60 xD10
Dimana
Cc
= koefisien gradasi
D30
Ukuran butir kasar dideskripsikan bergradasi baik, (a) jika ukurannya seragam
atau (b) jika tidak atau jarang terdapat partikel berukuran sedang. Ukuran partikel
digambar dengan kurva dengan skala logarimik sebagai absis. Jadi jika ada dua
jenis ukuran butir yang memiliki derajat keseragaman (uniformity) yang sama,
II-10
maka akan terdapat dua kurva yang sama bentuknya meskipun letak ordinatnya
berlainan. Kurva distribusi tidak hanya menunjukkan rentang (range) dari ukuran
butir yang dikandung ditanah. Pada jenis gradasi dapat dilihat dari grafik di bawah
ini
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.001
Gradasi seragam
Gradasi baik
Gradasi jelek
0.01
0.1
10
100
1000
II-11
III-2
Nama Kegiatan
I
Persiapan/Orientasi
Pengamatan Data
Pengumpulan Data
Penyusunan Laporan
II
III
IV
III-3
DAFTAR PUSTAKA
-
Davis E.G, 1987, Fine Grinding of Coal by teh Turbomilling Process, United
States Departement Of the Interior Berau Of Mines, United States