0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
89 tayangan2 halaman
Bishop Score digunakan untuk menilai tingkat kematangan serviks sebelum induksi persalinan. Skor lebih dari 9 menunjukkan keberhasilan induksi yang tinggi, sedangkan skor kurang dari 9 menunjukkan keberhasilan yang lebih rendah. Faktor-faktor yang dinilai dalam Bishop Score antara lain dilatasi servik, pendataran, posisi, konsistensi dan desensus servik. Kontraksi rahim yang sempurna dan terkoordinasi merupakan mekanisme utama
Bishop Score digunakan untuk menilai tingkat kematangan serviks sebelum induksi persalinan. Skor lebih dari 9 menunjukkan keberhasilan induksi yang tinggi, sedangkan skor kurang dari 9 menunjukkan keberhasilan yang lebih rendah. Faktor-faktor yang dinilai dalam Bishop Score antara lain dilatasi servik, pendataran, posisi, konsistensi dan desensus servik. Kontraksi rahim yang sempurna dan terkoordinasi merupakan mekanisme utama
Bishop Score digunakan untuk menilai tingkat kematangan serviks sebelum induksi persalinan. Skor lebih dari 9 menunjukkan keberhasilan induksi yang tinggi, sedangkan skor kurang dari 9 menunjukkan keberhasilan yang lebih rendah. Faktor-faktor yang dinilai dalam Bishop Score antara lain dilatasi servik, pendataran, posisi, konsistensi dan desensus servik. Kontraksi rahim yang sempurna dan terkoordinasi merupakan mekanisme utama
Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi
persalinan. Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan BISHOP SCORE. Nilai > dari 9 menunjukkan derajat kematangan serviks yang paling baik dengan angka keberhasilan induksi persalinan yang tinggi. Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus dilatasi servik 2 cm, pendataran servik 80% , kondisi servik lunak dengan posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik yang tidak favourable ( Skoring Bishop) System scoring Bishop yang digunakan untuk menilai derajat kematangan serviks: Score 0 1 2 3
Dilatasi Pendataran
Faktor Stasion -3 Konsistensi
(cm) Tertutup 1-2 3-4 5
sampai +3 -3 -2 -1 +1, +2
(%) 0-30 40-50 60-70 >80
serviks Kaku Medium Lunak -
Posisi serviks Posterior Pertengahan Anterior -
Mekanisme timbulnya HIS
Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: 1) kontraksi simetris, 2) fundus dominan, kemudian diikuti 3) relaksasi. Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion kearah segmen bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his adalah: 1) involuntir, 2) intermiten, 3) terasa sakit, 4) terkoordinasi dan simetris, serta 5) kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan psikis. Pembagian his dan sifat-sifatnya: 1. His pendahuluan - His tidak kuat, tidak teratur - Menyebabkan show 2. His pembukaan (Kala I) - His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10cm. - Mulai kuat, teratur, dan sakit. 3. His pengeluaran (His mengedan) (Kala II) - Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, dan lama.
- His untuk mengeluarkan janin.
- Koordinasi bersama antara: his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament. 4. His pelepasan uri (Kala III) - Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta. 5. His pengiring (Kala IV) - Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari. (Mochtar, 1998) Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut di mana tuba masuk kedalam dinding uterus yang disebut pace maker tempat gelombang his berasal.Gelombang bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke selurruh uterus. His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi silmutan di seluruh bagian uterus .Sesudah tiap his, otot-otot kroppus karena servik skurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan); lebihlebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras, umpamanya kepala. (Prawirohardjo, 2009)