KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, 2000).
Fraktur merupakan gangguan sistem muskuluskeletal, dimana terjadi
pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. (Doenges E Marilyn, 2000).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang,fraktur
patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi
yang berlebihan ( Linda Juall C, 2002 ).
Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga,keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut
lengkap atau tidak lengkap ( Silvia A. Prince, 2000 ).
Multiple fraktur adalah lebih dari satu garis fraktur ( Silvia A. Prince,
2000 ).
Multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas
jaringan tulang lebih dari satu garis ( Silvia A. Prince, 2000 ).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan
multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan
tulang lebih dari satu garis yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang di
tandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas dan gangguan fungsi pada
area fraktur.
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang
dapat
diklasifikasikan
a) Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan
humerus. Daerah batas disebut diafisi dan daerah yang berdekatan
dengan garis epifisis disebut metafasis. Di daerah ini sangat sering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini
merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung
pembuluh darah. Kerusakan tau kelainan perkembangan pada daerah
lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
b) Tulang pendek (short bone) bentuknya tidak teratur dan inti dari
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat,
misalnya tulang-tulang karpal.
c) Tulang sutura (sutural bone) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous, misalnya tulang
tengkorak.
d) Tulang tidak beraturan (irreguler bone) sama seperti dengan tulang
pendek
tekanan
membengkok,
memutar,
dan
menarik.
Trauma
dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. ( Smeltzer,
Suzanne C. 2001 )
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
multiple fraktur, pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya. (Chirudin Rasjad, 2000).
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari multiple fraktur antara lain sebagai berikut :
1. Nyeri terus menerus sampai tulang diimobilisasi
2. Setelah terjadi fraktur, bagian bagian yang tidak dapat digunakan
dan cenderung bergerak secara tidak alamiah ( gerakan luar biasa )
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ( terlihat maupun
teraba ) ekstermitas yang dapat diketahui dengan membandingkan
Penatalaksanaan medis
a. Recognisi atau pengenalan
yaitu
pembedahan
untuk
memperbaiki
fungsi
dengan
b. Fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka terdapat risiko infeksi osteomielitis, gas
ganggren, dan tetanus, tujuan perawatan untuk meminimalkan infeksi
agar penyembuhan luka atau fraktur lebih cepat, luka dibersihkan,
didebridemen dan diirigasi ( Arif Muttaqin, 2008 ).
3.
Penatalaksanaan kedaruratan
Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh
yang terkena segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus
di sangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi.
Immobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan
dengan membebat kedua tungkai bersama. Pada cidera ekstremitas atas
lengan dapat dibebatkan ke dada. Peredaran di distal cidera harus dikaji
untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer. Luka ditutup
dengan kasa steril ( Arif Muttaqin, 2008 ).
G. Komplikasi
posisi
pada
yang
sakit,
tindakan
reduksi,
dan
pembedahan.
10
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
11
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas
kapiler
yang
bisa
menyebabkan
menurunnya
merupakan
kegagalan
fraktur
berkonsolidasi
dan
ditandai dengan
12
Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan:
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
memperberat dan faktor yang memperingan/ mengurangi nyeri
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
13
seberapa
jauh
rasa
mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki
sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan
juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
14
Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
15
penyebab
masalah
muskuloskeletal
dan
kurang
merupakan
faktor
predisposisi
masalah
16
17
untuk
mendapatkan
gambaran
umum
dan
18
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda, seperti:
(a) Kesadaran penderita:
Composmentis: berorientasi segera dengan orientasi
sempurna
Apatis
dibangunkan
terlihat
mengantuk
dan
pemeriksaan
tetapi
mudah
penglihatan
19
20
perlu
dideskripsikan
permukaannya,
21
terdapat
Pencatatan
keluhan
lingkup
mengevaluasi
gerak
keadaan
nyeri
ini
sebelum
pada
perlu,
dan
pergerakan.
agar
dapat
sesudahnya.
22
Tomografi-Scanning:
secara
transversal
dari
menggambarkan
tulang
dimana
23
Aldolase
yang
meningkat
pada
tahap
penyembuhan tulang
(3) Hematokrit dan leukosit akan meningkat
( Arif Muttaqin, 2008 )
c) Pemeriksaan lain-lain
(1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini
sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan
bila terjadi infeksi.
(3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau
sobek karena trauma yang berlebihan.
(5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan
adanya infeksi pada tulang.
(6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
( Arif Muttaqin, 2008 )
24
I. Pathway Keperawatan
Trauma langsu ng,
trauma tidak langsung
,kecelak nbenturanytjatu h
Kondisi pa tologis
(osteoporosis,osteomeilitis,kank
er tulang)
trauma
fraktur
tertutup
reduksi
deformitas
R. tertutup
traks
R.
ORI
GIPS
iiiii
Ganggua
n
mobilita
s fisik
Kelema han
otot
Defisit
perawatan
diri
anestesi
Trauma
peristaliti
jaringan
k
Mual/
munta
h
Nafsu
maka n
Resiko
nutrisi
<kebutuhan
tubuh
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
Jalan
masuk
organisme
Resiko
Diskontinuitas tulang
Perubahan
jaringan sekitar
Keterbatasan
gerak
Ganggu
an
mobilit
as fisik
Laserasi
immobilitas
bedrest
Tekanan
pada
kulit
Nekrosis
perdarahan
Kehilangan vol. cairan
Resiko
kerusakan
integritas
Disfungsi
Neurovaskul
er
Shock
hipovolemik
Alira n
balik
vena
O2.Vol.darah
Vol. sekuncu p
Resiko
kekurangan
vol. cairan
Curah
jantu ng
Gangguan
perfungsi
jaringan
( Smeltzer, Suzanne C.
2001 )
Sylva A.Price,2000 )
Linda
Juall
Carpenito,
25
26
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas
1.1. Tujuan : Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
1.2. Kriteria Hasil : klien melaporkan nyeri berkurang, mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri, tidak gelisah,
skala nyeri 0-1 atau teratasi
1.3. Intervensi dan rasional
a. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips, bebat dan atau traksi
Rasional: Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi
b. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena
Rasional: Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri
c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif
Rasional: Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan
sirkulasi vaskuler.
d. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase,
perubahan posisi)
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan
lokal dan kelelahan otot
e. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas
dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)
27
2.
Mencegah
infeksi
sekunderdan
mempercepat
penyembuhan luka.
b. Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen.
Rasional: Meminimalkan kontaminasi.
c. Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai
indikasi
Rasional: Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat
digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi.
Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus
d. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap,
LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)
Rasional: Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi,
anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis.
Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi
(Carpenito, 2002)
29
klien
mengeluh
demam
terus
menerus,
infeksi
posisi
fungsional
meningkatkan
30
Meningkatkan
sirkulasi
darah
muskuloskeletal,
31
Rasional:
Mempertahankan
hidrasi
adekuat,
men-cegah
sesuai
indikasi,
(Carpenito, 2002)
jaringan
epidermal
dan
dermal,
sedangkan
34
(Carpenito,
1999).
Sedangkan
dari
teori
lain
luka,
penekanan,
restrain),
hipotermi
atau
35
perawatan
diri
yang
berhubungan
dengan
kelemahan
a.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila
perlu
37
38
klien
untuk
secara
rutin
melakukan
latihan
39
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
40